Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

RESEP OBAT

Oleh :
1. Rosidah, S.ST
2. Sri Darningsih, S.ST
3. Ndari Ernawati, S.ST

KELAS NON REGULER KERJASAMA


IBI KABUPATEN TEGAL PRODI PROFESI KEBIDANAN SEMARANG
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resep merupakan perwujudan cara terapi dokter kepada penderita
yang memerlukan pengobatan. Menurut peraturan resep harus ditulis dengan
jelas dan lengkap, dan apotek harus menyerahkan obat kepada pasien sesuai
dengan yang tertulis dalam resep.
Banyak dari kesalahan penulisan resep, salah membacaresep karena
tulisan tidak jelas, salah penyiapan dan penyerahan resep oleh petugas
farmasi, sampai kesalahan dalam mengonsumsi obatbisa menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan karena pada umumnya di Indonesia, resep obat
masih dibuat dengan tulisan tangan dokter, tidak seperti halnya di negara
barat yang sudah menggunakan alat elektronika. Karena masih dengan tilisan
tangan inilah sering kali terjadi salah baca oleh apoteker. Contohnya, antara
nama obat yang diresepkan dan yang diberikan kepada pasien sering tertukar.
Lebih parahnya lagi jika alamat dan nomor kontak diresep juga tidak jelas
terbaca. Kesalahan tersebut juga bisa terjadi karena tidak adanya salah satu
syarat yang harus dimuat dalam resep.
Kesalahan-kesalahan seperti itu seharusnya bisa dicegah. Oleh karena
itu kamimembuat makalah yang berjudul”resep” untuk bisa menjadi acuan
dalam penulisan resep yang benar sehingga kesalahan-kasalahan dalam
penulisan resep bisa dicegah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengetian resep obat?
2. Bagaimanakah format penulisan resep obat?
3. Bagaimanakah pola penulisan resep obat?
4. Apakah syarat dan prinsip pada penulisan resep?
5. Bagaimanakah penulisan resep berdasarkan bentuk sediaan obat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perngertian resep obat
2. Untuk mengetahui format penulisan resep obat
3. Untuk mengetahui pola penulisan resep
4. Untuk mengetahui syarat dan prinsip penulisan resep
5. Untuk mengetahui penulisan resep berdasarkan bentuk sediaan obat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Resep
Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau
dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku kepada apoteker, farmasis pengelola apoteker atau farmasis
pengelola apotek untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam
bentuk sediaan tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran dan jumlah obat
sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang berhak
atau pasien. Lembaran resep umumnya berbentuk empat persegi panjang,
ukuran ideal lebar 10-12 cm dan panjang 15-20 cm.

B. Format Penulisan Resep


Resep terdiri dari enam bagian:
1. Inscriptio, terdiri dari nama dokter, nomor izin praktek dokter, alamat,
nomor telepon (jika ada), kota/tempat, serta tanggal penulisan resep. Untuk
resep obat narkotika, hanya berlaku untuk satu kota propinsi. Format
inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada
praktek pribadi.
2. Invocatio, yaitu permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ =
recipe” artinya ambillah atau berikanlah, sebagai kata pembuka
komunikasi dengan apoteker di apotek. Tanda R/ ditulis pada bagian kiri
setiap penulisan resep.
3. Prescriptio atau ordonatio, yaitu nama obat, bentuk obat, dosis, bentuk
kemasan, dan jumlah obat. Sangat dianjurkan untuk menulis nama generik
(nama umum). Jumlah obat yang terkandung dalam setiap tablet dan
supositoria (milligram) atau dalam larutan (mililiter) harus menggunakan
singkatan yang dipakai secara internasional yaitu g untuk gram dan ml
untuk mililiter. Jika obat racikan (misalnya puyer) di baris bawahnya
diberi cara pembuatannya.
• Contoh Prescriptio: Parasetamol tab 500mg No. X
4. Signatura, yang merangkumi tanda cara pakai, regimen dosis pemberian,
rute dan interval waktu pemberian harus jelas demi menjamin keamanan
penggunaan obat dan keefektifan terapi. Bentuk umumnya adalah
signatura (S), cara pemakaian, bentuk sedian obat, jumlah obat per minum,
waktu minum.
Contoh: S3dd tab I pc prn
artinya tandailah 3x sehari 1 tablet, sesudah makan, jika perlu
5. Subscriptio, yaitu tanda tangan atau paraf dokter penulis resep berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (peruntukan), dicantumkan nama dan umur pasien, terutama untuk
obat narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke
Dinas Kesehatan setempat).

Contoh Resep:
C. TATA CARA PENULISAN RESEP
Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk
Indonesia, resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III,
pasal 10) memuat:
1. Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)
2. Tanggal penulisan resep
3. Nama setiap obat/komponen obat
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan
jumlah melebihi dosis maksimum

D. LANGKAH PRESKRIPSI
1. Pemilihan obat yang tepat
Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya
untuk menegakkan diagnosis. Setelah itu, dengan mempertimbangkan
keadaan (patologi penyakit , perjalanan penyakit dan manifestasinya),
maka tujuan terapi dengan obat akan ditentukan. Kemudian akan
dilakukan pemilihan obat secara tepat, agar menghasilkan terapi yang
rasional.
Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:
a. Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih
b. Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat yang
dipilih
c. Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau
bahan paten) yang dipilih
d. Pertimbangan biaya/harga obat
Dengan mempertimbangkan hal di atas, diharapkan preskripsi obat
dokter akan tepat berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi
penderita
Untuk mewujudkan terapi obat yang rasional dan untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna serta biaya, maka seorang dokter perlu
memahami kriteria bahan obat dalam preskripsi. Bahan obat di dalam
resep termasuk bagian dari unsur inscriptio dan merupakan bahan baku,
obat standar (obat dalam formula baku/resmi, sediaan generik) atau bahan
jadi/paten
Nama obat dapat dipilih dengan nama generik (nama resmi dalam
buku Farmakope Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan
pabrik). Pengguna jenis obat paten perlu memperhatikan kekuatan bahan
aktif dan atau komposisi obat yang dikandung di dalamnya agar pemilihan
obat yang rasional dapat tercapai dan pelayanan obat di apotek tidak
menjumpai adanya masalah.
Contoh: Apabila dalam terapi perlu diberikan bahan obat Paracetamol,
maka dapat dipilih bahan baku (ada di apotik), sediaan generik berlogo
(bentuk tablet atau sirup paracetamol atau sediaan paten)
Jumlah obat yang ditulis di dalam resep tergatung dari lama pemberian
dan frekuensi pemberian. Parameter yang diperlukan untuk
menentukannya adalah lama perjalanan penyakit, tujuan terapi, dan
kondisi penderita. Jumlah obat dituliskan dengan angka Romawi untuk
jenis sediaan jadi/paten
Contoh: Tab. Sanmol 500 mg no. X atau Tab. Sanmol 500 mg da X
Bahan/sediaan obat dalam preskripsi berdasarkan peraturan
perundangan dapat dikategorikan:
a. Golongan obat narkotika atau O (ct: codein, morphin, pethidin)
b. Golongan obat Keras atau G atau K
Dibedakan menajadi 3:
- Golongan obat Keras tertentu atau Psikotropika (diazepam dan
derivatnya)
- Golongan obat Keras atau K (ct: amoxicillin, ibuprofen)
- Golongan obat wajib apotek atau OWA (ct: famotidin, allopurinol,
gentamycin topical)
c. Golongan obat bebas terbatas atau W (ct: paracetamol, pirantel
palmoat)
d. Golongan obat bebas (ct: Vitamin B1, Vitamin C)
Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus) jumlah
obat tidak cukup hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf
angka tersebut, misal X (decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan
dokter (bukan paraf). Hal ini dilakukan untuk menghindari
penyalahgunaan obat di masyarakat.
2. Penetapan cara pemberian dan aturan dosis yang tepat
a. Cara pemberian obat
Obat diberikan dengan berbagai macam cara (per oral, per rectal,
parenteral, topical, dll). Hal yang diperlukan dalam menentukan cara
pemberian obat:
- Tujuan terapi
- Kondisi pasien
- Sifat fisika-kimia obat
- Bioaviabilitas obat
- Manfaat (untung-rugi pemberian obat)
Cara pemberian yang dipilih adalah yang memberikan manfaat
klinik yang optimal dan memberikan keamanan bagi pasien. Misalkan
pemberian obat Gentamicyn yang diperlukan untuk tujuan sistemik,
maka sebaiknya dipilih lewat parenteral. NSAIDs yang diberikan pada
penderita gastritis sebaiknya dilakukan pemberian per rectal.
b. Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat
1) DOSIS
Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual.
Hal ini mengingat bahwa respon penderita terhadap obat sangat
individualistis. Penentuan dosis perlu mempertimbangkan: 1) kondisi
pasien (seperti: umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh)
2) kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan) 3) Indeks terapi obat
(lebar/sempit) 4) variasi kinetik obat 5) cara/rumus perhitungan dosis
anak ( pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran
fisik (berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak
dihitung dengan perbandingan dengan dosisi dewasa, yaitu dengan
memakai rumus perhitungan dosis anak (antara lain Young, Clark),
maka perlu diperhatikan tentang ketelitian dari rumus yang dipakai.
2) JADWAL PEMBERIAN
Jadwal pemberian ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali
dan saat/waktu pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur
signatura.
3) FREKUENSI
Frekuansi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan
kepada pasien. Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat,
BSO, dan tujuan terapi. Obat anti asma diberikan kalau sesak (p.r.n)
namum bila untuk menjaga agar tidak terjadi serangan asma dapat
diberikan secara teratur misal 3 x sehari (t.d.d).
4) SAAT/WAKTU PEMBERIAN
Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam
pemberiannya memiliki efek optimal, aman dan mudah diikuti
pasien. Misal: Obat yang absorbsinya terganggu oleh makanan
sebaiknya diberikan saat perut kosong 1/2 – 1 jam sebelum makan
(1/2 – 1 h. a.c), obat yang mengiritasi lambung diberikan sesudah
makan (p.c) dan obat untuk memepermudah tidur diberikan sebelum
tidur (h.s), dll.
5) LAMA PEMBERIAN
Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau
menggunakan pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam
pustaka/RS. Misalkan pemberian antibiotika dalam waktu tertentu (2
hari setelah gejala hilang untuk menghindari resistensi kuman, obat
simtomatis hanya perlu diberikan saat simtom muncul (p.r.n), dan
pada penyaklit kronis (misal asma, hipertensi, DM) diperlukan
pemberian obat yang terus menerus atau sepanjang hidup (ITER!)
3. Pemilihan BSO yang tepat
Pemilihan BSO dalam preskripsi perlu dipertimbangkan agar
pemberian obat optimal dan harga terjangkau. Faktor ketaatan penderita,
factor sifat obat, bioaviabilitas dan factor sosial ekonomi dapat digunakan
sebagai pertimbangan pemilihan BSO
4. Pemilihan formula resep yang tepat
Ada 3 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan
preskripsi dokter (Formula marginalis, officialis aau spesialistis).
Pemilihan formula tersebut perlu mempertimbangkan:
- Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)
- Yang dapat menajaga stabilitas obat
- Agar dapat menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat
- Biaya/harga terjangkau
5. Penulisan preskripsi dalam blanko resep yang benar (lege artis)
Preskripsi lege artis maksudnya adalah ditulis secara jelas, lengkap
(memuat 6 unsur yang harus ada di dalam resep) dan sesuai dengan
aturan/pedoman baku serta menggunakan singkatan bahasa latin baku,
pada blanko standar (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
6. Pemberian informasi bagi penderita yang tepat
Cara atau aturan harus tertulis lengkap dalam resep, namun dokter
juga masih harus menjelaskan kepada pasien. Demikian pula hal-hal atau
peringatan yang perlu disampaikan tentang obat dan pengobatan, misal
apakah obat harus diminum sampai habis/tidak, efek samping, dll. Hal ini
dilakukan untuk ketaatan pasien dan mencapai rasionalitas peresepan

E. PEDOMAN CARA PENULISAN RESEP DOKTER


1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):
a. Dimulai dengan huruf besar
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal
c. Tidak ditulis dengan nama kimia (missal: kali chloride dengan KCl)
atau singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan
CPZ)
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)
b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.
Misal: - Tab Novalgin no. XII
- Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)
- m.fl.a.pulv. dt.d.no. X
e. Penulisan alat penakar:
Dalam singkatan bahasa latin dikenal:
C. = sendok makan (volume 15 ml)
Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan senok makan rumah tangga
karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5 ml
untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain ( volume
5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.
f. Arti prosentase (%)
0,5% (b/b)  0,5 gram dalam 100 gram sediaan
0,5% (b/v)  0,5 gram dalam 100 ml sediaan
0,5% (v/v)  0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00...)
4. a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang
diminta harus ditulis, misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab.
Primperan 10 mg
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari
sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis,
misal:
- Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml
- Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan
tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis
dan spesialistis
Misal: m.f.l.a.pulv. No. X
Tab Antangin mg 250 X
Tab Novalgin mg 250 X
6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis dengan benar
Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau s.p.r.n.t.d.d.tab.I
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering
up/down” gunakan tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah
tahu). Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa
yang dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda
tangan pada setiap R/.
8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan
dan tindasan.
9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak
boleh diulang)
Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter n X di
sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak
semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri
atas dari resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak
semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
10. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat
diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM
dan harus ditulis di sebelah kanan atas resep.
F. Pola Penulisan Resep

G. Tanda-tanda pada Resep


1. Tanda Segera
Dilakukan bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera.
Tanda segera atau tulisan peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas atau
bawah blanko resep yaitu:
 Cito! : segera
 Urgent : penting sekali
 Statim : penting sekali
 PIM (Periculum in mora) : berbahaya bila ditunda.
Urutan yang didahulukan adalah PIM, Urgent, Statim dan Cito!.

2. Tanda resep dapat diulang


Jika dokter menginginkan agar resepnya dapat diulang, dapat
ditulis dalam resep di sebelah kanan atas dengan tulisan iter (iteratie) dan
berapa kali resep boleh diulang. Misalnya tertulis iter 1x, artinya resep
dapat dilayani 2 x. Bila iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+2 = 3 x. Hal
ini tidak berlaku untuk resep narkotika yang harus ditulis resep baru.

3. Tanda resep tidak dapat diulang


Jika dokter menghendaki agar resepnya tidak boleh diulang tanpa
sepengetahuannya, maka dituliskan di sebelah atas blanko resep tanda n.i
(ne iteratur = tidak dapat diulang) (ps. 48 WG ayat (3); SK Menkes No.
280/Menkes/SK/V/1981). Resep yang tidak boleh diulang adalah resep
yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yang
telah ditetapkan oleh pemerintah/ Menkes Republik Indonesia.

4. Tanda resep bila dosis pakai melampaui dosis maksimum


Jika jumlah obat yang diberikan melebihi dosis maksimum dan
dokter penulis resep memang menginginkan, maka di belakang nama
obatnya diberi tanda ! (tanda seru) dan paraf dokter.

5. Resep yang mengandung narkotik


Resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada tanda iterasi
yang berarti dapat diulang; tidak boleh ada m.i (mihiipsi) yang berarti
untuk dipakai sendiri; tidak boleh ada u.c (usus cognitus) yang berarti
pemakaiannya diketahui. Resep dengan obat narkotik harus disimpan
terpisah dari resep obat lainnya.
Contoh resep dengan tanda khusus:
H. Persyaratan Menulis Resep dan Prinsipnya
Syarat-syarat dalam penulisan resep mencakupi:
1. Resep ditulis dengan jelas dengan tinta secara lengkap di kop resep serta
tidak ada keraguan dalam pelayanannya dan pemberian obat.
2. Satu lembar kop resep hanya digunakan untuk satu pasien.
3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran
sendok pada signatura bila genap ditulis angka romawi, tetapi bila angka
pecahan ditulis latin. Sebagai contoh: Cth. I atau Cth. ½, Cth 1½.
4. Menulis jumlah wadah atau menulis numeru (nomor) selalu genap,
walaupun dibutuhkan satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls.
No. II atau Fls. II saja.
5. Paraf atau tandatangan dokter yang bersangkutan harus ditulis setelah
signatura untuk menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut
terjamin.
6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka Romawi.
7. Nama pasien dan umur harus ditulis dengan jelas.
8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh pihak
dokter bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak
boleh iter (diulangi) tanpa resep dokter.
9. Resep hanya berlaku di satu propinsi dan satu kota.
10. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (untuk
kalangan sendiri) serta menghindari material oriented.
11. Tulisan yang sulit dibaca dihindari karena hal ini dapat mempersulit
pelayanan.
12. Resep merupakan rekam medis bagi dokter dalam praktek dan bukti
pemberian obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasis di apotek
maka kerahasiannya wajib dijaga.

Catatan penting dalam penulisan resep:


1. Nama obat sebaiknya tidak ditulis dengan rumus kimianya, contoh :
CHCl3.

2. Jumlah obat dalam gram tidak perlu ditulis satuannya


contoh : R/ Ampicillin 3
Codein mg 100
mf pulv no XV
s 4 dd p I
3. Penulisan kekuatan jumlah obat harus jelas
contoh : R/ tablet diazepam no. X, bila tidak ditulis kekuatan obat
diambil yang terendah (2 mg)
4. Tuliskan dengan jelas :
- bentuk sediaan misal tablet, pulveres
- aturan pemakaian, misal Sbdd tab I
- cara pemberian : oral, parenteral.
I. Penulisan Resep Kapsul/Tablet/Pil
Contoh:
drg. Saskia
S I D : 112/2001
S I P : 413/2004
PRAKTEK : RUMAH :
JL.R. Sukamto no.8 Jl.Mahakam No.5
Tlp.711222 plg Tlp.814100 Plg

Palembang, 05-09-2013

R/ Amoksisilin caps 500mg no. XXI


S 3 dd caps I p.c
sk
R/ Parasetamol tab 500mg no. X
S 3 dd tab I p.r.n
sk
Pro : Kunthi ( 24 thn)

Keterangan:
• S3dd caps I p.c à tandailah 3x sehari 1 kapsul setelah makan.
• S3dd tab I p.r.n à tandailah 3x sehari 1 tablet jika perlu.
J. Penulisan Resep Pulveres
Contoh penulisan resep pulveres:
drg. Saskia
S I P : 413/2004
Alamat : JL.R. Sukamto no.8 Tlp.814100 Palembang

Palembang, 05-09-2013

R/ Amoksisilin 100mg
S. lact q.s.
m.f. pulv. dtd. no. X
S 3 dd pulv. I p.c
sk
R/ Acetaminophen 100mg
S. lact q.s.
m.f. pulv. dtd. no. X da in caps
S 3 dd caps. I prn
sk
Pro : Rossita ( 24 thn)
Keterangan:
• s. lact q.s. à ditambahkan s. lactis secukupnya.
• m.f. pulv. dtd. No. XXI à buat dan campurlah dalam bentuk pulveres
(puyer), masing-masing dengan dosis diatas sebanyak 1p buah.
• S3dd pulv I p.c à tandailah 3x sehari 1 serbuk/bungkus setelah makan.
• da in caps à masukkan ke dalam kapsul
• S3dd caps I prn à tandailah 3x sehari 1 kapsul jika perlu

K. Penulisan Resep Sirup


Contoh:
drg. Saskia
S I D : 112/2001
S I P : 413/2004
PRAKTEK : RUMAH :
JL.R. Sukamto no.8 Jl.Mahakam No.5
Tlp.711222 plg Tlp.814100 Plg

Palembang, 05-09-2013

R/ Amoksisilin syr 125mg/5cc fls No. II


S 3 dd cth I p.c
sk
Pro : Umar ( 1 thn)

Keterangan:
• fls (flask) : botol kaca
• S3dd cth I p.c à tandailah 3x sehari 1 sendok teh setelah makan.
• Farmakope Ind. à 1 sendok kecil = 5ml, atau sendok teh
1 sendok besar = 15 ml atau sendok makan, 1 ml = 20 tetes
Catatan:
Jika sediaan sirup tidak dituliskan maka berarti maksudnya sediaan yang
terkecil, misalkan amoksisilin ada dua kemasan yang 125 dan 250/5ml, kalau
tidak ditulis berarti yang 125mg/5ml.
L. Penulisan Resep Obat Kumur
Yang perlu diingat adalah bentuk sediaan dan bentuk kemasannya.
drg. Saskia
S I D : 112/2001 Contoh: Resep solusio
S I P : 413/2004
PRAKTEK : RUMAH : povidon iodin 1%
JL.R. Sukamto no.8 Jl.Mahakam No.5 dikumur 2x sehari.
Tlp.711222 plg Tlp.814100 Plg

Palembang, 05-09-2013

R/ Sol Povidon iodin 1% flc No. I


S 2dd garg.
sk
Pro : Anita (23 thn)

Keterangan:
• flc (flacon) : botol plastic
• garg (gargarisma) : obat kumur

M. Penulisan Resep Obat Injeksi


Contoh:

drg. Saskia
S I D : 112/2001
S I P : 413/2004
PRAKTEK : RUMAH :
JL.R. Sukamto no.8 Jl.Mahakam No.5
Tlp.711222 plg Tlp.814100 Plg

Palembang, 05-09-2013
Keterangan:
R/Viccilin inj. Vial IV
S.i.m.m • inj. : injeksi
Sk • vial : botol untuk
R/Lidocain inj.amp.I
S.i.m.m injeksi
Sk • i.m.m : keterangan
dokter / dalam tangan
Pro : Ny. Marshanda (40 tahun)
dokter
N. Penulisan Resep Obat Topikal
Contoh:

drg. Saskia drg. Saskia


S I P : 413/2004 S I P : 413/2004
Alamat : JL.R. Sukamto no.8 Tlp.814100 Alamat : JL.R. Sukamto no.8 Tlp.814100
Palembang Palembang

Palembang, 05-09-2013 Palembang, 05-09-2013

R/ Kenalog in orabase 5gr tube no.I R/ Myconazole cr. 2% tube no.I


Suc Sue
sk sk
Pro : Maulidia (20 thn) Pro : Dana (14 thn)

O. Singkatan Bahasa Latin dalam Resep


A
 a ante sebelum
 aa ana sama banyak
 a.c ante coenam sebelum makan
 a.d auris dextra telinga kanan
 a.h alternis horis setiap selang sejam
 a.n ante noctem malam sebelum tidur
 a.p ante prandium sebelum makan malam
 ad.lib ad libitum sesuka yang diinginkan
 a.u.e ad usum externum untuk obat luar
 ad.us.prop ad usum propium untuk dipakai sendiri
 ad p. dolen ad partes dolentes pada bagian2 yang sakit
 add. adde tambahkan
 aq. aqua air
 amp. ampulla ampul
 aq.ad aquae detillata air suling
 aurist auristillae obat tetes telinga
 ad - sampai
B
 b bis dua kali
 b.d.d. bis de die sehari dua kali
 b.d.d.c bis de die cochlear sehari 2x1 sendok makan
 b.in.d bis in die sehari dua kali
 bib. bibe, bibatur hendaknya diminum
 b.t.i.d bis et ter in die dua atau tiga kali sehari
 brach brachium lengan
 bid biduum waktu dua hari
C
 c cochlear sendok
 c cum dengan
 c.m cras mane besok pagi
 c.v cras vespere besok sore
 cap capsulae kapsul
 c.c cochlear cibarium sendok makan
 c.p cochlear parvum sendok bubur
 c.th cochlear theae sendok teh
 comp. compositus campuran
 citiss citissime segera
 cit. cito cepat
 col.oris collutio oris obat cuci mulut
 conc. concentratus pekat
 collyr. collyrium obat cuci mata
 conspers conspersus serbuk tabur
D
 d dies hari
 d dosis takaran
 d dexter kanan
 d.c durante coenam selama sedang makan
 d.c.f da cum formula berilah dengan resepnya
 d.d. de die setiap hari
 d.in 2 plo da in duplo berilah dua kali banyaknya
 d.i.d. da in dimidio berilah separuhya
 d.s. da signa berikan dan tandailah
 d.t.d. da tales dosis berikan dgn dosis sebanyak
 da ad lag da ad lagenam berikanlah dalam botol
 det detur hendaknya diserahkan
 dil. dilutus, dilutio diencerkan, encer
 div. divide bagi-bagilah
 d.s.s.ven da sub signo vaneni berikan dgn tanda racun
E
 e.g. exampli gratia misalnya
 empl emplastrum pleister
 emuls emulsum emulsi
 enem enema obat semprot melalui rektum
 extend extende ulaskan
 extr. extractum ekstrak
 extr.liq. extractum liquidum extrak cair
 extr.spir. extractum spirituosa ekstrak yang dibuat dengan spir
 extr.sicc. extractum siccum ekstrak kering
 extr.spiss. extractum spissum ekstrak kental
 extr.fl. extractum fluidum ekstrak encer
 extr.aquos extractum aquosum ekstrak dengan air
F
 f fac,fiat,fiant buatlah
 f.l.a fac lege artis buatlah menurut aturan keahlian
 flav flavum, a, us kuning
 feb.dur febri durante selama demam
 form formula resep
 fusc. fuscus coklat
 filtr filtra, filtretur saring
 fol folia daun
 fom fomentum obat kompres
 Frust frustum,frustulus sepotong
G
 garg. gargarisma obat kumur
 gi.ar. gummi arabicum gom arab
 gtt guttae tetes
 guttat guttation tetes demi tetes
 gtt.ad aur guttae ad aures obat tetes telinga
 gtt.nasal guttae nasales obat tetes hidung
 gtt.ophth guttae ophtalmicae obat tetes mata
 Gran granulum butir
H
 H hora jam
 H.d. hora decubitus pada waktu tidur
 H.m. Hora matutira pada pagi hari
 H.s. Hora somni pada waktu sebelum tidur
I
 i.c in ter cibes antara 2 waktu makan
 i.m.m in manum medici berikan keterangan dokter
 Inhal inhalatio obat untuk dihisap
 Inj. Injectio obat suntik
 Inf. Infusum air rebusan
 Iter iteretur hendaknya/harap diulang
L
 lin linimentum obat gosok
 l.a. lege artis menurut aturan keahlian
 lat dol lateri dolenti pada sisi yang sakit
 liq. liquidum,us cair
 limp limpidus jernih
 loc. locus tempat
 lot. lotio obat cair (obat luar)
 lag guttae lagene guttatoris botol tetesan
 lit or litus oris cairan untuk dioleskan di mulut
 loc dot locus dolens tempat yang terasa sakit
M
 m misce, atur harap dicampur
 m.f. misce fac campur dan buatlah
 mg milligramma miligram
 m.f.l.a. misce fac lege artis campur dan buatlah menurut keahlian
 m.d.s. misce da signa campurlah,serahkan dan tandailah
N
 n nocte malam
 n.i. no itereter jangan diulang
 ne det ne detur belum diserahkan
 ne iter ne itereter harap jangan diulang
 no nomero jumlah
 non rep non repetatur harap jangan diulang
 nov novus baru, segar
 Neutral netral dinetralkan
 Nebul nebula kapsul
 Nim nimis terlampau banyak
 Non n nonnuli beberapa
O
 o.h omni hora setiap jam
 0.¼.h. omni quarta hora setiap seperempat jam
 o.b.h. omni bihorio setiap 2 jam
 o.m. omni mane tiap pagi
 o.n. omni nocte tiap malam
 ol. oleum minyak
 o.h.c. omni hora cochlear setiap jam satu sendok
 ov. ovum telur
P
 p.c. post coenam setelah makan
post cibas,ciba,cibum
 p.r.n. pro re nata kalau perlu
 P.t. perstetur hendaknya diteruskan
 prand. prandium makan malam
 Pro vagin pro vagina dimasukkan ke vagina
 pulv ten pulvis tenuis serbuk halus
 pulv pulvis serbuk tak terbagi
 pulv pulveres serbuk terbagi
 pot potio obat minum
 p.c.c. pro copie conform sesuai dengan aslinya
 pulv.adsp. pulvis adspersorius bedak tabur
 pulv.dentfr. pulvis dentrificius serbuk gosok gigi
Q
 q qua que setiap, masing-masing
 q.d.d. quattuor de die sehari 4x…
 q.d.d. quinque de die sehari 5x…
 q.s. quantum satis/ secukupnya
quantum sufficit
 q.h quaque hora tiap jam
 q.v quantum voluens sebanyak anda suka
 quart quartus seperempat
 quar sing quaram singulae masing2 diambil satu
R
 r.p. recenter paratus dibuat baru
 rec recens baru, segar
 re iter re itereter harap diulang lagi
 rub. rubrum, a merah
S
 s signa tandailah
 s.d.d.c seme de die cohlear sehari 1x 1 sendok makan
 s.o.s. si opus sit jika perlu
 sol. solutio larutan
 s.q sufficiente quantitate dengan jumlah yang cukup
 s.n.s. si necesse sit jika diperlukan
 sat saturatus dijenuhkan
 sum sumendum untuk dipakai
 spir. spiritus spiritus
 s.n.s. si necesse sit jika perlu
 sing. singulorum dari masing-masing
 supp. suppositorium suppositoria
 syr. syrupus sirup
T
 t ter tiga kali
 t.d.d. ter de die sehari tiga kali
 tab tabletta tablet
 tct. tinctura tingtur
 troch trochicus kue
U
 u.c usus cognitus pemakaian diketahui
 u.e. usus externus pemakaian luar
 u.n. usus noctus pemakaian diketahui
 u.v. usus veterinarius pemakaian dalam kedokteran hewan
 ung. unguentum salep
V
 vesp. vespere sore hari
 vehic. vehiculum bahan pembawa
 vasc vasculum cangkir
 v.s. venaesectio perdarahan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan yang diberi kepada apoteker, farmasis pengelola apoteker atau
farmasis pengelola apotek untuk memberikan obat jadi atau meracik obat
dalam bentuk sediaan tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran dan jumlah
obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang
berhak atau pasien.izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Resep terdiri dari 6 bagian yaitu Inscriptio, Invocatio, Prescriptio atau
ordonatio, Signatura, Subscriptio dan Pro (peruntukan),
3. Penulisan resep obat tergantung dengan bentuk sediaan obat.

DAFTAR PUSTAKA
Hartono H. dan Diandini D. 2007. Menulis Resep. Jakarta: Bagian Farmasi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jas A. 2009. Perihal Resep & Dosis Serta Latihan Menulis Resep. 2nd ed. Medan,
Indonesia: Universitas Sumatera Utara Press.

Kusumastuti E. 2011. Resep. Inderalaya: Bagian Farmasi Kedokteran Fakultas


Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Syamsuni, H.A., 2007. Ilmu Resep. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai