Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN FISKAL

Vika Putrimas_C1210017
Universitas Koperasi Indonesia

PENDAHULUAN
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara
yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. kebijakan fiskal bukan
semata-mata kebijakan dalam bidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana
mengelola pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian.
kebijakan fiskal memiliki tujuan yang persis dengan kebijakan moneter. perbedaan tersebut
terletak pada instrument kebijakan yang diterapkannya, yaitu dalam kebijakan moneter
pemerintah mengendalikan jumlah uang yang beredar, sedangkan dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya.

Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari campur tangan pemerintah, karena
pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu yang menyangkut semua kebijakan yang
bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. kebijakan ekonomi sangat beragam
dan bermacam-macam pula kebijakannya. oleh sebab itu, pemerintah wajib menganut salah
satu kebijakan ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah. apapun
sistem ekonomi yang dianut pemerintah, maka itulah sistem ekonomi yang terbaik bagi
perekonomian rakyat, meskipun nantinya dalam perjalanannya memiliki berbagai
kelemahan.

Kebijakan ekonomi pasti memiliki fenomena yang berdampak positif dan negatif, salah satu
dampak negatif yang sering terjadi adalah inflasi. inflasi merupakan fenomena yang timbul
akibat banyaknya jumlah uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, besarnya tarikan
permintaan dari konsumen, dan adanya inflasi tularan dari luar negeri. akbiatnya akan
mempengaruhi perekonomian didalam negeri dan semakin bertambahnya pengangguran.
selain dampak negatif kebijakan ekonomi, juga memiliki dampak positifnya, yaitu
memudahkan pemerintah untuk mengatur perekonomian dan anggaran pembelajaan
negara. sehingga, dengan kebijakan ini maka hasil yang didapatkan digunakan untuk
keperluan didalam negeri dan keperluan rakyat.
Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah konsep pengelolaan ekonomi diperkenalkan oleh John Maynard
Keynes, yang kemudian umum dipakai dunia sejak peristiwa Depresiasi Besar (Great
Depression) terjadi pasca Perang Dunia I tahun 1929. Menurut Keynes, pemerintah suatu
negara sebenarnya punya hak mengatur pengeluaran dan pemasukan sebuah negara
dengan menetapkan pajak dan membuat kebijakan demi ekonomi makro negara.

Dari segi definisinya, pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah
demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian
negara bisa bertumbuh baik. Lebih spesifik lagi, menurut OJK pengertian kebijakan fiskal
adalah kebijakan tentang perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah
dengan tujuan ekonomi tertentu.

Penerapan kebijakan fiskal di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, melalui
Indische Comptabiliteitswet tahun 1944. Undang-undang tersebut kemudian diadaptasi
pemerintah guna menyusun kebijakan fiskal di Indonesia mulai Proklamasi sampai tahun
1997 - 2003.

Pasca tahun 2003 hingga saat ini, kebijakan fiskal di Indonesia sudah tidak disadur lagi dari
ICW 1944, melainkan berdasarkan pada analisa perekonomian negara dengan berlandaskan
pada UUD 1945. Pihak yang memiliki wewenang membuat kebijakan fiskal di Indonesia
adalah Kementerian Keuangan RI bersama-sama dengan Presiden.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Setelah membahas pengertian kebijakan fiskal, kali ini kita akan membahas beberapa tujuan
kebijakan fiskal diciptakan. Selengkapnya tentang tujuan kebijakan fiskal adalah sebagai
berikut:

1. Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara


Poin pertama tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas sekaligus
mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan fiskal diharapkan
mampu mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan memperbaiki masalah di
dalamnya, mulai dari sektor korporat, perbankan, hingga usaha mikro.
2. Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah meningkatkan kualitas SDM masyarakat,
terutama dari segi teknologi dan perekonomian. Apabila kualitas SDM meningkat,
harapannya SDM tersebut punya kapabilitas bersaing di dunia kerja nasional dan
internasional, sehingga bisa meningkat kesejahteraan hidupnya.
3. Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dalam pasar, mulai dari faktor
positif seperti meningkatnya demand sampai faktor negatif seperti terjadinya
penimbunan dan monopoli. Salah satu tujuan kebijakan fiskal di Indonesia adalah
demi menjaga harga barang tetap terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari
fluktuasi karena pihak tidak bertanggungjawab.
4. Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk menciptakan iklim investasi lebih
baik bagi pelaku pasar modal, utamanya investor. Sehingga negara bisa memperoleh
lebih banyak pendapatan dari pajak usaha.

Jenis-jenis Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terbagi menjadi beberapa kategori.
Selengkapnya tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

1. Dari Segi Teoretis


Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di Indonesia terbagi 3, yaitu kebijakan fiskal
fungsional, terencana, dan insidental.
a. Kebijakan Fiskal Fungsional
Pengertian kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan yang diambil demi
meningkatkan kualitas ekonomi secara makro, dengan dampak yang baru
terlihat dalam jangka panjang. Contoh kebijakan fiskal fungsional misalnya
pemberian beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-up, dan sebagainya.
b. Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana
Kebijakan fiskal disengaja adalah kebijakan manipulasi anggaran negara.
Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk menghadapi masalah tertentu,
misalnya pandemi dan krisis ekonomi. Contoh kebijakan fiskal disengaja
adalah alokasi APBN bagi sektor kesehatan di masa pandemi dan relaksasi
pajak usaha.
c. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insidental
Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu kebijakan berupa penetapan
keputusan/aturan untuk melindung stabilitas ekonomi sektor non-
pemerintah, contohnya penetapan harga eceran tertinggi.
 

2. Dari Segi Penerapan


Jenis kebijakan fiskal dari segi implementasinya ada 2, yaitu kebijakan fiskal
ekspansif dan kontraktif.
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Pengertian kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan yang diambil
pemerintah saat ekonomi melemah dengan menaikkan anggaran belanja
serta menurunkan atau meniadakan pajak bagi sektor tertentu. Fungsi
kebijakan fiskal ekspansif adalah demi meningkatkan daya beli barang,
sehingga perusahaan tetap bisa melakukan produksi tanpa memecat pekerja.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Jenis kebijakan fiskal dari segi penerapan berikutnya adalah kebijakan fiskal
kontraktif, kebijakan menurunkan belanja pemerintah dan menaikkan pajak.
Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk mencegah inflasi dan
mengurangi rasio gini.
 
3. Dari Segi Neraca Pembayaran
Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca terbagi 4, yaitu kebijakan fiskal seimbang,
surplus, defisit, dan dinamis.
a. Kebijakan Fiskal Seimbang
Kebijakan fiskal satu ini diambil untuk menjaga keseimbangan pemasukan
dan pengeluaran negara. Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah agar negara
tidak punya terlalu banyak hutang. Meski terdengar positif, regulasi fiskal
seimbang memiliki risiko besar, karena tidak semua negara punya
kemampuan memenuhi seluruh kebutuhan warganya.
b. Kebijakan Fiskal Surplus
Pengertian kebijakan fiskal surplus adalah jenis kebijakan fiskal yang diambil
ketika pemasukan lebih banyak dari pengeluaran. Fungsi kebijakan fiskal
surplus adalah demi mencegah terjadinya inflasi.
c. Kebijakan Fiskal Defisit
Kebalikan dari jenis kebijakan fiskal surplus, kebijakan fiskal defisit adalah
regulasi fiskal guna mengatasi kekurangan pemasukan dibanding
pengeluaran. Salah satu contoh kebijakan fiskal defisit adalah utang luar
negeri.
d. Kebijakan Fiskal Dinamis
Jenis kebijakan fiskal terakhir dari segi penerapan adalah regulasi fiskal
dinamis, yaitu kebijakan ekonomi yang diambil sewaktu-waktu saat negara
membutuhkan.

Perkembangan kebijakan Fiskal di Indonesia

Pelaksanaan desentralisasi fiskal telah berlangsung sejak 1 Januari 2001. Kebijakan ini
diharapkan mampu menjaring lebih banyak potensi penerimaan dari sisi pajak sesuai
dengan karakteristik masing-masing daerah. Pada akhirnya, kemandirian fiskal di setiap
daerah dapat terwujud.

Kapasitas fiskal daerah (KFD) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan keuangan daerah. Merujuk pada Pasal 1 angka 1 PMK 116/2021,
KFD adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui
pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan
dan belanja tertentu.

Dengan mengetahui kemampuan masing-masing daerah tersebut, pemerintah menyusun


peta KFD. Mengacu pada Pasal 1 angka 2 PMK 116/2021, peta KFD adalah gambaran
kemampuan keuangan daerah yang dikelompokkan berdasarkan pada indeks kapasitas
fiskal daerah (IKFD).

Pemerintah menggunakan peta KFD sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan
transfer dana dari pusat ke daerah. Transfer dana tersebut dapat berbentuk hibah, dana
pendamping, ataupun penggunaan lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Proses penentuan daerah yang diprioritaskan akan lebih mudah dengan
kehadiran peta KFD.
Masyarakat juga dapat melihat tren perkembangan peta KFD melalui peraturan menteri
keuangan (PMK) yang diterbitkan setiap tahun. Adapun peta KFD disusun baik untuk
provinsi maupun kabupaten/kota.

Rentang IKFD untuk pemerintah provinsi terbagi dalam 5 kategori, yaitu sangat rendah (IKFD
< 0,275), rendah (0,275 ≤ IKFD < 0,458), sedang (0,458 ≤ IKFD < 0,863), tinggi (0,863 ≤ IKFD <
1,745), dan sangat tinggi (IKFD ≥ 1,745).

Provinsi termasuk ke dalam kategori daerah dengan kemampuan kapasitas yang sangat
tinggi apabila telah memperoleh indeks KFD lebih dari atau sama dengan 1,745. Berikut
sebaran peta KFD selama 5 tahun terkahir (2017-2018).

Berdasarkan pada data di atas, jumlah provinsi yang berada dalam masing-masing kategori
KFD selalu sama dalam kurung waktu 5 tahun terakhir. Polanya yaitu terdapat 9 provinsi
kategori KFD sangat rendah, 8 provinsi pada kategori rendah dan sedang, 5 provinsi pada
kategori tinggi, dan 4 provinsi yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Namun,
daerah yang mendapat status KFD tersebut bisa berbeda.

Selain itu, dapat dilihat jumlah daerah pada kategori KFD sangat rendah masih
mendominasi. Sebanyak 26,5% dari 34 daerah masih belum mempunyai kemampuan fiskal
yang baik. Hanya sekitar 11,7% daerah yang dapat dikatakan sudah mandiri dari sisi
keuangan. Adapun Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur termasuk
ke dalam kategori KFD sangat tinggi selama 5 tahun berturut-turut.
Pada 2021, Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah dengan indeks KFD tertinggi, yakni sebesar
11,391. Selanjutnya, disusul Jawa Barat dengan perolehan indeks sebesar 3,602, Jawa Timur
2,541, dan Jawa Tengah 2,046. Hal tersebut bisa dipahami mengingat saat ini DKI Jakarta
merupakan pusat pemerintahan. Selain itu, Jawa merupakan sentra perekonomian dan
bisnis yang besar.

Fenomena ini bisa dikatakan sedikit berbeda dengan daerah yang termasuk dalam kategori
KFD tinggi. Terdapat 5 daerah yang termasuk ke dalam kategori ini, di antaranya Banten,
Kalimantan Timur, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, dan Riau.

Kelima provinsi tersebut mayoritas kaya akan sumber daya alam (SDA). Kalimantan Timur
dengan kekayaan barang tambang, Sumatra Utara dengan kepemilikan lahan perkebunan
sangat luas, serta Riau dengan kekayaan minyak.

Wilayah dengan SDA yang tinggi akan memiliki penerimaan banyak sekali dari dana bagi
hasil (DBH) (Mardiasmo, 2019). Daerah-daerah tersebut ditopang penerimaan yang datang
karena kegiatan ekploitasi SDA di wilayahnya.

Di sisi lain, Gorontalo mendapatkan indeks KFD terendah, yaitu sebesar 0,16. Perlu dicatat,
baik Provinsi DKI Jakarta maupun Provinsi Gorontalo berada pada posisi yang sama dalam
selama 5 tahun terakhir.

Indeks KFD yang diraih DKI Jakarta terus melesat naik, sedangkan indeks KFD Gorontalo kian
merosot setiap tahunnya. Berbeda dengan kedua provinsi tersebut yang konsisten berada di
posisi masing-masing, beberapa daerah lainnya memiliki kondisi yang cenderung fluktuatif.

Namun demikian, secara umum, tidak ada perbedaan kondisi yang signifikan selama periode
5 tahun fiskal. Selama periode itu pula, jurang antara jumlah daerah dengan KFD sangat
rendah dengan jumlah daerah KFD sangat tinggi masih sangat lebar. Artinya, masih
terdapat gap atau kesenjangan kemampuan fiskal antardaerah di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan negara sebagai
penstabilan ekonomi. pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud
untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain, kebijakan fiskal
pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang
diinginkannya. sehingga, dengan adanya kebijakan fiskal ini pemerintah berharap dapat
mengendalikan dan mengawasi keadaan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebijakan-fiskal-adalah
https://www.hukumpajak.id/2022/03/05/perkembangan-kapasitas-fiskal-
daerah-di-indonesia-5-tahun-terakhir/

Anda mungkin juga menyukai