A. Tujuan :
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit.
B. Landasan Teori
Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair berwarna merah.
Darah berwarna merah karena banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel
(Gwozdzinski et al., 2021). Darah mempunyai kekentalan ¾ lebih tinggi daripada air dengan
volume 70 hingga 75 ml/kg atau sekitar 4 hingga 5 liter. Karena sifat darah yang berbeda
dengan jaringan lain, mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain
sehingga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh. Penyebaran tersebut harus terkontrol dan
harus tetap berada pada satu ruangan agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh
jaringan didalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut dengan sistem kardiovaskuler yang
meliputi jantung dan pembuluh darah. Dengan sistem tersebut darah akan diakomodasikan
secara teratur dan diedarkan menuju organ dan jaringan yang tersebar diseluruh tubuh (Malik
et al., 2022).
Sel darah merah disebut juga sebagai eritrosit, berbeda dengan sebagian sel tubuh lainnya
karena eritrosit tidak memiliki inti sel. Inti sel eritrosit terlepas pada saat meninggalkan
sumsum tulang (Firani, 2018). Eritrosit matang normal berbentuk diskus dan karena tidak
memiliki nukleus, sel lini menjadi fleksibel. Eritrosit dapat berubah bentuk dan mengecilkan
diri ketika melewati pembuluh kapiler (Ridwan et al., 2021). Eritrosit memiliki fungsi utama
yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer, mengangkut CO 2 dari jaringan ke
paru dan berperan dalam pengangkutan dan metabolism nitrit oksida (NO) sehingga
membantu pembentukan NO dan vasodilatasi pada kondisi hipoksia. Eritrosit dapat mencapai
umur 120 hari (Pernow et al., 2019).
Sel darah merah manusia memiliki tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl
0,9% atau dapat pula dikatakan sel darah merah bersifat isotonik terhadap NaCl 0,9%. Jika
darah di larutkan kedalam cairan NaCl yang konsentrasinya lebih pekat lagi atau >0,9%
maka akan terjadi perpindahan air dari sel darah ke dalam larutan NaCl tersebut yang
menyebabkan sel darah merah kehilangan air dan mengkerut (larutan NaCl tersebut
dikatakan bersifat hipertonis). Namun sebaliknya jika sel darah merah di larutkan kedalam
larutan NaCl yang lebih encer yaitu kurang dari 0,9% maka aliran air akan menuju kedalam
sel darah merah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada sel darah merah (larutan
NaCl tersebut dikatakan bersifat hipotonis).
Tonisitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh larutan
terhadap bentuk sel menurut hukum osmosis. Larutan disebut isotonik terhadap cairan
sitoplasma sel jika memiliki konsentrasi yang sama sehingga tidak terjadi pertukaran cairan.
Larutan disebut hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer dibandingkan isi sel. Gerakan
air ke dalam sel dapat menyebabkan sel membengkak hingga akhirnya pecah. Larutan
disebut hipertonik terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan dengan isi sel.
Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel berkerut atau biasa disebut dengan krenasi
(Venugopalaswamy & Ambabai, 2013).
Mekanisme mengembang dan mengkerut sel saat sel dalam larutan diakibatkan karena
aliran air keluar dari vakuola tengah. Vakuola tengah akan mengkerut dan protoplasma serta
dinding sel yang menempel juga akan keluar bersama vakuola itu, jika penurunannya terlalu
besar maka protoplasma akan terlepas dari dinding sel waktu mengkerut itulah protoplasma
akan mengalami serangkaian bentuk tidak beraturan, akhirnya berbentuk membulat yang
dianggap terpengaruh oleh gaya permukaan. Jika telah terlepas dari pengaruh tegangan,
dinding sel tidak lagi mengkerut bersama protoplasma sebab dinding sel lebih kaku sifatnya.
Ruang yang terbentuk antara dinding sel dan protoplasma yang mengkerut akan terisi oleh
larutan yang masuk dengan lebar melalui dinding yang permeabel (Purnamasari & Santi,
2017).
Potensial osmotik yaitu zat cair dalam vakuola dan bagian-bagian sel lainnya yang
mengandung zat-zat terlarut di dalamnya, artinya zat cair tersebut merupakan suatu larutan
yang potensial osmotiknya mempunyai nilai lebih rendah daripada potensial air murni
(Sudariyah, 2021). Sedangkan potensial tekanan yaitu keadaan dinding sel yang cukup
mengandung air memberikan tekanan pada isi sel yang arahnya ke luar sel. Akibatnya di
dalam sel timbul tekanan hidrostatik yang arahnya ke luar sel. Tekanan hidrostatik yang
arahya keluar sel disebut turgor (Sonjaya, 2013). Sementara plasmolisis yaitu peristiwa
keluarnya isi sel ke lingkungan akibat meningkatnya konsentrasi zat terlarut di lingkungan.
Semakin besar konsentrasi larutan maka akan semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis (Kasim et al., 2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan osmosis anatara
lain konsentrasi, ionisasi molekul, hidrasi, dan temperatur.
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa eritrosit mengalami hemolisis pada konsentrasi
larutan NaCl 0,5% , sedangkan eritrosit yang mengalami krenasi terjadi pada konsentrasi larutan
NaCl 1% , 1,5% dan 2%.
Pada perlakuan pertama satu tetes darah ditambah dengan larutan NaCl 0,5 % kemudian
diamati pada mikroskop dapat diketahui bahwa pada larutan NaCl konsentrasi 0,5% eritrosit
terlihat mengembang hal ini disebabkan karena larutan yang ada disekitar sel memiliki
konsentrasi yang lebih kecil atau hipotonik, sehingga terjadi perpindahan cairan dari konsentrasi
rendah yaitu larutan NaCl 0,5% dan menuju ke cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu
sitoplasma eritrosit, dengan kata lain cairan dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke
dalam eritrosit sehingga mengembang kemudian pecah atau lisis. Jadi pada percobaan pertama
dengan menggunakan kepekatan larutan NaCl 0,5% terjadi proses hemolisis. Waktu yang
dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa hemolisis adalah 10 menit.
Pada perlakuan kedua satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan
konsentrasi 1% dapat diketahui bahwa eritrosit mulai terlihat mengecil mulai mengkerut. Hal ini
terjadi karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang
terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan
sel menjadi mengkerut. Jadi pada percobaan keempat dengan menggunakan larutan NaCl 1%
terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa krenasi
adalah 12 menit.
Pada perlakuan ketiga satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan
konsentrasi 1,5% dapat diketahui bahwa eritrosit sebagian terlihat mengkerut. Hal ini terjadi
karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi atau hipertonik, sehingga terjadi
perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu sitoplasma eritrosit menuju ke cairan yang
berkonsentrasi lebih tinggi yaitu larutan NaCl 1,5%. Dengan kata lain cairan sitoplasma di dalam
eritrosit ditarik keluar sehingga selnya kehilangan air yang mengakibatkan sel terlihat
mengkerut. Jadi pada percobaan keempat dengan menggunakan larutan NaCl 1,5% terjadi proses
krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa krenasi adalah 11 menit.
Pada perlakuan keempat satu tetes darah yang ditambah dengan larutan NaCl dengan
konsentrasi 2% dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan eritrosit terlihat mengkerut. Hal ini
terjadi karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang
terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan
sel menjadi mengkerut. Jadi pada percobaan keempat dengan menggunakan larutan NaCl 2%
terjadi proses krenasi. Waktu yang dibutuhkan eritrosit untuk mengalami peristiwa krenasi
adalah 8 menit.
Berdasarkan kajian pustaka bahwa kepekatan atau konsentrasi cairan di luar akan
berpengaruh terhadap peristiwa hemolisis dan krenasi, sehingga kecepatan hemolisis dan
kecepatan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar sel eristrosit. Berdasarkan kegiatan
di atas dapat diketahui bahwa semakin rendah konsentrasi atau kepekatan larutan di luar sel
maka semakin cepat sel eritrosit tersebut mengalami hemolisis, dan semakin tinggi konsentrasi
atau kepekatan larutan di luar sel maka semakin cepat sel eritrosit mengalami krenasi.
Peristiwa hemolisis dan krenasi tidak pernah terlepas dari peran osmosis dan difusi.
Kerusakan pada membran sel darah dikaarenakan sel darah didedahkan pada medium yang
hipotonis atau hipertonis. Apabila larutan bersifat hipotonis larutan dari luar akan masuk ke
dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihi kemampuan dari sel dan akhirnya
pecah karena larutan masuk melalui membran eritrosit yang bersifat semi permiabel. Sedangkan
bila larutan bersifat hipertonis dimasukan dalam darah akan menyebabkan isi sel keluar menuju
medium sehingga sel mengkerut.
D. Simpulan
1. Peristiwa hemolisis ditandai dengan membengkaknya eristrosit dikarenakan penambahan
larutan yang bersifat hipotonik. Eritrosit mengalami hemolisis pada larutan NaCl dengan
konsentrasi 0,5%
2. Peristiwa krenasi ditandai dengan mengkerutnya eritrosit karena penambahan larutan
yang bersifat hipertonik. Eritrosit mengalami krenasi pada larutan NaCl dengan
konsentrasi 1%, 1,5%, dan 2%
3. Kecepatan hemolysis dan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar sel.
Daftar Pustaka