Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

TEORI-TEORI MANAJEMEN KEUANGAN

Anggota Kelompok 3 :

1. Haiatul Maknun (21108030050)


2. Nadya Atiqoh Hasan (21108030052)
3. Muhammad Fawwaz Anwar Dienullah (21108030073)
4. Lisa Kartika (21108030131)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


AGENCY THEORY : SEBUAH PENILAIAN DAN ULASAN

Teori keagenan atau agency theory merupakan gambaran hubungan antara pihak yang
memiliki wewenang yakni investor yang juga biasa disebut dengan prrincipal dengan para
manajer yang merupakan agent yang diberikan wewenang. Teori ini pada dasarnya membahas
suatu bentuk kesepakatan di antara pemilik modal dengan manajer guna mengolah suatu
perusahaan. Di teori ini, manajer mengemban taggung jawab yang besar atas keberhasilan
operasional perusahaan yang dikelolanya. Apabila dalam menjalankan amanah atau kepercayaan
tersebut manajer gagal, maka jabatan dan segala fasilitas yang diperolehnya menjadi taruhannya.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), dalam teori keagenan (agency theory), hubungan
agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan
kepada agent tersebut. Pada prakteknya, manajer berperan sebagai pengelola perusahaan harus
mengetahui lebih luas tentang informasi internal dan prospek perusahaam di waktu mendatang
dibandingkan dengan pemilik modal aatau pemegang saham.
Surifah (1999) menyebutkan bahwa teori keagenan ada dua macam kontrak, yaitu kontrak
kerja dan kontrak pinjaman. Dalam kontrak kerja, pemilik perusahaan merupakan principal dan
manajer puncak adalah seorang agent, sedangkan dalam kontrak pinjaman, pemberi pinjaman
merupakan kreditur dan manajer perusahaan adalah pihak agent. Teori agensi berkembang
menjadi dua bagian yaitu positivist dan principal-agent. Kedua hal itu mempunyai asumsi yang
sama mengenai orang-orang, organisasi, dan informasi. Akan tetapi, keduanya juga memiliki
perbedaan dalam kekakuan matematis, variabel dependen, dan gaya.
a. Teori Agensi Positif
Teori ini memfokuskan pada identifikasi situasi dimana principal dan agent
sering menghadapi konflik atas tujuannya dan menjelaskan mekanisme untuk membatasi
perilaku agent dalam memenuhi kepentingan sendiri.
b. Penelitian Principal-Agent
Teori yang menjelaskan bahwa principal-agent merupakan suatu teori umum
yang bisa diterapkan pada pemberi kerja-karyawan, pengacaraklien, pembeli-suplier, dan
hubungan keagenan yang lain. teori principal-agent lebih bersifat abstrak dan matematis
daripada teori agensi positif. Oleh karena itu, kurang bisa diterima oleh peneliti
organisasi.
TRADE OFF THEORY VS PECKING ORDER THEORY

Teori Trade Off

Teori trade off menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk mencapai


struktur modal yang optimal dan memperimbangkan manfaat dan juga biaya terkait
dengan tambahan "unit moneter utang”. Struktur modal yang optimal dan struktur
modal suatu perusahaan dapat ditentukan dengan menciptakan keseimbangan antara
pengaruh pajak, biaya agensi, biaya kebangkrutan dan lain sebagainya. Ini
menegaskan bahwa struktur modal optimal suatu perusahaan dapat ditentukan oleh
biaya agensi. Untuk mengurangi biaya agensi, struktur kepemilikan dan hutang yang
optimal harus ditentukan Jika struktur permodalan yang optimal tercapai, manfaat
dari pendanaan utang menyeimbangkan biaya dan keseimbangan terkait utang.
Menurut Myers (1984), perusahaan yang menganut teori ini dianggap menetapkan
"rasio utang target" dan berusaha untuk mendapatkannya secara bertahap.
Perusahaan dengan keuntungan tinggi meminjam lebih banyak utang untuk
mendapatkan manfaat pajak. Dalam pengertian ini, dikatakan bahwa perusahaan
yang sangat menguntungkan dapat mengambil lebih banyak pinjaman untuk
membiayai operasi mereka. Dari utang tersebut perusahaan akan mendapatkan
keuntungan dari pajak utang untuk membiayai modal perusahaan.
Pada intinya teori ini dalam struktur modal adalah menyeimbangkan antara
manfaat dan pengorbanan yang timbul akibat penggunaan hutang. Bila manfaat lebih
besar maka tambahan hutang masih diperkenankan, namun jika lebih banyak
pengorbanan yg dikarenakan penggunaan hutang maka hutang tidak diperbolehkan.
Struktur modal perusahaan merupakan hasil trade off dari keuntungan pajak dengan
menggunakan hutang biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang
tersebut.

Teori Pecking Order


Teori pecking order mendalilkan bahwa tidak ada rasio utang terhadap ekuitas
yang optimal. Berdasarkan teori ini, sumber utama modal perusahaan yang pertama kali
harus berasal dari hasil usaha perusahaan yang berupa keuntungan bersih. Jika
laba ditahan tidak cukup untuk membiayai proyek investasi yang menguntungkan
tersebut, maka perusahaan dapat meningkatkan modalnya dengan mencari dana
dari hutang dan kemudian dari modal sendiri atau ekuitas.
Teori pecking order memiliki urutan yang disukai untuk berbagai sumber
keuangan, yang mencerminkan biaya relatif mereka dengan peringkat adalah laba
ditahan, diikuti oleh hutang dan kemudian di luar ekuitas hanya sebagai upaya terakhir.
Perusahaan hanya menggunakan ekuitas dari pihak eksternal apabila dana internal tidak
mencukupi.

TOT dan POT sering ditempatkan dalam menentang, berusaha untuk memastikan
mana di antara mereka yang memberikan klarifikasi terbaik sehubungan dengan
bagaimana perusahaan mendanai kegiatan mereka. Teori trade off menyebutkan bahwa
semakin tinggi penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan, smentara teori
pecking order menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan internal financing
yaitu sumber dana yang paling tidak berisiko dibandingkan dengan berutang.

SIGNALING THEORY

Teori sinyal berguna untuk menggambarkan perilaku ketika dua pihak (individu atau
organisasi) memiliki akses ke informasi yang berbeda. Biasanya, satu pihak, pengirim, harus
memilih apakah dan bagaimana mengomunikasikan (atau memberi sinyal) informasi itu, dan
pihak lain, penerima, harus memilih bagaimana menafsirkan sinyal tersebut. Teori sinyal pada
dasarnya berkaitan dengan pengurangan asimetri informasi antara dua pihak..

Informasi mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang digunakan oleh individu


dalam rumah tangga, bisnis, dan pemerintah. Individu membuat keputusan berdasarkan
informasi publik, yang tersedia secara bebas, dan informasi pribadi, yang hanya tersedia untuk
sebagian dari publik. Selama lebih dari satu abad, model ekonomi formal dari proses
pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi informasi yang sempurna, di mana asimetri
informasi tersebut diabaikan.
Sifat intuitif dari teori pensinyalan sebagian membantu menjelaskan pervasivenya.
Seorang jurnalis pernah bertanya kepada Spence, yang pertama kali mengemukakan teorinya,
apakah mungkin seseorang dapat menerima Hadiah Nobel di bidang Ekonomi karena hanya
memperhatikan bahwa di beberapa pasar, peserta tertentu tidak mengetahui hal-hal tertentu yang
mungkin ingin dikomunikasikan oleh orang lain di pasar.

Dalam perumusan teori signaling, pasar tenaga kerja digunakan untuk memodelkan
fungsi signaling pendidikan. Pemberi kerja potensial kekurangan informasi tentang kualitas
calon pekerja. Oleh karena itu, para kandidat memperoleh pendidikan untuk menunjukkan
kualitas mereka dan mengurangi asimetri informasi. Ini mungkin merupakan sinyal yang dapat
diandalkan karena kandidat berkualitas rendah tidak akan mampu menahan kerasnya pendidikan
tinggi. Inti dari teori sinyal adalah bahwa pemberi sinyal adalah orang dalam yang memperoleh
informasi tentang individu, produk, atau organisasi yang tidak tersedia untuk orang luar. Pada
tingkat yang luas, orang dalam memperoleh informasi, beberapa di antaranya positif dan
beberapa di antaranya negatif, yang menurut orang luar berguna. Informasi ini dapat mencakup,
misalnya, hal-hal spesifik tentang produk atau layanan organisasi. Informasi tersebut mungkin
termasuk hasil penelitian dan pengembangan tahap awal atau berita tahap selanjutnya mengenai
hasil penjualan awal yang dilaporkan oleh agen penjualan.

Penelitian manajemen telah memberikan kontribusi substantif terhadap pemahaman


proses sinyal kompleks yang terjadi antara dua pihak dalam lingkungan informasi asimetris. Para
sarjana mungkin memasangkan ulasan kami tentang literatur manajemen dengan ulasan dari
biologi, antropologi, ekonomi, dan pemasaran untuk membentuk gambaran yang lebih lengkap
tentang wawasan yang diperoleh tentang konstruksi teori sinyal, hubungan, dan proses.

Pengaktifan sinyal menunjukkan karakteristik yang membedakan pemberi sinyal dari


pesaing dan juga penting untuk mengaktifkan kualitas pemberi sinyal. Jadi, misalnya, kehadiran
direktur luar di dewan dapat dianggap sebagai sinyal pengaktifan tata kelola perusahaan yang
baik karena direktur merupakan mekanisme penting untuk mewujudkan tata kelola yang baik.
THE PECKING ORDER THEORY

Ketika sebuah perusahaan mengumumkan masalah baru sekuritas berisiko, investor


rasional, yang berada pada kerugian informasi, melindungi diri mereka sendiri dengan harga
sekuritas ini di diskon. Manajer mengantisipasi diskon sekuritas berisiko dan lebih memilih
untuk gunakan sekuritas yang kebal terhadap masalah lemon. Akibatnya, perusahaan mengikuti
pecking order: ia membiayai dengan sumber daya internal sejauh mungkin.

Teori pecking order memperlakukan unsur-unsur kebutuhan sebagai eksogen.


Singkatnya, perusahaan besar sangat bergantung pada keuangan internal untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Luar masalah utang bersih membiayai defisit kecil yang tersisa. Ekuitas
bukanlah sumber yang signifikan dari pembiayaan untuk perusahaan besar. Sebaliknya,
perusahaan kecil kekurangan sumber daya internal yang cukup dan memperoleh keuangan
eksternal. Meskipun sebagian besar adalah ekuitas, kami juga mencatat masalah utang yang
substansial dengan jumlah kecil perusahaan.

Teori pecking order asli bergantung pada seleksi yang merugikan, Bersama dengan
beberapa asumsi eksogenitas. Urutan kekuasaan tidak menentukan berapa banyak perusahaan di
setiap tingkatan. Jadi teorinya berkaitan dengan perusahaan individu dan diam tentang agregat.
Sastra seringkali secara implisit mengasumsikan bahwa semua atau setidaknya sebagian besar
perusahaan. Beberapa ekonom keuangan memilih untuk menafsirkan teori pecking order secara
harfiah. Mereka umumnya menunjuk pada bukti yang konsisten atau tidak konsisten dengan
suatu rentang implikasi dari teori tersebut.

Teori pecking order awalnya dimotivasi oleh gagasan bahwa ekuitas memiliki lebih
banyak masalah seleksi buruk yang serius daripada utang. Namun, struktur urutan kekuasaan
juga bisa muncul dari faktor lain seperti pertimbangan pajak, biaya transaksi, friksi keagenan,
atau faktor perilaku. Bisa disimpulkan bahwa, Teori Pecking Order ini menyakan bahwa
perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman
dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa.

Anda mungkin juga menyukai