Anda di halaman 1dari 16

PENJAMINAN MUTU UNIT RADIOLOGI

RSU HASANAH GRAHA AFIAH

BAB I
TERMINOLOGI, KONSEP-KONSEP DASAR MUTU,
JAMINAN DAN KENDALI MUTU
.
A.     Terminologi
1.      Quality : the totally of feature and characteristic of a product or service that bear on its
ability to satisfy stated or implied needs (ISO 8402)
2.      Kualitas : Suatu karakteristik yang harus dipenuhi sepenuhnya tanpa ada kekurangan
sedikitpun (zero defect). (Crosby)
3.      Quality Assurance :
                                                  i.      Pengertian umum:
1)     all those planned and systemic actions necessary to provide adequate confidence that
a product or service will satisfy given requierment system for quality (ISO 8402)
2)     Management tool which, through the development of policies and establishment of
review procedures, aims to ensure that every exam or treatment in a radiology
departmen is necessary an appropriate to the medical problem.
3)     A management system that gives control, predictability, and controlled improvement of
the production process (Chestnut, 1997)

                                                ii.      Pengertian secara khusus:


1)     An organised effort by the staff operating a facility to ensure that the diagnostic images
produced by the facility are of sufficiently high quality so that consistently provide
adequate diagnostic information at the lowest possible cost and with the least exposure
of the patient radiatiation (WHO)
2)     Planned and organized efforts with in a diagnostic radiology facility to ensure the
production of consistent optimal quality images with minimal radiation exposure and
cost to the patient (Ballinger)
B.    Konsep Mutu dan pelayanan prima
1.      Konsep Mutu
a.      Beberapa mitos tentang mutu
Mutu bila dilihat dari awwal perkembangnannya berangkat dari mitos-mitos
seperti: mutu adalah identik dengan barang-banrang yang bersifat mewah atau luks
atau sesuatu yang bermagna mewah dan wah. Adapula yang beranggapan bahwa
suatu produk dianggap bermutu bila memiliki nilai dan harga yang mahal. Dari mitos
yang ada dan kebutuhan pemeahaman masayarakat yang terus berkembang,
sementara mutu itu cenderung bersifat abstrak dan tidak bisa diukur secara eksplisit,
maka untuk mengetahui konsep tentang mutu perlu di cermati menurut pendapat-
pendapat dari para pakar.

b.     Pendapat para pakar


1)     Mutu pelayanan adalah sejauh mana kenyataan pemberian pelayanan sesuai dengan
kriteria pelayanan yang baik (Donabedian, 1980)
2)     Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
3)     Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui
perbaikan sluruh proses secara berkelanjutan (Zimmerman)
Secara lebih khsusus, definisi tentang mutu dalam pelayanan kesehatan
menurut Departemen Kesehatan RI adalah penampilan/kinerja yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan.

c.      Dimensi Mutu


Untuk menilai suatu mutu, dapat ditentukan dari berbagai indicator. Salah satu
indicator tersebut adalah dimensi mutu. Table di bawah ini menunjukkan beberapa
dimensi mutu, yaitu :
Efficacy pelayanan yg diberikan menunjukan manfaat & hasil yg
diinginkan
Appropriateness pelayanan yg diberikan relevan dgn kebutuhan linis
pasien & didasarkan pd perkembangan I P
Availability pelayanan yg dibutuhkan tersedia
Accessibility pelayanan yg diberikan dpt diakses oleh yang
membutuhkan
Efficiency pelayanan yg diberikan dilakukan dgn efisien
Effectiveness pelayanan yg diberikan dgn cara yg benar, berdasar I
P, & dpt mencapai hsl yg diinginkan
Amenities kenyamanan fasilitas pelayanan yg tersedia
Acceptability pelayanan yg diberikan dpt diterima oleh masyarakat
pengguna / yg membutuhkan
Safety pelayanan yg diberikan aman
Technical competence tenaga yg memberikan pelayanan mempunyai
kompetensi tehnis yg dipersyaratkan
Timelines pelayanan yg diberikan tepat waktu
Affordability pelayanan yg diberikan dpt dijangkau scr finansial oleh
masyarakat pengguna / yg membutuhkan
Interpersonal pelayanan yg diberikan memperhatikan hub antar
relationship manusia baik antara pemberi & pelanggan maupun
sesama petugas pemberi pelayanan
Respect & caring pelayanan yg diberikan dilakukan dgn hormat, sopan &
penuh perhatian
Legitimacy pelayanan yg diberikan dpt dipertanggung jawabkan
(SCR MEDIK MAUPUN HUKUM)

Tabel 1.1. Dimensi Mutu

Seperti yang telah diuraikan diatas konsep tentang mutu bahwa, dikatakan
bermutu bila memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar adalah langkah awal
penilaian kepatuhan proses kegiatan, penilaian kinerja, pengendalian organisasi.
Pada prinsipnya standar adalah suatu harapan mutu faktor input-proses-output
yang diinginkan yang di buat secara tertulis atau yang disepakati sebagai bagian dari
sistem pengawasan mutu (quality monitoring).
Standar diperlukan untuk kemudahan replikasi unit pelayanan/program, dalam organisasi, keluar
organisasi: lokal-regional-global, konsistensi estetis/brand image. Selain itu pada sektor swasta
standar dapat diartikan sebagai nilai profit meningkat, pada sektor pemerintah dapat berarti
mewujudkan good governance, meningkatkan daya responsif thd perubahan, pengendalian biaya
dan mengurangi inefisiensi.

Konsep Mutu Gambar dan 3D / 4D dalam Program Jaminan Mutu/Kendali Mutu


x-ray
Mutu gambar secara radiografi (Radiographic quality)
Mutu gambar secara radiografi (radiographic quality) biasa diartikan sebagai
kemampuan atau kesanggupan suatu gambar radiografi memperlihatkan struktur
anatomi dari organ tubuh yang diperiksa.
Suatu Radiograf yang benar-benar dapat mereproduksi kembali gambaran struktur
anatomi dan jaringan-jaringan adalah dikatakan sebagai radiograf berkualitas tinggi
atau ”high-quality radiograph” demikian pula sebaliknya atau biasa disebut dengan ”
poor-quality radiograph”.
Seorang ahli radiologi (radiologist) memerlukan radiograf-radiograf yang berkualitas
tinggi untuk membuat diagnosa yang akurat. Kualitas radiograf yang rendah
mengandung citra informasi klinik yang minim dan sulit untuk di intepretasi. Hal ini juga
akan menununtut untuk dilakukan pemeriksaan ulang terhadap organ tubuh dari pasien
yang sama atau bila tidak diulang dengan baik justru kadang kala menjadi faktor
penyebab utama terjadinya kesalahan diagnosa (missed diagnoses).
Mendefenisikan tentang kualitas dari suatu radiograf pada dasarnya tidak mudah, dan
sulit untuk dapat diukur secara persis. Banyak faktor yang turut berpengaruh terhadap
kualitas radiograf, namun pendapat para ahli relatif tidak seragam dalam menemukan
faktor-faktor penyebabnya, sehingga kebanyakan praktisi cenderung menggukan
rambu-rambu kualitas gambar yang lebih bersifat universal yang dapat diterima atau
dibaca oleh kalangan medis. Suatu hasil penelitian yang pernah dilakukan pada rumah
sakit – rumah sakit pemerintah dan klinik di Inggris melaporkan diantaranya adalah,
menentukan kualitas standard untuk radiograf yang secara klinik dapat di terima dan
dapat berlaku untuk semua praktisi di Rumah sakit adalah sulit, karena besar
ketergantungannya terhadap kebiasaan rutinitas kondisi intepretasi images yang
bersifat lokal rumah sakit yang bersangkutan (Hardy, et al. 2000). Walaupun demikian
di negara-negara maju, baik di Eropa, sebagian negara-negara di Asia dan Afrika dan
bahkan di Amerika, dalam 1 dekade terakhir ini sudah memulai studi-studi tentang
kualitas radiografi terstandar nya dengan mengacu, mengadaptasikan standard-standar
mereka pada ”European guidelines on quality images for diagnostic imaging”
yang dikeluarkan oleh Komisi Masyarakat Eropa (Commision of European Community)
bidang radiologi (CEC, 1996).
Kemungkinan sebagai salah satu pendekatan yang mudah bagi kalangan praktisi di
Indonesia saat ini adalah mencoba meningkatkan pemahaman terhadap konsep
kualitas gambar dengan penekanan pada Karakteristik-karakteristik Terpenting
kualitas gambar secara radiografi antara lain: Resolusi Gambar, Kontras Gambar,
Noise Gambar dan Artefak-artefak yang biasa terjadi pada radiograf/image.
Dapatlah didiskripsikan bahwa hubungan keterkaitan antara kontras, resolusi dan noise
mempunyai kontribusi yang besar terhadap proses penciptaan suatu citra atau gambar
radiografi.
Dalam prakteknya, kontras radiografi dapat diartikan kemampuan suatu radiograf
menampilkan adanya perbedaan densitas optis antar struktur jaringan yang divisualkan
dalam citra atau radiograf. Kontras radiograf yang baik ukurannya secara subyektip
adalah bila kontras pada suatu radiograf memudahnkan seorang radiolog membedakan
secara umum gambaran-gambaran struktur anatomi organ dan jaringan. Sementara itu
Resolusi spatial, pada dasarnya merupakan karakteristik obyektip bagi salah satu
ukuran kualitas gambar/image secara fisika. Diperlukan alat dan media bantu ukur yang
terstandar (misal: parttern resolution dll) untuk menghitung dan mengetahui resolusi
spatial dari suatu sistem imejing. Dalam penerapan klinik, resolusi gambar/detail
gambar adalah karakteristik yang lebih sederhana dan simple bila digunakan dalam
menilai mutu gambar yang ditandai dengan kemampuan suatu gambar untuk mem-
visual-kan 2 gambar obyek dan dapat dideteksi perbedaan dari keduanya (misal:
membedakan mikrokalsifikasi dengan samall glandula mamae). Untuk Selanjutnya
Noise adalah signal yang buruk yang turut berkontribusi bagi rendah nya mutu suatu
radiograf. Noise atau lebih tepatnya dikatakan Radiografphic noise (Bushong, 2001), di
kenal sebagai fluktuasi densitas optis yang tidak dikehendaki yang terjadi pada suatu
radiograf karena buruknya signal radiasi akibat scatters yang mencapai media rekam
gambar (X-ray film). Semua yang berkaitan dengan penyebab tinggi nya noise,
seharusnya direduksi semaksimal mungkin karena selalu mengakibatkan buruk nya
kualitas gambar.
Kontrol yang baik terhadap karakteristik mutu gambar yakni Noise, memperhatikan
perbaikan terhadap resolusi dan kontras gambar ketiganya akan mempunyai efek
signifikan bagi mutu gambar/radiograf/citra secata menyeluruh, dan pada gilirannya
akan meningkatkan keakuratan pembacaan terhadap gambar termasuk diagnosi
radiologi yang dihasilkan.

2.      Pelayanan prima (Excellent service)


Pelayanan prima adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar
kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien
memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada
Organisasi Pelayanan Kesehatan
Menurut LAN RI, pelayanan prima adalah pelayanan terbaik, melebihi,
melampaui, mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu
lalu.
Tiga Indikator bagi terwujudnya pelayanan prima dalam konteks ”best practices”,
antara lain pelayanan prima akan terwujud jika ada suatu standar dan standar tersebut
dipatuhi, bila dalam memberikan pelayanan sedapat mungkin adalah yang terbaik atau
bahkan melebihi dari yang di minta, bila ada terobosan yang ditujukan demi
memuaskan pelanggan (inovasi)

Unsur-unsur kualitas pelayanan prima dalam rangka menuju kepuasan pelanggan


menurut Kep Menpan No 81/1993 adalah:
a.      kesederhanaan: lancar, tidak berbelit-belit
b.      kejelasan dan kepastian: prosedur, persyaratan teknis/administrasi
c.      keamanan
d.      keterbukaan
e.      efisiensi
f.        ekonomis
g.      keadilan yang merata
h.      ketepatan waktu

Untuk kemudahan pemahaman tentang pelayanan prima di lapangan sering


secara praktis di singkat dengan istilah CARE : “Create A Relationship Enthusiastically,
Energetically, with Everyone with whom you do business”. Atau dengan menerapkan
“Golden rule of Customer Service” seperti slogan-slogan berikut ini:
“ Treat others as you would others treat you”
“Customers want to be treated the way they want to be treated”
Perlu untuk diingat bahwa pelayanan prima akan sangat sulit diwujudkan bila
tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang kondusif baik lingkungan yang bersifat
fisik, mental dan spiritual .

Aspek pelayanan prima dalam mencapai Indonesia sehat 2010 (DepKes)


mencakup:
Kemudahan akses informasi (aspek kepuasan pengguna)
Pelaksanaan peraturan secara tepat, konsisten dan konsekuen (aspek proses
pelayanan)
Pelaksanaan hak dan kewajiban pemberi dan penerima pelayanan (aspek SDM, dan
kepuasan pelanggan)
Penanganan dan pendokumentasian kegiatan pelayanan dilakukan oleh tenaga yang
berwenang/kompeten (aspek proses dan SDM)
Penciptaan pola pelayanan yang sesuai dengan sifat dan jenisnya sebagai efisisensi
dan efektivitas (aspek SDM, dan proses pelayanan)
Penetapan tarif sesuai dengan kemampuan masyarakat dengan mekanisme pungutan
yang transparan serta adanya pengendalian dan pengawasan yang cermat (aspek
finansial dan kepuasan pelanggan)
Tidak ada pembedaan dlm memberikan pelayanan serta pemerataan distribusi
cakupan (aspek kepuasan pelanggan)
Kebersihan fasilitas pelayanan dan lingkungan (aspek proses pelayanan)
Sikap ramah dan sopan petugas dan meningkatkan kinerja secara kualitati dan
kuantitatif dengan kapasitas optimum (aspek kepuasan pelanggan dan aspek SDM).
Adapun kunci sukses untuk mewujudkan pelayanan prima diperlukan Sumber
daya pelaksana yang memiliki pribadi yang efektif, pribadi yang peka, bersedia untuk
berubah menjadi lebih baik atau dalam memberikan pelayanan terhadap pengguna jasa
dengan berwawasan 6 R yakni rapih, rawat, rajin, ringkas, resik, ramah

3.      Sejarah perkembangan jaminan mutu dan kendali mutu di bidang radiologi
Istilah Jaminan Mutu (QA) dan Kendali Mutu (QC) sudah dan sedang berkembang
dengan pesat sejak tahun 1980. Kedua terminology ini makin banyak di pakai dan
menjadi tidak asing lagi khususnya bagi unsur-unsur terkait yang menenerapkan
program penjaminan mutu di bidang imejing diagnostik.
Di Amerika Serikat, misalnya, Pemerintah Federal telah mempublikasikan sejuumlah
rekomendasi untuk Program-program Jaminan Mutu (QAP) bagi fasilitas-fasilitas
imejing diagnostik (Beureu of radiological Health, 1980). Selain itu, dalam rangka
mengawal atau membina mutu pelayanan imejing diagnostik bagi publik, salah suatu
agen regulator independen non-pemerintah terpercaya seperti The Joint Commision on
the Acreditation of Hospitals (JCAH) juga mempunyai reputasi yang handal dalam
memberikan rekomendasi-rekomendasi demi perbaikan mutu dan pelayanan prima bagi
masyarakat. Beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapore, dan
Thailand, belakangan ini juga telah mengikuti trend perkembangan ini dengan merujuk
system akreditasi Rumah Sakit mereka kepada JCHA demi perbaikan mutu untuk
menjamin kepercayaan pelanggan yang pada gilirannya akan meningkatkan
pemasukan (income) mereka. Meskipun, kebutuhan penjaminan mutu bagi pelayanan
kesehatan radiologi baru mulai populer bagi kalangan masyarakat Indonesia pada
umumnya, publikasi akan upaya perbaikan mutu untuk pelayanan kesehatan radiologi
sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini (BAPETEN dan
Depkes RI). Semua ini dilakukan tidak semata hanya untuk menghadapi era pasar
global pelayanan kesehatan radiologi tetapi lebih penting lagi adalah untuk telah
mempersiapan
Imejing (pencitraan) diagnostik adalah merupakan suatu proses multi langkah yang
mana melibatkan penggunaan teknologi modern untuk memperoleh dan menampilkan
sejumlah informasi tentang keadaan anatomi maupun kondisi fisiologi dari organ tubuh
pasien. Dalam upaya menyumbangkan citra diagnostik yang terbaik khususnya bila
proses multi langkah ini memanfaatkan sumber sinar pengion dari pesawat sinar-x dan
media screen/film sebagai perekam gambar, telah di pahami bahwa ada 2 faktor
utama (faktor manusia dan peralatan) yang turut berpengaruh terhadap variasi mutu
dari suatu citra diagnostic (Papp, 1998). Kedua factor ini perlu di kendalikan dengan
baik, dan apabila tidak dapat dikendalikan dengan sempurna maka akan berakibat
meningkatkan pengulangan-pengulangan ekposi radiasi yang juga dapat dipastikan
akan meningkatkan dosis pasien termasuk diadalamnya terjadi pemborosan biaya yang
dikeluarkan oleh unit pelaksana fungsional radiologi. Selain itu, hal yang lebih penting
sebagai akibat dari semua ini juga akan menurunkan tingkat akurasi dalam hal
intepretasi terhadap gambar (citra) yang dihasilkan. Dengan demikian, kualitas/mutu
diagnosa penyakit pasien semakin kurang terukur tingkat akuntabilitasnya bagi tindak
lanjut pengobatan.
Sebagaimana telah di diskusikan pada Bagian II, bahwa dengan melalui program
menejemen mutu diharapkan pengendalian dan minimalisasi dampak negatip dari
pengaruh kedua factor diatas dapat dilakukan.
Dewasa ini, untuk setiap departemen atau bagian yang ada di Rumah Sakit disyaratkan
untuk menyelenggarakan dan mengembangkan program-program yang ditujukan agar
dapat menjamin mutu pelayanan pasien dan dapat menjamin mutu menejemen pasien.
Terdapat dua area aktivitas utama dari menejemen mutu yang di disain sedemikian
rupa untuk meyakinkan bahwa pasien akan menerima suatu manfaat dari diagnosa
terbaik yang paling memungkinkan dengan dosis radiasi yang masih dibenarkan dan
konsekwensi pembiayaan yang minimum. Kedua area aktivitas dimaksud dasarnya
adalah diwujudkan dalam bentuk Program Jaminan Mutu (QAP) dan Program Kendali
Mutu (QCP) untuk x-ray imejing diagnostik.
Untuk mengenali secara lebih operasional tentang kedua program ini, pemahaman
tentang defenisi dan ruang lingkup dari aktifitas kedua program ini adalah sangat
diperlukan bagi praktisi di lapangan.
4.      Definisi Jaminan mutu dan kendali mutu radiologi, Kedudukan dan peran dalam
manajemen mutu radiologi
a.      Defenisi
JAMINAN MUTU (QA) adalah keseluruhan dari program menejemen (pengelolaan) yang
diselenggarakan guna menjamin pelayanan kesehatan radiologi prima dengan cara
pengumpulan data dan melakukan evaluasi secara sistematis (Papp, 1998).
Program Jaminan Mutu (QAP) x-ray imejing diagnostik lebih berkonsentrasi pada aspek
layanan kepada pasien (patient care) dan aspek yang berkaitan dengan interpretasi
gambar (image interpretation).
Perhatian-perhatian pasien diantaranya, terhadap penjadualan, penerimaan
resepsionis, dan persiapan pemeriksaan (misal: adakah pemeriksaan yang tepat
terjadual bagi pasien, adakah pasein mendapatkan instruksi yang benar sebelum
pemeriksan berlangsung, adakah barang-barang berharga pasien terjaga dengan baik
dan aman, atau adakah hasil-hasil laporan pemeriksaan sudah memadai atau tidak),
semua ini menjadi pertimbangan yang esensial dalam hubunganya dengan layanan
pasien dan menejemennya (patient care and management).
Selain itu, aspek yang berkaitan dengan interpretasi gambar (image interpretation) juga
menjadi pusat perhatian bagi pengguna jasa pelayanan x-ray imejing diagnostik (kolega
klinisi, pasien dan atau masyarakat). Hal-hal seperti: adakah kondisi penyakit pasien
sesuai dengan pembacaan doagnosis dari seorang ahli radiologi, adakah laporan
diagnosa radiologi, pendistribusian dan penyimpanan untuk kebutuhan evaluasi
selanjutnya dapat dipersiapkan dengan segera, dan adakah para klinisi dan pasien
mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan yang mana keseluruhannya adalah
berada dalam suatu model budaya kerja yang cepat dan terukur.
Suatu model formal berupa 10 langkah Program Jaminan Mutu (QAP) yang sering
dijadikan acuan oleh organisasi-organisasi kesehatan dan telah diadaptasikan untuk
kebutuhan pengorganisasian dan menejemen di bidang x-ray imejing diagnostik dalam
buku pelatihan ini adalah (JCAHO in Bushong, 2001) :
10-Steps QA Program
1 Pembagian tugas dan tanggungjawab pelaksana program Jaminan
Mutu (pembetukan QA Committe)
2 Menentukan lingkup dari layanan x-ray imejing diagnostik yang
dibutuhkan
3 Mengidentifikasi aspek-aspek dari layanan x-ray imejing diagnostik
yang perlu dipersiapkan
4 Mengidentifikasi dan menentukan outcomes yang ingin dicapai dan
dipertimbangkan turut berpengaruh terhadap aspek-aspek dari
layanan x-ray imejing diagnostik yang diberikan
5 Mengeluarkan batasan-batasan (standar) untuk ruang lingkup
penilaian (assesment)
6 Mengumpulkan dan mengorganisasi keseluruhan data (kualitatip
maupun kuantitatip)
7 Mengevaluasi keberhasilan pelayanan yang diberikan ketika
outcomes tercapai
8 Mengambil langkah korektip untuk memperbaiki mutu pelayanan
9 Mengevaluasi dan mendokumentasikan keseluruhan aksi/aktifitas
yang telah dilakukan
10 Mengkomunikasikan secara kontinyu informasi yang ada kepada
lingkup Organiasi QAP yang lebih luas

Tabel 1.2. 10 Langkah Program Jaminan Mutu

Menerapkan model 10 langkah Program Jaminan Mutu sebagaimana dideskripsikan


diatas akan membantu dalam menemukan masalah-masalah pelayanan terhadap
pasien dan sekaligus memecahkannya. Agar lebih meyakinkan bahwa organisasi dan
menejemen di bidang x-ray imejing diagnostik adalah berkomitment tinggi untuk
memberikan servis dan pelayanan prima kepada pasien dan masyarakat maka
lembaga-lembaga atau badan-badan akreditasi yang berwenang (akreditasi Rumah
Sakit – Depkes RI) perlu mendorong proses pengadaptasian dari model ini.
KENDALI MUTU (QC) adalah didefenisikan sebagai bagian dari program Jaminan Mutu
(QA) yang mana menitik beratkan aktifitas program nya pada teknik-teknik yang
diperlukan bagi pengawasan (monitoring), perawatan dan menjaga (maintenance)
elemen-lemen teknis dari suatu sistem peralatan radiografi dan imejing yang
mempengaruhi mutu gambar (Papp, 1998). Selaras dengan defenisi yang di
kemukakan oleh Bushong (2001), bahwa Kendali Mutu adalah sebagai suatu program
yang didisain untuk menyakinkan bahwa seorang dokter spesialis radiologi
(Radiologist) hanya akan dihadapkan pada pembacaan (interpretasi) gambar yang
optimal. Diperolehnya gambar optimal adalah tidak dapat dipisahkan dari kondisi
kinerja sistem peralatan sinar-x yang yang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan
radiologis. Oleh karenanya kinerja dari sistem peralatan sinar-x hendaknya
memematuhi regulasi standar yang berlaku.
Agar kinerja dari sistem peralatan sinar-x dapat di identifikasi, di evealuasi dan akhirnya
di verifikasi maka perlu dilaksanakan aktivitas Kendali Mutu (QC activities) secara
terprogram dan berkesinambungan. Pengukuran/pengujian, pencatatan, analisis,
rekomendasi dan pendokumentasian dari data kuantitatip tentang parameter-
parameter fisik dari sistem peralatan sinar-x adalah merupakan bentuk-bentuk aktivitas
pengendalian mutu yang harus dikerjakan dengan penuh dedikasi. Semua ini menjadi
penting artinya ketika informasi yang ada di perlukan untuk pengambilan keputusan
untuk perbaikan mutu secara komprehensip.
Program Kendali Mutu (QCP) x-ray imejing diagnostik lebih berkonsentrasi pada aspek
instrunentasi imejing dan peralatan. Dengan demikian maka aktivitas QC dapat dimuai
dari evaluasi secara rutin dari fasilitas pemroses gambar kemudian dilanjutkan pada
pesawat sinar-x yang digunakan untuk memproduksi gambar (Carrol, 1983; Papp, 1998
dan Bushong, 2001). Beberapa laporan dan hasil penelitian terhadulu juga
merekomendasikan bahwa untuk mengawali suatu Program Kendali Mutu (QCP) pada
fasilitas x-ray imejing diagnostik, kiranya perlu dikerjakan terlebih dahulu dengan penuh
dedikasi tentang analisa pengulangan-penolakan film atau lebih dikenal dengan istilah
Repeat-Reject Film Analysis (RRAP) pada suatu fasilitas pelayanan radiodiagnostik.
Dilaporkan pula oleh Hardy et.al. (2001), bahwa RRAP adalah sebagai ”tool” untuk
mengevaluasi kinerja dari implementasi QAP pada suatu departemen radiologi dan
informasi dari hasil analisa ini dapat dijadikan indikator keberhasilan Program Jaminan
Mutu/Kendali Mutu dan peralatan x-ray imejing diagnostik (AAPM Report: 74, 1990;
NCRP Report No:99, 1995).
Ada 3 langkah yang diperlukan untuk suatu Program Kendali Mutu (QCP), yakni:
Langkah I UJI PENERIMAAN (Acceptance Testing)
Langkah II PEMANTAUAN KINERJA RUTIN (Routine
Performance monitoring)
Langkah III PERBAIKAN (Maintenace)
Untuk setiap bagian dari peralatan yang digunakan dalam radiografi, apakah pesawat
sinar-x itu sendiri ataupun peralatan pemroses gambar, seharusnya menjalani uji
penerimaan (uji funsi awal) terlebih dahulu sebelum semua elemen ini di pergunakan
dalam aplikasi klinik. Uji penerimaan ini harus dikerjakan oleh seseorang selain petugas
representasi dari produsen alat-lat tersebut, karena tujan utama dari uji fungsi awal ini
adalah untuk menunjukan bahwa apakah alat-alat yang telah dibeli tersebut memiliki
kinerja sesuai dengan spesifikasi pabrik yang telah mereka rekomendasikan.
Setelah peralatan yang di beli atau dimiliki beroperasi dalam kurun waktu tertentu,
karakteristik-karakteristik kinerja dari elemen-lemen alat sangat dimungkinkan
mengalami perubahan atau bahkan kerusakan bila dibandingkan dengan kondisi alat
pada awalnya. Sehubungan dengan keadaan ini maka adalah penting dilakukan
pemantauan terhadap karakteristik kinerja elemen peralatan atau fasilitas
pendukungnya secara periodik apakah pemantauan yang bersifat harian (daily),
mingguan (weekly), bulanan (monthly), setengah tahunan (semi-annually) atau tahunan
(annually). Usaha-usaha pemantauan yang terencana akan membantu timbulnya
kerusakan yang lebih parah dan sudah barang tentu dimungkinkan perbaikan yang
bersifat minor guna mempertahankan kinerja elemen-elemen alat semaksimal mungkin.
Apabila kerusakan mayor terjadi atau kinerja komponen peralatan dipertimbangkan
sudah melampui referensi atau rekomendasi standar yang dianjurkan (misal: Tabung
sinat-x yang pecah atau kecukupan HVL yang jauh dari satandar memadai) maka
upaya penggantian komponen peralatan harus segera dilakukan sebagai langkah
koreksi demi menjaga keselamatan/perlindungan dan menjamin mutu bagi pengguna
jasa maupun petugas pelaksana.
Sebagaimana pada Program Jaminan Mutu (QAP), perlua adanya seorang petugas
yang bertanggungjawab pada akativitas QC yang dapat juga sebagai anggota dari team
kerja Jaminan Mutu x-ray imejing diagnostik. Dalam suatu fasilitas pelayanan radiologi
yang tergolong besar (Rumah-Sakit Kelas A), diperlukan penganan QC secara khusus
oleh seorang tenaga profesional Bidang Fisika Medik. Tetapi untuk fasilitas pelayanan
radiologi yang tergolong sedang (Rumah-Sakit Kelas B), seorang Radiografer terlatih
dan bersertifikat bidang QC (QC Technologist) dapat menangani aktivitas QC secara
terbatas dibawah supervisi seorang Ahli Fisika Medik.

b.     Peran, fungsi dan kedudukan Program Jaminan Mutu dalam Pelayanan Radiologi
Penjaminan kualitas dalam pelayanan radiologi dilaksanakan dengan program
yang diorganisasikan untuk meningkatkan pelayanan pasien melalui penilaian obyektif
pelayanan pasien dan koreksi terhadap masalah-masalah yang dapat teridentifikasi.
Hal ini merupakan suatu sistem menyeluruh yang memantau permintaan-permintaan
pemeriksaan oleh dokter pengirim, menegelola pemeriksaan yang diminta, dan
interpretasi akhir dari hasil pemeriksaan.
Penjaminan mutu dalam radiologi adalah area dimana secara tradisional
tanggung jawabnya ada pada radiolog, mereka menetapkan untuk kesesuaian
pemeriksaan radiologi dan ketepatan interpretasi hasil pemeriksaan. Ketika peran
radiolog menjadi berkurang dalam bidang administrasi bagian radiologi, sebagai
kompensasinya diserahkan perannya kepada administrator radiologi, radiolog
cenderung menjadi konsultas bagi para staf medik. Administrator radiologi bertanggung
jawab untuk merancang telaah kualitas dan menyusun program untuk memecahkan
adanya inefisiensi dan praktek-praktek yang tidak sesuai. Oleh karena itu Penjaminan
Kualitas dalam pelayanan radiologi harus mencakup :
1.      Penjaminan bahwa pemeriksaan radiologi yang diminta sesuai dengan manajemen
masalah klinik dari pasien.
2.      Penjaminan bahwa pemeriksaan radiologi dilaksanakan secara efisien untuk
memberikan informasi diagnostik yang maksimum dengan paparan radiasi yang
minimum
3.      Penjaminan bahwa konsultasi radiologik diinterpretasi secara tepat.
Tujuan program penjaminan kualitas adalah mendeteksi perubahan-perubahan
dalam setiap faktor yang memperngaruhi radiograf dan pelayanan yang diberikan
bagian radiologi sebelum perubahan-perubahan diatas mengurangi mutu pelayanan
pasien. Program penjaminan kualitas menjamin kualitas radiograf dan pelayanan
radiologi, dengan paparan radiasi yang minimum. Biaya pelaksanaan program
penjaminan kulaitas harus minimum dibandingkan dengan manfaat bagi pasien dan
utilisasi waktu personel.
Dapat disimpulkan bahwa peran, fungsi ataupun kedudukan Program penjaminan
kualitas dalam pelayanan radiologi adalah :
1)           Mendefinisikan lebih jauh komitmen pelayanan radiologi terhadap program
penjaminan kulitas secara komprehensif
2)           Mendorong dan menjaga peningkatan dalam kualitas pelayanan radiologi dan
performa personel agar selalu bersikap dan bertidak biaya efektif
3)           Menjamin bahwa persyaratan yang berhubungan dengan penjaminan kualitas rumah
sakit dapat dilaksanakan oleh pelayanan radiologi
4)           Menjamin komunikasi dan pelaporan diantara personel-personel radiologi
5)           Mendefinisikan tujuan dan sasaran manajemen

Anda mungkin juga menyukai