Anda di halaman 1dari 45

ABSTRAK

NAMA: ANDRI BASTAMAN, Judul PTK: Peningkatan Pembelajaran


Pembelajaran Lompat Jauh dengan Menggunakan Alat Bantu Kardus Mata
Pelajaran Penjaskes (PTK di Kelas X IPA 1 SM Negeri 2 Banjar Kota Banjar Tahun
Pelajaran 2019-2020).
Latar belakang penelitian ini adalah terlihat rendahnya kemampuan siswa kelas X IPA 1
SMA Negeri 2 Banjar pada proses pembelajran PJOK Materi lompat jauh. Hal tersebut
disebabkan oleh minimnya inovasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran banyak
dilakukan di kelas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, 1) Bagaimana penerapan alat bantu kardus bisa meningkatkan hasil
pembelajaran lompat jauh kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Banjar? 2) Bagaimana
peningkatan hasil pemblajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu kardus di
kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Banjar? Alat bantu Kardus dalam pembelajaran bisa
mempermudah siswa mempelajarai materi karena lebih menarik dan tidak berbahaya dan
membuat siswa merasa senang. Alat bantu kardus juga sangat membantu guru untuk
memperbarui proses pembelajaran dan membuat anak semakin percaya diri dan berani.
Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Peneliti memfokuskan pada siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Banjar. Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari
rencana, tindakan, observasi, praktik. Analisis data penelitian ini secara deskriptif
persentase. Hasil penelitian menunjukan bentuk: 1) Penerapan alat bantu kardus dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam lompat jauh karena pada setiap siklus mengalami
peningkatan. Membuat anak berani untuk melakukan loncatan karena kardus bersifat
lunak, Dan adanya media baru yang baru mereka lihat bisa dijadikan alat bantu dalam
pembelajaran. 2) Nilai praktik siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Karena
persentase ketuntasan dari prasiklus sampai kesiklus II mencapai 54,54%.Dengan nilai
rata-rata prasiklus 48,48 dengan persentase ketuntasan 27,27%, siklus I nilai rata-rata 78
dengan persentase ketuntasan 51,51%, siklus II nilai rata-rata mencapai 82 dengan nilai
persentase ketuntasan 81,81%.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem


pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, emosional yang stabil, keterampilan
sosial dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Menurut Jesse Feiring Wiliams, pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivita
jasmani manusiawi yang terpilih sehingga aktivitas jasamani manusiawi yang
diinginkan. Pengertian didukung oleh adanya pemahaman bahwa: Manakah
pikiran (mental) dan tubuh disebut dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani
yang menekankan pendidikan fsikal. Melalui pemahaman sisi kealamian fitrah
manusia ketika sisi keuntungan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat
dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fsikal.
Pemahaman ini menunjukan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan
respon emosional, hubunganpersonal, perilaku kelompok, pembelajaran mental,
intelektual, emosional, dan estetika.

Pendidikan aktivitas fisik maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas


jasmani, tujuannya mencakup semua aspek perkembangan pendidikan, termasuk
pertumbuhan mental dan sosial siswa. Secara fisik, pikiran harus dibelajarkan dan
dikembangkan, selain itu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar
bekerjasama dengan siswa lain.

Pendidikan jasmani pun memang sangat penting dipelajari, beban belajar


disekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Jika di sekolah
anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi
yang dicapai pada saat ini, malah mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang
gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti: menonton TV atau
bermain video game. Tidak mengeherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran
anak semakin menurun.
Dengan demikian rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala
penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing
manis dan lain sebagainya.

1
2

Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga


kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik,
anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan
jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungannya yang
ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan
saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaanya, sambil
terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan mengajarkan
berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan penerapan dalam bermain serta
mengembangkan nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama) serta pembiasaan pola hidup
sehat. Aktivitas yang diberikan dalam pembelajaran harus mendapatkan sentuhan
didaktik- metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan
pembelajaran sehingga akan muncul potensi atau kemampuan dalam pembelajaran
lompat tinggi.
Proses belajar-mengajar pendidikan jasmani tidak akan lepas dari belajar gerak.
Belajar gerak merupakan salah satu bentuk belajar yang mempunyai penekanan pada
kemampuan fisik, yaitu untuk tujuan pengingkatan kualitas gerak tubuh.
Dalam pendidikan jasmani banyak cabang olahraga yang bersifat kelompok
dan individu. Cabang yang berkelompok salah satunya seperti bola voli, basket, sepak
bola, sedangkan individu seperti silat,berkuda, tinju, angkat besi dan lain lain. Setiap
cabang olahraga pasti selalu dibuat pertandingan dalam ajang apapun salah satunya
adanya olimpiade.

Olimpiade merupakan suatu aktivitas gerak tubuh, mulai darianggota tubuh


bagian atas dan bagian bawah. Dikatakanaktivitas karena memiliki tujuan
pada akhirnya, yakni kualitas hidup yang meningkat, sehingga menjadikan
tubuh menjadisehat dan bugar. Aktivitas menyehatkan ini selain dijadikan
aktivitas pengisi waktu luang, juga dapat dijadikan sebagaisarana untuk
mengasah kemampuan diri dalam berolahraga atauwadah untuk menjadi atlet
profesional atau olahraga prestasi.

Jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan pun semakin bertambah.


Antara lain cabang atletik juga banyak dipertandingkan dalam olimpiade, karena
atletik merupakan olahraga dari berbagai macam penggabungan gerakan, seperti
olahraga jalan, lari, lompat, dan melempar. Olahraga atletik seringkali digunakan
sebagai pengujian kesehatan jasmani seorang siswa, baik dari segi kekuatan,
kecepatan, kelenturan, daya tahan, dan koordinasi. Atletik sering juga disebut
sebagai induk dari segala cabang olahraga karena tiap cabang olahraga tidak pernah
lepas dari kegiatan atletik sebagai program pelatihannya.
3

Oleh karena itu, atletik merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan
jasmani yang wajib diberikan kepada siswa dari sekolah dasar, karena atletik
merupakan salah satu cabang olahraga. Gerakan- gerakan yang ada didalam atletik
dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga.

Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling
tua di dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung sudah dilakukan sejak adanya
peradaban manusia di permukaan bumi ini. Bahkan gerak itu secara tidak
disadari sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap
berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan dan kematangan biologis,
mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai kepada tingkat gerak yang
sangat kompleks.

Gerak yang dilakukan manusia didalam kesehariannya itu juga termasuk


kedalam atletik. Karena pada dasarnya gerak tidak akan pernah hilang dari keseharian
seseorang, dan akan selalu mengalami gerak-gerak disetiap saatnya.
Fase pertama dalam belajar keterampilan gerak disebut fase kognitif, karena
pada tahap ini siswa sangat terfokus pada proses bagaimana suatu gerakan harus
dilakukan. Dan fase kedua dalam belajar keterampilan gerak disebut fase asosiatif.
Pada tahap proses belajar ini, siswa lebih berkonsentrasi pada suatu dinamika
keterampilan dan koordinasi gerakan dari bagian-bagian keterampilan untuk
menghasilkan kelancaran dan kehalusan gerakan
Tujuan utama pembelajaran keterampilan gerak adalah perkembangan gerak
yang terampil. Sehubungan dengan itu, pendidik harus mengetahui dan memahami
karakteristik keterampilan yang akan diajarkannya dan bagaimana mengajarnya.
Pembelajaran penjas cabang atletik di sekolah menengah pertama ada beberapa
macam, salah satunya jalan, lari, lompat dan lempar. Jalan cepat dibagi kedalam dua
kategori, yaitu putra dan putri. Sedangkan lari bisa dilihat dari jarak yang ditempuh,
lintasan yang dilewati, jumlah peserta dan jumlah nomor. Lompat dibagi ke dalam
beberapa kategori, seperti: lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit dan lompat
tinggi galah. Dan lempar dibagi ke dalam beberapa kategori, seperti: lempar lembing,
tolak peluru, lontar martil dan lempar cakram.
Dalam materi lompat jauh adalah pelajaran yang sangat menyenangkan apabila
dilakukan dengan berbagai variasi yang sesuai teknik. Adapun komponen mengajar
proses pembelajaran atau belajar mengajar meliputi 1) Tujuan 2) Siswa 3) Materi
pelajaran 4) Kegiatan belajar 5) Metode 6) model 7) alat atau media 8) sumber
4

belajar 9) Evaluasi. Dari kesembilan komponen tersebut, alat atau media


pembelajaran juga sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Sehingga
dalam proses belajar mengajar perlu adanya penerapan satu model atau alat dan
media pembelajaran untuk mencapai hasil belajar.
Kegiatan mengajar, seorang pendidik harus menggunakan alat atau media
pembelajaran yang tepat. Banyak sekali alat atau media yang bisa digunakan oleh
pendidik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2
Banjar, Kecamatan Langensari, Kota Banjar khususnya pada siswa kelas X IPA 1
materi lompat juah belum mencapai hasil belajar yang maksimal karena kurangnya
sarana prasarana dan kreatifitas guru. Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran
lompat jauh. Satu hal lagi permasalahan yang utama adalah materi pembelajaran
lompat jauh siswa kelas X IPA 1 di SMA Negeri 2 Banjar hasil belajarnya di bawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hampir dari setengah jumlah siswa.
Berdasarkan tahun terakhir jumlah siswa yang memenuhi KKM (Ketuntasan Kriteria
Minimal) lompat tinggi di bawah KKM, nilai kelulusan lompat jauh dengan jumlah
siswa 32 dengan hasil kkm 70 dan 9 siswa tuntas, 24 siswa tidak tuntas. Dengan
hasil rata-rata masih dibawah kkm yaitu 48,48.

Dalam mengatasi hal tersebut peneliti menerapkan alat bantu kardus bisa
mempermudah dan membuat siswa berani dalam melakukan lompatan melayang
gaya melenting. Sebagai upaya tindakan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar
lompat jauh.
Untuk itu penulis ingin menerapkan suatu alat bantu pembelajaran melalui
kardus, dengan harapan siswa akan lebih aktif, berani dan percaya diri dalam
melakukan proses pembelajaran melalui alat bantu ini, sehingga siswa mampu
melakukannya. Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Peningkatan
Pembelajaran Lompat Jauh Dengan Menggunakan Alat Bantu Kardus Mata
Pelajaran Penjaskes di kelas X IPA 1 SMP Negeri 2 Banjar”
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa
rumusan masalah, yaitu:
a. Bagaimana penerapan alat bantu kardus bisa meningkatkan hasil
pembelajaran lompat jauh gaya melenting di kelas X IPA 1 di SMA
Negeri 2 Banjar?
b. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran lompat jauh gaya melenting
dengan menggunakan alat bantu kardus di kelas kelas X IPA 1 di SMA
Negeri 2 Banjar?

C. Tujuan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar lopat jauh gaya
melenting, dengan menggunakan alat bantu kardus karet pada siswa kelas X IPA 1
di SMA Negeri 2 Banjar, diantaranya :
a. Untuk mengetahui alat bantu kardus dapat meningkatkan hasil
pembelajaran lompat jauh gaya melenting di kelas kelas X IPA 1 di SMA
Negeri 2 Banjar Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran
lompat jauh gaya melenting di kelas X IPA 1 di SMA Negeri 2 Banjar.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya
meningkatkan pembelajaran, khususnya pada kegiatan belajar mengajar (KBM) di
kelas X IPA 1 di SMA Negeri 2 Banjar. Adapun secara detail manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini di antaranya:

a. Bagi Siswa
Siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam materi lompat jauh gaya
melenting.
b. Bagi Guru
i. Melalui PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang
dihadapi disekolah mengenai alat bantu pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar.
ii. Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar.
6

iii. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan


memanfaatkan segala alat bantu pembelajaran anak yang ada di
lingkungan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan.
c. Bagi Sekolah
i. Sekolah mampu mengevaluasi model pembelajaran yang tepat
untuk peningkatan pemahaman belajar siswa.
ii. Dapat digunakan sebagai alternatif dalam menentukan strategi
dalam memberikan pembelajaran melalui alat bantu kardus.
d. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang alat bantu kardus yang
bisa meningkatkan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.

E. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan PTK ini terbagi kedalam tiga bab yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang masalah, Rumusan
masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II Kajian Pustaka, hipotesis tindakan. Terdiri atas:
Pengertian pembelajaran, pengertian hasil belajar, hakikat pembelajaran
jasmani dan kesehatan, materi penjas di kelas IX, alat bantu bola yang diganutng,
lompat jauh gaya melenting, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
BAB III Metodologi Penelitian, terdiri atas:
Pendekatan penelitian, rancangan penelitian, waktu penelitian, tempat
penelitian, pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian, subjek penelitian,
pengumpulan data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri atas deskripsi kegiatan
prasiklus, pembahasan penelitian, dan jawaban hipotesis.
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran- saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran dalam keseharian di sekolah sering dipahami, sama dengan proses
belajar mengajar yang di dalamnya ada interaksi pendidik dan peserta didik untuk
mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik.

Pembelajaran merupakan kata dari istilah instruction, yang mengandung arti lebih
luas dari pengajaran. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek didik
yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik
dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran tidak
hanya terjadi dalam pendidikan tetapi juga dalam pelatihan.
Maka dari itu membuat rencana pembelajaran sangatlah penting dalam proses
pembelajaran. Karena di situ sudah mencakup semua subjek yang ingin dicapai sesuai
tujuan pendidik.

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

Siswa mampu mengetahui bakat dan minatnya dari proses pembelajaran. Maka dari
itu pembelajaran sangat penting dalam suatu pendidikan, karena proses yang dilalui pun
sangat berpengaruh dan guru harus bisa memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar
sekolah untui bisa dijadikan bahan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya


sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut
banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal yang datang dari dalam individu
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkunganya

Pendidik sangat berpengaruh dalam tingkah laku anak dikelas ataupun


dilingkungan sekolah. Pendidik harus siap memerhatikan tingkah laku yang berbeda atau
berubah pada anak. Karena terkadang ada anak yang sulit untuk berinteraksi, maka dari itu
pendidik berperan penting didalamnya.

7
8

Pembelajaran itu merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada lingkungan belajar. Interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar
dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran, diantaranya peningkatan motivasi dan
hasil belajar siswa. Kompetensi berupa sejumlah kemampuan bermakna dalam aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajar.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan


yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya

Interaksi yang baik dengan lingkungan akan menimbulkan hal positif yang baik.
Karena itu sebagai pendidik harus mampu untuk memantau perubahan tingkah laku anak
baik di kelas ataupun dilingkungan sekolah.

Sebagian orang telah beranggapan bahwa belajar adalah semata- mata


mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terkesan dalam bentuk
informasi/materi pelajaran, orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera
merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan
sebagai besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkakan oleh guru.

Anak mampu menyebutkan kembali informasi yang telah disampaikan guru, dan
mampu mengucapkannya secara lisan dengan berbagai cara pendidik menyampaikan
segala informasi dalam sebuah pembelajaran.

Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: (i) kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar, (ii) respons si
pembelajar, dan (iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,
perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.6
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar itu ada
suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman,
maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan tingkah laku yang
diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya
adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan
9

bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu
pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

2. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran


Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil dan sasaran yang
harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur dan patokan ukuran untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran


Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditunjukkan untuk mengatasi 10 kebosanan siswa sehingga dalam situasi
belajar mengajar, siswa senang bisa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok/komponen.

a. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi penggunaan variasi suara, pemusatan
perhatian siswa, kesenyapan dan kebisuan guru, mengadakan kontak pandang dan
gerak, gerakan badan, mimik, dan pergantian posisi guru dan gerak guru dalam
kelas.
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran
bila ditinjau dari indra yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian,
yakni dapat didengar, dilihat dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara
lain sebagai berikut: variasi alat atau bahan yang dapat dilihat, variasi alat atau
bahan yang dapat didengar, variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dan variasi
alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi
10

pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta


untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran di Kelas


Terdapat 3 (tiga) faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di
kelas, antara lain adalah faktor yang datang dari guru, peserta didik, dan lingkungan.

a. Guru

Dalam sebuah proses pendidikan/pembelajaran, guru merupakan salah satu


komponen terpenting karena dianggap mampu memahami, mendalami, melaksanakan,
dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka guru
menjadi pihak yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.
Pengaruh guru dalam proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan
keprofesionalitasan guru itu sendiri. Guru yang profesional didukung oleh tiga hal,
yakni: keahlian, komitmen, dan keterampilan.

b. Peserta didik
Peserta didik sebagai penerima berbagai transfer pengetahuan, sikap, dan
keterampilan guna perubahan dalam dirinya sebagai proses pembelajaran juga menjadi
penentu dan hal yang mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri. Di antara
pengaruh peserta didik dalam proses pembelajaran adalah kondisi peserta didik itu
sendiri yang dipengaruhi beragam aspek dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya
yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya dalam menerima pelajaran.

c. Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup
lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah.

(a) Lingkungan kelas


Lingkungan kelas merupakan suatu tempat tertentu yang secara spasial menjadi
lokasi proses pembelajaran. Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah
gedung sekolah, tapi dapat dilakukan di mana saja asalkan terjadi interaksi
pembelajaran antara guru dan peserta didik serta merupakan bagian dari proses
11

pembelajaran yang sistematis. Lingkungan kelas akan sangat mempengaruhi proses


pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan kondisi dalam kelas itu sendiri.

(b) Lingkungan sekitar sekolah


Lokasi sekolah turut mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Sekolah yang
terletak di lingkungan yang sejuk dan asri akan mendukung proses pembelajaran.

5. Pengertian Hasil Belajar


Seperti pemaparan di atas banyak yang berpendapat mengenai pengertian belajar
salah satunya yaitu belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan dalam
belajar yaitu hasil dari belajar. “Bloom menyebutkan dengan tiga ranah hasil belajar,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor”.

Secara umum, hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor- faktor
yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal, yaitu faktor- faktor yang berada di luar
diri siswa, yang tergolong faktor internal ialah:

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang dipeoleh
dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersipat bawaan maupun keturunan, yang meliputi:
1. Faktor internal terdiri atas:
a. Faktor Potensial, yaitu intelegnsi dan bakat.
b. Faktor Actual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
2. Faktor non- intelektual yaitu komponen- komponen kepribadian tertentu seperti
sikap, minat, kebisaan,motivassi, kebutuhan, konsp diri, emosional, dan
sebagainya.
c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor kstrnal adalah:
1. Faktor social yang terdiri atas :
a) Faktor lingkungan keluarga.
b) Faktor lingkungan sekolah.
c) Faktor lingkungan masyarakat.
d) Faktor kelompok.
2. Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan teknologi, kesenian
dan sebagainya.
3. faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, fasilitas iklim,
dan seebagainya.
4. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan

Faktor- faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung
dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang.
12

B. Hakikat Pembelajaran Jasmani dan Kesehatan

1. Pengertian Penjaskes
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuam pendidikan jasmani bukan aktivitas
jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan


aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memerlukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, makhluk tetal, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh
luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan
jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya:
hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada
pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek
lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.

Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:


 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas
jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
 Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan
gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
 Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
 Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik
secara kelompok ataupun individu.
 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan afektif dalam
hubungan atar individu.
13

 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani termasuk


permainan olahraga.
Diringkasan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain
kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.

Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang


bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh.

Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran


PENJASKES merupakan mata pelajaran yang mengajarkan tentang berbagai jenis gerak
tubuh dengan segala manfaat dan tujuannya untuk kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
PENJASKES memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mendidik siswa agar tetap
beraktivitas walau hanya beberpa gerakan, karena untuk terhindar dari segala penyakit .
Pendidikan Jasmani di Sekolah juga mutlak sangat dibutuhkan. Bukan hanya
meningkatkan kebugaran jasmani anak, melainkan juga memberi gerak yang bervariasi dan
bermakna bagi anak.

C. Alat Bantu Kardus


1. Pengertian Alat Bantu kardus
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa
belajar untuk mencapai tujuan belajar. “Media pembelajaran adalah suatu bentuk alat atau
benda untuk membantu terciptanya suasana belajar menjadi mudah dan menyenangkan”.
Dengan alat bantu diharapkan siswa lebih mudah mempelajari materi yang
disampaikan guru. Apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan alat-alat yang menarik
dan tidak berbahaya maka siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik. Dalam penelitian ini alat bantu yang digunakan adalah kardus bekas air
mineral sebagai rangsangan tinggi dalam pembelajaran lompat jauh yang bertujuan untuk
merangsang siswa agar mampu melompat semaksimal mungkin.
Kardus sangat membantu guru untuk memperbarui proses pembelajaran agar lebih
menyenangkan dan membuat anak semakin percaya diri dan berani. Menggunakan alat
atau media yang tidak terpakai juga bisa digunakan, pakailah barang yang tidak terpakai
yang ada disekeliling kita dan disesuaikan dengan materi pembelajarannya.
14

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan kardus yang bertujuan untuk merangsang


siswa melaukan lompatan.
Kardus mampu membuat anak menjadi lebih percaya di untuk melakukan sebuah
lompatan. Dan membuat anak berani karena kardus bersifat lemek atau tidak keras dan
tidak sakit saat terkena bagian badan saat melakukan lompatan.
“Pembelajaran lompat tinggi menggunakan kardus bertujuan agar dapat
merangsang siswa untuk melakukan lompatan agar kaki terangkat ke atas depan
untuk menunjang melayang di udara gaya jongkok”. Kardus bersifat lunak, tidak
berbahaya apabila dipergunakan sebagai media pembelajaran, sehingga anak tidak
merasa takut untuk melakukan latihan melompat. Pelaksanaan pembelajaran lompat
jauh menggunakan kardus yang diletakan di depan papan tolakan, dengan
ketinggian tertentu dan diatur sedemikian rupa. Siswa melakukan lompatan
melewati kardus, dengan diawali lari kemudian menumpu dan menolak melewati
kardus.
Namun sebagaimana alat bantu lainnya, dalam penerapannya pun ada kelemahan
dan kelebihan dalam menggunakan alat bantu karet.
a. Kelebihan alat bantu kardus
Berdasarkan penjelasan mengenai alat bantu kardus, peneliti mengambil
kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan alat bantu kardus.
1) Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam begerak dan bertanya.
2) Bisa belajar sambil bermain.
3) Membuat siswa lebih bersemangat lagi dalam mengikuti pembelajaran.
4) Melatih kesiapan siswa.
5) Saling memberikan pengetahuan.
b. Kekurangan alat bantu kardus
Berdasarkan penjelasan mengenai alat bantu kardus, peneliti mengambil
kesimpulan ada beberapa kekurangan penerapan alat bantu kardus
1) Tinggi kardus kurang fleksibel
2) Mudah rusak
2. Tujuan Alat Bantu Kardus
Alat bantu kardus biasanya di gunakan bertujuan untuk merangsang siswa
melakukan lompatan agar kaki terangkat keatas depan untuk menunjang melayang gaya
jongkok. Karena karet bersifat lunak, tidak berbahaya apabila digunakan sebagai alat bantu
pembelajaran, sehingga anak tidak takut untuk melakukan lompatan.
15

Pelaksanaan pembelajaran lompat jauh menggunakan kardus yang disimpan di


depan papan tolakan, dengan ketinggian tertentu dan diatur sedemikian rupa. Siswa
melakukan lompatan melewati kardus, dengan diawali lari kemudian menumpu dan
menolak melewati kardus.

D. Materi Penjaskes Di Kelas X


1. Dasar Lompat
Pada gerak dasar melompat dalam cabang olahraga atletik dibagi menjadi beberapa
nomor yaitu:

a. Lompat jauh istilah lainnya long jump, dalam lompat jauh ini memiliki beberapa
gaya antara lain: gaya jongkok, gaya melenting dan gaya berjalan di udara.
b. Lompat tinggi istilah lainnya hig jump, dalam lompat tinggi juga memiliki gaya
untuk dapat menghasilkan lompatan yang sempurna.
c. Lompat jangkit istilah lainnya triple jump, dalam lompat jangkit ini bentuk
lompatannya sama dengan lompat jauh namun yang membedakannya awalannya
kalau lompat jangkit pada awalan sebelum melompat ada gerakan engklek.
d. Lompat galah dalam gerakan lompat galah ini gerakannya hampir sama dengan
lompat tinggin yang membedakannya awalannya menggunakan galah yang panjang
dan ketinggian mistarnya juga berbeda.
E. Lompat Jauh
1. Sejarah Lompat Jauh
Lompat jauh adalah salah satu nomor pada cabang olahraga atletik dan yang
diperlombakan di event antarpelajar, nasional, hingga internasional. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), lompat jauh adalah melompat ke depan dengan bertolak pada
satu kaki untuk mencapai suatu kejauhan yang dapat dijangkau, jarak loncatan diukur
mulai dari titik tumpuan loncatan sampai dengan jejak pertama di kotak pasir sesudah
melompat. Pada cabang olahraga atletik tersebut, lompat jauh dilakukan di dalam lintasan
dan mengharuskan para atlet melakukan loncatan sejauh mungkin. Adapun olahraga
lompat jauh memiliki sejarah panjang dan memiliki macam-macam gaya.

Dilansir dari situs World Athletics, lompat jauh memiliki sejarah panjang. Lompat
jauh (long jump) mulai diperlombakan pada ajang Olimpiade pertama di Athena, Yunani,
1896. Akan tetapi, keberadaan lompat jauh ternyata sudah ada sebelum 1896. Asal-usul
16

olahraga lompat jauh bermula ketika 13 abad lalu atau sekitar tahun 708 Masehi saat ada
Olimpiade Kuno di Yunani. Sejarah mencatat bahwa awalnya event dalam Olimpiade
Kuno diadakan untuk tujuan latihan militer perang. Lompat jauh dipercaya bisa melatih
ketangkasan prajurit perang dalam melompati rintangan seperti jurang atau parit. Namun,
jangan disamakan teknik lompat jauh zaman dahulu dan sekarang karena pasti berbeda.

2. Teknik-teknik Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok

Rangkaian cara melakukan lompat jauh gaya jongkok dapat dijelaskan dalam
beberapa tahapan, seperti dilansir dari berbagai sumber.
a. Awalan
Tahapan gerak lompat jauh dimulai oleh seorang pelompat dengan membangun
momentum kecepatan dengan berlari dalam lintasan yang disediakan. Jarak awalan
lompat jauh gaya jongkok adalah 20 hingga 40 meter, sebelum mencapai batas jarak
awalan yang sudah ditentukan mendekati titik tolak.
b. Tolakan
Gerakan tolakan dilakukan pada papan di ujung lintasan lari awalan, dengan
menempatkan satu kaki tumpuan sebagai penyokong tubuh sebelum melompat.
Pelompat memakai kaki terkuat agar dapat menghasilkan tolakan maksimal, sembari
menempatkan pinggul sedikit berada di depan bahu.
c. Melayang di udara
Sikap melayang di udara menunjukkan ciri utama gerakan lompat jauh gaya jongkok,
yakni menekuk lutut menuju ke atas saat sudah berhasil melompat dari titik tolak. Di
samping itu, pelompat juga meluruskan tangan sambil membungkukkan badan ke arah
depan saat berada di udara.
d. Sikap mendarat
Tumit kaki menjadi bagian tubuh paling pertama yang diusahakan untuk menyentuh
permukaan bak pasir saat mendarat dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok. Ketika
sudah menapakkan kedua kaki, usahakan dorong tubuh ke arah depan dengan
mengangkat bagian pinggul sembari menjatuhkan diri.
3. Tujuan Lompat Jauh
Sebagai satu di antara cabang olahraga, lompat jauh tentu memiliki tujuan
tersendiri, dan dalam melakukannya pun tidak asal melainkan dengan teknik yang
mempuni.
17

Meski terlihat simpel dan mudah, lompat jauh membutuhkan penguasaan teknik
dasar yang baik dan benar.

Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh
mungkin ke sebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan
tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh.

Sementara, menurut Engkos Kosasih (1985:67) via simpkb.id, yang menjadi tujuan
lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dengan mempunyai
empat unsur gerakan, yaitu awalan, tolakan, sikap badan di udara, dan sikap badan pada
waktu jatuh atau mendarat.

F. Kerangka Berpikir
Pada suatu proses belajar mengajar di dalam kelas yang terpenting yaitu konsentrasi,
karena ketika proses belajar mengajar berlangsung jika kurang nya konsentrasi ketika
proses belajar mengajar berlangsung maka akan kurangnya pemahaman dalam memahami
materi. Oleh karena itu siswa harus serius dan berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar agar mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat
bantu kardus ini juga sangat membantu anak lebih percaya diri baik dalam bertanya ataupun
bergerak, dan melatih kesiapan siswa serta saling memberikan pengetahuan tentang alat
bantu kardus yang digunakan oleh guru. Tapi ada juga kendala salah satunya kardus mudah
rusak apabila tertabrak atau terinjak. Selain itu faktor fisik juga sangat menentukan dalam
proses pembelajaran lompat jauh, penguasaan gerak harus bisa ditampilkan oleh siswa,
karena ini sangat membantu siswa untuk melakukan

G. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka dapat disimpulkan hipotesis
yaitu terdapatnya “peningkatan proses pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan
alat bantu kardus”.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa inggris classroom
action research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di
kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh kurt
lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh stephen
kemmis,robin mc taggart, john elliot, dave ebbutt dan lainnya.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di


dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas
dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah lain dalam
bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah
menunjukan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan dikelas.

Menurut Kemmis menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah


sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai
situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas
dan keadilan) kegiatan praktek sosial atau

27
pendidikan mereka mengenai kegiatan praktek pendidikan, situasi yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Ebbutt mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik


dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok
guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi merekamengenai hasil dari tindakan tindakan
tersebut.
Pada awalnya penelitian tindakan kelas menjadi salah satu model
penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti
melakukan pekerjaannya,baik di bidang pendidikan,kesehatan maupun
pengelolaan sumber daya manusia.
Secara lebih luas penelitian tindakan kelas diartikan sebagai penelitian
yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu
atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati
tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Hakikat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam


penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh
guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi
olh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan
hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil
pembelajaran.
Menurut Elliot penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktek. Lebih lanjut dijelaskan,
penelitian tindakan melibatkan proses telaah, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan ,dan menjalin hubungan yang diperlukan antara
evaluasi diri dari pengembangan professional.
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas menekankan pada kegiatan
(tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata
dalam skala mikro dengan harapan tindakan tersebut mampu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pada situasi nyata tersebut.
Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan, perbaikan terkait dan
memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Tujuan pengiring yang akan
dicapai dalam penelitian ini antara lain : terjadinya proses latihan dalam jabatan
selama proses pelatihan berlangsung. Guru akan banyak
berlatihmengaplikasikan berbagai alternatif peningkatan layanan pembelajaran.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan
praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung
dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

B. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan


Taggart yang menggambarkan penelitian kelas dilaksanakan dalam setiap
langkah atau siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu plan (perencanaan), act
(pelaksanaan), observe (pengamatan), dan reflect (refleksi)
Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan adalah menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan.
b. Tindakan adalah implementasi atau penerapan isi rancangan.
c. Observasi adalah pelaksanaan pengamatan oleh pengamat dengan
menggunakan lembar pengamatan.
d. Refleksi adalah mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

1. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada semester
ganjil, yakni pada tahun ajaran 2019-2020. Penentuan waktu penelitian ini
mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa
siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

2. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan di SMA Negeri 2 Banjar
Kecamatan Langensari Kota Banjar. Penentuan lokasi ini diharapkan bisa
memberikan pengajaran baru atau mengenalkan alat bantu yang dapat
digunakan guru mata pelajaran penjas karena pengajaran sebelumnya tidak
menggunakan alat atau media pembelajaran dalam materi lompat jauh.

3. Pelaksanaan PTK
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus untuk
mengetahui peningkatan proses hasil pembelajarn siswa kelas X IPA 1 SMA
Negeri 2 Banjar pada mata pelajaran Penjaskes melalui alat bantu kardus materi
Lompat Jauh.

C. Instrumen Penelitian Tindakan Kelas


Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen
diantaranya:
1. Lembar penilaian siswa
2. Lembar evaluasi yang berbentuk praktek
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 2
Banjar Kecamtan Langensari Kota Banjar semester I tahun pelajaran 2019/2020
dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa putra dan 20
siswa putri.

E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, berasal dari SMA Negeri 2
Banjar kelas X IPA 1 tahun ajaran 2019-2020 yang berjumlah 36 orang
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Data yang diambil dari siswa
digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar yang dilakukan
dengan praktik dan sumber data lain dalam peneliti ini untuk mengetahui
aktivitas dalam pembelajaran yang menggunakan alat bantu kardus.

2. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang di perlukan oleh peneliti maka
digunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi
Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses
penggunaan alat bantu kardus untuk meningkatkan pemahaman lompat
jauh dikelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Banjar.

b. Praktek
Data hasil belajar diambil dengan memberikan praktek kepada
anak pada setiap akhir siklus. Data tentang proses belajar mengajar
dalam hal kerajinan, keberanian dan kesungguhan murid mengikuti
proses praktek lompat jauh.
c. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data
berupa dokumen seperti: catatan, transkip nilai, foto, dan lain lain.

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa dalam pembelajaran lompat


tinggi dengan alat bantu karet

NO Hal Yang Diamati Ya Tidak


1 Keaktifan Siswa
Siswa fokus memperhatikan guru saat memberi
contoh
Siswa aktif bertanya pada saat yang tidak dimengerti
Siswa mampumengikuti setiap gerakan
2 Perhatian Siswa
Tidak membuat kerusuhan
Tidak menggangu teman saat KBM
Antusias mengikuti pembelajaran
3 Kedisiplinan
Kehadiran siswa
Datang dan pulang tepat waktu
Tidak melanggar peraturan yang sudah disepakati
4 Penugasan
Siswa mampu memenuhi kriteria penilaian tertinggi
saat proses pembelajaran lompat jauh
Siswa memenuhi memenuhi kriteria penilaian tertinggi
dalam hasil pembelajaran lompat jauh
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Guru dalam pembelajaran lompat tinggi
dalam alat bantu kardus

NO Hal Yang Diamati Ya Tidak


1 Penguasaan Materi
Kelancaran menjelaskaan materi
Kemampuan menjawab pertanyaan siswa
Mampu memberikan contoh yang baik
2 Sistematika Penyajian
Ketuntasan uraian materi
Urutan materi sesuai dengan SKKD

3 Penerapan Media
Ketepatan pemilihan media sesuai materi
Mudah diikuti siswa

4 Penampilan di Lapangan
Kejelasan suara yang diucapan
Ketepatan waktu
Keluwesan gerak dan sikap guru dengan siswa
5 Pemberian Motivasi
Keantusiasan guru dalam mengajar
Kepedulian guru terhadap siswa
Ketetapan pemberian reward

3. Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini dikumpulkan 2 macam instrumen penelitian
untuk membantu dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Kedua
instrumen penelitian tersebut yaitu angket pembelajaran guru dan angket
pembelajaran siswa.
4. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk: a) memberi arti atau makna yang


berguna dalam memcahkan masalah-masalah penelitian, b) memperlihatkan
hubungan-hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian, c)
memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian, dan
d) sebagai bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi-implikasi dan
saran-saran berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.
Dalam penelitian kualitatif yang berupa hasil pengamatan atau
observasi dan dokumentasi dianalisis dengan analisa deskriptif kualitatif
untuk memastikan keterlaksanaan pembelajaran PENJASKES melalui alat
bantu kardus untuk meningkatkan hasil pembelajaran lompat jauh.

Bila tujuan dalam penelitian sudah tercapai maka alat atau media yang
diajukan dalam peneliti ini dapat meningkatkan pembelajaran.

Berikut formaat penilaian dalam menganalisis data siswa :

Aspek yang dinilai


Melayang

Mendarat
Tolakan

No Nama Siswa Jumlah Ketercapaian


Awalan

1
2
3
dst

Instrumen Penilaian
Kriteria Penskoran
No Aspek Yang Dinilai
100 75 50 25
1 Awalan
2 Tolakan
3 Melayang di Udara
4 Mendarat
Skor Maksimal 200
No Kriteria Deskripsi
1 Sangat Baik a. Kecepatan lari sedikit demi sedikit ditambah
b. Pertahankan kecepatan lari maksimal
mendekati papan tolak
c. Pinggang sedikit diturukan pada satu
Langkah akhir ancang-ancang
d. Kecepatan ditambah semakin cepat Ketika
akan menolak
Baik Hanya tiga kriteria yang dilakukan dengan benar
Kurang Baik Hanya dua kriteria yang dilakukan dengan benar
Tidak Baik Hanya satu kriteria yang dilakukan dengan benar
2 Sangat Baik a. Mengambil ancang-ancang
b. Melangkah dengan lebar
c. Berlari cepat
d. Menempatkan kaki tumpu pada balok
lompatan gerak
Baik Hanya tiga kriteria yang dilakukan dengan benar
Kurang Baik Hanya dua kriteria yang dilakukan dengan benar
Tidak Baik Hanya satu kriteria yang dilakukan dengan benar
3 Sangat Baik a. Badan sedikit condong ke depan
b. Posisi kedua kaki ditekuk
c. Posisi kedua tangan diayunkan ke belakang
d. Kedua kaki didorong ke depan
Baik Hanya tiga kriteria yang dilakukan dengan benar
Kurang Baik Hanya dua kriteria yang dilakukan dengan benar
Tidak Baik Hanya satu kriteria yang dilakukan dengan benar
4 Sangat Baik a. Posisi kedua kaki lurus
b. Paha diangkat dan didorong ke depan
c. Letakan kedua tangan di depan
d. Mendarat mengunakan kedua tumit
bersamaan
Baik Hanya tiga kriteria yang dilakukan dengan benar
Kurang Baik Hanya dua kriteria yang dilakukan dengan benar
Tidak Baik Hanya satu kriteria yang dilakukan dengan benar
5. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus,


dimana kegiatan setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan,
tindakan, evaluasi dan refleksi.

Prosedur yang dilakukan oleh penulis dalam Penelitian Tindakan


Kelas (PTK) ini berlangsung dua siklus, yaitu :

1. Siklus I
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus 1 ini adalah
sebagai berikut :
a. Rencana
Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang
menguraikan materi penjelasan pada mata pelajaran penjaskes, menyiapkan
materi ajar, mempersiapkan media pemblajaran.

b. Tindakan
Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan cara
membimbing siswa dan memahami gerakan dan materi lompat jauh.

c. Observasi
Mengamati kegiatan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
d. Refleksi
Menganalisis tentang permasalahan yang diproleh selama proses
kegiatan belajar mengajar.
2. Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai


berikut:

a. Rencana

1. Mengadakan pertemuan, dengan guru pelaksanaan tindakan dan guru


pengamat berdiskusi tentang persiapan pnelitian.

2. Mempersiapkan media modifikasi yang akan di gunakan dalam


pembelajaran lompat jauh.

3. Menyiapkan rencana pelajaran yang telah di susun pada persiapan


penelitian.

4. Menyiapkan lembar observasi siswa dalam pembelajaran lompat


tinggi dan lembar observasi guru dalam pembelajaran lompat jauh.

b. Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan tindakan yang telah di tetapkan, yaitu melaksanakan
pembelajaran yang telah dibuat. Fokusnya adalah meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran lompat jauh dengan alat bantu kardus.

c. Observasi
Pada tahap observasi ini, dilakukan observasi lembar siswa dan guru,
dilakukan oleh guru pengamat dan kegiatan dicatat dalam catatan lapangan.

d. Refleksi
Pada tahap refleksi, data yang diproleh dari hasil evaluasi kemudian
dianalisis. Hasil analisis di gunakan untuk merefleksi pelaksanaan tindakan
pada siklus tersebut, hasil refleksi kemudian digunakan untuk merencanakan
tindakan pada siklus berikutnnya, prosedur, alat, pelaku, sumber informasi,
dan cara analisis.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Hasil Belajar Tiap Siklus

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan subjek penelitian satu kelas yaitu kelas
X IPA 1 , sesuai dengan prinsip kerja penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam proses
pembelajaran di kelas, subjek peneliti juga diberikan tes pada setiap siklusnya, dengan
tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu kardus pada mata
pelajaran Penjasorkes pokok bahasan lompat jauh, hasil belajar siswa meliputi tiga aspek
penilaian yaitu aspek psikomotor, afektif dan kognitif.
1. Siklus 1 dan siklus 2
Dari hasil analisis hasil belajar siklus 1 dan siklus 2, secara keseluruhan
dapat disimpulkan pada tabel berikut :
Tabel. 4.1

Tahapan Jumlah Rata-rata Tiap Aspek


No Siklus Siswa Jumlah Rata-rata
Psikomotor Afektif Kognitif
1 Siklus 1 36 8,03 7,84 7,54 23,41 7,80
2 Siklus 2 36 8,41 8,24 7,95 24,59 8,20

Dari tabel. 4.1 Hasil belajar pada aspek psikomotorik siklus 1 rata-rata
nilai 8,03 dan siklus 2 rata-rata nilai 8,41. Aspek Afektif siklus 1 rata-rata nilai
7,84 dan siklus 2 rata-rata nilai 8,24. Aspek Kognitif siklus 1 rata-rata nilai 7,54
dan siklus 2 rata-rata nilai 7,95. Sedangkan rata-rata seluruh aspek pada siklus ke
1 adalah 7,80 dan pada siklus 2 adalah 8,20.
Dari hasil analisis hasil belajar siklus 1 dan siklus 2 terdapat selisih
perbedaan rata-rata kelas, dimana ini terlihat peningkatan hasil belajar siswa
antara siklus 1 dan siklus 2, sehingga kita dapat melihat selisih nilai rata-rata
siklus 1 dan siklus 2 yaitu 0,4
Melihat selisih dari rata-rata kelas berarti dengan penerapan lompat jauh
dengan alat bantu kardus hasil belajar siswa cukup bagus. Untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada
diagram berikut :

Grafik 4.1

Rata-rata hasil tes siklus 1 dan siklus 2

B. Penyajian Data Hasil Observasi dan Angket

Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan


atau tidak terhadap keaktifan belajar siswa pada penerapan pembelajaran lompat jauh
menggunakan alat bantu kardus pada mata pelajaran Penjasorkes pokok bahasan lompat
jauh. Hasil observasi setiap siklus dan proses analisisnya dapat duraikan sebagai berikut :

1. Siklus 1

Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 1 pertemuan pertama


membahas tentang pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu kardus
yang diaksanakan pada tanggal 9 Septemer 2019 hari Senin pukul 07.00 – 09.15 WIB
pada mata pelajaran Penjasorkes dikelas X IPA 1
Selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pembelajaran
lompat jauh menggunakan alat bantu kardus dilakukan observasi dengan tujuan utuk
mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus 1 ini
dilakukan 1 pertemuan tetapi untuk proses pembelajaran belum berjalan dengan
maksimal karena masih terdapat sebagian siswa yang kurang mendukung proses
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti selama proses pembelajaran melakukan
observasi. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah psikomotor, afektif dan
kognitif. Berikut tabel perolehan skala unjuk kerja siswa pada lompat jauh.

Tabel.4.2. Skala penilaian unjuk kerja siswa pada aspek kognitif siklus 1

Jumlah Siswa
Indikator Pertanyaan Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Siswa dapat
menjelaskan lompat 12 10 8 6 36
jauh
Presentase 29,73 27,03 23,32 19,92 100

Siswa dapat
menjelaskan tahapan
8 8 10 10 36
melakukan lompat
jauh

Presentase 22,85 22,85 27,15 27,15 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kemampuan siswa selama proses


pembelajaran lompat tinggi dengan penerapan metode bermain di lingkungan pantai
dilihat dari ranah kognitif masih kurang maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa
selama proses pembelajaran lompat tinggi pada ranah kognitif di siklus 1 belum
maksimal.

Tabel. 4.3. Skala penilaian unjuk kerja siswa pada aspek afektif siklus 1

Jumlah Siswa
Indikator Pertanyaan Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Siswa dapat bekerja
12 10 8 6 36
sama
Presentase 29,73 27,13 23,32 19,92 100

Siswa melakukan
8 8 10 10 36
dengan semangat

Presentase 22,85 22,85 27,125 27,125 100


Siswa melakukan
7 7 9 13 36
dengan sportifitas

Presentase 18,75 18,75 25 37,5 100

Siswa melakukan
7 9 12 8 36
dengan jujur

Presentase 18,75 25 34,38 21,87 100

Siswa dapat
5 8 11 12 36
menghargai teman

Presentase 12,5 21,87 31,25 34,38 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sikap dan perilaku siswa selama proses

pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu kardus sangat merespon

baik. Walaupun masih terlihat siswa yang kurang respon, akan tetapi prosentasenya

lebih sedikit dari pada siswa yang merespon dengan baik.

Tabel.4.4. Skala penilaian unjuk kerja siswa pada aspek psikomotorik siklus 1

Jumlah Siswa
Indikator Pertanyaan Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Siswa melakukan
7 10 9 10 36
awalan lompat jauh
Presentase 18,75 27,125 25 27,125 100

Siswa melakukan
8 9 12 7 36
tolakan lompat jauh

Presentase 21,87 25 34,38 18,75 100

Siswa melakukan
melayang lompat 7 10 12 8 36

jauh

Presentase 18,75 27,13 34,38 21,87 100


Siswa melakukan
8 10 7 11 36
mendarat lompat
jauh

Presentase 21,87 27,13 18,75 31,25 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa keterampilan siswa dalam melaksanakan

pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu kardus selama proses

pembelajaran berlangsung masih kurang maksimal. Hal ini terlihat dari beberapa

prosentase jumlah siswa pada tabel diatas.

Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran lompat jauh dengan

menggunakan alat bantu kardus sebagai berikut.

Tabel.4.5. Jawaban respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus 1

NO Hal Yang Diamati Ya Tidak


1 Keaktifan Siswa
Siswa fokus memperhatikan guru saat memberi 24 12
contoh
Siswa aktif bertanya pada saat yang tidak dimengerti 24 12
Siswa mampu mengikuti setiap gerakan 23 13
2 Perhatian Siswa
Tidak membuat kerusuhan 26 10
Tidak menggangu teman saat KBM 25 11
Antusias mengikuti pembelajaran 24 12
3 Kedisiplinan
Kehadiran siswa 36 0
Datang dan pulang tepat waktu 36 0
Tidak melanggar peraturan yang sudah disepakati 28 8
4 Penugasan
Siswa mampu memenuhi kriteria penilaian tertinggi 24 12
saat proses pembelajaran lompat jauh
Siswa memenuhi memenuhi kriteria penilaian tertinggi 24 12
dalam hasil pembelajaran lompat jauh
Presentase % 76,14 23,86

Sesuai hasil penelitian angket di atas, dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu kardus ternyata mendapat
tanggapan atau respon yang baik. Hal ini ditunjukkan banyaknya siswa yang
merespon baik semua pertanyaan yang diberikan, yaitu sebesar 76,14 % sedangkan
respon yang kurang baik 23,86 %.
Hasil penelitian yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
pada siklus 1 secara keseluruhan dari 36 siswa dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Refleksi
Berdasakan temuan-temuan diatas, peneliti perlu menyusun perencanaan
yang lebih baik lagi untuk siklus berikutnya. Maka dalam kegiatan berikutnya
peneliti perlu memberikan bimbingan dan arahan yang jelas agar pembelajaran
lompat jauh dengan menggunkan alat bantu kardus selanjutnya bisa lebih baik.
Berdasarkan temuan-temuan saat kegiatan pembelajaran, perlu
direncanakan tindakan lanjutan. Dalam tindakan ini perlu mempertimbangkan hal-
hal yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya, rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan pengkondisian
siswa. Pada saat siswa melakukan latihan dan tes lompat jauh masih ada siswa yang
melakukannya tanpa teknik yang benar, ada juga siswa yang masih merasa takut
melakukan terutama siswa perempuan, sehingga guru harus memotivasi dan
memberikan bantuan terhadap gerakannya.

2. Siklus 2

Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 2, penerapan model pembelajaran

lompat jauh mengguakan alat bantu kardus yang diaksanakan pada tanggal 9

September 2019 hari Senin pukul 07.00 – 09.15 WIB pada mata pelajaran Penjasorkes

dikelas X IPA 1 .

Berdasarkan hasil refleksi pada proses pembelajaran siklus 1, maka sebagai

tindak lanjut pada siklus 2, guru bersama peneliti membuat perencanaan tindakan
siklus 2. Pada siklus 2 ini siswa lebih ditekankan pada praktek lompat jauh, dengan

rangsangan kardus yang disimpan di depam papan tolak yang jarak dan ketinggiannya

ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Kemudian interaksi antara siswa dengan siswa

sehingga pada proses pembelajaran siswa dapat bekerjasama dengan baik sambil

bermain di lingkungan pantai.

Tabel. 4.6. Skala penilaian unjuk kerja siswa pada aspek kognitif siklus 2

Jumlah Siswa
Indikator Pertanyaan Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Siswa dapat
menjelaskan lompat 15 13 8 0 36
jauh
Presentase % 40,63 37,50 21,87 0 100

Siswa dapat
menjelaskan tahapan
12 14 10 0 36
melakukan lompat
jauh

Presentase % 34,37 37,50 28,13 0 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kemampuan siswa selama proses

pembelajaran lompat jauh dengan menggunkan alat bantu kardus dilihat dari ranah

kognitif sudah maksimal. Prosentase keterampilan siswa dalam pembelajaran lompat

jauh dengan menggunakan lat bantu kardus sudah ada peningkatan yang berarti hal ini

menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran lompat jauh pada ranah kognitif di

siklus 2 sudah maksimal dan tercapai.


Tabel. 4.7. Skala penilaian unjuk kerja siswa pada aspek afektif siklus 2

Jumlah Siswa
Indikator Pertanyaan Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Siswa melakukan
12 115 9 0 36
awalan lompat jauh
Presentase % 34,37 40,63 25 0 100

Siswa melakukan
13 10 13 0 36
tolakan lompat jauh

Presentase % 34,375 31,25 34,375 0 100

Siswa melakukan
melayang lompat 16 10 10 0 36

jauh

Presentase % 37,50 31,25 31,25 0 100

Siswa melakukan
15 11 10 0 36
mendarat lompat
jauh

Presentase % 40,63 31,25 28,13 0 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sikap dan perilaku siswa selama proses

pembelajaran permainan lari sambung sangat merespon baik pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan permainan lompat katak. Lompat katak yang divariasi. Hal

ini dapat terlihat tidak ada siswa yang tidak bersemangat, tidak bekerjasama, tidak

sportifitas, tidak jujur, dan sangat menghargai teman. Secara keseluruhan siswa

sangat senang dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.


Tabel. 4.8 Skala penilaian unjuk kerja siswa pada aspek psikomotorik siklus 2

Jumlah Siswa
Indikator Pertanyaan Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Siswa melakukan
14 11 9 0 36
awalan lompat jauh
Presentase 37,50 31,25 25 0 100

Siswa melakukan
13 13 10 0 36
tolakan lompat jauh

Presentase 34,375 34,375 31,25 0 100

Siswa melakukan
melayang lompat 14 12 10 0 36

jauh

Presentase 37,50 34,375 34,38 0 100

Siswa melakukan
14 12 10 0 36
mendarat lompat
jauh

Presentase 37,50 34,375 28,13 0 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa keterampilan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran lompat jauh dengan alat bantu kardus selama proses

pembelajaran berlangsung ada peningkatan yang berarti, sehingga hasil yang dicapai

sudah maksimal. Hal ini terlihat pada tabel diatas


Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran lompat jauh

dengan menggunakan alat bantu kardus sebagai berikut

Tabel. 4.9. Jawaban respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus 2

NO Hal Yang Diamati Ya Tidak


1 Keaktifan Siswa
Siswa fokus memperhatikan guru saat memberi 31 5
contoh
Siswa aktif bertanya pada saat yang tidak dimengerti 31 5
Siswa mampu mengikuti setiap gerakan 32 4
2 Perhatian Siswa
Tidak membuat kerusuhan 31 5
Tidak menggangu teman saat KBM 31 5
Antusias mengikuti pembelajaran 31 5
3 Kedisiplinan
Kehadiran siswa 36 0
Datang dan pulang tepat waktu 36 0
Tidak melanggar peraturan yang sudah disepakati 31 5
4 Penugasan
Siswa mampu memenuhi kriteria penilaian tertinggi 32 4
saat proses pembelajaran lompat jauh
Siswa memenuhi memenuhi kriteria penilaian tertinggi 32 4
dalam hasil pembelajaran lompat jauh
Presentase % 93,18 6,82

Sesuai hasil penelitian angket di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

pembelajaran lompat tinggi dengan penerapan metode bermain di lingkungan pantai

ternyata mendapat tanggapan/respon yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan semua

siswa yang merespon baik semua pertanyaan yang diberikan, yaitu sebesar 93,18%

atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran lompat jauh sudah berhasil sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai meskipun masih adabeberapa anak yang belum maksimal.

Berdasarkan analisis proses pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa pada


siklus 2 cukup memuaskan, walaupun ada beberapa siswa yang nilainya masih kurang

memuaskan, akan tetapi, berdasarkan kemampuan dan hasil tersebut secara umum

sudah baik. Dari pelaksanaan tindakan yang ditempuh, diperoleh hasil yang cukup

memuaskan, meskipun belum maksimal. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan

selanjutnya, namun keterbatasan peneliti dan waktu yang diperlukan, maka peneliti

menghentikan kegiatan penelitian ini dengan harapan temuan-temuan yang diperoleh

dapat dujadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut. Hal ini menunjukan bahwa

pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu kardus, proses dan hasil

pembelajarannya mengalami peningkatan.

Berdasarkan deskripsi, analisis, dan refleksi setiap siklus pada penelitian yang

telah dilaksanakan, ternyata pembelajaran lompat jauh menggunakan alat bantu

kardus dapat meningkatkan pemahaman ketrampilan siswa dalam melakukan lompat

jauh. Jadi secara empirik hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini terbukti

diterima. Hal ini terbukti dari beberapa temuan yang yang peneliti temukan dari tes

awal, siklus 1 dan siklus 2 selama penelitian berlangsung. Temuan-temuan itu akan

dijelaskan sebagai berikut :

Pada awal-awal pelaksanaan masih banyak siswa yang kelihatan kebingungan

dan kurang mengerti. Tetapi setelah kegiatan berlangsung, terlihat semua siswa

bersemangat dan merasa senang. Sedangkan pada saat guru melakukan tes, terlihat

siswa masih kebingungan dengan gerakan yang akan dilakukan. Hal ini dikarenakan

sebelumnya guru tidak mencontohkan dan memberitahukan mengenai langkah-

langkah gerakan melakukan lompat jauh seperti sikap awal melakukan, tolakan ,

badan saat di udara dan pendaratan sehingga masih banyak siswa yang pada saat

melakukan gerakan masih diluar tehnik yang benar.

Adapun dari hasil tes siklus 1 yang dilakukan, niai rata-rata kelasnya hanya 7,80
terlihat dari hasil tes tersebut skor yang di dapat siswa relatif cukup.

Pada siklus 1 ditemukan adanya perubahan pada saat mengikuti kegiatan inti

pembelajaran dengan menggunakan alat bantu kardus siswa lumayan bagus. Selain itu

pada saat guru melakukan evaluasi dengan melakukan lompat jauh sebagian siswa

sudah sedikit memahami dan mengerti, dan skor yang diperoleh siswa pun mengalami

perubahan.

Adapun hasil tes yang dilakukan pada sklus 2 ini, sudah mengalami peningkatan,

terlihat dari hasil tes siklus 2 tersebut skor yang diperoleh siswa sudah mengalami

peningkatan dari data awal ke siklus 1.

Temuan yang peneliti temukan pada siklus 2 yaitu siswa sudah menunjukan

peningkatan yang sangat baik mulai dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran. Ketika siswa melakukan latihan tugas gerak yang guru perintahkan,

siswa sudah tidak merasa takut dan mampu meminimalisisr kesulitan gerak yang

mereka alami serta mampu melakukan tugas gerak dengan optimal.

Selain itu, pada saat evaluasi yang dilakukan guru dengan melakukan tes lompat

tinggi terlihat hampir keseluruhan siswa sudah memahami dan mengerti langkah-

langkah dan tehnik-tehnik melakukan gerakan yang baik dan benar, walaupun masih

ada beberapa siswa yang masih belum memahami. Namun demikian ketrampilan

siswa dalam pembelajaran lompat tinggi pada siklus ke 2 ini cukup meningkat dari

siklus sebelumnya, ini terihat dari skor siswa sudah tergolong baik, dan skor rata-rata

yang didapatpun sudah melebihi KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 75.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas X IPA 1 SMA
Negeri 2 Banjar yang telah dilakukan, didapatkan peningkatan praktik kemampuan siswa
dalam pembelajaran penjaskes sesuai dengan kompetensi dasar pada materi lompat jauh.
1. Penerapan alat bantu kardus bisa meningkatkan pembelajaran lompat jauh. Karena bisa
dilihat dari nilai rata-rata pra siklus, siklus I sampai siklus II semua mengalami
peningkatan, dan siswa punya keberanian untuk melewati kardus yang sifatnya sangat
lunak dibanding mistar. Respon siswa juga sangat positif dari setiap tahapan
pembelajaran.
2. Nilai Hasil Proses Pembelajaran siswa dalam pembelajaran penjaskes pada materi lompat
jauh menggunakan alat bantu kardus pada setiap siklusnya mengalami peningkatan.
Presentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan karena dari pra siklus sampai
siklus II mengalami peningkatan sebesar 54,54%. dengan nilai rata-rata pra siklus 48,48
dengan persentase ketuntasan 27,27%, siklus I nilai rata-rata 78 dengan nilai persentase
ketuntasan 51,51%, siklus II nilai rata-rata 82 dengan nilai persentase ketuntasan 81,81%.

B. Saran-Saran

Pada bagian akhir penulisan ini penulis akan menyampaikan beberapa saran.
Terutama kepada :
1. Dinas Pendidikan, Agar memfasilitasi sekolah yang masih membutuhkan sarana dan
prasarana, serta lebih seing mengadakan seminar tentang pembelajaran yang menggunkan
alat/media pembelajaran yang bisa di gunakan oleh guru agar mempermudah dan
membuat guru lebih berkreasi.
2. Kepala Sekolah, Diharapkan dapat mendukung dan memotivasi para guru untuk
meningkatkan kualitas serta pengembangan alat/media pembelajaran yang bervariasi demi
menciptakan siswa yang kreatif, inspiratif dan aktif dengan memenuhi kebutuhan guru
dalam mengajar.
3. Guru, Mampu berkreasi semaksimal mungkin menemukan ide-ide baru agar tercapainya
kemampuan yang maksimal. Banyak dilingkungan sekitar yang bisa dimanfaatkan untuk
terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, tugas guru disamping berperan sebagai
pendidik, pengajar, dan pembimbing. Hendaknya terlebih dahulu mengetahui kondisi
siswa baik dari minat belajar, kondisi fisik ataupun psikis siswa maupun bakat yang
dimiliki siswa, apalagi dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. Karena kondisi fisik siswa sangat berperan penting dalam menentukan
kemampuan untuk berlangsungnya proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai