Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERTEMUAN KE -15

MAKALAH MANAGEMEN PROGRAM

“MODEL PELATIHAN, KEMITRAAN DAN PENDAMPING MASYARAKAT


PESISIR”

Dosen pengampuh :

RIA RIZKIA AlVI,M.Pd

Disusun oleh :

Fahriyah annisyah (2105110894)

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH Yang Maha kuasa atas segala rahmat dan
hidayathnya. sehingga makalah ini dapat tersusun dengan rapi dan sampai dengan
selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan saran. Saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

                                            

                      Pekanbaru, 30 november 2022


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN`

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pengembangan Model

2.2 Konsep Model Pemberdayaan Melalui Pelatihan

2.3.Pelaksaan Pelatihan

2.4 Model Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpun

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelatihan adalah kegiatan melatih atau mengembangkan suatu keterampilan dan


pengetahuan kepada diri sendiri atau orang lain, yang terkait dengan kompetensi tertentu
yang dianggap berguna.

Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur profesi tertentu yang
disesuaikan dengan teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta
memperbaiki kecakapan dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan.[

pelatihan sebagai sebuah konsep program yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan seseorang berkembang sangat pesat dan modern perkembangan model pelatihan
saat ini tidak hanya terjadi pada dunia usaha akan tetapi pada lembaga-lembaga profesional
tertentu model pelatihan perkembangan pesat sesuai dengan kebutuhan belajar proses belajar
asesmen sasaran dan tantangan lainnya titik model pelatihan pada awalnya berkembang pada
dunia usaha terutama melalui pedagang tradisional dalam sebuah magang pada dunia usaha
kegiatan belajar membelajarkan dilakukan oleh seorang warga belajar dan seorang sumber
belajar maka dalam perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya
melalui perorangan akan tetapi melalui persebaran, model pelatihan juga disebut sebagai
bentuk pelaksanaan pelatihan yang di dalamnya terdapat program pelatihan dan tata cara
pelaksanaanya”.

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami


wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan
ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir adalah
masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan
transisi antara wilayah darat dan laut. Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan, seperti
nelayan,npembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Masyarakat dikawasan
pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang diperoleh secara turun-
temurun dari nenek moyang mereka Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti
sifat dinamis sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan
yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi
menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.

Untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat pesesir melalui program-program pelatihn


yang diadakann oleh pemerintah guna sebagai penunjang masyarakat pesisir dan membantu
meningkatkan sumber daya manusia yang ada di daerah pesisir

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Latar Belakang Pengembangan Model?
2. Bagaimana Konsep Model Pemberdayaan Melalui Pelatihan?
3. Apa itu Pelaksaan Pelatihan?
4. Apa itu Model Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Latar Belakang Pengembangan Model


2. Untuk mengetahui konsep model pemberdayaan melalui Pelatihan
3. Untuk Mengetahui bagaimana Pelaksanaan pelatihan
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Model kemitraan dalam pemberdayaan Masyarat
1.4 Manfaat

Pembaca Dapat mengetahui Latar Belakang Pengembangan Model, Konsep Model


Pemberdayaan Melalui Pelatihan, Pelaksanaan pelatihan, dan Mengetahui Bagaimana Model
kemitraan dalam pemberdayaan Masyarat

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pengembangan Model Pelatihan di Daerah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah pertemuan antara daratan dan lautan yang
menghasilkan suatu aktivitas manusia di darat dan dilaut yang saling bersinergi
memberikan dampak sosial ekonomi pada wilayah darat (Pramono & Sulistyarso,
2013). Berbagai aktivitas ekonomi dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan wilayah pesisir untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu
diperlukan upaya pengembangan ekonomi berbasis lokal secara sinergis antara
pemerintah daerah serta masyarakat sekitar dalam menciptakan sebuah lapangan
pekerjaan baru dan meransang pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut (Leigh &
Blakely, 2016). Pengembangan wilayah dapat dilakukan melalui pengelompokkan
suatu wilayah berdasarkan potensi lokal yang dimiliki berdasarkan unggulan
sektornya (Safitri et al., 2018). Pengelompokkan ini dapat menjadi penentu kebijakan
untuk pengembangan suatu wilayah itu sendiri (Fundeanu, 2015). Selain itu,
keberadaan infrastruktur juga menjadi penentu untuk pengembangan suatu wilayah,
terutama soal investasi yang akan masuk pada daerah tersebut(Alecsandru & Raluca,
2015)

kondisi sosiologis terkait dengan kemiskinan yang melanda pada


masyarakat pesisir ditunjukan oleh data Bank dunia yang menunjukan 108,78
juta orang atau 49 persen dari jumlah penduduk Indonesia hidup
dalamsituasi kemiskinan. Selanjutnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan
bahwa angka kemiskinan di Indonesia sebesar 34,96 juta orang atau 15,42
persen.Angka tersebut diperoleh berdasarkan ukuran garis kemiskinan ditetapkan
sebesar 1,55 dollar
berdasarkan gambaran potensi sumber daya alam yang demikian besar,
seharusnya kesejahteraan nelayandan masyarakat pesisir menjadi sejahtera,
namun pada kenyataan justru kehidupan nelayan dan masyarakat pesisiridentik
dengan kemiskinan. Sumberlain juga menyebutkan bahwa sekitar 60 juta
Penduduk Indonesia bermukim di wilayah Pesisir dan hidup dalam
kemiskinan. Dalam konteks ini dapat di lihat bahwa terdapatpotensi yang
besar mengenai sumber daya alam namun kenyataannya kemiskinan banyak
terdapat dalam kehidupan masyarakat pesisir (pemikiman nelayan).Kemiskinan
yang terdapat pada masyarakat pesisir atau pemukiman nelayan dipengarhi
oleh banyak faktor, diantaranya faktor alamiah, struktural, dan kultural. Apabila
dilihat dari faktor alamiah, bahwa keadaan alam di laut sangat tidak bisa
diprediksi seperti gelombang tinggi, angin kencang atau badai serta rusaknya
alam sehingga tangkapan ikan semakin sedikit. Selanjutnya masyarakat
nelayan memiliki kelemahan secara struktural yaitu kemampuan dalam
memenuhi permodalan sangat lemah bahkan seringkali dibawahkekuasaan
tengkulak atau rentenir.Selain itu menejemen dan kelembagaan yang
lemah serta keterbatasan teknologi.
Ketergantungan masyarakat nelayan pada sumber daya laut yang tersedia
mengakibatkan terjadi kepasrahan, dan ini berakibat tidak adanya peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM).

Berdasarkan gambaran keberadaan masyarakat pesisir yang masih dalam tarap


kemiskinan maka menuntut pemerintah untuk berupaya dalam pengentasan
kemiskinan pada masyarakat pesisir. Hal ini sebagai bentuk bahwa
Pemerintah berkewajiban dalam memberikan perlindungan dan cara-cara melakukan
pengelolaan sumber-sumber daya pesisir yang ada kepada masyarakat
pesisir melalui pelatihan. Untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat pesesir
melalui program-program pelatihn yang diadakann oleh pemerintah guna sebagai
penunjang masyarakat pesisir dan membantu meningkatkan sumber daya manusia
yang ada di daerah pesisir.
2.2 Konsep Model Pemberdayaan Melalui Pelatihan

Konsep ini muncul dari dua yakni antara kegagalan dan harapan. Kegagalan yang di
maksdudkan adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi
kamiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan muncul karena
adanya alternatif pembangunan yang mengutamakan nilai-nilai demokrasi, persamaan
gender, persamaan antara generasi, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Konsep pemberdayaan pada awalnya muncul sebagai kritik terhadap paradigma
pembangunan yang menepatkan negara terlalu domino dalam melaksakan
pembangunan. Posisi sentral negara terlihat dari mulai perencanaan sampai pada
tahap pelaksanaan dan evaluasi. Konsep pemberdayaan ini berasumsi bahwa
pembangunan akan berjalan lancar apabila masyarakat di beri kesempatan atau berhak
mengelolah sumber daya yang ada untuk kepetingan masyarakat itu sendiri.
Memberdayakan masyaraka yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perengkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah
meningkatkan kemampuan dan meningkatakan kemandirian masyarakat
harus memberikan berbagai macam program pemberdayaan bagi masyarakat
melalui berbagai macam kegiatan pelatihan yang memang mampu
meningkatkan keberdayaanmasyarakat-nya. Ketika masyarakat tersebut sudah
mencapai pada satu titik dimana mereka berdaya, maka masyarakat
dengan sendirinya mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan
menciptakan berbagai macam usaha kreatif,
2.3 Pelaksaan Pelatihan

Ada pun tahap-tahap dalam melaksanakan perencaan pelatihan dan pengembangan bagi
sumber daya manusia adalah sebagai berikut.

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan (training need analysis). Pada tahap pertama


organisasi memerlukan fase penilaian yang ditandai dengan satu kegatan utama yaitu
analsis kebutuhan pelatihan.
2. Perencanaan dan Pembuatan Desain Pelatihan. Desain pelatihan adalah esensi dari
pelatihan, karena pada tahap ini bagaimana kita dapat menyakinkan bahwa
pelatihan akan dilaksanakan
3. .implementasi Pelatihan. Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan
pelatihan yang efektif adalah implementasi dari program pelatihan. Keberhasilan
implementasi program pelatihan dan pengembangan SDM tergantung pada pemilihan
(selecting) program untuk memperoleh the right people under the right conditions.
TNA dapat membantu mengidentifikasi the right people dan the right program
sedangkan beberapa pertimbangan (training development) and concideration program
dapat membantu dalam menciptakan the right condition.
4. Evaluasi Pelatihan. Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan
melalui evaluasi. Secara sistimatik manajemen pelatihan meliputi tahap perencanaan
yaitu training need analysis, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Tahap terakhir
merupakan titik kritis dalam setiap kegiatan karena acap kali diabaikan sementara
fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa pelatihan yang telah dilakukan
berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya.

2.4 Model Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat


kemitraan adalah strategi yang diciptakan untuk melibatkan pihak lain dalam bentuk
partisipasi yang berdasarkan prinsip mutual benefit gains (Wong, Fearon and Philip, 2007).
Pengertian lain menjelaskan bahwa Kemitraan adalah kolaborasi strategis antara bisnis dan
organisasi non profit dimana risiko, sumber daya dan keterampilan dibagi dalam program-
program yang menguntungkan masing-masing partner serta masyarakat. artinya kemitraan
dilakukan antara 2 pihak atau lebih untuk mendapatkan keuntungan pada masing-masing
pihak yang bermitra.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.[1]
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula
berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat"
apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau
dikenal juga sebagai subjek. Disini subjek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima
manfaat.
Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang.
Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat.
Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada
pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen
atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan
berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, 2 pendidikan,
perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas
(kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti
terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan
sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses
politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
pemerintahan (Sutoro Eko, 2002)

Maka aparat pemerintah desa perlu didorong untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan
masyarakat. Ketika kemitraan mampu mendorong percepatan kemapanan ekonomi
masyarakat, berfungsi secara efektif pemerintahan desa (sistem politik lokal), keteladanan
pemimpim (elit lokal), dan partisipasi aktif masyarakat (lihat Kutut Suwondo, 2005), maka
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan akan dapat terwujud
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan masyarakat
berarti memberikan kemampuan dan memandirikan masyarakat. Proses pemberdayaan yang
menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi
berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Dalam hal ini bahwa pemberdayaan
harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami


wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan
ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir adalah
masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan
transisi antara wilayah darat dan laut. Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan, seperti
nelayan,npembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Masyarakat dikawasan
pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang diperoleh secara turun-
temurun dari nenek moyang mereka Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti
sifat dinamis sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan
yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi
menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Dengan meningkatkan kemampuan dan
meningkatakan kemandirian masyarakat harus memberikan berbagai macam program
pemberdayaan bagi masyarakat melalui berbagai macam kegiatan pelatihan
yang memang mampu meningkatkan keberdayaanmasyarakat-nya. Ketika
masyarakat tersebut sudah mencapai pada satu titik dimana mereka berdaya,
maka masyarakat dengan sendirinya mampu meningkatkan taraf hidupnya
dengan menciptakan berbagai macam usaha kreatif, Untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat pesesir melalui program-program pelatihn yang diadakann oleh pemerintah guna
sebagai penunjang masyarakat pesisir dan membantu meningkatkan sumber daya manusia
yang ada di daerah pesisir.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpuln yang telah disampaikan diatas diharapkan kepada pemerintah dan
masyarakat pesisir berperan penting dalam menjalankan Model Pelatihan,Kemitraan dan
Pendampingan Masyarakat Pesisir. dan mampu meningkatkan keberdayaanmasyarakat-
nya. Ketika masyarakat tersebut sudah mencapai pada satu titik dimana mereka
berdaya, maka masyarakat dengan sendirinya mampu meningkatkan taraf
hidupnya dengan menciptakan berbagai macam usaha kreatif, Untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat pesesir melalui program-program pelatihn yang diadakann oleh
pemerintah guna sebagai penunjang masyarakat pesisir dan membantu meningkatkan sumber
daya manusia yang ada di daerah pesisir.
DAFTAR PUSTAKA

HELMIYATI, H. (2021). MANAJEMEN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS


LIFE SKILL DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT NUSA INDAH PULAU
PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan
Lampung).Diakses pada 25 November 2022

ttps://media.neliti.com/media/publications/93954-ID-pengembangan-sumber-daya-manusia-
pada-ma.pdf

Wirawan, S. M. S., & Sembiring, H. R. U. (2021). Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan


Kepemimpinan Administrator Daring. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 11(1), 19-27.

, B., Surjanti, J., Harti, H., Sulistyowati, R., & Wulandari, S. S. (2017). Peningkatan Kreativitas Guru
Melalui Suratman Pelatihan Model Pembelajaran Saintifik Berbasis Pantai dan Laut di Daerah Pesisir
Pantai Sidoarjo. Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 1-6.

Widiana, M. E., Wahyudi, S., & Arizal, A. (2022). Program Kemitraan Masyarakat CAMILAN HASIL
LAUT FISH SKIN" BERDAYA SAING 4.0 DAN PENINGKATAN WISATA PESISIR UTARA DS. KARANG KEC.
SEMANDING TUBAN JAWA-TIMUR.

Anda mungkin juga menyukai