Anda di halaman 1dari 7

Alih Kode dan Campur Kode dalam

Konten Video Youtube Jang Hansol


DWI HASTUTI
Universitas Sebelas Maret
dwituti33@gmail.com

ABSTRACT
Bilingual societies make the phenomenon of code mixing and code switching
frequent. No exception is also for foreign speakers who use Indonesian. The use
of Indonesian by foreign speakers is influenced by the neighborhood and also
the culture around them, this makes them often mix between Indonesian and
regional languages. This study aims to examine the use of Indonesian by foreign
speakers in Youtube video content. The research method used was descriptive
qualitative with a sociolinguistic approach. The source of this research data is
from a video of Jang Hansol's vlog entitled "Halal Tokpoki in Indonesia". Data
analysis using the method of refer to and able to see the video. The results
showed that there was code switching and code mixing by Jang Hansol.
Indonesian Jang Hansol is still influenced by Javanese. The use of Javanese is due
to the influence of the environment where Jang Hansol lives. In addition, the
emergence of the use of Javanese language is also influenced by culture.

Keywords: sociolingustic, code switching, code mixing, foreign speakers,


YouTuber

ABSTRAK
Masyarakat yang bilingual menjadikan fenomena campur kode dan alih kode sering
terjadi. Tidak terkecuali juga bagi para penutur asing yang menggunakan bahasa
Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia oleh penutur asing dipengaruhi oleh lingkungan
tempat tinggal dan juga budaya sekitar, hal ini menjadikan mereka sering mnecampur
antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pemakaian bahasa Indonesia oleh penutur asing dalam konten video Youtube. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik.
Sumber data penelitian ini dari video vlog Jang Hansol yang berjudul “Tokpoki Halal di
Indonesia”. Analisis data menggunakan metode simak dan cakap dengan melihat video
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat alih kode dan campur kode
bahasa yang dilakukan oleh Jang Hansol. Bahasa Indonesia Jang Hansol masih
dipengaruhi oleh bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa tersebut disebabkan kare na
pengaruh lingkungan tempat tinggal Jang Hansol. Selain itu, munculnya penggunaan
bahasa Jawa tersebut juga dipengaruhi oleh budaya.

Kata kunci: sosiolingustik, alih kode, campur kode, penutur asing, youtuber

PENDAHULUAN
Bahasa telah menjadi mengakar dalam kehidupan manusia terutama karena
fungsinya yang dominan dalam komunikasi (Saddhono, 2014). Bahasa Indonesia
berpotensi kuat menjadi bahasa Internasional. Potensi tersebut muncul karena
beberapa alasan,pertama, Indonesia merupakan salah satu negara yang dinilai
strategis sebagai pasar investasi global. Struktur bahasa Indonesia yang
memiliki kemiripan dengan struktur bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
seperti penggunaan huruf yang sama, konstruksi bahasa, serta adanya unsur
historis menjadikan bahasa Indonesia semakin berpotensi untuk menjadi Bahasa
Internasional. Berbagai kesamaan bahasa tersebut dapat menambah
kemudahan penutur asing dalam mempelajari bahasa Indonesia. Teknologi yang
semakin maju mempermudah akses para pebelajar asing dalam mempelajari
bahasa Indonesia. Adanya internet membuat batasan seperti jarak dan waktu
seolah lenyap karena kemampuannya mengakses informasi yang tidak lagi
mengenal waktu dan tempat.
Youtube sebagai situs web untuk berbagi video dan menjadi situs nomor
dua paling populer di seluruh dunia (Alexa, 2017), turut menjadi situs yang
membantu meningkatkan popularitas bahasa Indonesia bagi penutur asing.
Belakangan ini bermunculan berbagai pembuat konten video Youtube, atau
sering disebut sebagai Youtuber asing yang menggunakan bahasa Indonesia
untuk konten videonya. Beberapa penutur asing tidak hanya menguasai bahasa
Indonesia, tetapi juga mampu menguasai bahasa daerah contohnya bahasa Jawa
yang memiliki konstruksi bahasa jauh lebih kompleks dibandingkan bahasa
Indonesia.
Dalam membuat konten video berbahasa Indonesia para Youtuber tentu
harus memiliki daya kreatifitas agar video yang dimilikinya ditonton dan
salurannya dilanggan oleh banyak orang. Kreatifitas ini tentu menuntut para
Youtuber membuat konten semenarik mungkin, misalnya menggunakan bahasa
Indonesia dicampur dengan bahasa asli yang dia kuasai. Dengan begitu akan
muncul kekhasan tertentu yang menjadi ciri maupun karakteristik dari video
konten para Youtuber tersebut.
Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikuasai para
Youtuber asing merupakan fenomena bahasa yang sangat menarik untuk dikaji.
Alih kode dan campur kode terjadi secara spontan tidak semata-mata disengaja
(Indefrey & Gullberg, 2009; Treffers-Daller, 2009) sehingga kadang-kadang tidak
disadari oleh penuturnya. Alih kode dan campur kode merupakan perilaku paling
khas dan merupakan komponen penting dari kompetensi komunikatif penutur
bilingual mahir (Gort, 2012). Bermacam-macam bentuk alih kode bahwa alih
kode dapat berupa kalimat dan berbentuk kata, frase dan klausa dan memilki
kedudukan yang sejajar dan emiliki fungsi yang sama(Saddhono, 2010).
Penelitian berkaitan dengan alih kode dan campur kode sudah pernah
dilakukan oleh Saddhono (2012) berjudul “Kajian Sosiolingustik Pemakaian
Bahasa Mahasiswa Asing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur
Asing (BIPA) di Universitas Sebelas Maret”. Hasil penelitian menunjukkan ketika
muncul kesulitan antara dosen dan mahasiwa bahasa mediasi yang digunakan
adalah bahasa Inggris. Selain bahasa Inggris, bahasa Jawa juga digunakan dalam
pembelajaran karena lingkungan pendidikan berada di Surakarta.
Penelitian lain yang mengkaji alih kode dan campur kode juga pernah
dilakukan oleh Pratiwi (2015) yang berjudul “Campur Kode dan Interferensi di
Lingkungan Kos Avito”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa campur
kode yang terjadi disebabkan oleh situasi dan latar belakang penutur yang
memiliki kesamaan. Masing-masing penutur merupakan penutur bahasa Jawa,
sehingga dalam berkomunikasi sering mencampur dua bahasa, aitu bahasa
Jawa dengan bahasa Indonesia. Interferensi juga terjadi karena menyerap afiks-
afiks bahasa lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan jika penelitian mengenai
alih kode dan campur kode menarik untuk diteliti. Kajian yang dilakukan oleh
Saddhono dan Pratiwi di atas hanya meneliti alih kode dan campur kode yang
dilakukan dalam ruang wilayah cukup sempit. Dalam artian, mitra tutur yang
berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penutur
meliputi komunitas tertentu yang relatif kecil. Adapun kajian mengenani alih
kode dan campur kode oleh Youtuber asing penutur bahasa Indonesia masih
belum banyak dikaji, sehingga penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut
perlu dillakukan untuk memberikan manfaat baik bagi mahasiswa maupun
peneliti lain.

KAJIAN TEORI
Sosiolinguistik memandang bahasa sabagai sistem sosial dan sebuah interaksi
komunikasi serta bagian dari masyarakat dan budayanya (Apple dalam Aslinda
dan
Syafyahya, 2007: 6). Sosiolinguistik merupakan bagian linguistik yang berkaitan
erat dengan bahasa sebagai seuah gejala sosial dan budaya (Trudgill dalam
Suhardi, 2009:6). C.Criper dan H.G. Widdowson (dalam Chaer dan Agustina,
2014: 4) mengemukakan sosiolinguistik adalah kajian bahasa yang
penggunaannya untuk meneliti pemakaian konvensi bahasa yang berhubungan
dengan aspek-aspek tingkah laku sosial.
Alih kode adalah sebuah peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan
cara berganti kode (David dalam Margana, 2013: 40). Sedangkan Apple (dalam
Chaer dan Agustina, 2014: 107) menyatakan bahwa gejala peralihan bahasa
yang digunakan yang disebabkan karena berubahnya situasi disebut alih kode,
alih kode bukan hanya berupa peralihan bahasa satu ke bahasa lain, tetapi juga
terjadi antara ragam ataupun gaya yang terdapat dalam sebuah bahasa. Alih
kode ada dua macam, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern (Jendra dalam
Padmadewi, Merlynadan Saputra, 2014: 64).
Campur kode adalah penggunaan dua bahasa dalam komunikasi dengan
lawan tutur dan saling menyisipkan dua bahasa dalam proses komunikasi
(Saddhono, 2012: 75).Campur lode adalah peristiwa tutur klausa dan frasa yang
digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran, tetapi tidak mendukung fungsi
sendiri-sendiri (Thelander dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007:87). Sebuah
peristiwa campur kode dapat terjadi karena terdapat kata yang tepat untuk
mengantikan bahasa yang digunakan oleh penutur, sehingga terkadang
memakai kata dari bahasa daerah atau bahasa asing. Campur kode ada tiga
macam, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing), campur kode ke luar
(outer code mixing), campur kode campuran (hybrid code mixing).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan jenis penelitian berupa
deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan menggunakan kata-kata bukan dalam
angka matematis (Lindlof, 1994:21). Perbedaan dengan penelitian kuantitatif
adalah penelitian kualitatif berawal dari data, kemudian memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori.
Pengembangan konsep berdasarkan atas data yang ada dan deskripsi dibuat
secara faktual, sistematis, dan akurat berkenaan dengan fakta-fakta serta
hubungan antar kenyataan yang diteliti. Lindlof berpendapat bahwa deskripsi
secara kualitatif pada dasarnya dalam bentuk kata-kata bukan angka matematis
atau statistik (Saddhono, 2012). Data aspek pemahan yang mendalam terhadap
suatu masalah diberikan pemahan dalan metode kualitatif (Husaini dan
Purnomo, 2004: 4).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
memahami fenomena mengenai apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap informasi kualitatif dengan deskripsi yang teliti
supaya menggambarkan secara cermat berbagai sifat suatu hal, maupun
fenomena, tidak hanya mengumpulkan data tetapi juga interpretasi dan analisis
mengenai data tersebut (Sutopo, 1996).
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak (teknik
simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat) dan metode cakap
(Sudaryanto, 1994). Sumber data yang digunakan berupa konten video Jang
Hansol yang diunduh dari situs Youtube.com. Sumber data yang digunakan
merupakan konten video Jang Hansol yang berjudul “Tokpoki Halal di Indonesia”.

HASIL DAN PEBAHASAN


Penelitian ini untuk memperoleh data berupa alih kode dan campur kode yang
terjadi dalam video vlog Jang Hansol yang berjudul “Tokpoki Halal di Indonesia”,
yang mana penelitian ini dapat memaparkan data hasil penelitian.
Jang Hansol merupakan warga asli Korea, Namun pada tahun 1998,
Hansol dibawa pindah oleh orang tuanya ke Malang Jawa Timur. Sejak saat itu
Jang Hansol berbaur dengan orang Jawa. Hansol tidak belajar bahasa Jawa secara
khusus. Hansol bisa berbahasa Jawa karena setiap harinya dia bergaul dengan
teman-temanya yang berbahasa Jawa.
Hampir semua data yang ditemukan dalam video ini menggunakan
campur kode. Campur kode yang terjadi karena adanya unsur latar belakang
penutur yang pernah tinggal di Malang Jawa Timur, serta pemilihan kata yang
mudah diingat dan adanya situasi yang berubah.

1. Campur Kode
Campur kode adalah peristiwa tutur klausa dan frasa yang digunakan terdiri
dari klausa dan frasa campuran namun tidak mendukung fungsi sendiri-
sendiri, (Thelander dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007:87). Peristiwa campur
kode bisa terjadi karena adanya kata yang tepat untuk menggantikan
bahasa yang digunakan sehingga memakai kata dari bahasa daerah atau
bahasa asing. Campur kode yang ditemukan dalam penelitian kebanyakan
pencampuan bahasa indonesia dengan bahasa Jawa

Tabel Campur Kode


N Tuturan
o
Helo gaes welcome back bersama korea reomit, bersama orang
1
korea yang luwe
Divideo kali ini sebernanya aku ditantang rek sama perusahaan yang
2 katanya mereka ini punya makanan tokpoki yang enak. Modele kek
gini bungkusnya
Jadi memang namanya sama kaya nama aslinya tok-poki gitu yo koyo
3 misalnya nasi goreng nama produknya nasi goreng

Terus aku bilang mosok sih seenak itu, trus akhirnya aku menerima
4 tantangan itu dan hari ini kita bakal mencoba bersama

Di inggridientnya ini ada alkohol 0,05% kok iso halal dari MUI itu
5 gimana ceritanya

Percoyo aku dan sekarang waktunya kita makan


6
7 Kalau nggak punya microwave panaso di wajan wae
Tabel di atas merupakan campur kode yang ditemukan dalam video Vlog
Jang Hansol berjudul “Tokpoki Halal di Indonesia”. Hampir semua campur
kode yang terjadi melibatkan bahasa jawa ke dalam bahasa Indonesia. Pada
kalimat 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 terdapat campur kode bahasa Jawa dalam Bahasa
Indonesia, sedangkan pada kalimat 1 terdapat campur kode bahasa ingris
dan Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Pada kalimat 1 terdapat pencampuran kode berupa bahasa, yaitu bahasa
inggris di awal kalimat dan bahasa Jawa pada akhir kalimat. “Helo guys
welcome back bersama korea reomit, bersama orang korea yang luwe”, kata
“helo guys welcome back” merupakan bahasa inggris yang memiliki arti
“halo teman selamat datang” kemudian pada akhir kalimat Jang Hansol
menggunakan bahasa jawa “luwe”, dalam bahasa Indonesia kata luwe
memiliki arti lapar.
Berbeda dengan kalimat 1 yang merupakan campur kode dengan
melibatkan 3 bahasa , pada kalimat 2 sd 7 terjadi campur kode yang
melibatkan 2 bahasa saja, yaitu bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Campur kode terjadi karena adanya sisipan bahasa Jawa dalam tuturan
bahasa Indonesia yang dilakukan Jang Hansol, antara lain : “modele” yang
memiliki makna “modelnya”; “yo koyo” yang memiliki makna “ya seperti”;
“mosok sih” yang memiliki makna “masa sih”; “kok iso” yang memiliki
makna “kok bisa”; “percoyo aku” yang memiliki makna “percaya
aku”;”panaso di wajan wae” yang memiliki makna “panaskan di wajan saja”.

2. Alih Kode
Peralihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain dengan pergantian kode
disebut alih kode, (David dalam Margana, 2013: 40). Alih kode sebagai
gejala peralihan penggunaan bahasa karena berubahnya situasi, alih kode
bukan hanya terjadi antara bahasa namun dapat terjadi antara ragam
ataupun gaya yang terdapat dalam satu bahasa tersebut. Alih kode yang
terdapat dalam video vlog Jang Hansol yang berjudul “Tokpoki Halal di
Indonesia” adalahs ebagai berikut.
04:39 : “Kok rasane enak yo”
04:41 : “Mereka njualnya nggak Cuma online karena oflinepun juga
ada”

Pada data di atas ditemukan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
Pada 04:39 Jang Hansol menggunakan bahasa Jawa yang berbunyi “kok
rasane enak yo” kemudian pada 04:41 Jang Hansol beralih menggunakan
bahasa Indonesia “mereka jualnya nggak cuma online aja, karena ofline pun
juga ada”. Alih kode ini dipengaruhi oleh latar belakang penutur yang
tinggal di Malang Jawa Timur. Maka tidak heran apabila Jang Hansol sering
beralih kode dari bahasa jawa ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya, dari
bahasa Indoensia ke bahasa Jawa.
06:00 : “Mantep banget rasane”
06:15 : “Tambah keju rek, bener-bener pedes keringeten iki”
06:19 : “Karena ini agak pedes tak tambah keju”

Alih kode yang terjadi pada tuturan di atas terjadi saat Jang Hansol
menggunakan bahasa Jawa pada 06:00, kemudian beralih menggunakan
bahasa Indonesia pada 06:15.
Alih kode ini dipengaruhi oleh latar belakang penutur yang tinggal di Malang
Jawa Timur. Maka tidak heran apabila Jang Hansol sering beralih kode dari
bahasa jawa ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya, dari bahasa Indoensia
ke bahasa Jawa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan nalisis yang sudah dilakukan dalam video vlog
Jang Hansol yang berjudul “Tokpoki Halal di Indonesia” terdapat peristiwa
campur kode dan alih kode. Munculnya campur kode dan alih kode mengunakan
bahasa Jawa merupakan bukti bahwa tuturan Jang Hansol dipengaruhi oleh latar
belakang tempat ia tinggal. Campur kode terjadi karena adanya kata yang tepat
untuk menggantikan bahasa yang digunakan sehingga memakai kata dari
bahasa daerah. Alih kode terjadi karena karena adanya peralihan bahasa dari
bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

REFERENSI
Aslinda &Syafyahya.(2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. (2004). Sosioinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatur, Rokhman. (2013). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Husaini &Purnomo.(2004). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mahsun, (2005).Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi, Metode dan
Tekniknya”. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Margana, (2013).Alih Kode dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di SMA.
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol. 12 (1).
Padmadewi, Merlyna & Nyoman.(2014). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rulyandi &Rohmadi.(2014). Alih Kode dan Campur Kode dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA.Jurnal Paedagogiak, Vol. 17 (1) 27-39.
Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (Bipa) Di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik Dan Sastra, 24(2), 176–186.
Retrieved from http://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/view/96
Saddhono, Kundaru. (2014). Pengantar Sosiolinguistik Teori dan Konsep Dasar.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Saddhono, Kundharu. (2006). Bahasa Etnik Madura Di Lingkungan Sosial: Kajian
Sosiolinguistik Di Kota Surakarta. Kajian Linguistik dan Sastra. 18(34):1-15.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundharu. (2011). Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian
Linguistik Kultural. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17(4): 433-446.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundharu. (2012). Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah
Jumat (Studi Kasus Di Kota Surakarta). Jurnal Adabiyat. 1(1): 71-92.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhono, Kundharu. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa
Asing dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (Bipa) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra. 24(2): 176-186.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.1129a
Saddhhono, Khundaru, 2010. Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah
Jumat(Studi Kasusdi Kota Surakarta). Jurnal Bahasa dan Sastra.11(1). 72-
92.  doi.org/10.14421/ajbs.2012.11104
Santoso, N. P. (2018). Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Indonesia oleh
Penutur Asing dalam Konten Video Youtube. Bahastra, 49-57. DOI:
http://dx.doi.org/10.26555/bahastra
Sudaryanto. (1994). Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data dalam Rangka
Linguistik: Prinsip-prinsip dan Konsep-konsep Dasar. Yogyakarta:
Masyarakat Linguistik Indonesia.
Sudaryanto. (2014). BIPA di Mata Badan Bahasa: Pemutakhiran Peta
Penyelenggara Program BIPA di Tiongkok pada Laman Badan Bahasa.
Bahastra, XXXII(1), 65–80.
Suhardi, (2009).Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suharsaputra, (2012).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Sutopo, H. B. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian
untuk Ilmu-ilmu Sosial Budaya. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
https://doi.org/10.1177/1354856515579847
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai