Anggota Kelompok 3 :
Teori keagenan atau agency theory merupakan gambaran hubungan antara pihak yang
memiliki wewenang yakni investor yang juga biasa disebut dengan prrincipal dengan para
manajer yang merupakan agent yang diberikan wewenang. Teori ini pada dasarnya membahas
suatu bentuk kesepakatan di antara pemilik modal dengan manajer guna mengolah suatu
perusahaan. Di teori ini, manajer mengemban taggung jawab yang besar atas keberhasilan
operasional perusahaan yang dikelolanya. Apabila dalam menjalankan amanah atau kepercayaan
tersebut manajer gagal, maka jabatan dan segala fasilitas yang diperolehnya menjadi taruhannya.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), dalam teori keagenan (agency theory), hubungan
agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan
kepada agent tersebut. Pada prakteknya, manajer berperan sebagai pengelola perusahaan harus
mengetahui lebih luas tentang informasi internal dan prospek perusahaam di waktu mendatang
dibandingkan dengan pemilik modal aatau pemegang saham.
Surifah (1999) menyebutkan bahwa teori keagenan ada dua macam kontrak, yaitu kontrak
kerja dan kontrak pinjaman. Dalam kontrak kerja, pemilik perusahaan merupakan principal dan
manajer puncak adalah seorang agent, sedangkan dalam kontrak pinjaman, pemberi pinjaman
merupakan kreditur dan manajer perusahaan adalah pihak agent. Teori agensi berkembang
menjadi dua bagian yaitu positivist dan principal-agent. Kedua hal itu mempunyai asumsi yang
sama mengenai orang-orang, organisasi, dan informasi. Akan tetapi, keduanya juga memiliki
perbedaan dalam kekakuan matematis, variabel dependen, dan gaya.
a. Teori Agensi Positif
Teori ini memfokuskan pada identifikasi situasi dimana principal dan agent
sering menghadapi konflik atas tujuannya dan menjelaskan mekanisme untuk membatasi
perilaku agent dalam memenuhi kepentingan sendiri.
b. Penelitian Principal-Agent
Teori yang menjelaskan bahwa principal-agent merupakan suatu teori umum
yang bisa diterapkan pada pemberi kerja-karyawan, pengacaraklien, pembeli-suplier, dan
hubungan keagenan yang lain. teori principal-agent lebih bersifat abstrak dan matematis
daripada teori agensi positif. Oleh karena itu, kurang bisa diterima oleh peneliti
organisasi.
TRADE OFF THEORY VS PECKING ORDER THEORY
TOT dan POT sering ditempatkan dalam menentang, berusaha untuk memastikan
mana di antara mereka yang memberikan klarifikasi terbaik sehubungan dengan
bagaimana perusahaan mendanai kegiatan mereka. Teori trade off menyebutkan bahwa
semakin tinggi penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan, smentara teori
pecking order menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan internal financing
yaitu sumber dana yang paling tidak berisiko dibandingkan dengan berutang.
SIGNALING THEORY
Teori sinyal berguna untuk menggambarkan perilaku ketika dua pihak (individu atau
organisasi) memiliki akses ke informasi yang berbeda. Biasanya, satu pihak, pengirim, harus
memilih apakah dan bagaimana mengomunikasikan (atau memberi sinyal) informasi itu, dan
pihak lain, penerima, harus memilih bagaimana menafsirkan sinyal tersebut. Teori sinyal pada
dasarnya berkaitan dengan pengurangan asimetri informasi antara dua pihak..
Dalam perumusan teori signaling, pasar tenaga kerja digunakan untuk memodelkan
fungsi signaling pendidikan. Pemberi kerja potensial kekurangan informasi tentang kualitas
calon pekerja. Oleh karena itu, para kandidat memperoleh pendidikan untuk menunjukkan
kualitas mereka dan mengurangi asimetri informasi. Ini mungkin merupakan sinyal yang dapat
diandalkan karena kandidat berkualitas rendah tidak akan mampu menahan kerasnya pendidikan
tinggi. Inti dari teori sinyal adalah bahwa pemberi sinyal adalah orang dalam yang memperoleh
informasi tentang individu, produk, atau organisasi yang tidak tersedia untuk orang luar. Pada
tingkat yang luas, orang dalam memperoleh informasi, beberapa di antaranya positif dan
beberapa di antaranya negatif, yang menurut orang luar berguna. Informasi ini dapat mencakup,
misalnya, hal-hal spesifik tentang produk atau layanan organisasi. Informasi tersebut mungkin
termasuk hasil penelitian dan pengembangan tahap awal atau berita tahap selanjutnya mengenai
hasil penjualan awal yang dilaporkan oleh agen penjualan.
Teori pecking order asli bergantung pada seleksi yang merugikan, Bersama dengan
beberapa asumsi eksogenitas. Urutan kekuasaan tidak menentukan berapa banyak perusahaan di
setiap tingkatan. Jadi teorinya berkaitan dengan perusahaan individu dan diam tentang agregat.
Sastra seringkali secara implisit mengasumsikan bahwa semua atau setidaknya sebagian besar
perusahaan. Beberapa ekonom keuangan memilih untuk menafsirkan teori pecking order secara
harfiah. Mereka umumnya menunjuk pada bukti yang konsisten atau tidak konsisten dengan
suatu rentang implikasi dari teori tersebut.
Teori pecking order awalnya dimotivasi oleh gagasan bahwa ekuitas memiliki lebih
banyak masalah seleksi buruk yang serius daripada utang. Namun, struktur urutan kekuasaan
juga bisa muncul dari faktor lain seperti pertimbangan pajak, biaya transaksi, friksi keagenan,
atau faktor perilaku. Bisa disimpulkan bahwa, Teori Pecking Order ini menyakan bahwa
perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman
dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa.