Anda di halaman 1dari 10

Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

ULURAN TANGANMU MENYEJUKKAN DUNIA CERDAS


AKSESIBILITASKU
Bilqis Atika Tsuroyya, Indriani Yudiawati, Monika Dita Puspa Dewi,
Anis Widyawati, S.H., M.H.
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
e-mail: bilqistsuroyya22@gmail.com_1; indrianiyud@gmail.com_2; monikadita24@gmail.com_3

Abstrak
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Tentu mereka
membutuhkan fasilitas khusus yang dapat membantu dalam menjalankan aktivitasnya.
Negara wajib memenuhi hak disabilitas tersebut. Namun dalam hal aksesibilitas,
ketersediaan sarana dan prasarana ramah difabel saat ini masih sangat terbatas di
Indonesia, yang tentu belum mempermudah akses pergerakan difabel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa artikel yang berhubungan dengan
fasilitas disabilitas, guna mengetahui penyebab terjadinya ketimpangan sosial terhadap
hak difabel serta mewujudkan Indonesia cerdas disabilitas. Adapun metode yang
digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan Analisis Data
Sekunder, yaitu suatu metode dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data
utama. Berdasarkan artikel yang telah dikumpulkan, didapatkan hasil bahwa fasilitas
publik bagi penyandang disabilitas di Indonesia masih jauh dari harapan jika
dibandingkan dengan negara lain yang aksesibilitasnya sangat baik. Indonesia dapat
menjadi negara yang ramah disabilitas, yaitu dengan adanya koordinasi antara
pemerintah terutama dinas pekerjaan umum dengan dinas sosial, dan juga masyarakat.
Kata Kunci: Aksesibilitas, Penyandang Disabilitas, Pemerintah.

Abstract :
Persons with disabilities are every person who experiences physical, intellectual, mental,
and / or sensory limitations for a long period of time who in interacting with the
environment may experience obstacles and difficulties to participate fully and effectively
with other citizens based on equal rights. Of course they need special facilities that can
assist in carrying out their activities. The state is obliged to fulfill these disability rights.
However, in terms of accessibility, the availability of diffable-friendly facilities and
infrastructure is currently still very limited in Indonesia, which of course does not facilitate
access to the movement of people with disabilities. This study aims to collect and analyze
articles related to disability facilities, in order to determine the causes of social inequality
towards the rights of people with disabilities and to create a disability-smart Indonesia.
The methods used are qualitative and quantitative descriptive with Secondary Data
Analysis approaches, namely a method by utilizing secondary data as the main data source.
Based on the articles that have been collected, the results show that public facilities for
people with disabilities in Indonesia are still far from expectations when compared to other
countries with very good accessibility. Indonesia can become a disability-friendly country,
namely through coordination between the government, especially the public works office
and social services, and also the community.
Keywords: Accessibility, Persons with Disabilities, Government.

1
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

1. PENDAHULUAN
Pemahaman negatif tentang disabilitas dan penyandang disabilitas berkaitan
erat dengan perilaku diskriminatif, seperti halnya telah diungkapkan melalui
berbagai macam tulisan, laporan maupun hasil riset. Dalam pasal 28 I ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatakan bahwa
setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan diskriminatif itu,
sehingga setiap orang tidak boleh membeda-bedakan kekurangan orang lain.
Faktanya hampir setiap orang akan mengalami disabilitas pada satu fase tertentu
dalam kehidupannya. Sebagai contoh yakni seseorang yang berusia tua akan
mengalami kesulitan terkait keberfungsian fisik dan sosialnya.
Dalam paparan Kepala Sub Direktorat Rehabilitas Sosial Penyandang
Disabilitas Sensorik, Kementerian Sosial, Erniyanto menunjukkan sebanyak 21,84
juta atau sekitar 8,56% penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas. Data
tersebut diambil dari surve penduduk antar sensus atau SUPAS tahun 2015.

Sementara Kementerian kesehatan mengumpulkan data penyandang disabilitas


melalui riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2018 data disabilitas
dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori yaitu anak (umur 5-17 tahun) sebanyak
3,3% yang diadaptasi dari Module UN Washington Group yang tercantum dalam
Multiple Indicator Cluster Surveys (MICS) dikembangkan oleh United National
Emergency Children’s Fund (UNICEF).

Dewasa (umur 18-59 tahun) sebanyak 22% yang diadaptasi dari WHO Disabilily
Assesment Schedule 2.0 (WHODAS 2.0)

2
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

Lanjut usia (umur kurang lebih 60 tahun) sebanyak 74,3% lansia dapat beraktifitas
sehari-hari secara mandiri, 22% mengalami habatan ringan, 1,1% hambatan sedang,
1% hambatan berat, dan 1,6% megalami ketergantungan total yang diadaptasi dari
barthel index of activities of daily living (ADL).

Menurut Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 penyandang disabilitas


adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Oleh
sebab itu dalam pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Sehingga
dapat diartikan pemerintah berkewajiban untuk menyediakan aksesibilitas
pelayanan umum yang memadai bagi masyarakat. Dalam tercapainya kesetaraan
dan kesempatan dari aspek kehidupan dan penghidupan bagi penyandang disabilitas
terdapat upaya untuk memberikan perlindungan hukum, terhadap kedudukan, hak,
kewajiban, dan peran para penyandang disabilitas, disamping dengan Undang-
Undang tentang penyandang disabilitas, juga telah dilakukan melalui berbagai
peraturan perundang-undangan, antara lain peraturan yang mengatur masalah
ketenagkerjaan, pendidikan nasional, kesehatan, kesejahteraan sosial, lalu lintas
dan angkutan jalan, perkeretaapian, pelayanan, penerbangan. Peraturan perudang-
undangan tersebut memberikan jaminan kepada penyandang disabilitas diberikan
kemudahan. Agar terciptanya kesetaraan dan persamaan hak di seluruh lapisan
masyarakat tanpa membeda-bedakan masyarakat yang satu dengan lainnya.

3
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

Penjelasan pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang hak asasi manusia menjelaskan bahwa hak pelayanan publik untuk
penyandang disabilitas meliputi hak :
(1) Memperoleh akomodasi yang layak dalam pelayanan publik secara optimal,
wajar, bermartabat tanpa diskriminasi.
(2) Pendampingan, penerjemah, dan penyediaan fasilitas yang mudah diakses di
tempat layanan publik tanpa tambahan biaya.
Akan tetapi pada kenyataannya dalam hal aksesibilitas, ketersediaan sarana
dan prasarana ramah difabel saat ini masih sangat terbatas di Indonesia.
Aksesibilitas yang dijanjikan pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 pada prakteknya tetap saja belum mempermudah akses pergerakan difabel.
Beberapa permasalahan seperti diungkapkan oleh Komite Nasional Difabel
berkaitan dengan mobilitas para difabel dapat terlihat pada :
1. Belum adanya perlindungan terhadap penyandang disabilitas pengguna
kendaraan pribadi.
2. Penyebrangan masih menyulitkan penyandang disabilitas untuk melintas.
3. Kendaraan yang dimodifikasi kurang di promosikan penggunaannya serta
belum tersertifikasi aman.
4. Terminal dan halte sebagian besar belum didesain aksesibel, seperti loket yang
tinggi, emplasemen yang tidak sejajar dengan lantai bus, perbedaan lantai tanpa
ram,dan lain sebaginya.
5. Bus atau angkutan darat yang dipergunkan hingga saat ini sebagian besar
belum meyediakan ruang khusus untuk kursi roda maupun tempat duduk yang
diutamakan bagi penyandang disabilitas.
6. Rambu, mara dan informasi belum dapat diterima dan dipahami oleh semua
orang.
7. Staf bus belum secara merata mengetahui dan mampu melayani pengguna
penyandang disabilitas secara baik dan benar.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif deskriptif
dengan pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS). ADS merupakan suatu metode
dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data utama. Memanfaatkan

4
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

data sekunder yang dimaksud yaitu dengan menggunakan sebuah teknik uji statistik
yang sesuai untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari tubuh materi atau
data yang sudah matang yang diperoleh pada instansi atau lembaga (seperti BPS,
departemen atau lembaga pendidikan) tertentu untuk kemudian diolah secara
sistematis dan objektif.
Sugiyono menguraikan bahwa penelitian itu bermacam-macam jenisnya,
dan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan
analisis jenis data. Dalam hal ini penelitian yang dilaksanakan adalah berupa
penelitian yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif analisis yaitu metode dimana
penulis mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh dari objek penelitian
dan literature-literatur lainnya. Kemudian menguraikan secara rinci untuk
mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. (Sugiyono,
2019) .
Metode deskriptif kualitatif yang berbasis studi kasus yaitu penelitian yang
dimaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku, presepsi, motivasi dan tindakan dengan cara deskripsi melalui
kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai macam metode alamiah.
Teknik analisis data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984)
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh.
Data penelitian diperoleh dengan melakukan kegiatan studi kepustakaan
yaitu menganalisis dan mengkomparasikan data sekunder berupa jurnal, penelitian
terdahulu, hasil laporan, buku-buku, artikel, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan tema penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan Undang-undang No. 8 tahun 2016 Negara Republik Indonesia
penyandang disabilitas diartikan sebagai setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

5
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk


berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak. Dalam pasal 5 undang-undang tersebut disebutkan berbagai macam
hak bagi penyandang disabilitas terutama dalam pemenuhan hak mendapatkan
aksesibilitas dan pelayanan publik.
Dengan diaturnya tentang hak tersebut dalam undang-undang, negara
berkewajiban untuk memenuhi hak mereka sebagai warga negara Indonesia.
Berdasarkan Jurnal berjudul Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap
Fasilitas Publik di Kota Surakarta karya Lelly Nuraviva, selain adanya undang-
undang, di setiap daerah di Indonesia membuat peraturan daerah yang menyebutkan
bahwa penyandang disabilitas di setiap kota harus dipenuhi haknya. Dalam jurnal
tersebut disebutkan bahwa realisasi dari peraturan daerah tersebut masih jauh dari
harapan dalam pengoptimalan aksesibel dalam pelayanan publik di Kota Surakarta.
Kurangnya aksesibilitas fasilitas umum di kota Surakarta ditunjukkan oleh
beberapa macam yaitu diantaranya terdapat dibeberapa sudut kota, akses trotoar
tidak memiliki guiding block, atau justru trotoar dijadikan lahan PKL ( Pedagang
Kaki Lima ) untuk berjualan sehingga menghalangi bagi pejalan kaki. Guiding
block yang terdapat di beberapa trotoar juga penempatan masih salah yaitu berada
di jalur paling kanan dekat jalan raya bukan ditengah maupun di pinggir paling kiri
trotoar. Hal ini membahayakan bagi penyandang disabilitas karena keselamatan
mereka terancam.
Selain fasilitas trotoar yang masih kurang ramah disabilitas juga dalam
akses angkutan umum masih sedikit ditemukan yang siap dalam mengangkut
penyandang disabilitas entah dalam bentuk akses menuju transportasi umum atau
yang sudah berada dalam transportasi umum. Masih banyak kekurangan dalam
penyediaan fasilitas publik yang ramah terhadap penyandang disabilitas walaupun
dalam undang-undang maupun peraturan daerah sudah disebutkan dengan jelas
bahwa pemenuhan hak aksesibilitas dalam fasilitas publik bagi penyandang
disabilitas adalah hak yang harus dipenuhi.
Hal ini adalah salah satu contoh bahwa Indonesia masih kurang
memperhatikan fasilitas publik bagi penyandang disabilitas. Kurangnya koordinasi
dari pemerintah terutama dinas pekerjaan umum sebagai pembuat fasilitas umum
dengan dinas sosial yang harusnya mengerti kebutuhan fasilitas penyandang
disabilitas. Sehingga dalam pembangunan fasilitas publik tidak mempertimbangkan
kebutuhan akses bagi penyandang disabilitas sehingga para penyandang semakin
kehilangan haknya.
Pada tahun 2018, London adalah tuan rumah konferensi tingkat tinggi
(KTT) disabilitas global. Kota London merupakan salah satu negara yang ramah
disabilitas, baik bagi warga negaranya maupun bagi turis wisatawan. Salah satu
fasilitas publik bagi penyandang disabilitas yang dapat digunakan adalah taksi di
kota tersebut menyediakan akses untuk para penyandang kursi roda. Sehingga tidak

6
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

perlu bersusah payah melipat kursi roda atau mengeluarkannya lagi dari dalam
bagasi.

Sumber : idntimes.com
Di negara-negara lain yang dijuluki sebagai negara ramah disabilitas, telah
memberikan fasilitas publik yang membantu para penyandang disabilitas dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti kebanyakan orang. Seperti di Seattle
merupakan salah satu kota yang ada di Amerika Serikat, dimana daerah disana
cenderung daerah berbukit. Kondisi ini tentu saja kurang memudahkan para
penyandang disabilitas. Hal ini kemudian yang melatarbelakangi adanya Taskar
Center for Accessible Technology yang dikelola oleh Universitas Washington.
Aplikasi ini menyediakan navigasi khusus untuk para difabel yang bernama
AccessMap. Cara kerja aplikasi ini yaitu sebagai penunjuk jalan. Pengguna tinggal
memasukkan tujuan dan kemudian akan muncul rute yang disarankan tergantung
pada pengaturan yang disesuaikan. Dengan adanya aplikasi yang berbasis peta
seperti ini tentu saja membuat para penyandang disabilitas tidak kesulitan untuk
mengelilingi Kota Seattle bahkan saat seorang diri.

Sumber : epfl.ch
Dibandingkan dengan penerapan akses fasilitas bagi penyandang disabilitas
di Kota Surakarta seperti yang disebutkan dalam jurnal, baik Kota Surakarta
maupun Indonesia masih jauh harapan untuk menjadi negara ramah disabilitas.
Terdapat banyak hal yang harus dipenuhi namun bukan berarti Indonesia tidak akan
menjadi negara ramah disabilitas namun pemerintah dan masyarakat harus

7
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

bekerjasama untuk mewujudkan hak bagi penyandang disabilitas yang sama


sebagai sesama manusia.
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pemenuhan hak disabilitas merupakan kewajiban negara, hal ini disebutkan
dalam undang-undang dan peraturan daerah di Indonesia. Namun aturan-aturan
tersebut masih jauh dari harapan dalam pengoptimalan aksesibel pelayanan publik.
Seperti akses trotoar yang tidak memiliki guiding block atau penempatannya yang
salah, bahkan trotoar digunakan untuk berdagang. Selain itu dalam hal transportasi,
masih banyak angkutan umum yang belum siap untuk mengangkut penyandang
disabilitas, baik dalam bentuk akses menuju angkutan umum atau angkutan umum
itu sendiri yang fasilitasnya belum memadai. Jika dibandingkan dengan negara lain,
taksi di Kota London sudah menyediakan akses untuk para penyandang kursi roda.
Perbandingan lainnya yaitu di Seattle, Amerika Serikat, terdapat Taskar Center for
Accessible Technology, yaitu aplikasi yang menyediakan navigasi khusus untuk
para difabel yang bernama AccessMap, cara kerja aplikasi ini yaitu sebagai
petunjuk jalan. Tentu hal tersebut memiliki perbedaan yang sangat besar dengan
penerapan akses fasilitas bagi penyandang disabilitas di Indonesia. Untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara ramah disabilitas seperti negara lain, selain
harus ada koordinasi antara pemerintah terutama dinas pekerjaan umum dengan
dinas sosial, pemerintah juga harus bekerjasama dengan masyarakat untuk
mewujudkan pemenuhan hak disabilitas sebagai sesama manusia.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Tim PKM-PSH mengucapkan terimakasih kepada :
(1) Dosen pembimbing PKM-PSH Anis Widyawati, S.H., M.H. Tim Karmil PKM-
PSH Dr. Sang Ayu Putu Rahayu, S.H., M.H. Tim Reviewer PKM-PSH Dian
Latifiani, S.H., M.H Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
saran, masukan, motivasi serta doa.
(2) Universitas Negeri Semarang sebagai lembaga tempat kami menimba ilmu.
(3) Direktorat Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Kementerian Riset dan Teknologi yang telah mendanai PKM-
PSH.
6. REFERENSI
Buku
Ismandari, Fetty. 2019. Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan RI Hari
Disabilitas Internasional 3 Desember 2018. Jakarta : Kemenkes RI.
Jurnal Ilmiah
Abazari, Zahra dan Mahshid Borjian Brojeni, (2017) “The Role of Harold Laswell
Communication Theory in Librarianship and Information Science”,
International Academics Journal of Humanities, Volume 4, Nomor 2.
Ali, Sana. Mohammed Rafi. 2016. ‘Learning Disabilities: Characteristics and
Instructional Approaches’, International Journal of Humanities Social
Sciences and Education (IJHSSE), vol 3, no 4, hh.111-115.

8
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

Eibeck, C. (2017). ‘Disability Services and Carer Program Gaps in Central


Australian Indigenous Communities’. Ab-Original, 1(1), 99-132.
doi:10.5325/aboriginal.1.1.0099
Gissen, D. (2019). ‘Disability and Preservation’. Future Anterior: Journal of
Historic Preservation, History, Theory, and Criticism, 16(1), Iii-Xiii.
doi:10.5749/futuante.16.1.0iii
Hidayatullah, A Nururrochman dan Pranowo. 2018. ‘Membuka Ruang Asa dan
Kesejahteraan Bagi Penyandang Disabilitas’, Jurnal PKS, vol 17, no 2, hh.
195.
Joanne Woiak, & Dennis Lang. (2016). Theory Meets Practice in an Introduction
to Disability Studies Course. Transformations: The Journal of Inclusive
Scholarship and Pedagogy, 25(2), 96-113.
doi:10.5325/trajincschped.25.2.0096
Landuyt, E., & Jennings, A. (2018). Opening the gate: Disability politics and social
responsibility. Monthly Labor Review, 1-3.
Marwandianto. 2018. ‘Pelayanan Transportasi Publik yang Mudah di Akses oleh
Penyandang Disabilitas dalam Perspektif HAM’, Jurnal HAM, vol 9, no 2,
hh.175-188.
Moller, A. (2015). Disability from a public health perspective. Scandinavian
Journal of Public Health. Supplement, 16, 81-84. doi:10.2307/45206066
Mumpuni, Sesya Dias dan Arif Zainudin. 2017. ‘Aksesibilitas Peyandang
Disabilitas Dalam Pelayanan Publik Di Kabupaten Tegal’, Jurnal
Komunikasi Pendidikan,vol. 1, no 2, hh.133.
Nuraviva, 2017, ‘Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Publik
di Kota Surakarta’, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro Semarang.
Pawestri, Aprilina, (2017), “Hak Penyandang Disabilitas dalam Perspektif HAM
Internasional dan HAM Nasional”, Era Hukum – Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum, Volume 2, Nomor 1, Juni 2017.
Rudnicki, S. (2016). Complexity, Institutions, and an 'Agile' Disability Policy.
Polish Sociological Review, (195), 327-339.
Sary, Reny Kartika dan Erfan M. Kamil. 2018. ‘Evaluasi Fasilitas Penunjang untuk
Penyandang Disabilitas di Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang’,
Arsir, vol 2, no 1, hh.41-55.
Shaleh, Ismail. 2018. ‘Implementasi Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas
Ketenagakerjaan Di Semarang’, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, vol 20, no 1,
hh. 64.
Soto, Christian, dkk. 2018. ‘Exploring the Meta-Comprehension Abilities of
Students with Intellectual Disabilities’, International Journal of Special
Education, vol 33, no 2, hh.233-247.

9
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku

Suryadi. 2017. ‘Ketersediaan Sarana Angkutan Bagi Pekerja Penyandang


Disabilitas di Jawa dan Bali’, Warta Penelitian Perhubungan, vol 29, no 2,
hh.289-300.
Syafi’ie, 2014, ‘Bagi Penyandang Pemenuhan Aksesibilitas Disabilitas’, Vol.1
No.2, hal.286-287.
Tampubolon, Indah Anggriany. ‘Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja
Penyandang Disabilitas Dalam Mendapatkan Pekerjaan yang Layak (Studi
Kasus di PT. Deaf Cafe Fingertalk Tangerang)’. 2019. Diakses 30
September 2019
Trimaya, Arrista. 2016. ‘Upaya Mewujudkan Penghormatan, Perlindungan, Dan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas Melalui Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas’, Jurnal Legislasi Indonesia,
vol 13, no 04, hh. 403.
Utami, Ezza Oktavia, et al., (2018), "Aksesibilitas Penyandang Tunadaksa"
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat”, Volume 5,
Nomor 1, April 2018.
Widinarsih, Dini. 2019. ‘Penyandang Disabilitas Di Indonesia : Perkembangan
Istilah dan Definisi’, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, jilid 20, hh 128.
Zakiyah, Ummi dan Rahmawati Husein. 2016. ‘Pariwisata Ramah Penyandang
Disabilitas: Studi Ketersediaan Fasilitas Dan Aksesibilitas Pariwisata
Untuk Disabilitas di Kota Yogyakarta’, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
Kebijakan Publik, vol 3, no 3, hh.483-502.
Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Versi
Amandemen IV).
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Lembaran RI Tahun 1999 No 165. Jakarta : Sekretariat
Negara.
Pemerintah Indonesia. 2016. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas. Lembaran RI Tahun 2016 No 69. Jakarta :
Sekretariat Negara.
Website
Alfonsus Adi Putra, 2020, 7 Negara Dengan Teknologi Yang Paling Ramah
Disabilitas, http://www.idntimes.com/tech/trend/amp/alfonsus-adi-putra-
alfonsus/daftar-negara-dengan-teknologi-paling-ramah-untuk-kaum-
difabel , Diakses pada Senin, 1 September 2020.
Badan Pusat Statistik 2015 Surve Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Tersedia
https://sirusa.bps.go.id/index.php/dasar/pdf?kd=2&th=2015 Diakses
tanggal 27 Januari 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai