Anda di halaman 1dari 3

Skor Sumber Tugas

No Tugas Tutorial
Maksimal Tutorial
1 Jelaskan mengenai prosedur audit bottom-up dan 25 Modul 6 Kegiatan
audit top-down! Belajar 1
2 Apakah yang dimaksud dengan asersi 25 Modul 6 Kegiatan
manajemen, dan jelaskan apa saja asersi Belajar 2
manajemen yang anda ketahui!
3 Dalam mempelajari prosedur audit, dikenal 25 Modul 6 Kegiatan
prosedur analitis. Apakah tujuan dari prosedur Belajar 3 dan
analitis, dan kapankah dilakukan prosedur Modul 7 Kegiatan
tersebut? Belajar 1
4 Sebutkan secara urut tahap-tahap perencanaan 25 Modul 7 Kegiatan
audit dan perancangan pendekatan audit menurut Belajar 1
Arens et al. (2010)!
* coret yang tidak sesuai
Jawaban

1. Bukti Audit Top-Down


Bukti audit top-down berfokus pada upaya auditor dalam bisnis dan industri, tujuan
manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai
sasaran, memperoleh pemahaman tentang keunggulan kompetitif organisasi di pasaran,
proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Proses audit top-down
memberikan bukti tentang risiko bisnis  strategis yang dihadapi klien,bagaimana klien
menanggapi risiko tersebut,dan kelangsungan entitas. 

Bukti Audit Bottom-Up


Bukti audit bottom-up berfokus pada pengujian secara langsung antar transaksi,saldo
akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan
saldo akun. Bukti audit bottom-up meliputi beberapa bentuk penarikan sample transaksi,
atau penarikan sample terperinci yang mendukung saldo akun

2. Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen


laporan keuangan. Asersi (assertion) adalah suatu deklarasi, atau suatu rangkaian
deklarasi secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi tersebut.
Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak  yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan
historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Jenis Asersi manajemen:
a. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)
berhubungan dengan apakah aktiva atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan
apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca
adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen mambuat asersi bahwa
penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan
kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan
b. Asersi tentang kelengkapan (completeness)
berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan
dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi
bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas
c. Asersi tentang hak dan kewajiban (rights and obligations)
berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat
asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca
mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan
(leased) dan utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban
entitas.
d. Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation)
berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan
dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan
harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan
ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen
membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan
berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

e. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and


disclosure)
berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen
membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang
jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikain
pula, manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa
dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya

3. Analytical procedure atau prosedur analitik terdiri dari evaluasi informasi keuangan


melalui analisis hubungan yang reasonable antara data keuangan dan
nonkeuangan.Prosedur analitik juga mencakup investigasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan
lainnya atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dengan jumlah yang signifikan pada
laporan keuangan.
Prosedur analitik digunakan selama proses audit dan dilakukan untuk tiga tujuan utama:
a. Preliminary analytical review/Tinjauan analitik awal – penilaian risiko
Tinjauan analitik pendahuluan dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis
dan lingkungannya (misalnya kinerja keuangan relatif terhadap tahun-tahun sebelumnya
dan industri terkait dan kelompok pembanding), untuk membantu menilai risiko salah saji
material untuk menentukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit, yaitu untuk
membantu auditor mengembangkan strategi dan program audit.
b. Substantive analytical procedure/Prosedur analitik substantif
Prosedur analitik digunakan sebagai prosedur substantif ketika auditor menganggap
bahwa penggunaan prosedur analitis bisa lebih efektif atau efisien daripada pengujian
perincian dalam mengurangi risiko salah saji material pada tingkat asersi ke level yang
dapat diterima rendah.
c. Final analytical review/Review analitik akhir
Prosedur analitik dilakukan sebagai tinjauan keseluruhan atas laporan keuangan pada
akhir audit untuk menilai apakah mereka konsisten dengan pemahaman auditor tentang
entitas tersebut. Prosedur analitik akhir tidak dilakukan untuk mendapatkan jaminan
substantif tambahan. Jika ditemukan penyimpangan, penilaian risiko harus dilakukan lagi
untuk mempertimbangkan prosedur audit tambahan yang diperlukan.

4. Tahap Proses PerencanaanAudit


a. Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal.
b. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien.
c. Menilai risiko bisnis klien.
d. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
e. Menetapkan materialitas dan menilai risiko yg dapat diterima dan risiko
pengendalian.
f. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
g. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan.
h. Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit

Anda mungkin juga menyukai