Anda di halaman 1dari 9

JKEP

Vol 5, No 1, Mei 2020


ISSN: 2354-6042 (Print)
ISSN : 2354-6050 (Online)

Penurunan Tingkat Nyeri Bayi Saat Imunisasi Pentavalen


Dengan Pemberian ASI Secara Menyusui

Indah Permatasari1, Ritanti2


Departemen Keperawatan Anak, UPN Veteran Jakarta
1
2
Departemen Keperawatan Komunitas, UPN Veteran Jakarta
E-mail: indahpermatasari@upnvj.ac.id

Artikel history
Dikirim, May 8th, 2020
Ditinjau, May 9th, 2020
Diterima, May 12th, 2020

ABSTRACT
Immunization pain is a stimulus that can cause trauma and changes affective response
in the baby. Breastfeeding is the alternative strategies to reduce pain response due in
invasive procedures. The aims of this study is to determine the effect of breastfeeding on
infant pain levels when getting pentavalent immunization. This research using
Randomized Controlled Trial design unblind, post-test design, with a sample of 70
healthy infants consisted of 34 respondents intervention group and 36 respondents of
the control group were selected by random block technique. Breastfeeding intervention
is given from two minutes before to 2 minutes after the immunization. In this study
showed the pain level of intervention group is lower than the level of pain group (p =
0.000; α = 0.05). breast-fed infants when immunized can reduce the risk of severe pain
by 80%, which compared to not breastfed infants. Further research on the effect of
breast feeding for preterm infants pain response in invasive procedure.
Keywords: ASI; Pentavalent immunization; Breastfeeding, pain

ABSTRAK
Rasa nyeri saat imunisasi adalah stimulus yang menyebabkan trauma dan perubahan
respon afektif pada bayi. Pemberian ASI dengan cara menyusui adalah salah satu usaha
untuk meminimalkan nyeri akibat tindakan invasif. Penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pemberian ASI dengan cara menyusui terhadap tingkat nyeri bayi saat
dilakukan imunisasi pentavalen. Penelitian ini dilakukan pada awal bulan juli sampai
akhir bulan agustus, diwilayah kerja salah satu puskesmas kabupaten Sleman
Yogyakarta, dengan menggunakan alat ukur skala nyeri FLACC (Face, Legs, Activity,
Cry and Consolability). Desain penelitian ini menggunakan rancangan Randomized
Controlled Trial unblind, post-test design, dengan total sampel 70 bayi sehat yang
terbagi menjadi 34 responden kelompok intervensi dan 36 responden kelompok kontrol,
pemilihan sampel dilakukan dengan tehnik block random. intervesi menyusui diberikan
74
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 75

mulai dua menit sebelum sampai 2 menit setelah tindakan imunisasi. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat nyeri kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan
tingkat nyeri kelompok kontrol (p= 0,000; α= 0,05), Bayi yang diberi ASI dengan cara
menyusui saat diimunisasi dapat menurunkan resiko terjadinya nyeri berat (skala 7-10)
sebesar 80%. Penelitian lanjutan tentang pengaruh pemberian ASI dengan cara
menyusui terhadap respon nyeri bayi prematur pada tindakan invasive.
Kata Kunci: ASI; Imunisasi pentavalen; Menyusui; Nyeri

PENDAHULUAN pemberian tindakan invasif seperti


Imunisasi pentavalen merupakan imunisasi (Badr, L.K,. et al, 2010).
tindakan medis yang rutin dilakukan
pada bayi dan menimbulkan nyeri Tingkat stres yang dialami saat tindakan
ringan (skala 1-3), nyeri sedang (4-6), invasif dapat memperburuk pengalaman
dan nyeri berat (skala 7-10) tergantung nyeri bayi, hal ini dibuktikan dalam
dari respon nyeri setiap individu, karena penelitian Bard, et al (2010) pada 96
prosedur pemberiannya dilakukan bayi baru lahir yang mendapat tindakan
secara injeksi intramuscular (Pope N., et heel lance, menunjukkan hasil adanya
al, 2018). Tindakan ini selain peningkatan persentase bayi menangis,
menyebabkan trauma dan rasa sakit peningkatan denyut jantung, tekanan
pada bayi juga memberikan efek toxic darah dan saturasi oksigen pada saat dan
stress yang positif dan negatif terhadap setelah tindakan dilakukan.4 Alternatif
perkembangan anak selanjutnya tindakan keperawatan yang dapat
(Sridharan K, Sivaramakrishnan G, dilakukan untuk mengurangi repon
2018). nyeri bayi saat tindakan invasif yaitu
dengan pemberian ASI dengan cara
Menurut Bard, et al (2010) nyeri menyusui.
merupakan suatu stimulus yang dapat
menyebabkan kerusakan perkembangan Hasil penelitian M.Kasab et al., (2020)
otak jika tidak ditangani dengan tepat. menjelaskan pemberian ASI dengan
Dampak jangka panjang nyeri berupa cara menyusui efektif mengurangi nyeri
gangguan konsentrasi belajar dan selama tindakan invasif pada bayi baru
gangguan perilaku pada anak. Sehingga, lahir. Metode pemberian ASI dengan
dibutuhkan metode keperawatan yang cara menyusui bisa menjadi salah satu
dapat meminimalkan tingkat nyeri saat pilihan karena penggunaannya
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 76

sederhana, aman, memiliki efek yang


Adapun kriteria inklusi sampel antara
cepat, sehingga ideal untuk tindakan
lain: bayi yang akan diimunisasi
medis yang rutin dilakukan seperti
Pentavalen, berusia 2-6 bulan, menyusu
imunisasi.5 Penelitian ini dilakukan
ASI eksklusif atau parsial, BBL > 2.500
untuk mendukung penelitian
gram, tidak demam (suhu tubuh normal
sebelumnya untuk membuktikan ASI
36.5 – 37,2 oC untuk pengukuran suhu
dapat menurunkan nyeri bayi saat
lewat ketiak), dan orangtua menyetujui
tindakan imunisasi.
informed consent. Kriteria eklusi
sampel antara lain: bayi yang pernah
METODE dirawat inap dirumah sakit lebih dari 48
Metode pada penelitian ini adalah RCT
jam, bayi lahir prematur (usia
unblind, post-test design yang
kehamilan <37 minggu), bayi memiliki
membandingkan hasil perlakuan antara
riwayat pembedahan/ operasi
kelompok intervensi dengan kelompok
sebelumnya, dan bayi yang tetap
kontrol yang keduanya mendapatkan
menangis walaupun sudah ditenangkan
perlakuan yang berbeda. Pada
menjelang di imunisasi.
kelompok intervensi bayi disusui
selama 2 menit sebelum imunisasi
Total sampel dalam penelitian ini 70
dimulai, kemudian setelah 2 menit
bayi (34 kelompok perlakuan, dan 36
menyusu baru dilakukan imunisasi pada
kelompok kontrol) pemilihan sampel
daerah vastus lateralis, dan selama
dengan tehnik block random. Waktu
prosedur ibu tetap menyusui bayinya,
penelitian mulai Juli-Agustus 2015
sedangkan pada kelompok kontrol bayi
setelah mendapat izin Komite Etik
diletakkan ditempat tidur sambil
Fakultas Kedokteran Universitas
ditunggui oleh orang tua/wali bayi,
Gadjah Mada dengan nomor surat Ref:
kemudian dilakukan imunisasi pada
KE/FK/889/EC/2015. Instrumen
daerah vastus lateralis. Populasi
Penelitian menggunakan FLACC untuk
penelitian adalah semua bayi usia 2-6
mendapat data tingkat nyeri bayi,
bulan yang mendapat imunisasi
lembar skrining untuk menilai kriteria
Pentavalen di salah satu wilayah kerja
inklusi dan eklusi sampel serta data
Puskesmas di Kabupaten Sleman
karakteristik responden, dan lembar
Yogyakarta.
observasi perlekatan posisi menyusui.
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 77

Penilaian skala nyeri FLACC dilakukan


HASIL DAN PEMBAHASAN
mulai dari “in” jarum disuntikkan ke
Rata-rata responden memiliki umur dan
bayi sampai kurang dari 1 menit
pengalaman imunisasi sebelumnya ≥ 3
pertama setelah “out” jarum dicabut
pada kelompok intervensi (2,7647,
dari paha bayi. Penentuan nilai nyeri
SD=0,81868) dan kelompok kontrol
berdasarkan skala FLACC dilakukan
(2,9722, SD=0,81015). Sedangkan
oleh 2 orang ners yang berpengalaman
untuk jenis kelamin pada kelompok
dalam menilai tingkat nyeri anak di
intervensi didominasi oleh perempuan
salah satu bangsal anak rumah sakit
(67,6%), sedangkan pada kelompok
pemerintah di Semarang. Penilaian
kontrol didominasi oleh laki-laki
dilakukan dengan melihat hasil rekaman
(69,4%). Untuk tingkat nyeri pada
video secara berulang–ulang, cermat
kelompok intervensi sebagian besar
dan teliti, tanpa mengetahui hipotesis
responden berada pada nyeri ringan-
dan tujuan dari dilakukannya penilaian
nyeri sedang sebanyak 79,4% (5,0882,
tersebut. Data dianalisis menggunakan
SD=1,63980), sedangkan tingkat nyeri
analisis univariat dan bivariat , yang
responden pada kelompok kontrol
sebelumnya telah dilakukan uji
100% berada pada nyeri berat (5,0882,
normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov)
SD=1,63980). Hasil uji homogenitas
dan uji homogenitas (dengan melihat
menunjukkan bahwa varians data
nilai levene statistic). Untuk analisis
karakteristik responden pada kedua
data bivariat digunakan analisis uji
kelompok adalah setara (p > 0,05)
statistik Chi-square.

Tabel 1. Karakteristik responden Berdasarkan Kelompok Kontrol dan Kelompok


Intervensi

Variabel Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi p


(n=36) (n=34) value
Mean(SD) Mean(SD)
Umur (bulan) 2,9722 (0,81015) 2,7647 (0,81868) 0,485
Pengalaman 2,9722 (0,81015) 2,7647 (0,81868) 0,485
imunisasi
sebelumnya (kali)
Jenis kelamin 25/11 11/23 0,751
(laki-
laki/perempuan)
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 78

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


ambang batas respon nyeri lebih tinggi
umur tidak memberikan pengaruh yang
dibandingkan dengan pada perempuan.
bermakna terhadap tingkat nyeri bayi
Namun kedua pendapat tersebut
saat dilakukan imunisasi dengan p =
bertolak belakang dari hasil penelitian
0,270 (p>0,05). Dalam penelitian ini
ini, dimana tidak ditemukan perbedaan
umur responden berada pada rentang
respon nyeri yang ditunjukkan selama
yang sama yaitu 2-4 bulan pada seluruh
observasi penelitian antara responden
kelompok. Umur 2-4 bulan termasuk
laki-laki dan perempuan (Sanz-rojo S,
dalam kategori bayi muda, dan
Garicano-vilar E, 2016).
memiliki reaksi yang sama terhadap
Pengalaman imunisasi sebelumnya pada
respon nyeri. Bayi muda belum dapat
responden dihitung berdasarkan berapa
mengucapkan secara verbal rasa nyeri
kali responden pernah menjalani injeksi
yang dialami, beranjak dari hal ini
imunisasi sebelum pemberian injeksi
diperlukan pendekatan lain untuk
imunisasi saat kunjungan penelitian.
mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan
Hasil penelitian menyebutkan tidak ada
anak (termasuk mengobservasi
hubungan bermakna antara pengalaman
perubahan perilaku dan ekspresi anak)
imunisasi sebelumnya terhadap tingkat
(Carbajal R., et al, 2003).
nyeri bayi saat diimunisasi, dan jumlah
pengalaman imunisasi minimal
Hasil analisis variabel jenis kelamin
sebanyak 2 kali, dan pengalaman
dalam penelitian menggambarkan tidak
imunisasi maksimal sebanyak 4 kali.
adanya hubungan jenis kelamin dengan
respon nyeri saat diimunisasi p= 0,056
Memori nyeri yang pernah didapat tidak
(p> 0,05). Hal ini berbeda dengan
selamanya membantu dalam
pendapat McGrath & Hillier (2003)
menghadapi nyeri-nyeri selanjutnya.
dalam Oakes (2011) yang menjelaskan
Apabila individu sering mengalami
pengaruh jenis kelamin terhadap respon
memori buruk terhadap nyeri dan
nyeri masih belum jelas. Pendapat
menimbulkan kecemasan serta rasa
serupa dikemukakan oleh Potter dan
takut berlebih makan hal ini akan
Perry (2009) dalam Schechter (2007)
memperburuk kondisi nyarinya.
bahwa jenis kelamin dapat
Berbanding terbalik dengan individu
mempengaruhi nyeri, pada laki-laki
yang mempu melewati respon nyeri
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 79

dengan baik atau dapat diatasi, maka


(Schechter NL, et al 2007 & Potter PA,
akan lebih baik bagi individu tersebut Perry AG, 2005).
dalam mempersepsikan nyeri

Tabel 2. Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Tingkat Nyeri Saat


Imunisasi

Karakteristik Tingkat Nyeri


Nyeri ringan- Nyeri berat P value
nyeri sedang
Umur ≥ 3 bulan 14 (33,3%) 28 (66,7%) 0,270
< 3 bulan 13 (46,4%) 15 (53,6%)
Pengalaman ≥ 3 kali 14 (33,3%) 28 (66,7%) 0,270
imunisasi < 3 kali 13 (46,4%) 15 (53,6%)
Jenis kelamin Laki-laki 10 (27,8%) 26 (72,7%) 0,056
Perempuan 17 (50,0%) 17 (50,0%)

Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan diimunisasi memiliki kemungkinan


antara tingkat nyeri bayi saat dilakukan 0,206 kali lebih rendah untuk
tindakan invasif antara kelompok mengalami nyeri berat bila
kontrol dan kelompok intervensi dibandingkan dengan bayi pada
(p=0,000). Perbedaan tersebut kelompok kontrol, atau dengan kata lain
menunjukkan adanya pengaruh bayi yang diberi ASI dengan cara
pemberian ASI dengan cara menyusui menyusui saat diimunisasi dapat
dalam mengurangi tingkat nyeri bayi menurunkan resiko terjadinya nyeri
saat imunisasi pentavalen. Hasil lainnya berat sebesar 80% dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa kelompok yang kelompok kontrol.
diberi ASI dengan cara menyusui saat

Tabel 3. Perbedaan Tingkat Nyeri Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok


Kontrol

Variabel Kelompok Mean (SD) 95%CI(lower-uper) p-value RR


Tingkt Nyeri Kontrol 8,8611(1,01848) 8,5165-9,2057 0,000 0,206
Intervensi 5,0882(1,63980) 4,5161-5,6604

Tingkat nyeri bayi saat penyuntikan (Face, Legs, Activity, Cry,


imunisasi pada penelitian ini diukur Consolability). Penilaian nyeri
menggunakan alat ukur nyeri FLACC dilakukan mulai dari “in” jarum
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 81

disuntikkan ke bayi sampai kurang dari


mendapat ASI dengan skin-to-skin
1 menit pertama setelah “out” jarum
contact dari ibu saat menyusui mampu
dicabut dari paha bayi.
menurunkan respon nyeri secara
fisiologi dan secara perilaku
Penelitian ini membuktikan bahwa
dibandingkan dengan skin-to-skin
perlindungan alami dan aman dapat
contact dilengan ibu tanpa diberi ASI
diperoleh dengan cara pemberian ASI
(Okan F, et al, 2010). Penelitian Gray et
melalui menyusui selama tindakan
al (2002) melaporkan bahwa pemberian
invasif. Penelitian Modarres et al.,
ASI sebelum, selama, dan setelah
(2013) yang menyebutkan bahwa
tindakan hell prick mampu menurunkan
pemberian ASI dengan cara menyusui
tangisan dan ekspresi meringis, serta
sangat efektif sebagai analgesic dalam
mencegah peningkatan denyut jantung
menurunkan nyeri bayi saat mendapat
pada bayi cukup bulan, dibandingkan
imunisasi Hepatitis B (p<0,001). Gray
dengan bayi yang hanya dibedong
et al., (2002) menyebutkan lama
(Gray L, et al, 2002).
tangisan dan ekspresi wajah kesakitan
menurun secara signifikan sebesar 91%
Intervensi pemberian ASI dengan cara
dan 84%, dan denyut jantung bayi
menyususi telah terbukti dapat
cenderung turun secara stabil pada
menurunkan resiko terjadinya nyeri
kelompok yang mendapatkan ASI saat
berat sebesar 80% dibandingkan dengan
tindakan pengambilan darah tumit.11
kelompok kontrol. Kenyamanan yang
Hal tersebut karena adanya rasa manis
dirasa bayi ditunjukkan dengan adanya
yang terkandung pada ASI dapat
perubahan tingkah laku dan penurunan
menstimulasi taktil indera perasa
skor tingkat nyeri bayi. Sebagian kecil
dimulut dan menyebabkan mekanisme
bayi menunjukkan skor tingkat nyeri
pelepasan opioid endogen, yang
ringan (1-3) pada saat diimunisasi.
diketahui berperan sebagai salah satu
Persentase nyeri ringan hanya terdapat
zat yang menghambat dan menutup
pada responden kelompok intervensi
gerbang nyeri sehingga mempengaruhi
yang mendapat ASI dengan cara
penurunan sensasi nyeri (Gray L, et al,
disusui, sedangkan pada kelompok
2002). Penelitian Okan et al., (2010)
kontrol semua responden berada pada
menunjukkan bahwa bayi yang
skor tingkat nyeri berat (7-10).
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 82

SIMPULAN Gradin M, Finnström O, Schollin J.


Implementasi pemberian ASI secara Feeding and oral glucose--
additive effects on pain reduction
menyusui terbuktif efektif dalam
in newborns. Early Hum Dev.
menurunkan respon nyeri bayi selama 2004 Apr;77(1–2):57–65.
tindakan invasif. Variabel lain dalam
penelitian ini secara keseluruhan tidak Gray L, Miller LW, Philipp BL, Blass
EM, Hospital B. Breastfeeding Is
bermakna terhadap respon nyeri bayi
Analgesic in Healthy Newborns.
diantaranya; umur, jenis kelamin, dan 2002;109(4).
pengalaman nyeri sebelumnya baik
Kassab M, Almomani B, Nuseir K,
pada kelompok intervesi maupun Alhouary A a. Efficacy of
Sucrose in Reducing Pain during
kelompok kontrol.
Immunization among 10- to 18-
Month-Old Infants and Young
Children: A Randomized
Penelitian ini dapat diterapkan
Controlled Trial. J Pediatr Nurs
dilapangan seperti Puskesmas, dan [Internet]. 2020;50:e55–61.
Available from:
posyandu untuk memberikan pelayanan
https://doi.org/10.1016/j.pedn.20
prima pada tingkat pelayanan 19.11.010
masyarakat. Penelitian selanjutnya
Modarres M, Jazayeri A, Rahnama P,
mengembangkan pada alternatif metode Montazeri A. Breastfeeding and
pain relief in full-term neonates
dan alat ukur terhadap respon nyeri bayi
during immunization injections :
prematur pada tindakan invasif di a clinical randomized trial. 2013;
rumahsakit.
Okan F, Ozdil a, Bulbul a, Yapici Z,
Nuhoglu a. Analgesic effects of
skin-to-skin contact and
DAFTAR PUSTAKA breastfeeding in procedural pain
Badr, L.K., Abdallah, B., Hawari, M., in healthy term neonates. Ann
Sidani, S., Kassar, M., Nakad P. Trop Paediatr. 2010
Determinans of Premature Infant Jan;30(2):119–28.
pain Responsses to Heelsticks.
Pediatr Nurs. 2010;36 (3):129– Pope N, Tallon M, Leslie G, Wilson S.
36. Ask me: Children’s experiences
of pain explored using the draw,
Carbajal R, Veerapen S, Couderc S, write, and tell method. J Spec
Jugie M, Ville Y. Analgesic Pediatr Nurs [Internet]. 2018
Effect of Breast Feeding in Term Jul;23(3):e12218. Available
Neonates : Randomised from:
Controlled Trial. BMJ. http://doi.wiley.com/10.1111/jsp
2003;326(January). n.12218
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 74-83 83

Potter PA, Perry AG. Fundamentals of Schechter NL, Zempsky WT, Cohen
Nursing: Concepts, Process, and LL, McGrath PJ, McMurtry CM,
Practise. 4 Vol.2. Komalasari, R., Bright NS. Pain Reduction
Evriyani, D., Noviestari, E., During Pediatric Immunizations:
Hany, A., Kurnianingsih, S. Edt. Evidence-Based Review and
Ester, M. Yulianti. D., Parulian I, Recommendations. Pediatrics.
editor. Jakarta: EGC; 2005. 2007 May;119(5):e1184-98.
Ps S, Ll A, Vs S. Breastfeeding or Sridharan K, Sivaramakrishnan G.
Breast Milk for Procedural Pain Pharmacological interventions
in Neonates ( Review ). for reducing pain related to
Cochrane Collab. 2009;(1). immunization or intramuscular
injection in children: A mixed
Sanz-rojo S, Garicano-vilar E. treatment comparison network
Nutrición Hospitalaria. Nutr meta-analysis of randomized
Hosp. 2016;33(1):148–55. controlled clinical trials. J Child
Heal Care. 2018;22(3):393–405.

Anda mungkin juga menyukai