DISUSUN OLEH :
Nama : Nabila Fitriani
Npm : 2034007
3.7 Geologi
Struktur geologi pada daerah perencanaan dibedakan atas struktur geologi
pada dataran rendah dan darah perbukitan. Di dataran rendah, struktur geologinya
berupa struktur batuan endapan (alluvium) yang berasal dan endapan sungai
sehingga mengandung pasir dan iempung. Sedangkan daerah perbukitan memiliki
strukturgeologi yang sebagian besarberupa batuan beku.
Di daerah perencanaan ini struktur batuan endapan yang ada terdin dari:
a) Alluvial Hidromorfyang terdiri dari endapan tanah liat.
b) Assosiasi Alluvial kelabu dan coklat kekelabuan, yang terdiri dari endapan
tanah liat dan pasir.
Sedangkan struktutr batuan beku yang ada terdiri dari Mediteran cokiat tua,
yang mengandung tufavulkan mtermedier. Berdasarkan peta tanah yang
dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1983, klasifikasi tanah
tersebut mempunyai karaktenstik seperti berikut:
a) Tanah alluvial, baik alluvial hidromorj maupun asosiasi alluvial merupakan
jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi.
b) Sedangkan tanah jenis mediteran cokiat tua adalah tanah yang agak peka
terhadap erosi.
Kondisi tanah yang agak mediteran cokiat tua sesuai dengan sifat dan
kemampuannya dapat dipergunakan untuk bangunan aktivitas publik, yaitu untuk
tanah jenis alluvial. Sedang untuk tanah jenis mediteran lebih sesuai untuk
dipergunakan sebagai pemukiman yang skala aktivitasnya tidak terlalu padat.
walau membutuhkan penanganan khusus untuk mengurangi gejala erosi yang
lebih mudah timbul, seperti dengan penghijauan. Daerah perencanaan mempunyai
jenis tanah yaitu tanah alluvial.
3.8 Tata Guna Lahan
Sesuai dengan peran dan kedudukannya serta aktivitas dan kecenderungan
perkembangannya yang ada sekarang, maka daerah perencanaan akan
dikembangkan dengan fungsi utama sebagai kawasan pusat transportasi, wilayah
kerja pelabuhan dan rekreasi kota, dengan strategi pengembangan yang telah ada.
BAB IV
PERENCANAAN PENYALURAN AIR BUANGAN
4.1 Perhitungan Debit Air Buangan
4.1.1 Debit Air Buangan Dosmetik
Debit hari maksimum adalah debit air limbah domestik pada
kondisi pemakaian air maksimum dalam satu hari selama satu tahun.
Faktor debit hari maksimum bervariasi berkisar 1,1-1,25 dari debit
rata-rata air limbah. Persamaan tersebut dapat dilihat pada
persamaan 2.7 (Hardjosuprapto, 2000):
qmd = fmd ×qr
Keterangan :
qmd = Debit rata-rata hari maksimum (L/detik)
fmd = Faktor debit hari maksimum (1,1-1,25)
qr = Debit rata-rata air limbah (L/detik)
a) Fasilitas Pendidikan
Jumlah TK pada Tahun 2022 = 3 buah
Jumlah murid pada 1 TK = 72 orang
Standar kebutuhan air bersih untuk pendidikan = 16 L/orang/hari
Q air buangan :
= 70 % x 3 buah x 16 L/orang/hari x 72 orang
= 24192 L/hari = 2.419,2 m3/hari
b) Fasilitas Peribadatan
Jumlah Masjid pada Tahun 2005 = 2 buah
Standar kebutuhan air bersih Masjid = 2 m3/unit/hari
Qair buangan
= 70% x 2 buah x 2 m3/unit/hari
= 2,8 m3/hari
Contoh perhitungan
Pada blok 2:
Kuantitas air buangan non domestik:
Jumlah masjid = 2 unit
Standar kebutuhan air bersih untuk masjid= 2 m3unit/hari
Q non domestik = fasilitas x konsumsi air bersih x 70 %
= 1 unit x 2 m3unit/hari x 70 %
= 1,4 m3/hari
4.2 Rencana Saluran Air Buangan
4.2.1 Pemilihan Bentuk Dan Jenis Pipa
Pemilihan bahan saluran perlu mempertimbangkan beberapa faktor
antara lain:
1. Ketersediaan bahan
2. Ketersediaan pekerja
3. Ketersediaan pabrik pembuat pipa dan aksesoris pipa
4. Keahlian dalam pemilihan bahan. Untuk mengetahui bahan pipa
yang umum dipakai pada penyaluran air limbah adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Bahan Pipa yang Umum dipakai untuk Penyaluran Air Limbah
Bahan Dasar Pipa Penyalur Keterangan
Air Limbah
Pipa beton Pada umumnya
digunakanpada pipa dengan
ukuran diameter mencapai
600 mm, lebih ekonomis
akan tetapi kualitas kurang
baik, sering berubah bentuk,
kurang tahan asam.
Pipa fibreglass Sangat tahan asam, akan
tetapi harganya sangat
mahal. Diperlukan untuk
menangani air limbah yang
sangat korosif
Pipa keramik tanah liat Memiliki ukuran diameter ≤
600 mm. Tahan asam, akan
tetapi mudah pecah.
Pipa plastik Tahan korosi dan tekanan
dengan usia operasi yang
relatif panjang.
Pengalirannya baik akan
tetapi harganya sangat
mahal.
Pipa semen asbes Kurang taham asam.
Hargarelatif murah, dengan
sambungan kedap air dan
infiltrasi rendah,
pengalirannya baik, serta
mudah penanganannya.
Saluran sekunder 1 -2
Panjang saluran = 45 m Elevasi tanah awal = +8,6 m Elevasi tanah akhir
= +8,6 m Diameter pipa (D) = 0,1 m
Slope pipa = 0,003
Headloss = Slope x panjang saluran
= 0,003 x 45 m
= 0,135 m
Gambar 5. 2
Sketsa Peletakan Manhole Saluran Tersier Dan Sekunder
4.4.2 Drop Manhole
Drop manhole adalah bangunan yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya terjunan bebas dengan ceburan air yang dapat merusak
dasar manhole serta mengganggu operator. Juga mengurangi H2S
yang lepas. Drop manhole dipasang jika elevasi permukaan air pada
riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan tinggi > 0,6 m
terhadap dasar riol pemasukannya dalam satu manhole pertemuan.
Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol pemasukannya harus
dibelokkan terlebih dahulu miring/vertikal ke bawah ke luar manhole
dengan sambungan Y atau T.
4.4.3 Ventilasi Udara
1. Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang
saling berhadapan agar terjadi aliran udara yang baik dalam
ruang.
2. Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari
lantai agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang.
3. Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi
aliran udara yang baik dalam ruang (efek cerobong).
4. Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran
udara masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas
ketinggian 0.30 m1.80m diatas lantai.
5. Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi
ventilasi horizontal dan vertikal.
6. Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat
berkisar antara 0.10-0.15 m/detik. Untuk kesehatan tidak
melebihi 0.5 m/det, atau kurang dari 0.10 m/det.
Suhu udara yang mengalir mempengaruhi kenyamanan,
udara yang mengalir dengan kecepatan 0.6 m/det pada suhu 300
C tidak terasa jelek, tetapi aliran udara dengan kecepatan 0.15
m/det. Pada suhu 120 C terasa tidak enak. Udara yang mengalir
diatas lantai yang dingin terasa tidak enak.
Udara yang mengalir dengan kecepatan 0.10 m/det didaerah
pegunungan terasa sangat dingin pada kaki. Pada tempat-tempat
dengan kecepatan udara tinggi, dikendalikan dengan memasang
penahan atau pembelok arah angin (deflektor) pada bukaan,
yang dapat digerakkan untuk mengatur arah angin, dan
kecepatan angin masuk.
4.4.4 Pompa
Pompa merupakan suatu alat yang digunakan untuk
memindahkan zat cair dari permukaan yang rendah ke
permukaan yang lebih tinggi. Sedangkan pemompaan
didefinisikan sebagai penambahan energi untuk memindahkan
zat cair dari permukaan yang rendah ke permukaan yang lebih
tinggi atau dari tekanan rendah ke tekanan yang lebih tinggi.
Prinsip pemindahan zat cair ini berdasarkan perubahan tekanan
kerja yang diberikan oleh pompa tersebut pada zat cair yang
dipindahkan (Mahatyanta 2016). Tekanan kerja yang diberikan
oleh pompa akan digunakan untuk:
Mengatasi kerugian tekanan pada pompa dan sistemnya
Mengatasi tekanan atmosfir
Mengatasi tekanan kerja pada tempat yang akan dituju zat cair
tersebut.
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus
disediakan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang
direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi pompa, atau tekanan
untuk mengalirkan sejumlah zat cair,yang umumnya dinyatakan
dalam satuan panjang.
Headsistem = Hfmayor + Hfminor
Keterangan:
Headsistem = Kehilangan tekanan pada sistem pemompaan (m)
Hfmayor = Kerugian gesek dalam pipa (m)
Hfminor = Kerugian gesek akibat aksesoris pipa (m)
HfMayor = Q 1,25
xL
0,00155 x c x D2,63
Keterangan:
Hfmayor = Kerugian gesek dalam pipa (m)
Q = Debit air yang dipompa (L/detik)
C = Koefisien gesek
D = Diameter Pipa (mm)
L = Panjang Pipa (m)
HfMinor = k x V2
2xg
Keterangan:
Hfminor = Kerugian gesek akibat aksesoris pipa (m)
k = Koefisien jenis aksesoris
v = Kecepatan rata – rata aliran (m/s)
g = Percepatan gravitasi
Headsistem = Hfmayor + Hfminor + Hstatis
4.4.5 Rencana Bangunan Manhole
Cluster 1
Saluran tersier 5 - = 113,6 m
1 Panjang saluran
Diameter terpasang = 100 mm
Jarak antar manhole = 100 m
Manhole yang digunakan = 2 buah
- manhole lurus
Saluran sekunder 1 = 45 m
-2 Panjang saluran
Manhole yang digunakan = 1 buah
- manhole belok
Saluran primer 1b - = 17,2 m
1c Panjang saluran
Manhole yang digunakan = 1 buah
- manhole perempatan
Gambar 4.2
Sketsa peletakan manhole saluran primer
Perhitungan jumlah manhole dan tipe manhole yang ada pada setiap saluran.
4.4.6 Bangunan Syphon
Dalam merencanakan pembuatan siphon beberapa hal harus
dipertimbangkan. Khususnya untuk siphon yang melintasi dasar
sungai.
Siphon harus bisa bertahan saat kondisi saluran tanpa air. Artinya
jika sewaktu-waktu air datang kembali, secara otomatis siphon bisa
bekerja dengan normal dan langsung bisa mengalirkan air kembali.
Caranya adalah dengan menahan gaya uplift, yaitu gaya tekanan
hidrostatis yang menekan ke bagian atas. Satunya lagi adalah gaya
penahan yang mengarah ke bagian bawah siphon. Sehingga ketika
dua gaya ini seimbang, maka siphon bisa tetap berada pada kondisi
normal.
Posisi siphon harus sesuai dengan kedalaman sungai. Artinya
siphon tidak terganggu oleh kondisi permukaan dasar sungai yang
membuat saluran bisa terkikis. Terletak horisontal di bagian tengah
sungai, kemudian miring di bagian lereng sungai, dan juga ada
lapisan penutup berupa pasangan gabion atau bronjong.
Pembuatan siphon juga harus memperhatikan energi aliran air di
dalam saluran. Sehingga harus berada di sungai dengan bentang
terpendek dan meminimalisir belokan pada setiap konstruksi siphon.
Dalam metode pembuatan siphon ini biasanya dilakukan dengan
diversion chanel (saluran pengelak) atau diversion tunnel
(terowongan pengelak) dan juga dewatering. Pada metode pertama
dilakukan pengalihan aliran sungai berupa saluran pengelak yang
terbuka, atau juga bisa digunakan saluran pengelak tertutup.
Sebelum membuat saluran tersebut dibuat cofferdam (tanggul
penahan) untuk membatasi aliran air agar tidak mengganggu lokasi
diversion tersebut. Saluran-saluran ini digunakan untuk mengalihkan
aliran sungai, sehingga pengerjaan siphon bisa dilakukan dengan
mudah tanpa harus mengganggu debit aliran sungai.
Sedangkan untuk dewatering merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk pembuatan siphon saat sungai sedang kosong.
Biasanya pengerjaan dewatering ini dilakukan pada musim kemarau,
sehingga aliran sungai bisa jadi sangat kecil, atau juga kosong sama
sekali. Metode dewatering ini sering dilakukan karena biayanya
relatif lebih kecil daripada metode lainnya. Itulah konstruksi
pembuatan siphon yang digunakan untuk memperluas saluran irigasi.
Sehingga masyarakat bisa mendapat air lebih mudah dan lebih
efektif.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari sistem penyaluran air limbah antara lain: debit air limbah
total yang disalurkan melalui perpipaan air limbah adalah 1,69 m3 /detik dengan
diameter pipa primer sebesar 600 mm, slope pipa yang digunakan agar kecepatan
air limbah memenuhi syarat kecepatan minimum adalah 0.4%. Kedalaman
penanaman pipa air limbah awal adalah 1.69 m dan kedalaman pipa akhirnya
adalah 1,69 m.
5.2 Saran
1. Apabila akan diimplementasikan harus diverifikasi kembali dengan data
dilapangan dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih baik dan detail.
2. Dibutuhkan kegiatan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat
mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta penyaluran
dan pemeliharaan air limbah domestik oleh lembaga pemerintahan,
organisasi, serta komunitas yang terkait hingga tidak terjadi kegiatan
BABS dan perilaku tidak sehat lainnya serta terciptanya pengelolaan air
limbah yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA