Di susun oleh :
PUTRI LUTFIATUL ULUM
NIM : 170103070
1) Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos
yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa.
Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh
septum internal.
Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk
membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respon terhadap udara dingin
atau eksitasi seksual.
2) Testis adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5
inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci)
Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
Tunika seminiferous, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobules
3) Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari testis ke
bagian eksterior tubuh.
Dalam testis, sperma bergerak ke lumen tubulus seminiferus, kemudian
menuju ke tubulus rekti (tubulus lurus). Dari tubulus rekti, sperma kemudian
menuju jarring-jaring kanal rete testis yang bersambungan dengan 10 sampai
15 duktulus eferen yang muncul dari bagian atas testis.
Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 m sampai
6 m) yang terletak di sepanjang sisi posterior testis
Bagian ini menerima sperma dari duktus eferen.
a. Epididimis menimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai
enam minggu. Selama enam minggu tersebut, sperma akan menjadi motil,
matur sempurna, dan mampu melakukan fertilisasi.
b. Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding epididimal
berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktus eferen.
Duktus eferen adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus yang
terletak dalam korda spermatik yang juga mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, saraf SSO, otot kremaster, dan jaringan ikat. Masing-
masing duktuds deferen meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding
abdominal kanal inguinal. Duktus ini mengalir di balik kandung kemih bagian
bawah untuk bergabung dengan duktus ejakulator.
Duktus ejakulator pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran
(ampula) di bagian ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis.
Setiap duktus ejakulator panjangnya mencapai sekitar 2 cm dan menembus
kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung
kemih.
Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga
bagian.
a. Uretra Prostatik merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih,
menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut.
b. Uretra membranosa panjangnya mencapai 1 cm sampai 2 cm. bagian ini di
kelilingi sfingter uretra eksternal.
c. Uretra penis (kavernous, berspons) di kelilingi oleh jaringan erektil
bersepon (korpus spongiosum). Bagian ini membesar ke dalam fosa
navicularis sebelum berakhir pada mulut uretra eksternal dalam glans penis.
4) Kelenjar aksesoris
4) Proses spermatogenesis
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer.Sel
spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit
sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi
menjadi spermatozoa masak.
2. Mekanisme ereksi penis. Ereksi adalah slah satu fungsi vascular korpus
karvenosum dibawah pengendalian SSO.
Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arterior penis menyebabkan
konstriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darahb yang melalui penis tetap
dan hanya sedikit darah yang masuk kesinusoid kavernosum.
Saat stimulasi mental atau seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan
vasodilatasi arterior yang memasuki penis. Lebih banyak darah yang
memasuki vena dibandingkan yang dapat didrainase vena.
Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan
vena yang dikelilingi tunika albuginea non distensi.
Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebakan terjadinya vasokonstriksi arteri
dan darah akan mengalir ke vena untuk dibawah menjauhi korpus. Penis
mengalami detumesensi, atau kembali ke kondisi lunak.
3. Enjakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki.
Semen diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
Implus simpatis dari pusat refleks medulla spinalis menjalar di sepanjang saraf
spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi
peristaltik dalam duktus testis, epididimis, dan duktus deferen. Kontraksi ini
menggerakkan sperma di sepanjang saluan.
Implus parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot
bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama.
Kontraksi yang stimulan pada vesikelseminalis, prostat,dan kelenjar
bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur
dengan sperma untuk
4. Kuantitas dan kompoisi semen
Volume ejakulasi berkisar antara 1 ml sampai 10 ml; rata – rata 3 ml. Semen
terdiri dari 90% air dan mengandung 50 sampai 120 juta sperma per ml;
volume sperma mencapai 5% volume semen.
Semen diejakulasi dalam bentuk cairan kental berwarna abu – abu kekuningan
dengan pH 6,8 sampai 8,8. Cairan ini segera berkoagulasi setelah ejakulasi dan
mencair dengan spontan dalam 15 sampai 20 menit.
Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididimal, dan
sekresi kelenjar prostat dan bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi
sekresi dari vesikel seminalis.
Semen mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma darah juga zat
tambahan seperti prostaglandin, enzim proteolitik, inhibitor enzim, vitamin,
dan sejumlah hormon steroid serta gonadrotropin dalam konsentrasi yang
berada dengan yang ada di plasma darah.
2. Jelaskan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita (fokus kelenjar
mamae)
Kelenjar susu, yang terletak didalam payudara wanita merupakan kelenjar
asesorius khusus yang menyekresi air susu (ASI).
Meskipun ditemukan pada kedua jenis kelamin namun kelenjar susu yang
berfungsi normal hanya terdapat pada wanita.
b. Patogenesis
Perkembangan hiperplasia prostat adalah fitur yang hampir universal pada
pria, dan pada proses berkembang hanya pada laki-laki dengan testis utuh.
Sebagai hasil penelitian kadar hormon plasma sebagai fungsi usia, pengukuran
konsentrasi androgen dan protein reseptor androgen dalam prostat, dan studi
tentang efek pemberian berbagai hormon pada pertumbuhan prostat pria,
adalah mungkin untuk menyediakan hipotesis kerja untuk patogenesis.
Akumulasi dihidrotestosteron dalam kelenjar berfungsi sebagai mediator
hormonal untuk hiperplasia pada pria akumulasi mungkin terjadi sebagian
karena katabolisme molekul menurun dan sebagian karena pengikatan
intraseluler molekul yang ditingkatkan. Proses ini dipercepat oleh estrogen,
yang meningkatkan tingkat reseptor androgen dalam kelenjar; peningkatan
reseptor androgen memungkinkan pertumbuhan androgen-dimediasi bahkan
dalam menghadapi produksi androgen menurun di usia lanjut
c. Patofisiologi
Keluhan dari BPH diakibatkan oleh adanya obstruksi dan sekunder
akibat dari respon kandung kemih. Komponen obstruksi dapat dibagi menjadi
obstruksi mekanik dan dinamik. Pada hiperplasi prostat, obstruksi mekanik
terjadi akibat penekanan terhadap lumen uretra atau leher buli, yang
mengakibatkan resistensi bladder outlet.
Komponen obstruksi dinamik menjelaskan berbagai jenis keluhan
penderita.Stroma prostat terdiri dari otot polos dan kolagen, yang dipersyarafi
oleh saraf adrenergik. Tonus uretra pars prostatika diatur secara autonom,
sehingga penggunaan α-blocker menurunkan tonus ini dan menimbulkan
disobstruksi. Keluhan pada saat berkemih pada pasien BPH akibat dari
respons sekunder kandung kemih.
Obstruksi pada kandung kemih mengakibatkan hipertrofi dan
hyperplasia dari otot detrusor disertai penimbunan kolagen, pada inspeksi
tampak penebalan otot detrusor berbetuk sebagai trabekulasi, apabila
berkelanjutan mengakibatkan terjadinya hernia mukosa diantara otot detrusor
yang mengakibatkan terbentuknya divertikel (Cooperberg dkk, 2013)
d. Tanda gejala
Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.
Nyeri saat buang air kecil.
Inkontinensia urine atau beser.
Sulit mengeluarkan urine.
Mengejan pada waktu berkemih.
Aliran urine tersendat-sendat.
Mengeluarkan urine yang disertai darah.
Merasa tidak tuntas setelah berkemih.
Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.
e. Komplikasi
Retensi urin akut
Ini adalah ketidakmampuan mendadak untuk buang air kecil. Kandung
kemih menjadi bengkak dan nyeri. Ini adalah keadaan darurat yang
memerlukan perhatian medis segera.
Infeksi saluran kemih
Urin sisa yang disebabkan oleh BPH dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih rekuren.
Batu kandung kemih
BPH dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kandung kemih.
Pasir/batu dalam urin
BPH dapat menyebabkan perdarahan.
Gangguan fungsi kandung kemih
BPH dapat menyebabkan obstruksi saluran kandung kemih. Bila
kandung kemih harus bekerja lebih keras untuk mendorong urin keluar
dalam jangka waktu yang lama, dinding otot kandung kemih membentang
dan melemahkan dan tidak lagi berkontraksi dengan benar dengan benar.
Gangguan fungsi ginjal
BPH berat dapat menyebabkan air seni kembali ke dalam dan merusak
ginjal. Hidronefrosis, uremia dan bahkan gagal ginjal bisa terjadi.
Prostatitis, radang kelenjar prostat.
Dipercaya bahwa BPH tidak menyebabkan kanker, namun kedua
kondisinya bisa ada bersama.
f. Pemeriksaan diagnosis
1) Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultru urin berguna dalam
mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2) Radiologi
meliputi intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograde, USG, CT-
Scanning, cytoscopy, dan foto polos abdomen. Tujuan pemeriksaan
pencitraan ini adalah untuk memperkirakan volume BPH, menentukan
derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urin, dan mencari kelainan
patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak dengan BPH.
3) Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran
kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan
bayangan buli-buli yanng penuh terisi urin yang merupakan tanda dari
suatu retensi urin. Pemeriksaan PIV dapat menerangkan kemungkinan
adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis. Pemeriksaan ultrasonografi transrektal atau TRUS
dimaksudkan untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya
kemungkinan BPH.
4) Prostatektomi Retro Pubis: Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi
kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
5) Prostatektomi parineal yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang
melalui perineum
6) Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara
mengukur :
Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin in dapat
dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau
ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi.
Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu
dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi
berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan
gambaran grafik pancaran urin.
g. Management
Terapi medikamentosa
Penghambat andrenergik a, misalnya prazosin, doxazosin, alfluzosin atau a
1a (tamsulosin).
Penghambat enzim 5-a-reduktase, misalnya finasteride (Poscar)
Fitoterapi, misalnya eviprostat
Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi. Indikasi terapi bedah yaitu :
Retensio urin berulang
Hematuria
Tanda penurunan fungsi ginjal
Infeksi saluran kencing berulang
Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,hidroureter, dan
hidronefrosis.
Ada batu saluran kemih.
b. Patogenesis
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis ini
terus mengalami perubahan, seiring dengan diketemukannya peralatan untuk
menguak pengetahuan tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon
steroid memegang peranan penting untuk terjadinya kanker payudara.
Tahun 1980 mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa
onkogen dan gen suprespor, keduanya memegang peranan penting untuk
progresi tumor, adesi antara sel dan faktor pertumbuhan.
c. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara
lainobesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi
zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi
stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira-kira
berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara
telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri.
d. Tanda gejala
Benjolan Di Payudara
Umumnya benjolan terdapat di bagian bawah kulit payudara, dan
ukurannya kurang lebih sebesar kacang polong. Bila benjolan tersebut
ditekan dan dapat bergeser, berarti kanker payudara masih masuk ke dalam
gejala awal yang ringan dan bisa langsung ditangani. Tetapi jika benjolan
sudah tidak digeser dan terasa keras, artinya kanker sudah memasuki
stadium lanjut. Benjolan ini juga bisa ditemukan di permukaan ketiak.
Pembengkakan dan nyeri di bagian puting
Payudara yang membengkak dan terasa berat atau nyeri perlu
diwaspadai. Tidak seperti pembengkakan payudara pada wanita yang
sedang hamil, pembengkakan akibat kanker akan terlihat tidak sama
besarnya antara payudara kanan dan kiri. Untuk membedakan dengan
kista, lakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan sinar ultrasonik.
Keluarnya darah atau cairan aneh
Cairan yang keluar dari puting susu biasanya berbentuk darah atau
nanah yang berwarna kuning kehijauan. Umumnya tidak keluar terlalu
banyak, tetapi cukup mengganggu dan biasanya diikuti dengan rasa nyeri
pada permukaan payudara dan rasa gatal pada daerah sekitar puting.
Perubahan warna dan tekstur kulit
Biasanya warna kulit payudara akan memerah dan terdapat permukaan
yang bersisik seperti kulit jeruk. Kulit akan terasa kasar dan kaku, disertai
dengan timbulnya luka yang bengkak dan terasa panas
Puting tenggelam
Meskipun jarang terjadi, pertumbuhan sel kanker payudara di sekitar
areola (lingkaran cokelat di sekitar puting) juga bisa menyebabkan puting
tenggelam atau menjorok ke dalam.
e. Komplikasi
Tindakan pengobatan juga bisa menyebabkan efek samping atau komplikasi
yang merugikan, termasuk:
Infeksi luka pasca operasi.
Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan
merasakan pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan
kekakuan di bahu.
Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin
akan mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa
tidak nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-
gejala ini bisa berlangsung selama beberapa minggu pasca radioterapi
Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri
karena adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan
pengobatan ini juga akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan
kelelahan, dll. dalam jangka waktu yang singkat.
Terapi yang Ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan,
namun bisa memengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang
sangat jarang terjadi.
f. Pemeriksaan diagnosis
Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari kanker
payudara. Tidak pada semua orang akan dilakukan seluruh test dibawah ini:
IMAGING TEST :
Diagnostic mammography
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih
banyak gambar yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita
dengan tanda-tanda, diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada
banjo;an baru.
Diagnostic mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu yang
mencurigakan ditemukan pada saat screening mammogram.
Ultrasound (USG)
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi
dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada
payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa
yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan, yang
kemungkinannya bukan kanker.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi
gambaran detail dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa
mempunyai kanker maka untuk memeriksa payudara lainnya dapat
digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena dapat digunakan untuk
screening saja.
TES DENGAN BEDAH :
Biopsi
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi
hanya biopsi yang bisa memberikan diagnosis secara pasti.
- Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang
mencurigkan tidak teraba.
- Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan
sel dari suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dapat
dianalisa untuk menentukkan adanya sel kanker.
- Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah
besar jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain dari
benjolan) atau excisional (mengambil seluruh benjolan)
g. Management
a. Pembedahan
. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara
tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan
pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy),
mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan
hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,
hormon atau kemoterapi.
b. Non pembedahan
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi
untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang
peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah
pembedahan atau pada stadium akhir.
c. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut
penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.
d. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi.
REFERENSI
1. https://www.digilib.unila.ac.id/9878/11/BAB%20II%20plg%20br.pdf.
2. Corwin,Elizabeth,J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Refisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
3. https://wwa.repository.ump.ac.id/.../3/PUSPITA%20INDAH%20RAKHMAWATI
%20BAB%20II.pdf.
4. Kowalak.J.P.Wiliiam W,Brema M.2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
5. https://www.jtptunimus-gdl-zesinovita-5422-2-babii.pdf .