Abstrak
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Tentu mereka
membutuhkan fasilitas khusus yang dapat membantu dalam menjalankan aktivitasnya.
Negara wajib memenuhi hak disabilitas tersebut. Namun dalam hal aksesibilitas,
ketersediaan sarana dan prasarana ramah difabel saat ini masih sangat terbatas di
Indonesia, yang tentu belum mempermudah akses pergerakan difabel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa artikel yang berhubungan dengan
fasilitas disabilitas, guna mengetahui penyebab terjadinya ketimpangan sosial terhadap
hak difabel serta mewujudkan Indonesia cerdas disabilitas. Adapun metode yang
digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan Analisis Data
Sekunder, yaitu suatu metode dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data
utama. Berdasarkan artikel yang telah dikumpulkan, didapatkan hasil bahwa fasilitas
publik bagi penyandang disabilitas di Indonesia masih jauh dari harapan jika
dibandingkan dengan negara lain yang aksesibilitasnya sangat baik. Indonesia dapat
menjadi negara yang ramah disabilitas, yaitu dengan adanya koordinasi antara
pemerintah terutama dinas pekerjaan umum dengan dinas sosial, dan juga masyarakat.
Kata Kunci: Aksesibilitas, Penyandang Disabilitas, Pemerintah.
Abstract :
Persons with disabilities are every person who experiences physical, intellectual, mental,
and / or sensory limitations for a long period of time who in interacting with the
environment may experience obstacles and difficulties to participate fully and effectively
with other citizens based on equal rights. Of course they need special facilities that can
assist in carrying out their activities. The state is obliged to fulfill these disability rights.
However, in terms of accessibility, the availability of diffable-friendly facilities and
infrastructure is currently still very limited in Indonesia, which of course does not facilitate
access to the movement of people with disabilities. This study aims to collect and analyze
articles related to disability facilities, in order to determine the causes of social inequality
towards the rights of people with disabilities and to create a disability-smart Indonesia.
The methods used are qualitative and quantitative descriptive with Secondary Data
Analysis approaches, namely a method by utilizing secondary data as the main data source.
Based on the articles that have been collected, the results show that public facilities for
people with disabilities in Indonesia are still far from expectations when compared to other
countries with very good accessibility. Indonesia can become a disability-friendly country,
namely through coordination between the government, especially the public works office
and social services, and also the community.
Keywords: Accessibility, Persons with Disabilities, Government.
1
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
1. PENDAHULUAN
Pemahaman negatif tentang disabilitas dan penyandang disabilitas berkaitan
erat dengan perilaku diskriminatif, seperti halnya telah diungkapkan melalui
berbagai macam tulisan, laporan maupun hasil riset. Dalam pasal 28 I ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatakan bahwa
setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan diskriminatif itu,
sehingga setiap orang tidak boleh membeda-bedakan kekurangan orang lain.
Faktanya hampir setiap orang akan mengalami disabilitas pada satu fase tertentu
dalam kehidupannya. Sebagai contoh yakni seseorang yang berusia tua akan
mengalami kesulitan terkait keberfungsian fisik dan sosialnya.
Dalam paparan Kepala Sub Direktorat Rehabilitas Sosial Penyandang
Disabilitas Sensorik, Kementerian Sosial, Erniyanto menunjukkan sebanyak 21,84
juta atau sekitar 8,56% penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas. Data
tersebut diambil dari surve penduduk antar sensus atau SUPAS tahun 2015.
Dewasa (umur 18-59 tahun) sebanyak 22% yang diadaptasi dari WHO Disabilily
Assesment Schedule 2.0 (WHODAS 2.0)
2
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
Lanjut usia (umur kurang lebih 60 tahun) sebanyak 74,3% lansia dapat beraktifitas
sehari-hari secara mandiri, 22% mengalami habatan ringan, 1,1% hambatan sedang,
1% hambatan berat, dan 1,6% megalami ketergantungan total yang diadaptasi dari
barthel index of activities of daily living (ADL).
3
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
Penjelasan pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang hak asasi manusia menjelaskan bahwa hak pelayanan publik untuk
penyandang disabilitas meliputi hak :
(1) Memperoleh akomodasi yang layak dalam pelayanan publik secara optimal,
wajar, bermartabat tanpa diskriminasi.
(2) Pendampingan, penerjemah, dan penyediaan fasilitas yang mudah diakses di
tempat layanan publik tanpa tambahan biaya.
Akan tetapi pada kenyataannya dalam hal aksesibilitas, ketersediaan sarana
dan prasarana ramah difabel saat ini masih sangat terbatas di Indonesia.
Aksesibilitas yang dijanjikan pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 pada prakteknya tetap saja belum mempermudah akses pergerakan difabel.
Beberapa permasalahan seperti diungkapkan oleh Komite Nasional Difabel
berkaitan dengan mobilitas para difabel dapat terlihat pada :
1. Belum adanya perlindungan terhadap penyandang disabilitas pengguna
kendaraan pribadi.
2. Penyebrangan masih menyulitkan penyandang disabilitas untuk melintas.
3. Kendaraan yang dimodifikasi kurang di promosikan penggunaannya serta
belum tersertifikasi aman.
4. Terminal dan halte sebagian besar belum didesain aksesibel, seperti loket yang
tinggi, emplasemen yang tidak sejajar dengan lantai bus, perbedaan lantai tanpa
ram,dan lain sebaginya.
5. Bus atau angkutan darat yang dipergunkan hingga saat ini sebagian besar
belum meyediakan ruang khusus untuk kursi roda maupun tempat duduk yang
diutamakan bagi penyandang disabilitas.
6. Rambu, mara dan informasi belum dapat diterima dan dipahami oleh semua
orang.
7. Staf bus belum secara merata mengetahui dan mampu melayani pengguna
penyandang disabilitas secara baik dan benar.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif deskriptif
dengan pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS). ADS merupakan suatu metode
dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data utama. Memanfaatkan
4
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
data sekunder yang dimaksud yaitu dengan menggunakan sebuah teknik uji statistik
yang sesuai untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari tubuh materi atau
data yang sudah matang yang diperoleh pada instansi atau lembaga (seperti BPS,
departemen atau lembaga pendidikan) tertentu untuk kemudian diolah secara
sistematis dan objektif.
Sugiyono menguraikan bahwa penelitian itu bermacam-macam jenisnya,
dan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan
analisis jenis data. Dalam hal ini penelitian yang dilaksanakan adalah berupa
penelitian yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif analisis yaitu metode dimana
penulis mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh dari objek penelitian
dan literature-literatur lainnya. Kemudian menguraikan secara rinci untuk
mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. (Sugiyono,
2019) .
Metode deskriptif kualitatif yang berbasis studi kasus yaitu penelitian yang
dimaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku, presepsi, motivasi dan tindakan dengan cara deskripsi melalui
kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai macam metode alamiah.
Teknik analisis data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984)
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh.
Data penelitian diperoleh dengan melakukan kegiatan studi kepustakaan
yaitu menganalisis dan mengkomparasikan data sekunder berupa jurnal, penelitian
terdahulu, hasil laporan, buku-buku, artikel, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan tema penelitian.
5
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
6
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
perlu bersusah payah melipat kursi roda atau mengeluarkannya lagi dari dalam
bagasi.
Sumber : idntimes.com
Di negara-negara lain yang dijuluki sebagai negara ramah disabilitas, telah
memberikan fasilitas publik yang membantu para penyandang disabilitas dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti kebanyakan orang. Seperti di Seattle
merupakan salah satu kota yang ada di Amerika Serikat, dimana daerah disana
cenderung daerah berbukit. Kondisi ini tentu saja kurang memudahkan para
penyandang disabilitas. Hal ini kemudian yang melatarbelakangi adanya Taskar
Center for Accessible Technology yang dikelola oleh Universitas Washington.
Aplikasi ini menyediakan navigasi khusus untuk para difabel yang bernama
AccessMap. Cara kerja aplikasi ini yaitu sebagai penunjuk jalan. Pengguna tinggal
memasukkan tujuan dan kemudian akan muncul rute yang disarankan tergantung
pada pengaturan yang disesuaikan. Dengan adanya aplikasi yang berbasis peta
seperti ini tentu saja membuat para penyandang disabilitas tidak kesulitan untuk
mengelilingi Kota Seattle bahkan saat seorang diri.
Sumber : epfl.ch
Dibandingkan dengan penerapan akses fasilitas bagi penyandang disabilitas
di Kota Surakarta seperti yang disebutkan dalam jurnal, baik Kota Surakarta
maupun Indonesia masih jauh harapan untuk menjadi negara ramah disabilitas.
Terdapat banyak hal yang harus dipenuhi namun bukan berarti Indonesia tidak akan
menjadi negara ramah disabilitas namun pemerintah dan masyarakat harus
7
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
8
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
9
Tsuroyya, Uluran Tanganmu Menyejukkan Dunia Cerdas Aksesibilitasku
10