Anda di halaman 1dari 159

MODEL PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL

Desain Cover:
Ridwan

Tata Letak:
Aji Abdullatif R

Proofreader:
Via Silvira F

ISBN:
978-623-6608-41-8

Cetakan Pertama:
September, 2020

Hak Cipta 2020, Pada Penulis


Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang
Copyright © 2020
by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung
All Right Reserved

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Anggota IKAPI Cabang Jawa Barat


No. 360/JBA/2020

Website: www.penerbitwidina.com
Instagram: @penerbitwidina
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan buku yang berjudul “Model Perilaku
Kepatuhan Ibu Hamil (ecological approach). Penulisan buku ini
merupakan ringkasan hasil disertasi penulis. Agar dapat dinikmati
oleh masyarakat umum terutama bidang kesehatan dan kebidanan.
Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu
prioritas Kementerian Kesehatan. Keberhasilan program KIA
menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025. Tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah
menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas
dalam pembangunan kesehatan. Persoalannya bahkan dengan
sejumlah program dan kebijakan ternyata belum mampu menekan
laju AKI di Indonesia. Salah satu akar masalah dari tingginya AKI di
Indonesia adalah upaya untuk menekan AKI selalu bersifat parsial.
Persoalan AKI hanya dilihat dari sisi pengambil kebijakan dengan
membuat program atau membangun infrastruktur kesehatan.
Di sisi lain untuk menurunkan AKI sangat penting untuk
melibatkan komunitas termasuk keluarga ibu hamil. Penting pula
untuk melihat bagaimana implementasi kebijakan ditingkat lokal
serta bagaimana respon komunitas atas kebijakan pemerintah
dibidang kesehatan. Termasuk dalam upaya pelibatan komunitas
adalah pemahaman konteks kultural masyarakat. Masih rendahnya
kesadaran ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan untuk beberapa
wilayah di Indonesia merupakan perilaku individu yang harus
diidentifikasi dan dicarikan solusi pemecahannya.
Buku ini menjabarkan beberapa model teoritik tentang perilaku
ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhan ANC melalui pendekatan
ekologi. Buku ini juga dilengkapi studi kasus di Daerah Kota Dumai

iii
Provinsi Riau. Karakteristik demografi dan geografis juga menjadi
pertimbangan dalam model perilaku yang disusun. Buku ini terdiri
dari 5 bab, membahas tentang kualitas pemeriksaan kehamilan dan
dampak yang ditimbulkan, kepatuhan ANC melalui ecological
approach, teori-teori perilaku, studi kasus kepatuhan ANC di Kota
Dumai dan Model perilaku peningkatan kepatuhan ANC.
Meskipun tidak mudah untuk merubah perilaku individu
terutama ibu hamil dengan berbagai karakteristik dan permasalahan
geografis tetapi setidaknya kami berharap model perilaku dalam
buku ini dapat membantu memberikan kontribusi dalam
memecahkan persoalan rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam
mengikuti program ANC di Indonesia terutama didaerah suburban.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan buku ini
masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Pekanbaru, Oktober 2020


Penulis

Dr. Hetty Ismainar., SKM, MPH

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ·····································································iii
DAFTAR ISI ·················································································v
BAB 1 PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE)·············· 1
A. Antenatal Care ····································································· 1
B. Pelayanan Antenatal Care ··················································· 2
C. Dampak Rendahnya Kunjungan ANC··································· 9
D. Strategi Program ANC ························································ 17
BAB 2 KEPATUHAN ANC MELALUI ECOLOGICAL APPROACH ······33
A. Ecological Approach··························································· 33
1. Intrapersonal ······························································· 34
2. Interpersonal ······························································· 37
3. Institusi ········································································ 40
4. Komunitas ···································································· 41
5. Kebijakan Publik ··························································· 44
B. Keunggulan Ecological Approach ······································ 46
C. Pola Kepatuhan ANC melalui Ecological Approach ··········· 47
BAB 3 TEORI PERUBAHAN PERILAKU ········································65
A. Teori Health Belief Model ·················································· 66
B. Teori The Stage of Change Model ····································· 70
C. Theory of Planned Behaviour ············································ 72
D. Social Cognitive Theory······················································ 75
E. Communication Theory ····················································· 77
F. Lawrence Green Theory····················································· 79
G. Theory of Reason Action···················································· 81
H. Perbandingan Ecological Approach dengan
Teori-Teori Perilaku ··························································· 84
BAB 4 STUDI KASUS KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI
KOTA DUMAI ·····································································93
A. Gambaran Kota Dumai ······················································ 93
B. Identifikasi Faktor Penyebab Rendahnya Kepatuhan

v
ANC ···················································································· 94
C. Pemetaan Penyebab Rendahnya Kunjungan ANC
di Kota Dumai ·································································· 109
BAB 5 MODEL PERILAKU KEPATUHAN ANTENATAL CARE ········ 115
A. Model Pregnancy Health Planning ·································· 117
B. Model Dukun Peduli Ibu Hamil ········································ 122
C. Model Pendamping Ibu Hamil ········································· 124
D. Model Pregnancy Health Advocacy ································· 131
GLOSARIUM ··········································································· 141
BIODATA PENULIS ·································································· 148

vi
vii
viii
BAB 1
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
(ANTENATAL CARE)

A. ANTENATAL CARE
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga
mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Tesfaye, 2017).
ANC sangat penting untuk memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan bayi baru lahir dan ibu yang tidak
melaksanakan ANC rutin akan mengalami hal sebaliknya (Solnes,
2017).
Angka kunjungan ANC masih sangat rendah di daerah pedesaan
dan sub urban (Gidey, 2017) Sedangkan tujuan kunjungan ANC
tersebut adalah untuk memfasilitasi dan penanganan komplikasi
kehamilan secara tepat waktu untuk mengurangi kematian ibu
karena dilakukan pemeriksaan, skrining untuk penyakit ibu seperti
gangguan hipertensi dan anemia, skrining pencegahan dan
penanganan penyakit menular dan pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan ibu (Abou Zahr, 2003 dan Mario, 2005).
Setiap hari sekitar 1.500 wanita di seluruh dunia meninggal
karena komplikasi selama kehamilan atau persalinan dan 98%
kematian ini terjadi di negara berkembang. Penelitian terkait
tentang faktor risiko Angka Kematian Ibu menjelaskan bahwa masih
rendahnya kunjungan ANC yang berakibat peningkatan morbiditas
dan mortalitas (Abou Zahr, 2001 dan WHO, 2006)
Tujuan pemeriksaan kehamilan memantau kemajuan proses
kehamilan demi memastikan kesehatan pada ibu serta tumbuh
kembang janin yang ada di dalamnya. Mengetahui adanya
komplikasi kehamilan yang mungkin saja terjadi saat kehamilan
sejak dini, termasuk adanya riwayat penyakit dan tindak
pembedahan. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu
dan bayi. Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat
melahirkan bayi dengan selamat serta meminimalkan trauma yang
dimungkinkan terjadi pada masa persalinan. Menurunkan jumlah
kematian dan angka kesakitan pada ibu. Mempersiapkan peran sang
ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak agar mengalami
tumbuh kembang dengan normal. Mempersiapkan ibu untuk
melewati masa nifas dengan baik serta dapat memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.

B. PELAYANAN ANTENATAL CARE


ANC dijadwalkan sedikitnya empat kali kunjungan secara
periode: (1) Satu kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14
minggu). (2) Satu kali kunjungan pada trimester II (antara 14-28
minggu). (3) Dua kali kunjungan pada trimester III (antara 28 - 36
sesudah minggu ke 36). Dilaksanakan secara rutin guna mengurangi
konsekuensi negatif terhadap kehamilan (Villar, 2000).
Pelayanan ANC dilaksanakan sesuai dengan standar yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pelayanan ANC
yang sesuai standar meliputi:

2 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


1. Berat Badan, Tinggi Badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
Kenaikan berat badan yang normal ialah 0,5 kg tiap minggu
sampai hamil cukup bulan (kehamilan aterm). Pengukuran tinggi
badan dilakukan pada kunjungan pertama. Pengukuran LILA dapat
digunakan untuk deteksi dini risiko bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Salah satu penyebab BBLR adalah faktor kurangnya
kenaikan BB dan berisiko dua kali melahirkan BBLR (Yu, Z, 2013) Bila
BB ibu > 40 kg sebelum hamil akan melahirkan berat bayi yang
optimal (Ronnenberg, 2003).
Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
sebelum hamil tua atau BB yang berlebihan memiliki implikasi
negatif pada outcome kehamilan, meningkatkan risiko pada ibu dan
bayi yaitu hipertensi kehamilan, preeclampsia, persalinan dengan
Sectio Caesarea (Bhavadharini, 2017). Bagi yang memiliki IMT di
bawah 18,5 (underweight) sebelum kehamilan, maka disarankan
untuk menaikkan berat badan sampai 12,5 - 18 kg. Bagi yang
memiliki IMT 25 - 29,9 (overweight) sebelum kehamilan, maka
disarankan untuk menjaga kenaikan berat badan hanya 7 - 11,5 kg.

Berat Badan (kg)


IMT = -------------------------------------------------------------
Tinggi Badan (meter) x Tinggi Badan (meter)

Nilai IMT Artinya


18,4 kebawah Berat Badan kurang
18,5 – 24,9 Berat Badan Ideal
25 – 29,9 Berat Badan Lebih
30 – 39,9 Gemuk
40 keatas Sangat Gemuk

Tidak ada aturan baku kenaikan berat badan yang ideal


bergantung dari beberapa faktor, termasuk berat badan sebelum
kehamilan. Oleh sebab itu, ibu hamil perlu tahu dulu bagaimana
PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 3
Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Berdasarkan rumus
perhitungannya, hasil dari IMT terbagi menjadi kategori berat badan
kurang, berat badan ideal, berat badan lebih, gemuk dan sangat
gemuk.
Sedangkan untuk batas nilai normal yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI untuk pengkuran LiLA yaitu 2,35 cm. Jika
seorang wanita atau ibu hamil memiliki LiLA kurang dari 23,5 cm
maka dianggap status gizinya kurang dan mengalami KEK (Kurang
Energi Kronis).

2. Mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)


Tinggi Fundus Uteri Normal Sesuai Usia Kehamilan. Fundus uteri
merupakan titik tertinggi dari rahim. Sedangkan, tinggi fundus uteri
sendiri adalah jarak antara puncak tulang panggul hingga ke bagian
paling atas perut saat hamil. Pertumbuhan janin adalah salah satu
masalah yang paling umum dan kompleks dalam kehamilan.
Pengukuran TFU adalah tes non-invasif yang dapat membantu
menentukan risiko pada ibu (Pay, 2015). Fungsi pengukuran TFU
yaitu untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin
dalam kandungan. Tidak selalu diperoleh hasil yang akurat karena
ukuran dan jumlah janin serta jumlah cairan amnion yang bervariasi.
Perubahan uterus pada masa kehamilan karena cairan amnion,
plasenta yang beratnya 5-20 liter dengan estimasi berat uterus
mencapai 1100 gram (Prawirohardjo. 2009).
Cara mengukur tinggi fundus uteri yaitu untuk mengetahui tinggi
fundus uteri, dokter atau bidan akan mengukur jarak antara tulang
pubis yang berada sedikit di atas tumbuhnya rambut kemaluan, ke
bagian atas dari rahim. Pengukuran dilakukan menggunakan tali
meteran dan dicatat dalam satuan sentimeter.
Tinggi fungsi uteri dikatakan terlalu kecil apabila ukurannya
setidaknya 3 cm lebih kecil dari ukuran normal. Misalnya, usia
kandungan adalah 20 minggu, tapi tinggi fundus uteri adalah 15 cm.

4 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Saat fundus uteri terlalu pendek, dokter akan melakukan
pemeriksaan USG untuk memastikan usia kandungan. Bisa jadi, usia
kandungan yang selama ini diprediksi, ternyata lebih muda dari yang
sebenarnya. Pemeriksaan USG juga akan dilakukan agar dokter
dapat memeriksa kemungkinan adanya pertumbuhan janin
terhambat atau intrauterine growth restriction, maupun cairan
amniotik (air ketuban) yang terlalu sedikit.
Tinggi fundus uteri dikatakan terlalu besar apabila panjangya
lebih dari 3cm, jika dibandingkan dengan ukuran yang seharusnya.
Misalnya pada usia kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri adalah
25 cm. Beberapa hal yang bisa menyebabkan tinggi fundus uteri
menjadi berlebihan adalah usia kandungan sudah melewati Hari
Perkiraan Lahir (HPL), otot perut yang lebih kendur dari wanita
kebanyakan, misalnya karena proses kehamilan sebelumnya,
obesitas, cairan ketuban terlalu banyak, bayi dalam posisi sungsang,
panggul yang kecil, hamil anak kembar, bayi berukuran jauh lebih
besar dari ukuran rata-rata bayi seusianya (makrosomia), bayi sehat,
hanya saja memang berukuran sedikit lebih besar. Hasil pengukuran
tinggi fundus uteri bukanlah satu-satunya patokan untuk
mengetahui perkembangan janin. Sebab, pada kondisi tertentu,
hasil pemeriksaan ini bisa menjadi tidak akurat.

3. Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ)


Denyut Jantung Janin baru dapat diketahui dengan
menggunakan alat Ultrasonografi (USG) pada usia kehamilan 8
minggu, bila menggunakan alat Doppler diketahui pada usia
kehamilan 10-12 minggu. Pemantauan DJJ merupakan alat referensi
dalam praktik klinis untuk menilai status kesehatan bayi dan untuk
mendeteksi asidosis janin (Granero-Belinchon, 2017 dan Alfirevic,
2013). Penghitungan DJJ diukur guna melihat prediksi kelainan pada
bunyi dan frekuensi jantung janin (Eslamian, 2018).

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 5


Pedoman dunia internasional menyatakan bahwa denyut
jantung janin normal yang direkomendasikan adalah 110-150
denyut per menit atau 110-160 denyut per menit. Di sisi lain,
sebuah penelitian menyatakan bahwa detak jantung janin yang
normal berkisar antara 120-160 denyut tiap menit. Data itu sendiri
didapat berdasarkan penelitian dari tahun 2000-2007 di Jerman.
Cara memantau detak jantung janin berdasarkan peralatan yang
digunakan bisa melalui metode berikut: Auskultasi yaitu: cara
pertama untuk memonitor detak jantung janin adalah dengan
metode auskultasi. Yang dilakukan di dalam metode ini adalah
mendengarkan suara jantung dengan menggunakan stetoskop
khusus. Metode ini bisa dikatakan aman karena minim risiko atau
efek samping. Dengan mengandalkan stetoskop khusus, dokter
dapat mendengar masalah terkait detak jantung janin. Beberapa hal
terkait jantung yang bisa didengarkan adalah bagaimana suara
jantung janin, seberapa sering berdetak, dan seberapa keras
berdetak.
Pemantauan jantung janin secara elektronik. Cara kedua untuk
memantau detak jantung janin adalah dengan alat pemantau
elektronik. Alat ini akan digunakan selama masa kehamilan hingga
saat kelahiran bayi. Selain memantau detak jantung janin, alat ini
berguna juga untuk mengetahui kekuatan dan durasi kontraksi
rahim.
Memakai dua perangkat datar yang memiliki sensor khusus dan
diletakkan di perut ibu hamil. Salah satu sensor memanfaatkan
gelombang suara yang dipantulkan (ultrasound) yang dipakai untuk
mendeteksi detak jantung janin. Catatan detak jantung biasanya
akan dikonversi ke dalam suara atau dicatat ke dalam bentuk grafik.
Sensor lainnya dipakai untuk mengukur durasi atau berapa lama
kontraksi rahim terjadi. Catatan durasi kontraksi, biasanya muncul
dalam bentuk grafik.

6 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


4. Imunisasi pada ibu hamil
Apabila proses persalinan dan perawatan tali pusar tidak dalam
kondisi steril, maka bayi baru lahir dan ibu bisa berisiko terkena
Tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh
bakteri yang disebut Clostridium tetani. Pemberian imunisasi TT
pada ibu dapat mengurangi risiko kematian anak, meski terdapat
21,4% (642 orang) tidak imunisasi TT. Pemberian imunisasi TT ini
harus diprioritaskan pada ibu hamil karena dapat meningkatkan
umur harapan hidup bayi pada saat persalinan (Abir, 2017 dan Singh,
2012).
Suntik tetanus aman diberikan kepada ibu hamil dan dapat
mencegah terjadinya infeksi tetanus pada bayi baru lahir. Suntik
tetanus juga dapat mencegah risiko tetanus pada ibu serta janin di
dalam kandungan. Pada kehamilan pertama, dokter akan
merekomendasikan ibu hamil untuk dua kali suntik tetanus.
Pada kehamilan pertama, dokter akan merekomendasikan ibu
hamil untuk dua kali suntik tetanus. Kebanyakan dokter
memberikan suntikan pertama pada kehamilan trimester ketiga.
Biasanya pada usia kandungan tujuh bulan. Suntikan kedua
diberikan setidaknya empat minggu setelah suntikan yang pertama.
Sementara itu, WHO juga merekomendasikan untuk memberikan
suntikan ketiga enam bulan setelah suntikan kedua. Suntikan ketiga
ini bertujuan memberi perlindungan selama setidaknya lima tahun
ke depan.

5. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet fe


Jika manusia kekurangan zat besi pada menu makanan yang
dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan gangguan anemia
gizi (kurang darah). Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi
karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua
kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 7


plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan
darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin.
Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu
pemberian zat besi sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat besi merupakan
mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah
(haemoglobine). Penelitian di India menyebutkan bahwa dari 32,6%
wanita hamil yang menderita anemia, 17,4% kekurangan zat besi
dan akan berdampak terjadinya persalinan prematur (Agrawal, 2016
dan Scholl, 1992).
Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan
tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang
diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan asam
folat 0,25 mg. Program tersebut bertujuan mencegah dan
menangani masalah anemia pada ibu hamil
Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan
ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah
besi, perlu diperhatikan kualitas besi didalam makanan, dinamakan
juga ketersediaan biologik.
Pada umumnya besi didalam daging, ayam dan ikan mempunyai
ketersediaan biologik tinggi. Besi didalam serealia dan kacang-
kacangan mempunyai mempunyai ketersediaan biologic sedang,
dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung
asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan
biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-
hari, yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu
sumber absorbsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas
nasi, daging, ayam, ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-
buahan yang kaya akan vitamin C (Ningrum, 2009).

8 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


C. DAMPAK RENDAHNYA KUNJUNGAN ANC
1. Anemia
Anemia atau yang dikenal dengan kurang darah merupakan
suatu keadaan terjadi penurunan kadar haemoglobine (Hb) di dalam
sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh sehingga kebutuhan oksigen jaringan tidak terpenuhi.
Gejala anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia. Gejala kurang darah muncul sebagai akibat berkurangnya
pasokan oksigen ke jaringan sehingga gejala anemia dapat muncul
pada berbagai sistem/organ di dalam tubuh.
Gejala utamanya adalah pucat, lesu, lemah, kram otot, sesak
pada saat beraktifitas, jantung berdebar dan pusing. Pada anemia
berat atau anemia yang disebabkan oleh perdarahan akut, gejala
yang terjadi dapat lebih berat dan mengancam jiwa seperti
penurunan kesadaran, gangguan irama jantung, gagal jantung dan
kematian.
Ibu hamil sangat rentan mengalami anemia. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya kebutuhan tubuh Ibu akan zat besi, seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan. Saat Ibu mengalami anemia,
darah Ibu tidak memiliki sel darah merah yang cukup sehat untuk
mengangkut oksigen ke jaringan Ibu dan kepada janin.
Jenis anemia yang paling umum di antara kasus adalah anemia
defisiensi zat besi (Susanti, 2017). Penelitian di Saudi Arabia, dari
120 sampel, terdapat 70% ibu hamil dengan anemia dan rata-rata
usia 30-39 tahun, 57 orang diantaranya anemia karena defisiensi zat
besi (Abdulmajeed, 2018). Di Nigeria dan Asia selatan, anemia
adalah salah satu penyebab kehamilan yang buruk dan penyumbang
angka morbiditas dan mortalitas (Sholeye, 2017, Noronha, 2012,
Kozuki, 2012).
Dinegara berkembang risiko anemia ini cenderung terjadi pada
ibu hamil dengan usia muda dan bisa berdampak pada kematian ibu
dan buruknya kondisi janin. Di Ethiopia dari 10.281 ibu hamil,

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 9


terdapat 31,66% menderita anemia. Sedangkan di Somalia dari 581
ibu hamil, 56,8% mengalami anemia, Diharapkan untuk fokus pada
pemberian tablet zat besi dan asam folat dengan memperhatikan
kepatuhan dan evaluasi berkelanjutan terutama di daerah pedesaan
(Paul, 2003, Kassa, 2017, Addis, 2014).

2. Perdarahan Antepartum dan Postpartum


Perdarahan antepartum adalah perdarahan melalui vagina yang
terjadi pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Perdarahan
antepartum merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang
perlu mendapatkan penanganan segera. Perdarahan postpartum
atau perdarahan pasca persalinan adalah keluarnya darah dari jalan
lahir segera setelah melahirkan. Perdarahan setelah melahirkan
dengan jumlah wajar merupakan hal yang normal terjadi, hal ini
disebut lochia.
Perdarahan adalah masalah utama kesehatan di berbagai negara
maju dan berkembang negara-negara sejak beberapa decade
(Tuncalp, 2012 dan Junejo, 2017). Perdarahan postpartum
berkontribusi secara substansial terhadap angka kesakitan di negara
berpenghasilan tinggi berkisar > 50% dari semua kasus (Zwart, 2008).
Hambatan terbesar untuk mengobati perdarahan postpartum
adalah pengenalan gejala dan diagnosis yang akurat dan tepat
waktu (Schorn, 2009, Berg, 2005 dan Wilcox, 2017). Salah satu
bentuk perdarahan pada kehamilan adalah kasus plasenta previa.
Perdarahan karena kasus plasenta previa ini merupakan masalah
utama pada ibu hamil. Wilayah Asia merupakan angka tertinggi
kejadian plasenta previa dibandingkan wilayah Australia, Eropa dan
Amerika (Fan, 2017).

3. Hipertensi, Pre Eklampsia dan Eklampsi


Hipertensi dalam kehamilan atau gestasional adalah tekanan
darah tinggi yang terjadi saat hamil. Hipertensi gestasional biasanya

10 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan hipertensi ini bisa
hilang setelah melahirkan. Pada kondisi ini, tidak ada kelebihan
protein di dalam urine atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ
penderitanya.
Gangguan hipertensi pada kehamilan mempengaruhi 10%
pasien dan penyebab kematian maternal kedua yang paling umum
yang merugikan dinegara maju. HDP (Hypertensive Dissorders
Pregnancy) adalah sekelompok penyakit yang mencakup
preeklampsia, eklampsia, hipertensi kehamilan (Jafar, 20515).
Sedangkan untuk Negara berkembang seperti Asia dan Afrika,
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar ke dua sekitar
9 % dari total kehamilan (T Draycott, 2008 dan J A Hutcheon, 2011).
Pre-eklampsia adalah sindrom yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi, kenaikan kadar protein di dalam urine (proteinuria),
dan pembengkakan pada tungkai (edema). Pre-eklampsia dapat
diprediksi dengan identifikasi penanda biologis atau perhitungan
doppler. Eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai
tekanan darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah
persalinan. Kondisi serius ini selalu didahului dengan pre-eklampsia
sebelumnya.
Penggunaan rutin dari tes diagnostik ini tidak dianjurkan saat ini,
karena tidak ada bukti yang jelas dari hasil yang membaik dengan
prediksi deteksi preeklampsia (Ohno, 1997 dan Anderson, 2011).
Salah satu penelitian di India Utara, dari 217 sampel, mayoritas
wanita hamil asupan kalsiumnya tidak memadai. Prevalensi
hipokalsemia rendah. Suplemen kalsium secara tidak langsung
dapat mengurangi preeklampsia meski banyak faktor lain yang
menyebabkan pre-eklampsi dan eclampsia (Gupta, 2016).
Kebanyakan faktor risiko dari angka kejadian pre-eklampsi dan
eklampsia dalam kehamilan adalah kelebihan berat badan atau
obesitas, nulipara, riwayat pre eklampsi, diabetes tipe 1 dan 2 dan
kelahiran kembar. Konsumsi supplemen asam folat dan meluangkan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 11


waktu untuk aktifitas fisik pada saat hamil seperti: jalan kaki,
mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak terlalu berat dapat
mengurangi risiko terjadinya pre-eklampsia (Shen, 2017).
Pada ibu dengan kehamilan grande multipara (kehamilan yang
terjadi lebih dari 5 kali) berisiko mengalami hipertensi, pre-
eklampsia dan eklampsia. ANC yang buruk pada ibu grande
multipara dan usia lanjut maka kehamilan dan persalinannya akan
berisiko tinggi. Angka kejadian tersebut masih sangat tinggi di
negara berkembang. Ini merupakan bagian terpenting bagi ANC (Bai
J, 2002, Khatun, 2016, Begum, 2003 dan Rayamajhi, 2006). ANC
yang tidak memadai pada ibu grande multipara akan meningkatkan
prevalensi komplikasi seperti: anemia, hipertensi, pre eklampsia,
eklampsia, placenta previa, mal presentasi, perdarahan postpartum,
atonia uteri, robekan perineum dan histerektomi (Khan, 2017).

4. Prematur dan komplikasi Obstetrik


Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum
minggu ke-37 atau lebih awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini
terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan terbukanya leher
rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir.
Minggu terakhir masa kehamilan merupakan masa yang penting
dalam pembentukan tahap akhir berbagai organ vital, termasuk
otak dan paru-paru, serta proses peningkatan berat badan janin.
Oleh karena itu, bayi yang lahir prematur berisiko mengalami
gangguan kesehatan karena kondisi organ tubuh yang belum
sempurna, sehingga membutuhkan perawatan intensif.
Prematur adalah komplikasi obstetri utama yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan juga merupakan
penyebab kematian bayi yang besar di seluruh dunia. Terjadi kira-
kira 2-3% pada ibu hamil (Goldenberg, 2008).
Prematur dikaitkan dengan faktor risiko tertentu, seperti usia
ekstrim (lebih muda atau lebih tua), diet dan kesehatan ibu,

12 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


kehamilan kembar, infeksi, merokok, tindak lanjut yang tidak
memadai dan manajemen penyakit kronis yang tidak memadai,
aktivitas fisik, trauma, depresi. Penyulit lainnya akan terjadi antara
lain: ketuban pecah dini, gangguan janin, ruptur uteri (Bukhari, 2018,
Crider , 2005 dan Blondel B, 2002)
Pencegahan Kelahiran Prematur dapat dilakukan dengan
langkah pencegahan utama kelahiran prematur adalah dengan
menjaga kesehatan, sebelum dan selama masa kehamilan. Upaya ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (1) Lakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin. Melalui pemeriksaan
kehamilan, dokter dapat memantau kesehatan ibu hamil dan janin
dalam kandungan, serta mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi
selama kehamilan. (2) Menjalani diet sehat sebelum hamil.
Konsumsi makanan sehat yang kaya protein, buah, dan biji-bijian
sebelum hamil, dapat mengurangi risiko kelahiran prematur. (3)
Hindari paparan bahan kimia dan substansi berbahaya, seperti asap
rokok, makanan kaleng, kosmetik, alkohol, dan NAPZA. (4) Konsumsi
suplemen kalsium. Konsumsi suplemen kalsium 1000 mg atau lebih
per hari, dapat mengurangi risiko kelahiran prematur dan
preeklampsia. (5) Mempertimbangkan jarak kehamilan. Kehamilan
yang hanya berjarak kurang dari 6 bulan dari persalinan terakhir,
dapat meningkatkan kelahiran prematur. Jika ibu hamil berisiko
tinggi mengalami kelahiran prematur akibat penyakit kronis yang
dideritanya, maka dokter dapat memberikan obat-obatan sesuai
kondisi ibu hamil untuk menurunkan risiko tersebut, misalnya obat
untuk mengendalikan tekanan darah atau kadar gula darah.

5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


BBLR adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi
yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Faktor ibu seperti
usia, status sosial ekonomi dan pekerjaan ibu terkait dengan BBLR
(Saranya, 2017). Faktor BBLR ini merupakan salah satu indikator

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 13


kesehatan masyarakat dunia dan membedakan dengan angka
kejadian prematur (WHO, 2014).
Letak geografis sebuah daerah dan tingkat aktivitas fisik ibu
dapat mempengaruhi keragaman pola makan dan status gizi ibu,
pengaruh faktor pendidikan ibu yang pada akhirnya akan
mempengaruhi berat lahir bayi ketika dilahirkan. Masalah BBLR
makin meningkat di daerah pedesaan dan pemukiman daerah yang
kumuh (Manerkar, 2017 dan Choudhary, 2013).
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan atau
meningkatkan risiko seorang bayi terlahir dengan berat badan yang
kurang. Beberapa faktor tersebut meliputi: Terlahir dari ibu yang
memiliki masalah kesehatan selama hamil, misalnya preeklamsia,
tekanan darah tinggi, atau kekurangan gizi, infeksi selama kehamilan,
adanya kelainan genetik atau cacat bawaan lahir pada bayi, terlahir
dari ibu dengan berat badan kurang selama kehamilan, usia ibu saat
hamil kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan
kembar.
Selain itu, ibu yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti
merokok, mengonsumsi alkohol, dan menggunakan narkoba juga
lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah.
Oleh karena itu, ibu hamil perlu menghindari berbagai faktor risiko
di atas, serta rutin menjalani pemeriksaan kehamilan ke dokter
kandungan untuk mencegah dan mengantisipasi kemungkinan bayi
terlahir dengan BBLR

6. Gawat Janin
Fetal Distress (Gawat Janin) adalah kondisi yang menandakan
bahwa janin kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat
persalinan. Kondisi ini dapat dirasakan ibu hamil dari gerakan janin
yang berkurang.
Penyebab utama gawat janin adalah pasokan oksigen yang
kurang pada janin (hipoksia janin). Kondisi ini dapat terjadi terkait

14 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


dengan keadaan ibu atau janin sendiri. Kondisi yang terkait dengan
janin, meliputi: Berat badan janin yang rendah (intrauterine growth
restriction/IUGR), yaitu ketika berat janin kurang dari persentil 10
dari berat badan normal dalam usia kehamilan yang sama. Pasokan
oksigen melalui tali pusat berkurang. Salah satu penyebabnya
adalah oligohidramnion, yaitu cairan ketuban yang terlalu sedikit.
Mengalami sindrom aspirasi mekonium. Sindrom ini bisa
mengakibatkan iritasi pada paru-paru janin, infeksi, serta
menghalangi jalan napas janin.
Salah satu bentuk gawat janin adalah gangguan pernafasan bayi.
Deteksi dini faktor risiko dan pengobatan awal merupakan
tantangan utama. Namun, beberapa penelitian di negara-negara
berkembang telah melakukan berbagai macam cara untuk
mengatasinya seperti dengan melakukan resusitasi bayi. Resusitasi
neonatal yang efektif menggunakan peralatan dasar, mampu
mencegah hingga 30% kematian yang terkait dengan asfiksia
perinatal (Sarki, 2017).
Penelitian di Cameron menyatakan dari 703 bayi, terdapat 47.5 %
yang mengalami gangguan pernafasan yang dapat dilihat dengan
tanda-tanda seperti: pernapasan yang tidak normal, ekspirasi, flare
hidung, resesi dinding dada dan asynchronous thoraco-abdominal
dengan atau tanpa sianosis. Perhitungan APGAR (Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, and Respiration atau warna kulit, denyut jantung,
respon refleks, tonus otot atau keaktifan pernapasan) score < 7
dalam menit pertama (Tochie, 2016).
Berbagai komplikasi saat kehamilan juga dapat menjadi faktor
risiko kondisi fetal distress adalah sebagai berikut: Preeklampsia
yang dapat memengaruhi fungsi plasenta, ibu berusia 35 tahun atau
lebih saat hamil, jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau sedikit,
penyakit yang dialami ibu saat hamil, seperti diabetes gestasional,
tekanan darah tinggi, ibu mengalami kelainan plasenta, kompresi
tali pusar, yakni kondisi ketika tali pusar ibu tertekan sehingga aliran

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 15


darah dari ibu ke janin terganggu, infeksi pada janin, hamil bayi
kembar, pernah mengalami kelahiran mati di kehamilan sebelumnya,
berat badan berlebih atau kegemukan saat hamil, merokok,
mengalami perdarahan antepartum (melalui vagina) beberapa kali.

7. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)


IUGR adalah suatu kondisi yang menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat. IUGR ditandai dengan ukuran dan berat janin yang
tidak sesuai umur kehamilan. Salah satu penyebab yang paling
sering adalah kelainan plasenta, yaitu organ yang menyalurkan
darah yang berisi makanan dan oksigen kepada bayi selama dalam
kandungan. Gangguan dan kelainan pada plasenta menyebabkan
terganggunya pertumbuhan janin (Eslamian, 2018).
IUGR dapat digambarkan sebagai ketidakmampuan janin untuk
mencapai potensi pertumbuhan yang ditentukan pada usia
kehamilan. Kehamilan dengan IUGR dipengaruhi oleh kondisi yang
membatasi pertumbuhan normal janin. Sekitar 3% hingga 8% dari
semua bayi yang lahir di negara maju telah diidentifikasi sebagai
IUGR (Ernst, 2017 dan R. K. Creasy, 2014). Tingkat deteksi IUGR
tampaknya tidak meningkat secara substansial sejak akhir 1990-an,
karena sekitar separuh dari kehamilan yang dipengaruhi oleh
pertumbuhan janin tetap tidak terdeteksi dalam kondisi rutin.
Beberapa faktor klinis dan terkait mengurangi risiko bahwa IUGR
tetap tidak terdeteksi. Pemeriksaan menggunakan Doppler wajib
(setidaknya untuk beberapa sub-kelompok) meningkatkan tingkat
deteksi selama ANC untuk IUGR (Tochie, 2016).
Penyebab IUGR disebabkan oleh faktor ibu atau faktor plasenta
dan tali pusat. Hal-hal dari ibu yang dapat menyebabkan IUGR
antara lain hipertensi, penyakit jantung bawaan, penyakit autoimun,
diabetes, malnutrisi, kelainan pembekuan darah, bentuk rahim yang
abnormal, toksoplasmosis, infeksi rubella, infeksi cytomegalovirus,
atau kebiasaan merokok.

16 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Sementara itu, masalah di plasenta atau tali pusat yang dapat
menyebabkan IUGR di antaranya adalah solusio plasenta, kelainan
anatomi tali pusat, kelainan pembuluh darah di tali pusat, dan
kehamilan kembar. IUGR biasanya diketahui oleh dokter saat ibu
menjalani pemeriksaan kontrol kehamilan. Pada saat pemeriksaan
rutin, dokter akan menilai pertambahan pertumbuhan janin.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengukur tinggi rahim
dengan alat ukur, lalu dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Pada pemeriksaan USG, dokter akan mengukur panjang
tulang, diameter kepala bayi, jumlah cairan ketuban, dan beberapa
parameter lainnya untuk memastikan ada tidaknya IUGR. Jika
diagnosis IUGR sudah dipastikan oleh dokter, maka selanjutnya
perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab dan
komplikasi yang bisa terjadi.
Tidak semua kasus IUGR dapat dicegah. Namun untuk
menurunkan risiko IUGR, sebaiknya hal berikut ini dilakukan ibu:
mengonsumsi makanan yang sehat, seperti sayur, buah, dan protein
yang cukup, tidur 6–8 jam di malam hari, tidak mengonsumsi
alkohol dan narkoba, menghindari paparan asap rokok.

D. STRATEGI PROGRAM ANC


1. Pelayanan ANC Terpadu dan Berkualitas
Ciri pelayanan ANC terpadu dan berkulitas adalah melaksanakan
program 10 T. Istilah tersebut muncul dalam rilis pers Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009.
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan ibu hamil
merupakan salah satu dari beberapa pemeriksaan yang dilakukan
dalam temu antenatal, terutama pada pertemuan pertama. Tujuan
pengukuran ini adalah untuk memantau perkembangan tubuh ibu
hamil. Dokter akan mencatat setiap perubahan yang ada untuk

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 17


menentukan apakah ibu memiliki risiko kehamilan, misalnya
kehamilan dengan obesitas atau kehamilan kembar dua/lebih.
Secara umum, seorang ibu hamil berat badannya bertambah
sekitar 0,5 kg setiap bulan pada trimester pertama kehamilan.
Kemudian, pada trimester kedua dan ketiga, berat badan ibu hamil
normalnya bertambah hingga 0,5 kg setiap minggu. Pada akhir
kehamilan, pertambahan berat badan sekitar 20 hingga 90 kg dari
berat badan sebelum hamil dianggap normal/ideal.

b. Periksa tekanan darah


Sama seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan,
pemeriksaan tekanan darah merupakan hal yang wajib dilakukan
oleh dokter kandungan saat antenatal care. Bahkan, pengukuran
tekanan darah rutin dilakukan setiap pemeriksaan antenatal. Hasil
bacaan tekanan darah normal berada diangka 110/80 mmHg hingga
140/90 mmHg. Apabila bacaan tekanan darah ibu lebih tinggi
daripada batas atas, Ibu berisiko mengalami gangguan kehamilan
seperti pre-eklampsia dan eklampsia. Kedua gangguan kehamilan ini
bisa mengancam kehamilan

c. Periksa tinggi fundus uteri (puncak rahim)


Dokter akan memeriksa fundus uteri untuk menentukan usia
kehamilan ibu. Tinggi puncak rahim dalam cm seharusnya
berbanding lurus dengan usia kehamilan. Ukuran puncak rahim
dianggap normal apabila sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri
dengan toleransi perbedaan ukuran 1-2 cm. Jika pengukuran puncak
rahim menunjukkan perbedaan lebih kecil 2 cm dari usia kehamilan,
risiko gangguan pertumbuhan janin meningkat.

d. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Sebelum imunisasi tetanus toksoid, Ibu harus terlebih dahulu
menjalani skrining. Tujuan skrining tersebut adalah untuk

18 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


mengetahui dosis dan status imunisasi tetanus toksoid yang telah
diperoleh sebelumnya. Imunisasi tetanus toksoid cukup efektif jika
dilakukan minimal dua kali dengan jarak antar imunisasi empat
minggu.

e. Minum tablet zat besi


Dokter akan meresepkan zat besi untuk ibu konsumsi setiap hari
selama kehamilan. Jangan mengkonsumsi tablet zat besi ini bersama
denagn kopi atau teh karena dapat mengganggu penyerapan zat
besi ke dalam tubuh.

f. Tetapkan status gizi


Untuk mendeteksi kekurangan gizi saat hamil sejak dini, dokter
akan melakukan pengukuran status gizi. Risiko bayi lahir dengan
berat badan rendah meningkat apabila ibu kekurangan gizi saat
hamil. Cara mengukur status gizi adalah dengan mengukur lingkar
lengan atas serta jarak pangkal bahu ke ujung siku menggunakan
pita ukur.

g. Tes laboratorium
Selama pemeriksaan antenatal, dokter akan mengambil sampel
dari tubuh ibu untuk keperluan tes laboratorium baik tes rutin
maupun khusus. Pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi
setidaknya pemeriksaan golongan darah dan rhesus, pemeriksaan
kadar hemoglobin, tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya,
serta rapid test untuk malaria.

h. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin


Pemeriksaan denyut jantung biasanya dilakukan saat usia
kehamilan memasuki 16 minggu. Tujuan dari pemeriksaan janin dan
denyut jantung janin adalah untuk memantau, mendeteksi, dan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 19


menghindari faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan oleh
infeksi, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan hipoksia.

i. Tatalaksana kasus
Ketika menjalani antenatal care, ibu berhak mendapatkan
fasilitas kesehatan yang memadai. Apabila hasil tes menunjukkan
bahwa kehamilan berisiko tinggi, pihak rumah sakit akan
menawarkan kepada ibu untuk segera mendapatkan tatalaksana
kasus.

j. Temu wicara persiapan rujukan


Setiap kali kunjungan antenatal, ibu berhak untuk berkonsultasi
kepada pihak dokter. Temu wicara ini dapat membantu ibu
menentukan perencanaan kehamilan, pencegahan komplikasi
kehamilan, dan persalinan. Layanan temu wicara juga diperlukan
untuk menyepakati rencana-rencana kelahiran, rujukan bila perlu,
bimbingan pengasuhan bayi, dan pemakaian KB pasca melahirkan.

Untuk itu segala unsur terkait dengan pelayanan 10 T tersebut


harus dipenuhi antara lain: kompetensi SDM tenaga kesehatan,
fasilitas atau peralatan dan media yang digunakan (Risqi, 2017). ANC
merupakan 1 dari 4 esensial elemen dalam menegakkan persalinan
yang aman dan berkualitas sesuai dengan standar WHO. Oleh
karena itu, ANC merupakan hal yang perlu mendapat perhatian
serius selain memastikan kondisi kesehatan ibu dan janin ANC juga
merupakan salah satu indikator mutu kesehatan ibu dan anak yang
penting.
Dalam era JKN saat ini, ANC mengambil bagian dalam kendali
mutu dan kendali biaya demi menjamin semua ibu hamil
mendapatkan pelayanan yang bermutu sejak dari hari pertama
kehamilan sampai dengan melahirkan. ANC yang berkualitas akan

20 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


membantu tenaga kesehatan untuk mempersiapkan kelahiran yang
aman bagi ibu dan bayi.
Melalui ANC berkualitas kondisi ibu dan bayi dimonitor secara
ketat. Apakah ibu termasuk dalam resiko tinggi. Apakah pada saat
melahirkan nanti akan terjadi komplikasi, dan lain sebagainya. ANC
berkualitas juga memasukan elemen promosi kesehatan,
memberikan pertimbangan kepada ibu dalam memilih persalinan,
inisiasi menyusui dini, gizi, kontrasepsi dan keluarga berencana.
Elemen-elemen ini tidak hanya mengukur mutu dari sisi provider
dan dari sisi pasien antara lain:
a. Kompetensi teknis: masih ada disparitas dalam pelayanan ANC
antar rumah sakit dimana masih ada rumah sakit yang minim
peralatan dan tenaga sehingga ANC yang dilakukan kurang
maksimal. Disisi lain, penggunaan peralatan yang berlebihan
seperti USG membuat antrian untuk menggunakan peralatan
USG menjadi sangat panjang dan membuat pasien mencari
pelayanan USG di klinik swasta atau praktik dokter diluar rumah
sakit dengan membayar biaya tambahan. Hal lain yang menjadi
sorotan adalah masalah personal hygiene dari petugas rumah
sakit yang masih rendah seperti kebiasan mencuci tangan dan
merokok di lingkungan rumah sakit.
b. Mekanisme follow-up dan continuity of care. Lemahnya
manajemen data dan pengaturan jadwal praktek dokter
membuat pasien yang melakukan ANC di rumah sakit
pemerintah harus melakukan beberapa test secara berulang.
Selain itu proses rujukan yang tidak menyertakan rekam medik
pasien ditambah dengan tidak didampingi oleh tenaga
kesehatan membuat penerima rujukan mengalami kesulitan
dalam mengikuti proses perawatan dari pasien yang
bersangkutan.
c. Ketepatan paket pelayanan. Beberapa rumah sakit yang
memiliki tenaga dan fasilitas yang terbatas terpaksa memilah

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 21


pelayanan ANC mereka sehingga menjadi terfragmentasi atau
terpisah. Hal ini membuat pasien harus melalui proses
administrasi yang lebih panjang dan terkadang pasien harus
mengeluarkan biaya extra untuk beberapa laboratorium yang
tidak tersedia di rumah sakit tersebut.
d. Konseling dan penyampaian informasi. Penerimaan informasi
tentang perkembangan kehamilan dan bayi pada saat ANC,
sedangkan informasi mengenai komplikasi, pengenalan tanda-
tanda bahaya, persiapan kelahiran, dan konseling mengenai
kontrasepsi setelah melahirkan jarang disampaikan.
e. Pengambilan keputusan tekait persalinan/pasca persalinan:
Mendiskusikan opsi persalinan dengan bidan atau dokter. ANC
jarang dibahas mengenai alternatif persalinan termasuk
perawatan bayi pasca-persalinan dan opsi penggunaan alat
kontrasepsi setelah bersalin.
f. Relasi interpersonal. Konflik interpersonal baik antar tenaga
kesehatan maupun tenaga kesehatan dengan pasien kerap
terjadi di rumah sakit pemerintah dibandingkan rumah sakit
swasta. Hal ini disebabkan karena tingginya beban kerja,
kurangnya fasilitas, job description yang kurang jelas, dan
insentif atau kompensasi yang rendah.

2. Pertimbangkan Faktor Sosial Determinan


WHO tahun 2008 merekomendasikan faktor yang harus kita
perhatikan apabila melakukan kajian atau penilaian tentang
determinan sosial kesehatan ini meliputi:
a. Pendidikan, Pendidikan ANC formal telah secara bertahap
menggantikan tradisi wanita yang belajar tentang kelahiran dan
pengasuhan secara informal dari dalam komunitas mereka
(Smith, 2015)
b. Pendapatan, Ketimpangan pendapatan menggambarkan
distribusi pendapatan kurang merata antar penduduk. faktor

22 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


ekonomi di populasi lebih mungkin untuk menghadapi risiko
kesehatan tertentu daripada populasi lainnya (Rabinowitz, 2010).
c. Ras atau etnis, Bias ras atau etnis dan diskriminasi adalah bentuk
pengucilan sosial, yang sering mengakibatkan perbedaan dalam
tingkat kesehatan, pendidikan atau jenis layanan lainnya.
d. Budaya, Hal ini termasuk peran gender, preferensi makanan,
agama, sikap terhadap mainstream budaya, keyakinan tentang
penyebab penyakit, termasuk hambatan bahasa.
e. Media, Pengaruh Media, termasuk film, radio, majalah dan
televisi, dapat membantu atau menghalangi upaya peningkatan
status kesehatan melalui pesan yang dikirim tentang kesehatan.
f. Lingkungan, Perumahan yang buruk atau tidak memadai, jalan
raya yang berbahaya, kebisingan dan lingkungan kumuh dapat
mempengaruhi masyarakat yang mengalami.
g. Geografis, Lokasi sering kali memiliki banyak hubungan dengan
penerimaan pelayanan. Di daerah perkotaan, lingkungan dengan
pendapatan rendah sering kali memiliki akses yang lebih rendah
pada kesehatan.
h. Politik, Hampir semua masalah kesehatan bersifat politis pada
beberapa tingkatan. Kebijakan politis dapat mempengaruhi
aturan layanan yang diterima masyarakat setempat.

Latihan dan Evaluasi


1. Mengapa ibu hamil harus rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan atau mengikuti program Antenatal Care?
2. Jelaskan penjabaran jawdal minimal pemeriksaan ibu selama
kehamilan?
3. Sebutkan 3 dampak yang ditimbulkan akibat tidak rutin
mengikuti program ANC dan jelaskan dengan contoh!
4. Sebutkan dan jelaskan program 10 T dalam program ANC?
5. Sebutkan faktor sosial determinan dalam strategi kualitas
pelayanan ANC?

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 23


DAFTAR PUSTAKA

Abdulmajeed Mohammed, A., Hamad Zaal, A., Youssef Fayez, H.,


Leejin Saleh Bin, K., Ola Haidar, W., Mhd. Salim, K., & Nadia
Mohammed, B. Lab Diagnosed Anemia among Women in
Alyamamah Hospital in Riyadh, Saudi Arabia. Egyptian Journal
of Hospital Medicine, 2018:70(1), 114117.
doi:10,12816/0042972
Abir, T., Ogbo, F. A., Stevens, G. J., Page, A. N., Milton, A. H., Agho,
K. E. The impact of Antenatal Care, Iron–Folic Acid
Supplementation and Tetanus Toxoid Vaccination During
Pregnancy on Child Mortality in Bangladesh. Plos ONE, 2017:
12(11), 1-14. doi: 10,1371/journal. pone. 0187090
Abou Zahr C, Wardlaw TM. Maternal Mortality at the End Decade:
What Sign of Progress? Bull World Health Organization.
2001;79: 561–73.
Abou-Zahr I, Lidia C, Wardlaw TM, Antenatal Care in Developing
Countries Promises, Achievements and Missed Opportunities.
An Analysis of Trends, Levels and Differentials, 1990–2001.
Geneva: WHO 2003
Addis Alene K, Mohamed Dohe A. Prevalence of Anemia and
Associated Factors Among Pregnant Women in an Urban Area
of Eastern Ethiopia. Anemia. 2014; 2014:7.
doi:10,1155/2014/561567
Agrawal, V., Jain, V., & Sahu, P., Cord Blood Iron Status in Maternal
Iron Deficiency Anemia. National Journal of Integrated
Research in Medicine, 2016:7(3), 21-24.
Alfirevic Z, Devane D, Gyte GM. Continuous Cardiotocography (CTG)
as a form of Electronic Fetal Monitoring (EFM) for Fetal
Assessment during Labour. Cochrane Database Syst Rev.

24 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


2013;5:CD006066. Allen,. Unwin, Crows Nest NSW 2065,
Australia
Anderson UD, Olsson MG, Kristensen KH, Akerstrom B, Hansson SR.
Review: Biochemical Markers to Predict Preeclampsia.
Placenta. 2012: Feb;33 Suppl: S42-7. [PubMed] doi:
10,1016/j.placenta.2011.11.021
Bai J, Wong FW, Bauman A, Mohsin M. Parity and Pregnancy
Outcomes. Am J Obset Gynecol. 2002; 186:274-8
Begum S. Age and Parity Related Problems Affecting Outcome of
Labor in Grand Multipara. Pak J Med 2003; 42:179-84.
Berg, C. J., Harper, M. A., Atkinson, S. M., Bell, E. A., Brown, H.
L.,Hage, M. L., et al. Preventability of Pregnancy-Related
Deaths: Results of a State-Wide Review. Obstetrics and
Gynecology, 2005:106 (6), 1228–1234. doi:
10,1097/01.aog.0000187894.71913.e8
Bhavadharini, B., Anjana, R. M., Deepa, M., Jayashree, G., Nrutya, S.,
Shobana, M., Mohan, V. Gestational Weight Gain and
Pregnancy Outcomes in Relation to Body Mass Index in Asian
Indian Women. Indian Journal of Endocrinology &
Metabolism, 2017:21(4), 588-593.
doi:10,4103/ijem.IJEM_557_16
Blondel B., et al. The Impact of the Increasing Number of Multiple
Births on the Rates of Preterm Birth and Low Birthweight: an
International Study. Am J Public Health, 2002:92: 1323-1330
Bukhari, N. H., Alaama, M. A., Alkhalili, B. M., Alharbi, E. F.,
Beshlawi, S. A., Alhamed, A. A., Ebrahim Assmary, Z. A.
Prematurity as an Obstetric Complication and Its Awareness in
Saudi Population. Egyptian Journal of Hospital Medicine, 2018:
70(10), 1847-1850, doi:10,12816/0044764
Choudhary AK, Tiwari SC, Dwivedi R. Factors Associated with Low
Birth Weight among Newborns in an Urban Slum Community
in Bhopal. Indian Journal of Public Health. 2013;57(1):20

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 25


Crider KS, Whitehead N, Buus RM, Genetic Variation Associated with
Preterm Birth: a HuGE review. Genet Med., 2005:7: 593-604.
Ernst, S. A., Brand, T., Reeske, A., Spallek, J., Petersen, K., Zeeb, H.
Care-Related and Maternal Risk Factors Associated with the
Antenatal Non Detection of Intrauterine Growth Restriction: A
Case-Control Study from Bremen, Germany. Biomed Research
International, 2017:1-10, doi:10,1155/2017/1746146
Eslamian, Z. L., Zarean, E., Moshfeghi, M., Heidari, Z. Evaluation of
the predictive value of fetal Doppler Ultrasound for Neonatal
Outcome from the 36th Week of Pregnancy. Journal Of
Research In Medical Sciences, 2018:1-8.
doi:10,4103/jrms.JRMS_133_17
Eslamian, Z., Zarean, E., Moshfeghi, M., Heidari, Z. (2018).
Evaluation of The Predictive Value of Fetal Doppler Ultrasound
for Neonatal Outcome from The 36th Week Of Pregnancy.
Journal of Research in Medical Sciences, 23(1), 1-13.
doi:10,4103/jrms.JRMS_133_17
Fan, D., Xia, Q., Liu, L., Wu, S., Tian, G., Wang, W., Liu, Z. (2017). The
Incidence of Postpartum Hemorrhage in Pregnant Women
with Placenta Previa: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Plos ONE, 12(1), 1-15. doi:10,1371/journal.pone.0170194
Gidey, G., Hailu, B., Nigus, K., Hailu, T., G/her, W., & Gerensea, H.
Timing of First Focused Antenatal Care Booking And
Associated Factors Among Pregnant Mothers Who Attend
Antenatal Care in Central Zone, Tigray, Ethiopia. BMC
Research Notes, 2017:101-6. doi:10,1186/s13104-0172938-5
Goldenberg RL, Culhane JF, Lams JD, Romero R. Epidemiology and
causes of preterm birth. Lancet. 2008; 371: 75–84. https://doi.
org/10,1016/S01406736 (08)60074-4 PMID:18177778
Granero-Belinchon, C., Roux, S. G., Abry, P., Doret, M., & Garnier, N.
B. Information Theory to Probe Intrapartum Fetal Heart Rate

26 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Dynamics. Entropy, 2017:19(12), 1-19.
doi:10,3390/e19120640
Gupta, A., Kant, S., Pandav, C. S., Gupta, S. K., Rai, S. K., Misra, P.
(2016). Dietary Calcium Intake, Serum Calcium Level, and their
Association with Preeclampsia in Rural North India. Indian
Journal Of Community Medicine, 41(6), 223-227.
doi:10,4103/0970-0218.183591
J A Hutcheon, S Lisonkova, K S Joseph. Epidemiology of Pre-
Eclampsia and The Other Hypertensive Disorders of
Pregnancy. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynecology. 2011; 25:391–403
Jafar, M. F. (2015). Hypertensive Disorders in Pregnancy.
Anesthesia, Pain & Intensive Care, 19(1), 80-86
Junejo, R. R., Junejo, R. R., Baloch, S., Sikandar, R., & Khaskheli, M.
Postpartum Haemorrhage; Frequency in Obese Primigravid
Women. Professional Medical Journal, 2017:24(7), 1016-1019.
doi:10,17957/TPMJ/ 7.3687
Kassa, G. M., Muche, A. A., Berhe, A. K., & Fekadu, G. A. Prevalence
and determinants of anemia among pregnant women in
Ethiopia; a Systematic Review and Meta-Analysis. BMC
Hematology, 2017:171-9. doi:10,1186/s12878-017-0090-z
Khan, N. R., Perveen, S., Begum, Z., Qayyum, R., Malik, R. Grand
Multiparity and Maternal Outcome in Absence of Adequate
Antenatal Care. JPMI: Journal Of Postgraduate Medical
Institute, 2017.31(1), 67-71.
Khatun, J. Obstetrical Outcome of Grand Multipara. Journal of
Bangladesh College Of Physicians & Surgeons, 2016:34(4),
184-187.
Kozuki N, Lee AC, Katz J; Child Health Epidemiology Reference
Group. Moderate to severe, but not mild, maternal anemia is
associated with increased risk of small for gestational age
outcomes. J Nutr 2012;142:358 62

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 27


Manerkar, K., Gokhale, D. Effect of Maternal Diet Diversity and
Physical Activity on Neonatal Birth Weight: A Study from
Urban Slums of Mumbai. Journal of Clinical and Diagnostic
Research, 2017:11(10), 7-11.
doi:10,7860/JCDR/2017/29261.10737
Mario S, et al. What is The Effectiveness of Antenatal Care?
(Supplement). Copenhagen: WHO Regional Office for
Europe;2005
Noronha JA, Khasawneb EA, Seshan V, Ramasubramaniam S, Raman
S. Anemia in pregnancy– Consequences and challenges: A
review of literature. J South Asian Fed Obstet Gynaecol
2012;4:64 70,
Ningrum., Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah
Anemia. 2009.
Ohno Y, Kawai M, Wakahara Y, Kitagawa T, Kakihara M, Arii Y.
Transcranial Assessment of Maternal Cerebral Blood Flow
Velocity in Patients with Preeclampsia. Acta Obstetry
Gynecology Scand. 1997; 76:928-32.
P., Basinda, N., & Sundby, J. Antenatal Care and Opportunities For
Quality Improvement Of Service Provision In Resource Limited
Settings: A Mixed Methods Study. Plos ONE, 2017:12(12), 1-
15. DOI: 10,1371/Journal.Pone.0188279
Paul R, Nickerson H, Kurt A, Richard L and James A, Prevention of
iron deficiency anemia in adolescent and adult pregnancies.
Clinical Medicine & Research, 2003:1 (1):29-36.
Pay, A. D., Wiik, J., Backe, B., Jacobsson, B., Strandell, A., Klovning, A.
Symphysis Fundus Height Measurement To Predict Small for
Gestational Age Status At Birth: a Systematic Review. BMC
Pregnancy & Childbirth, 2015:15(1), 1-9. doi:10,1186/s12884-
015-0461-z
Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
page:175

28 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


R. K. Creasy and R. Resnik, Intrauterine Growth Restriction in Creasy
and Resniks Maternal Fetal Medicine: Principles and Practice,
Elsevier Health Sciences, Philadelphia, Pa, USA Eds., 2014:pp.
743–755,
Rabinowitz, Phil et all,. Addressing Social Determinants of Health
and Development Center for Community Health and
Development. Community Tool Box, University of Kansas,
Kansas, 2010
Rayamajhi R, Thapa M, Pande S. The Challenge of Grand Multiparity
in Obstetric Practice. Kathmandu Univ Med J (KUMJ) 2006;
4:70-4.
Risqi Dewi Aisyah, D.R. Suparni, Susiatmi, A.S, Evaluasi Pelaksanaan
Standar 10 T Dalam Pelayanan Antenatal Terpadu, Jurnal
Kebidanan, Vol. IX, No. 01, Juni 2017:74-81
Ronnenberg,. AG, Wang X, Xing H, Chen C, Chen D, Guang W, et al.
Low Preconception Body Mass Index Is Associated With Birth
Outcome in a Prospective Cohort of Chinese Women. The
Journal of Nutrition. 2003; 11: 133-143.
Saranya S,D. Aishwarya. Comparative Study of Maternal Socio-
Demographic Factors and Low Birth Weight of New-Born at a
Tertiary Care Hospital in Chennai, India. IAIM, 2017; 4(11):207-
213.
Sarki, A. M. Neonatal Resuscitation Training and Equipment in
Private Health Institutions in Kano Metropolis. Nigerian
Journal of Basic and Clinical Sciences, 2017:14(2), 117-120,
doi:10,4103/njbcs.njbcs_52_16
Scholl TO, Hediger., ML, Fischer RL, Shearer JW. Anemia vs iron
deficiency: Increased Risk of Preterm Delivery in a Prospective
Study. Am. J. Clin. Nutr. 1992; 55: 985–988.
Schorn, M. N. (2010). Measurement of Blood Loss Review of the
literature. Journal of Midwifery and Women’s Health, 55 (1),
20–27. doi: 10,1016/j.jmwh.2009.02.014

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 29


Shen, M., Smith, G. N., Rodger, M., White, R. R., Walker, M. C., &
Wen, S. W. Comparison of Risk Factors and Outcomes of
Gestational Hypertension and Pre-eclampsia. Plos ONE,
2017:12(4), 1-13. doi:10,1371/journal.pone. 175914
Sholeye, O. O., Animasahun, V. J., Shorunmu, T. O. Anemia in
pregnancy and Its Associated Factors Among Primary Care
Clients in Sagamu, Southwest, Nigeria: A Facility - Based Study.
Journal of Family Medicine and Primary Care, 2017:6(2), 323-
329. doi: 10,4103/jfmpc. jfmpc_74_16
Singh, A., Pallikadavath, S., Ogollah, R., Stones, W., Maternal
Tetanus Toxoid Vaccination and Neonatal Mortality in Rural
North India. Plos ONE, 2012:7(11), 1-7.
doi:10,1371/journal.pone.0048891
Smith, N. Antenatal Education An Historical And Personal Overview.
International Journal of Birth & Parent Education, 2015:2(3),
41–44.
Solnes Miltenburg, A., Van Der Eem, L., Nyanza, E. C., Van Pelt, S.,
Ndaki, P., Basinda, N., & Sundby, J. Antenatal Care and
Opportunities For Quality Improvement Of Service Provision In
Resource Limited Settings: A Mixed Methods Study. Plos ONE,
2017:12(12), 1-15. DOI: 10,1371/Journal.Pone.0188279
Susanti, A. I., Sahiratmadja, E., Winarno, G., Sugianli, A. K., Susanto,
H., & Panigoro, R. Low Haemoglobin among Pregnant Women
in Midwives Practice of Primary Health Care Jatinangor
Indonesia: Iron Deficiency Anemia or ß-Thalassemia Trait?.
Anemia (20901267), 2017:1-5. doi: 10,1155/2017/6935648
T Draycott, G Lewis, I Stephen. 8th 1. Report of the Confidential
Enquiries into Maternal Deaths in the United Kingdom. Centre
for Maternal and Child Enquiries (CMACE), BJOG 118(1), e12–
e21
Tesfaye, G., Loxton, D., Chojenta, C., Semahegn, A., & Smith, R.
Delayed Initiation Of Antenatal Care and Associated Factors In

30 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Ethiopia: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Reproductive Health, 2017:141-17. Doi:10,1186/s12978-017-
0412-4
Tochie, J. N., Choukem, S., Langmia, R. N., Barla, E., Koki Ndombo, P.
Neonatal Respiratory Distress in a Reference Neonatal Unit in
Cameroon: an Analysis of Prevalence, Predictors, Etiologies
and Outcomes. Pan African Medical Journal, 2016:241-10,
doi:10,11604/pamj.2016.24.152.7066
Tuncalp O, Hofmeyr GJ, Gülmezoglu AM. Prostaglandins for
Preventing Postpartum Haemorrhage. Cochrane Database Syst
Rev. 2012 Aug 15; (8):18-24
Villar J, Kahn Neelofur, D. Patterns of Routine Antenatal Care for
Low-Risk Pregnancy (Cochrane Review). In: The Cochrane
Library, Issue 4. Oxford: Update Software, 2000.
WHO. Global nutrition targets 2025: Low Birth Weight Policy Brief
(WHO/N MH/NHD/14.5). Geneva: World Health Organization,
2014
Wilcox, L., Ramprasad. C., Gutierrez, A., Oden, M., Richards Kortum,
R., Sangi Haghpeykar. H., & Gandhi, M. Diagnosing Postpartum
Hemorrhage: A New Way to Assess Blood Loss in a Low-
Resource Setting. Maternal and Child Health Journal, 2017:
21(3), 516-523. doi:10,1007/s10995-0162135-5
World Health Organization. Closing The Gaps in A Genera on; Health
Equity through Action on the Social Determinants of Health.
World Health Organization, Geneva. 2008
World Health Organization. Pregnancy, Childbirth, Postpartum and
Newborn Care: A Guide for Essential Practice. Geneva: WHO;
2006
Yu, Z., Han, S., Zhu, J., Sun, X., Ji, C., & Guo, X. Pre-Pregnancy Body
Mass Index in Relation to Infant Birth Weight and Offspring
Overweight/Obesity: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Plos ONE, 2013: 8(4), 1-12 doi:10,1371/journal.pone.0061627

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 31


Zwart JJ, Richters JM, Ory F, deVries JI, Bloemenkamp KW, van
Roosmalen J. Severe maternal morbidity during pregnancy,
delivery and puerperium in the Netherlands: a Nation wide
Population Based Study of 371,000 pregnancies. BJOG.
2008;115:842–50,
doi.org/10,1111/j.14710528.2008.01713.xPMID:18485162

32 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


BAB 2
KEPATUHAN ANC MELALUI
ECOLOGICAL APPROACH

A. ECOLOGICAL APPROACH
Secara umum faktor penyebab rendahnya angka kunjungan ANC
antara lain: Faktor Ibu antara lain: pendidikan, tingkat pengetahuan,
sikap, dan persepsi, kepercayaan, status ekonomi, sosial budaya,
dukungan keluarga terhadap kunjungan ANC (Rosdinar, 2006, Lisa,
2012 dan Abor, 2011). Faktor tenaga kesehatan: kecukupan tenaga
kesehatan, kompetensi petugas kesehatan dan ketepatan rujukan.
Kekurangan tenaga ahli merupakan penghambat dalam pencapaian
SDGs (Essendi, 2010 dan Zere, 2010). Faktor fasilitas layanan, akses,
kelengkapan peralatan, kualitas layanan, jarak ke fasilitas Kesehatan
(Say, L, 2007 dan Okonofua, 2017).
Ecological Approach adalah metode analisis yang
menitikberatkan pada interaksi manusia dengan aktifitas pada
lingkungannya. Sehingga berbagai kegiatan-kegiatan tersebut
terfokus pada interaksi lingkungan, sosial, ekonomi dan kultural
(Smedley, 2000). Pada penelitian ini faktor penyebab kepatuhan
ANC melalui Ecological Approach (Glanz, 1997). yaitu:
1. Intrapersonal
Tingkat individu adalah yang paling mendasar dalam praktik
promosi kesehatan dan mempengaruhi perilaku individu. Banyak
petugas kesehatan telah melakukan beberapa kegiatan atau
program antara lain konseling pasien. Individu sering menjadi target
utama untuk pemberian materi kesehatan. Perilaku individu adalah
unit dasar dari kelompok perilaku, perubahan perilaku individu,
perilaku kelompok, organisasi dan komunitas. Individu dapat
berpartisipasi dalam kelompok, kelola organisasi yang mengatur
kebijakan.
Selain mengeksplorasi perilaku, teoriperilaku inividu fokus pada
faktor intrapersonal yaitu faktor yang bersalal dari dalam diri atau
pikiran individu. Faktor Intrapersonal terdiri dari: pengetahuan,
sikap, keyakinan, motivasi, konsep diri, usia, riwayat perkembangan,
pengalaman masa lalu dan keterampilan (Anjum, 2015).
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (El-Sherbini, 1993, Ibrahim, 2014, Henok,
2015 dan Titaley, 2010). Pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan.
Rendahnya pendidikan ibu hamil akan mempengaruhi kepatuhan
pemeriksaan kehamilan (Overbosch, 2004, Simkhada, 2008 dan
Blondel, 1993)
Unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa
yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau
diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu
melaksanakan ANC. Usia adalah umur yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja.

34 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir
semakin matang dan teratur melakukan ANC (Raatikainen, 2007).
Faktor lain dalam intrapersonal adalah sikap ibu hamil. Sikap ibu
hamil berhubungan dengan kepatuhan ANC antara lain di
Puskesmas Umbulhardjo Yogyakarta, Aceh Tenggara dan Kabupaten
Treanggalek (Armaya, 2018; Siwi, 2017; Gulema, 2017. Sikap yang
lebih baik pada ibu hamil terhadap perilaku kepedulian dalam
melakukan kunjungan ANC merupakan faktor yang sangat
berpengaruh untuk kesehatan ibu selama masa kehamilan. Menurut
Theory of planned behavior, sikap individu dalam berperilaku atau
melakukan sesuatu aktifitas juga dipengaruhi oleh persepsi, norma
dan kepercayaan budaya setempat sehingga individu mau
melakukan perubahan sikap tersebut (Ogden, 2004). Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan individu untuk melakukan
tindakan dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan tindakan atau aktivitas.
Mitos atau kepercayaan terhadap kehamilan yang dianut oleh
suku tertentu dapat mempengaruhi kepatuhan kunjungan ANC.
Suku akid di Kota Dumai menyatakan bahwa bila usia belum
mencapai tiga bulan masih tabu untuk memeriksakan kehamilan
dan ibu diharuskan berada di dalam rumah saja.
Menurut penelitian lain di Desa Karangsari, Kabupaten Garut
dan di Desa Tanjung Limau, Kalimantan Timur juga masih mengikuti
kebiasaan dan juga pantangan atau larangan yang harus dihindari
oleh ibu hamil. Mereka berkeyakinan jika pantangan itu dilanggar
mengakibatkan hal buruk pada ibu dan bayi yang dikandungnya
(Juariah, 2018; Nurrachmawati, 2010).
Meski belum ada penelitian ilmiah terkait kepercayaan atau
mitos tersebut tetapi masyarakat beberapa daerah di Indonesia

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 35


masih memegang teguh budaya tersebut. Beberapa mitos yang
masih jadi budaya dan kebiasaan masyarakat Kota Dumai, Riau
antara lain: tidak boleh minum air tebu, nenas, usia kehamilan tidak
boleh diucapkan, tidak boleh membunuh binatang, membawa duri
landak selama masa kehamilan (Ismainar, 2020).
Bila ditelaah kembali menurut Social Cognitive Theory, sikap
individu dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan dan interaksi
dengan orang disekitarnya (Glanz, 2002; Bandura, 1977). Bisa saja
interaksi yang terjadi antara ibu hamil dan orang disekeliling mereka
mengakibatkan mitos atau kepercayaan tersebut membudaya.
Tentu ada unsur interaksi timbal balik antara individu dan
lingkungan sekitar.
Ekspektasi ibu terhadap pelayanan yang diterima terkadang
tidak sesuai dengan keinginan. Pengalaman yang dirasakan, tingkat
emosional individu, kontrol diri yang kurang baik dalam penerimaan
layanan kesehatan sehingga membuat ibu bersikap negatif terhadap
pelayanan tersebut (Fertman, 2010).
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola fikir individu
karena kemampuan untuk memperoleh informasi, kematangan
berfikir diikuti oleh status tingkat pendidikannya. Ibu yang tinggal
didaerah pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah, sosial
ekonomi yang rendah memiliki kecenderungan tidak melakukan
kunjungan ANC secara rutin sehingga perlu perhatian khusus untuk
kelompok ini (Noh, 2019).
Teori tentang pengetahuan, pendidikan interaksional melihat
pengetahuan yang didasarkan oleh pengamatan dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang. Jika ingin memperoleh
sebuah kebenaran yang dapat dimengerti secara mendalam, maka
dilakukan interaksi antara sesama manusia. Tingkat pendidikan,
status pekerjaan mempengaruhi ibu untuk mengakses layanan
Kesehatan (Muktiana, 2015; Ali, 2018).

36 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Beberapa upaya harus dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pengetahuan dan kesadaran serta keinginan untuk
memperoleh informasi tentang kesehatan ibu hamil adalah peran
aktif tenaga kesehatan khususnya bidan merespon hal ini. Meski
kerjasama dengan pihak lain seperti lintas sektor dan peran
Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan.
Pemberikan informasi yang tepat tentang perawatan ANC dan
layanan medis serta konsultasi sehingga ibu dapat memperoleh
pengetahuan yang akurat tentang sistem perawatan kesehatan dan
menghargai tujuan dan pentingnya ANC (Miao, 2008). Pemberian
edukasi dapat dilakukan dalam bentuk Group Prenatal Care (GPC)
yaitu pendekatan terintegrasi dalam menggabungkan dukungan
sebaya dan pendidikan kesehatan yang menyediakan perawatan
prenatal dalam pengaturan grup atau berkelompok (Sultana, 2019).
Bila pemahaman dan informasi tentang kesehatan ibu diberikan
lebih awal, secara sistematis dan berkelanjutan maka diharapkan
angka kunjungan ANC dapat memenuhi standar minimum KI dan K4
yang ditetapkan pemerintah.

2. Interpersonal
Pada tingkat interpersonal, teori kesehatan perilaku
menganggap individu ada didalam dan dipengaruhi oleh lingkungan
sosial. Pendapat, pikiran, perilaku, saran dan dukungan dari orang-
orang di sekitarnya mempengaruhi perasaan dan perilaku. Individu
juga memiliki pengaruh timbal balik (Smedley, 2000)
Interpersonal adalah sosial lingkungan termasuk anggota
keluarga, rekan kerja, teman, profesional kesehatan dan lain-lain.
Karena itu mempengaruhi perilaku, lingkungan sosial juga
berdampak pada kesehatan. Banyak teori fokus pada tingkat
interpersonal, tetapi ini menyoroti Social Cognitif Theory (SCT). SCT
adalah salah satunya kesehatan yang paling sering digunakan untuk
teori perilaku. Ini mengeksplorasi timbal balik interaksi orang,

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 37


lingkungan dan psikososial determinan perilaku Kesehatan (Smedley,
2000).
Membangun dukungan sosial dari keluarga, teman-teman,
kelompok mendukung kepatuhan terhadap program pemeriksaan
seperti kenaikan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan
konsumsi alcohol (Jensen, 2016). Dukungan sosial secara psikologis
dapat mempengaruhi mood ibu dan bila tidak dikelola akan
mengakibatkan depresi (Rashid, 2017).
Beberapa negara di Asia, termasuk Malaysia, dukungan fisik,
emosi, sosial, dan dukungan teman dan keluarga sangat dibutuhkan
selama kehamilan dan persalinan ibu. Lingkungan yang harmonis
dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada ibu dan
bayinya selama proses kehamilan (Lee, 2004 dan Misri, 2007).
Ibu yang sedang hamil sangat membutuhkan dukungan dari
orang-orang terdekat, yaitu keluarga seperti suami, ibu mertua.
Dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan: (1)
Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan
meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan
gizi. (2) Mengingatkan, misalnya kapan harus minum obat, kapan
istirahat serta kapan saatnya kontrol. (3) Menyiapkan obat yang
harus diminum oleh pasien. (4) Memberikan motivasi ibu hamil
untuk ANC (Chortatos, 2013)
Motivasi ibu dalam pelaksanaan ANC akan semakin teratur jika
mendapat dukungan besar dari keluarga. Dukungan sosial suami
yang sangat diharapkan antara lain: menunjukkan kebahagiaan,
memperhatikan kesehatan, mengantar dan memahami istri, tidak
menyakiti, berdo’a untuk keselamatan istri dan menunggu ketika
istri dalam proses persalinan (Kowlessar, 2015 dan Chin, 2011).
Program pendidikan kelompok antenatal yang berorientasi
keluarga memiliki potensi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesiapan persalinan. Kesadaran perlunya dukungan keluarga di
antara ibu hamil dan keluarganya di pedesaan Tanzania dilakukan

38 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


dengan cara mengajarkan keluarga tentang kehamilan dan
persiapan kebutuhan persalinan melalui pemutaran video.
Program tersebut diberi nama “family Oriented Antenatal Group
Educational Program”. Masyarakat awam, petugas kesehatan atau
dukun bayi juga dapat menggunakan media tersebut di wilayah
pedesaan. Faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian
tersebut adalah: dukungan keluarga, persiapan biaya dan makanan
selama masa kehamilan, persiapan persalinan. Hasilnya penelitian
ini dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang kehamilan
dan persiapan persalinan (Shimpuku, 2018)
Suami merupakan bagian penting dari keluarga, maka dukungan
suami sangatlah diperlukan dalam menentukan berbagai keputusan
yang diambil di keluarga. Dukungan merupakan salah satu faktor
penguat (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam berperilaku (Mulyanti, 2016; Sumiati, 2012). Beberapa
bentuk dukungan suami yang didambakan istri antara lain: terlihat
bahagia memperoleh keturunan, memperhatikan kesehatan istri,
menghibur, menenangkan, menasihati, menunggui, berdoa
(Subratha, 2014).
Keputusan seorang ibu dibeberapa negara berkembang, untuk
memanfaatkan layanan kesehatan tidak dibuat oleh wanita itu
sendiri tetapi oleh anggota keluarga lainnya. Persepsi anggota
keluarga tentang siapa yang paling berpengaruh untuk membuat
keputusan menggunakan layanan. Penelitian di Nepal menemukan
bahwa pengaruh keluarga dalam pengambilan keputusan memilih
layanan kesehatan ibu hamil. Penelitian tersebut mengatakan
bahwa suami lebih berpengaruh, terutama pada ibu muda. Dengan
demikian, keterlibatan suami sangat penting sebagai strategi untuk
meningkatkan layanan kesehatan ibu di Nepal (Upadhyay, 2014).
Selain dukungan suami dan keluarga, dukungan teman juga
berpengaruh dalam peningkatan kepatuhan ANC. Teman perlu
memotivasi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC. Hal ini

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 39


sejalan dengan penelitian di Puskesmas Kaliwates Kabupaten
Jember yang merekomendasikan agar masyarakat turut
memberikan motivasi pada ibu hamil untuk melakukan kunjungan
ANC (Hardiani, 2012). Hal ini juga didukung oleh teori Green yang
menjelaskan bahwa dukungan teman menjadi reinfocing factors
(faktor penguat) dalam mengubah perilaku individu (Green, 2005)
Selain itu, peran Tokoh Masyarakat (TOMA) juga memberikan
pengaruh terhadap persepsi dan perilaku ibu hamil. Penelitian di
Puskesmas Mergansan Yokyakarta menyebutkan bahwa dukungan
TOMA ini berhubungan dengan kunjungan ANC (Nita, 2014). Hal ini
dapat menjelaskan bahwa sesungguhnya peran TOMA ini masih
memberi pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam program kesehatan di sebuah wilayah.

3. Institusi
Pada faktor institusi ini, ketersedian fasilitas layanan kesehatan
dan ketersediaan Sumber Daya Manusia terutama tenaga kesehatan
menjadi unsur penting dalam keberhasilan sebuah program layanan
kesehatan disuatu wilayah. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah
suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah atau masyarakat (Permenkes No. 28 tahun 2017)
Akomodasi dapat mempengaruhi kepatuhan ANC karena jarak
dan waktu biasanya ibu cenderung malas melakukan kunjungan
ANC. Pada akses layanan yang terjangkau akan lebih memilih akses
dan fasilitas tersebut (Wulandari, 2017). Program Jaminan
Kesehatan Nasional bertujuan mempermudah masyarakat
mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu. Maka perlu
dilakukan analisis peran pemerintah daerah terhadap ketersediaan
fasilitas kesehatan tersebut. Pelayanan regulasi layanan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun badan independen

40 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


memberikan jaminan bahwa regulasi tersebut memberikan jaminan
untuk masyarakat secara umum.
Peran pemerintah sangat dipicu dengan semakin maraknya
sektor swasta sebagai penyedia pelayanan kesehatan, mulai dari
praktik mandiri, praktik berkelompok, laboratorium, apotik, klinik‐
klinik hingga rumah sakit. Fakta ini semakin mendorong pemerintah
untuk segera bergerak dari peran sebagai penyedia pelayanan
layanan kesehatan sebagai regulator pelayanan. Fasilitas kesehatan
secara umum mulai dilengkapi oleh pemerintah pusat melalui
kebijakan pemerintah daerah.
Standar kompetensi bidan sebagai penggerak utama dalam
layanan kepatuhan ANC menjadi indikator penting dalam
peningkatan mutu dan kualitas layanan. Setiap bidan harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Bidan (STRB) dan sertifikasi Surat Izin Bidan
(SIB). Bidan yang akan melakukan praktik mandiri harus memiliki
Surat izin Praktik Bidan (SIPB). Sistem pengembangan kompetensi
dan kualitas bidan juga harus diperhatikan. Program pelatihan
Asuhan Persalinan Normal (APN) juga menjadi indikator seorang
bidan tersertifikasi melakukan pertolongan persalinan.
Kehadiran bidan dan tenaga kesehatan yang terampil
merupakan fungsi pencegahan dan indikator atau tolak ukur dalam
menjamin kesehatan ibu selama menjalani kehamilan dan
persalinan (Nyongesa, 2018). Sekitar 16-33% dari kematian ibu
dapat dihindari jika diawasi oleh tenaga kesehatan yang terampil
dan profesional (WHO, 2004; KNBS, 2010; Crowe, 2015; Ross, 2012;
Ronsmans, 2006).

4. Komunitas
Komunitas sering dipahami pada istilah geografis, tetapi juga
dapat didefinisikan dengan kriteria lain juga. Saat merencanakan
tingkat komunitas intervensi sangat penting untuk dipelajari
karakteristik unik komunitas. Ini terutama terjadi saat berbicara

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 41


masalah kesehatan secara etnis atau budaya beragam komunitas
(Smedley, 2000)
Program promosi kesehatan yang komprehensif sering
menggunakan teknik advokasi untuk membantu mendukung
perubahan perilaku individu dengan perubahan organisasi dan
peraturan. Di beberapa tahun terakhir, alat dan metode inovatif
untuk evaluasi dan pengukuran dikembangkan untuk menangkap
keberhasilan upaya promosi kesehatan tingkat masyarakat.
Pada unsur komunitas beberapa yang termasuk dalam ecological
approach yaitu: norma, sosial budaya, peran dan ketersediaan
media menjadi sebuah rangkaian interaksi individu. Norma adalah
kaidah atau aturan yang berlaku bagi tingkah laku manusia yang
berisi perintah, larangan, dan sanksi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), norma adalah aturan atau ketentuan yang
mengikat warga kelompok dalam masyarakat (Sugono, 2008).
Norma dan sosial budaya yang berlaku dimasyarakat dalam dapat
mempengaruhi pelaksanaan kunjungan ANC (Agustine, 2019).
Media juga berperan dalam kepatuhan kunjungan ANC (Acharya,
2015).
Meningkatkan kepedulian ibu hamil akan keterpaparan dengan
media akan dapat meningkatkan pemanfaatan kunjungan ANC.
Faktor peningkatan kunjungan ANC salah satunya adalah peran
media (Takelab, 2019; Birmeta, 2013). Sebuah penelitian di
Yokyakarta menemukan solusi bagi daerah dengan ekonomi
menengah kebawah. Membangun sebuah aplikasi diberi nama SMS
gateway. Aplikasi in tidak memerlukan modal yang besar. Faktor
terpenting minimal memiliki komputer beserta handphone, kabel
data yang dapat menghubungkan ponsel dengan komputer) dan
aplikasi.
Pengoperasian aplikasi ini dengan cara input data keluhan
pasien, lalu server menjawab hal apa saja yang bisa dilakukan oleh

42 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


pasien. Berupa penjelasan gejala yang muncul, tindakan
pencegahan serta pengobatan dasar diawal kejadian (Buyung, 2015).
Media cetak seperti koran, majalah wanita perlahan ditinggalkan
dan beralih kepada akses youtube atau sejenisnya. Sama halnya
juga media elekronik seperti televisi dan konten-konten kesehatan
ibu hamil masih sangat minim. Beberapa penelitian telah
menemukan bahwa wanita dengan level menengah keatas yang
terpapar media massa, seperti televisi dan radio, lebih mungkin
meningkatkan kepatuhan ANC (Awasthi, 2018; Sharma, 2004).
Fungsi penting media sosial sangat dibutuhkan sebagai media
komunikasi, mempersingkat jarak, kedekatan antara bidan dan ibu
hamil. Penelitian di Swedia tentang pengalaman ibu menjalani
kehamilan yang dipicu oleh kekerasan pasangan. Kecenderungan
hanya menyimpan dan tidak terbuka tentang kekerasan yang
dialami mengakibatkan stress dan depresi yang berakibat buruk
terhadap janin (Engnes, 2013).
Penelitian di Canada mengatakan bahwa peran media sangat
berpengaruh dalam meningkatkan uji klinis dalam kehamilan
sehingga lebih efisien dan hemat biaya. Adapun media sosial yang
digunakannya adalah: facebook, twitter, local online, online
discussion forums, institusional dan sponsor’s website (Shere, 2014;
Prieto, 2014).
Media massa merupakan sarana untuk pengembangan budaya,
bukan hanya budaya dalam arti seni tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma. Peran
media dalam perkembangan bahkan merubah pola tingkah laku
masyarakat, oleh karena itu posisi media dalam masyarakat sangat
penting.
Media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat masal
sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya perorang tapi
ribuan pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat
terlihat di permukaan. Industri media massa berkembang pesat saat

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 43


ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya stasiun televisi, stasiun radio,
perusahaan media cetak, majalah dan media cetak lainnya.

5. Kebijakan Publik
Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Konsep dari
kebijakan publik dapat diartikan sebagai adanya suatu negara yang
kokoh dan memiliki kewenangan serta legitimasi, mewakili suatu
masyarakat dengan menggunakan administrasi dan teknik yang
berkompeten terhadap keuangan dan implementasi dalam
mengatur kebijakan. Kebijakan kesehatan harus berdasarkan
pembuktian yang menggunakan pendekatan problem solving secara
linear (Massie, 2009).
Kebijakan adalah suatu konsensus atau kesepakatan terhadap
suatu persoalan, di mana sasaran dan tujuannya diarahkan pada
suatu prioritas yang bertujuan, dan memiliki petunjuk utama untuk
mencapainya. Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara
atau tindakan yang berpengaruh terhadap perangkat institusi,
organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari
sistem Kesehatan (Walt, 1994)
Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan
(Bornemisza, 2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber
daya, struktur organisasi, manajemen, penunjang lain dan
pelayanan Kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan kesehatan yang
terdiri dari regulasi kebijakan internal, eksternal, dari pemerintah
daerah, pemerintah pusat yang bertujuan untuk mendisain dan
menyusun program-program kesehatan di tingkat pusat dan lokal
agar dapat dilakukan perubahan terhadap determinan kesehatan
termasuk kebijakan kesehatan internasional (Davies, 2001, Milio,
2001, Hunter, 2005, Labonte, 1998, Mohindra, 2007).
Pembuatan kebijakan atau aturan kesehatan tidak lepas dari
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Melibatkan
banyak pihak diikuti oleh proses perencanaan jangka pendek,

44 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


menengah dan jangka panjang. Pertimbangan anggaran dan
kemampuan PEMDA dalam implementasi program menjadi
indikator utama dalam penerapan sebuah kebijakan. Regulasi
pelayanan kesehatan adalah upaya publik untuk memberikan
pengaruh terhadap perilaku dan fungsi organisasi atau perorangan
dalam pelayanan. Untuk mengatasi kekurangan bidan perlu regulasi
biasanya mengacu pada kegunaan kekuasaan mengubah perilaku
dan organisasi dengan peraturan sistem Kesehatan (Syafari, 2013).
Peran Dinas Kesehatan dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
sangat vital dalam regulasi distribusi tersebut tetapi regulasi
kompromistis yang dilakukan selama ini belum dapat mengatasi
masalah distribusi penempatan tenaga bidan. Proses distribusi
tenaga kesehatan memang menjadi tanggungjawab bersama.
Pemetaan yang baik terhadap kekurangan dan ketersediaan tenaga
kesehatan menjadi dasar dalam sistem rekrutmen dan distribusi
tenaga kesehatan tersebut.
Pemberlakuan pola insentif yang memperlihatkan apresiasi dan
keberpihakan pemerintah terhadap tenaga kesehatan yang berada
di daerah menjadi upaya untuk memperbesar minat, motivasi
meningkatkan penempatan SDM kesehatan didaerah. Penerimaan
insentif biaya persalinan untuk tenaga bidan masih dirasakan kurang
sehingga antusias bidan jejaring Puskesmas yang melayani pasien
Jampersal belum optimal.
Beberapa ahli mengatakan bahwa pemberian gaji pokok (basic
salary) hanya dapat membuat para pekerja merasa aman, namun
tidak mampu memberikan motivasi. Upah yang dikaitkan dengan
kinerja (insentif) dikatakan mampu memberikan motivasi untuk
meningkatkan produktivitas kerja individu (Finlay, 1995; DeSantis,
1996)
Pemberlakuan pola insentif yang memperlihatkan apresiasi dan
keberpihakan terhadap tenaga kesehatan yang berada di daerah
menjadi sebuah upaya untuk memenuhi tuntutan asas keadilan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 45


dalam sistem kompensasi. Berbagai alternatif bentuk insentif yang
diberikan dapat berupa material atau non-material. Pemilihan
bentuk insentif didasarkan pada karakteristik daerah dan
kemampuan Pemerintah Daerah.

B. KEUNGGULAN ECOLOGICAL APPROACH


Penggunaan ecological approach dalam penelitian ilmiah
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan
lainnya, yaitu:
1. Ecological Approach ini dikelompokkan menjadi lima bagian
dalam melihat perilaku kepatuhan ANC, yaitu: intrapersonal,
interpersonal, institusi, komunitas dan kebijakan publik.
Sehingga potret dominan perilaku ibu hamil terhadap kepatuhan
ANC dapat terlihat dalam tiap pengelompokkan tersebut. Hal ini
memudahkan dalam penentuan pemecahan masalah sebuah
wilayah.

46 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


2. Ecological Approach ini melihat dari aspek geografis. Sehingga
bagi wilayah yang memiliki letak geografis yang sama (sub-
urban), model teoritik ini dapat digunakan memecahkan
persoalan kepatuhan ANC.
3. Ecological Approach ini berpusat pada interaksi individu dengan
lingkungan sekitarnya. Artinya penyebab kepatuhan ANC
tersebut merupakan sebab akibat dari interaksi individu dengan
lingkungannya. Sehingga bila pendekatan ekologi ini digunakan
maka akan tergambar faktor yang dominan pada suatu wilayah.
Pendekatan ekologi ini sangat cocok digunakan untuk penelitian
sosial yang melihat perilaku individu dan interaksinya dengan
lingkungan

C. POLA KEPATUHAN ANC MELALUI ECOLOGICAL


APPROACH
1. Faktor Intrapersonal
Skema keterkaitan antar faktor intrapersonal dan keterlibatan
faktor lain yang mempengaruhi perubahan sikap ibu hamil.
Perubahan sikap yang dapat meningkatkan kepatuhan ANC pada ibu
hamil dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2
Pola Faktor Intrapersonal terhadap Perilaku Kepatuhan ANC

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 47


Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa sikap ibu hamil
dalam kunjungan kepatuhan ANC dipengaruhi oleh persepsi, mitos
atau kepercayaan dan interaksi lingkungan setempat. Masih
tingginya kepercayaan masyarakat setempat terhadap mitos-mitos
tentang kehamilan sehingga berpengaruh terhadap pola fikir ibu
hamil tersebut. Fasilitas layanan Kesehatan juga memberi pengaruh
terhadap sikap dan perilaku. Tren komunikasi dalam pemanfaatan
media sosial, elektronik, dukungan informasi dari keluarga dan
masyarakat. Keterlibatan pemerintah daerah terutama Dinas
Kesehatan dalam peningkatan program Kesehatan ibu hamil sangat
diperlukan bagi ibu hamil.

2. Faktor Interpersonal
Peran dan dukungan suami, keluarga, teman dan Toma
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Interaksi ibu
hamil dengan orang-orang disekelilingnya secara langsung dapat
merubah sikap dan perilaku ibu. Pada gambar berikut terlihat pola
faktor dukungan dan hambatan yang dialami ibu hamil terhadap
kepatuhan perilaku kunjungan ANC.

Gambar 2.3
Pola Faktor Interpersonal terhadap Perilaku Kepatuhan ANC

48 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Pemetaan beberapa hambatan yang disusun pada gambar
tersebut tersebut dapat diantisipasi dengan melibatkan seluruh
komponen terdekat ibu hamil tersebut untuk peduli dengan
kesehatan ibu hamil hingga proses persalinan. Bentuk keterlibatan
suami, keluarga, teman dan Toma perlu diidentifikasi sehingga tidak
menjadi faktor penghambat dalam kepatuhan kunjungan ANC.

3. Faktor Institusi
Indikator keberhasilan layanan kesehatan terutama Puskesmas
sebagai layanan tingkat pertama dalam menjalankan programnya
ditentukan oleh SDM yang seimbang antara tenaga pengobatan
dengan tenaga promotif dan preventif. Namun masalah yang
dihadapi adalah distribusi SDM yang belum merata. Pemetaan
ketersediaan bidan dan proses pengembangan dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 2.4
Pola Faktor Insitusi Ketersediaan dan Pengembangan Bidan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 49


Sebagai wadah penyelenggara upaya kesehatan masyarakat dan
perseorangan tingkat pertama, pemerintah harus berupaya dengan
sungguh-sungguh mengatasi masalah Puskesmas yang ada saat ini.
Upaya membangun Puskesmas yang berakreditasi baik, kualitas
kesehatan masyarakat Indonesia akan meningkat.
Pemerintah Daerah harus mampu mengakomodir pembangunan
fasilitas gedung Puskesmas induk dengan peralatan dan akses lokasi
yang terjangkau. Selain kemampuan atau kompetensi tenaga
kesehatan, kenyamanan fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
alasan kepuasan penerima layanan meski hanya sekedar persepsi
ketidakpuasan lingkungan fisik karena kursi di ruang tunggu yang
kurang baik. Selain fasilitas sebenarnya pasien lebih membutuhkan
edukasi dan informasi layanan yang diterima (Ekane, 2015; Jallow,
2012, Joshi, 2019).
Puskesmas ditunjuk sebagai unit pelaksana pembangunan
kesehatan di wilayah kecamatan yang merupakan ujung tombak
dalam pemberian pelayanan kesehatan dalam menunjang
keberhasilan visi Indonesia sehat. Keberhasilan akan terlihat dari
penataan dan pengelolaan nakes untuk melaksanakan kegiatan
tugas pokok dan fungsi Puskesmas.
Pola dalam pencarian pelayanan kesehatan seperti yang
digambarkan tersebut dapat tertata baik bila fasilitas dan
kompetensi tenaga kesehatan sesuai standar yang ditetapkan
pemerintah. Koordinasi Pemerintah Daerah dengan kebijakan
pemerintah pusat menjadi penentu keberhasilan seluruh program
kesehatan di suatu wilayah.

4. Faktor Komunitas
Pemanfaatan media informasi memang tidak berpengaruh
dalam penelitian ini. Tetapi bila dilihat fungsi dari media terutama
media sosial, cetak dan elektronik sangat mempermudah akses

50 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


pertukaran informasi tentang kesehatan. Berikut pola faktor media
dalam perubahan perilaku.

Gambar 2.5
Peran dan Pengembangan Media dalam Perubahan Perilaku

Media berperan penting tetapi keterpaparan media di


masyarakat dan berdampak luas bila lokasi dan akses pemukiman
penduduk berjauhan, berkelompok. Akses komunikasi seperti
ketersediaan listrik dan jaringan internet yang juga menjadi faktor
pendukungnya. Pemerintah daerah secara bertahap harus
melengkapi infrastruktur penunjang pelayanan kesehatan. Sehingga
bila hal tersebut sudah teralisasi dengan baik maka penggunaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi diharapkan mampu menjawab
keluhan dan hambatan yang ada.

5. Faktor Kebijakan Publik


Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik yang dapat
diartikan sebagai adanya suatu negara yang kokoh dan memiliki
kewenangan serta legitimasi. Mewakili suatu masyarakat dengan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 51


menggunakan administrasi dan teknik yang berkompeten terhadap
keuangan dan implementasi dalam mengatur kebijakan.

Gambar 2.6
Pemetaan Alur Pembuat Sistem Kebijakan

Peningkatan kepatuhan ANC mengupayakan alur dan


sistematika tersebut sebagai acuan dan mempertimbangkan faktor
pendukung dan penghambat proses implementasi. Kebijakan
kesehatan berdasarkan pembuktian yang menggunakan pendekatan
problem solving secara linear. Kebijakan kesehatan berpihak pada
hal-hal yang dianggap penting pada institusi dan masyarakat.
Bertujuan untuk jangka panjang dalam mencapai sasaran,
menyediakan rekomendasi yang praktis untuk keputusan penting
(WHO, 2000)
Beberapa kebijakan yang telah disusun Pemerintah Pusat dan
diimplementasikan melalui Pemerintah Daerah masih ditemukan
52 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL
beberapa persoalan antara lain: distribusi tenaga kesehatan yang
belum merata dibeberapa desa, insentif dalam pertolongan
persalinan yang diraskan masih kurang dan pemanfaatan asuransi
kesehatan dalam hal ini dikelola BPJS belum sepenuhnya
dimanfaatkan. Selain permasalahan medis, faktor non medis
seharusnya juga menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
sebuah kebijakan. Antara lain: infrastruktur penunjang, jalan,
transportasi umum, akses jembatan, transportasi laut dan akses air
bersih.

Latihan dan Evaluasi


Petunjuk: jawablah pertanyaan berikut ini dengan ringkas dan jelas.
1. Apa yang saudara ketahui tentang ecological approach?
2. Jelaskan secara ringkas lima faktor penyebab kepatuhan ANC
melalui ecological approach?
3. Rendahnya pendidikan ibu hamil akan mempengaruhi
kepatuhan pemeriksaan kehamilan, jelaskan pernyataan
tersebut?
4. Jelaskan apa saja norma dan budaya yang dapat mempengaruhi
kepatuhan kunjungan ANC di daerah saudara?
5. Jelaskan keunggulan ecological approach dibandingkan teori
atau pendekatan lain?

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 53


DAFTAR PUSTAKA

Abor, P. A., G. Abekah Nkrumah, and K. Sakyi. The Socio-economic


Determinants of Maternal Health Care Utilization in Ghana.
International Journal of Social Economics 2011: 38 (7): 628–
648. Doi: 10,1108/ 03068291 111139258
Acharya D, Khanal V, Singh J, Adhikari M, Gautam S. Impact of Mass
Media on The Utilization of Antenatal Care Services Among
Women of Rural Community in Nepal. BMC Research Notes.
2015;8(1):1-6
Agustine, U, Sukartiningsih, M.C.E. Cultural Social Relationship With
The Implementation Of Antenatal Care (ANC) in The
Kambaniru Puskesmas Working Area. Jurnal Kesehatan Primer
Vol 4, No.1 Juni 2019, pp. 42-54 PISSN 2549-4880, E-ISSN
2614-1310. DOI: https://doi.org/10.31965/jkp
Ali H, Ali A, Mahmood QK, Jalal A, Ali SR. Antenatal Care:
Accessibility Issue among Pakhtun Women in Malakand,
Pakistan. Isra Medical Journal. 2018;10(6):362-366
Anjum F NN, Bano S, To Asses the Knowledge of Women in Regards
to Antenatal Care. Med Forum, 2015:26: 23-26.
Armaya, R. Kepatuhan Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan
Antenatal Care dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Vol. 07, No. 01, Maret 2018 hal: 8-12
Awasthi MS, Awasthi KR,Thapa HS, Saud B, PradhanS, Khatry RA.
Utilization of Antenatal Care Services in Dalit Communities in
Gorkha, Nepal: A Cross-Sectional Study.J Pregnancy. 2018;
2018:3467308. doi:10,1155/2018/3467308 PMID:30515327
Bandura, A., 1977, Self Efficacy: Toward a Unifying Theory of
Behavioral Change, Phsycological Review, 84, 191-215 cit.
Hayden, J., 2009, Introduction to Health Behaviour Theory,
34-44, Jones and Barlett Learning, Burlington

54 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Birmeta K, Dibaba Y, Woldeyohannes D. Determinants of maternal
health care utilization in Holeta town, central Ethiopia. BMC
Health Serv Res. 2013;13:256. https:// doi.org/10,1186/1472-
6963-13-256 PMID: 23822155
Blondel, B., Dutilh, P., Delour, M., & Uzan, S. Poor Antenatal Care
and Pregnancy Outcome. European Journal of Obstetrics,
Gynecology, and Reproductive Biology, 1993:50(3), 191–196.
Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8262295
Bornemisza O,. Sondorp E, Health Policy Formulation In Complex
Political Emergencies and London School of Hygiene and
Tropical Medicine University of London. Department of Public
Health and Policy. Health Policy Unit London UK. 2002
Buyung, I, Media Informasi Kesehatan Bagi Masyarakat Menengah
Berbasis SMS Gateway, Jurnal Informatika Vol. 9, No. 1, Jan
2015; 999-1009
Cassels A, Health Sector Reform: Key Issues in Less Developed
Countries. Journal of international health development
1995:7(3): 329–349.
Chin, R., Hall, P., & Daiches, A. Fathers’ Experiences of Their
Transition to Father- Hood: A Meta Synthesis. Journal of
Reproductive and Infant Psychology, 2011:29,4 –18.
doi:10,1080/02646838.2010,513044
Chortatos A, Haugen M, Iversen PO, Vikanes A, Magnus P. Nausea
and Vomiting in Pregnancy: Associations With Maternal
Gestational Diet and Lifestyle Factors in The Norwegian
Mother And Child Cohort Study. BJOG 2013;120: 1642-1653
Crowe S, Utley M, Costello A, Pagel C. How many births in sub-
Saharan Africa and South Asia will not be attended by a skilled
birth attendant between 2011 and 2015? BMC Pregnancy
Childbirth. 2012;12(1):1–9. doi.org/10.1186/1471-2393-12-4.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 55


Davies JK, Back to the Future? Prospects for Healthy Public Policy.
Public Health Medicine 3, 2001:(2): 62–69
DeSantis, V.S. Comparing Job Satisfaction Among Public and Private
Sector Employee. American Review of Public
Administration.1996; 23 (3): 427-450
Ekane Edie GEH, Obinchemti TE, Tamufor EN, Njie MM, Njamen TN,
Achidi EA. Perceptions of Antenatal Care Services by Pregnant
Women Attending Government Health Centres in the Buea
Health District, Cameroon: a cross sectional study. Pan African
Medical Journal. 2015;21:1-9.
doi:10,11604/pamj.2015.21.45.4858.
El-Sherbini AF E- TM, Ashmawy AA, Abdel-Hamid HS, Assessment of
Knowledge, Attitudes and Practices of Expectant Mothers in
Relation to Antenatal Care in Assiut Governorate. J Egypt
Public Health Assoc., 1993:68:539-65.
Engnes K, Lidén E, Lundgren I. Women’s experiences of important
others in a pregnancy dominated by intimate partner violence.
Scandinavian Journal of Caring Sciences. 2013;27(3):643-650,
doi:10,1111/j.14716712.2012.01073.x
Essendi, H., S. Mills, and J. Fotso. Barriers to Formal Emergency
Obstetric Care Services’Utilization. Journal of Urban Health:
Bulletin of the New York Academy of Medicine 2010:88
(2):s356 – s369.
Fertman I. Carl, Allensworth D. Diane. Health Promotion Programs
from Theory to Praktice. Philosophy, Prejudice and Practice
(1st Edition). United States: Published by Jossey Bass. 2010: 83-
84
Finlay, W., Martin, J., Roman, P.M., dan Blum,T.C. Organizational
Structure and Job Satisfaction: Do Bureaucratic
OrganizationProduce More Satisfied Employees ?. Journal of
administration and Society. 1995; 27 (3): 427-50,3.

56 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Glanz, K., Rimer, B.K., & Lewis, F.M (ed.) 2002, Health Behaviour and
Health Education, Theory, Research, and Practice, 3rd ed
Glanz, Karen and Rimer, Barbara K. Theory at a Glance: A Guide for
Health Promotion Practice. National Cancer Institute, National
Institutes of Health, U.S. Department of Health and Human
Services. NIH Pub. No. 97-3896. Washington, DC: NIH, Revised
September 1997-2005. p10-11
Green, L.W,. Kreuter, M.W, Health Program Planning an Educational
and Ecological Approach 4th Ed, Mc. Graw Hill, Boston, 2005
Gulema H, Berhane Y. Timing of First Antenatal Care Visit and its
Associated Factors among Pregnant Women Attending Public
Health Facilities in Addis Ababa, Ethiopia. Ethiopian Journal of
Health Sciences. 2017;27(2):139-146.
doi:10,4314/ejhs.v27i2.6.
Hardiani, S.R, Purwanti.A, Motivasi Dan Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care (ANC) Pada Ibu Hamil Trimester III, Jurnal
Keperawatan, ISSN: 2086 3071. Vol 3 No 2, Juli 2012: 183 –
188.
Henok A, Getachew H, Workiye H, Knowledge, Attitude and Practice
of Antenatal Care Service among Married Women of
Reproductive Age Group in Mizan Health Center, South West
Ethiopia. J Med Physiol Biophys., 2015:16: 53-59
Hunter DJ, Choosing or losing health? Journal of Epidemiology and
Community Health 2005:59(12) (December 1): 1010–3
Ibrahim HK EBM, Mohammed H.O, Knowledge, Attitude, and
Practices of Pregnant Women Towards Antenatal Care In
Primary Healthcare Centers in Benghazi, Libya. J Egypt Public
Health Assoc., 2014: 89:119-26.
Ismainar, H, Subagio, H.W, Widjanarko, B, Hadi, C. Model
Peningkatan Kepatuhan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Melalui Ecological Approach di Kota Dumai, Provinsi Riau.
Disertasi. 2020

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 57


Jallow, I. K., Chou, Y., Liu, T., & Huang, N. Women’ s Perception of
Antenatal Care Services In Public And Private Clinics in the
Gambia, 2012- 24(6), 595–600
Jensen J, Kenyon D, Hanson J. Preventing Alcohol-Exposed
Pregnancy Among American Indian Youth. Sex Education
[serial online]. July 2016;16(4):368-378. Available from:
Academic Search Complete, Ipswich, MA.
Joshi D, Shrestha S, Shrestha N. Understanding The Antepartum
Depressive Symptoms And Its Risk Factors Among The
Pregnant Women Visiting Public Health Facilities of Nepal.
PLoS ONE. 2019;14 (4):1-13.
doi:10,1371/journal.pone.0214992.
Juariah, Kepercayaan Dan Praktik Budaya Pada Masa Kehamilan
Masyarakat Desa Karangsari, Kabupaten Garut.
Sosiohumaniora – Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora, ISSN
1411 – 0903. ISSN: 2443-2660, Vol. 20, No. 2, Juli 2018: 162–
167
Kenya National Bureau of Statistics (KNBS) and ICF Macro. Kenya
Demographic and Health Survey 2008–09 2010.
Kowlessar O, Fox J, Wittkowski A. First Time Fathers’ Experiences of
Parenting During The First Year. Journal of Reproductive and
Infant Psychology [serial online]. February 2015;33 (1):4-14.
Labonte R, 1998. Healthy and the World Trade Organization a
Proposal for an International Health Presence in Future World
Trade/Investment Talks. Health Promotion International
1998:13(3): 245–256.
Lee DTS, Chan SSM, Sahota DS, Yip ASK, Tsui M, Chung TKH. A
Prevalence Study of Antenatal Depression among Chinese
Women. J Affect Disord. 2004;82(1):93–9.
Lisa. I.D, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal Care oleh Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

58 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Puskesmas Baserah Kab.Kuansing Propinsi Riau Tahun 2012.
Padang. FKM UNAND. 2012
Massie G.A Roy. Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi,
Analisis dan Penelitian Buletin Sistem Kesehatan –Vol. 12 No.
4 Oktober 2009: 409–417
Miao-Ling Lin, Shieh C, Hsiu-Hung Wang. Comparison Between
Pregnant Southeast Asian Immigrant and Taiwanese Women
in Terms of Pregnancy Knowledge, Attitude Toward
Pregnancy, Medical Service Experiences and Prenatal Care
Behaviors. Journal of Nursing Research (Taiwan Nurses
Association). 2008;16 (2):97-108. doi: 10,1097/01.
JNR.0000387295. 84053.27.
Milio N. Glossary: Healthy Public Policy. Journal of Epidemiology and
Community Health 2001:55(9) (September 1): 622–3.
Misri S. Suffering In Silence: The Burden of Perinatal Depression.
Can J Psychiatr. 2007;52(8):477–8.
Mohindra KS, Healthy Public Policy in Poor Countries: Tackling
Macro Economic Policies. Health Promotion International
2007:22 (2) June 1):163–179.
Muktiana, Nissa, Teori Pendidikan, Teori Pendidikan Klasik, Personal,
dan
Interaksional.http://nisamuktiana.blogs.uny.ac.id/wpcontent/
uploads/sites/2010/2015/10/ Teori-Pendidikan.Pdf
Mulyanti, L. Hubungan Dukungan Suami Pada Ibu Hamil Dengan
Kunjungan ANC Di Rumah Bersalin Bhakti IBI,
http:jurnal.unimus.ac.id 2016 hal:27-32
Nita, V, Factors Associated With Frequency of Visits Antenatal Care
(ANC) in Yogyakarta Province Mergangsan Public Health
Centre in 2014, Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 – 3887, Vol.
12 Nomor 1 Januari 2017:67-73
Noh J-W, Kim Y, Lee LJ, et al. Factors Associated with the use of
Antenatal Care in Sindh Province, Pakistan: A population-

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 59


based study. PLoS ONE. 2019;14(4):1-11.
doi:10,1371/journal.pone.0213987.
Nurrachmawati. A,. Anggraeni, I, Tradisi Kepercayaan Masyarakat
Pesisir Mengenai kesehatan Ibu Di Desa Tanjung Limau Muara
Badakkalimantan Timur Tahun 2008, Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 42 – 50
Nyongesa C, Xu X, Hall JJ, Macharia WM, Yego F, Hall B. Factors
influencing choice of skilled birth attendance at ANC :
evidence from the Kenya demographic health survey.
2018;362:4-9. doi.org/10.1186/s12884018-1727-z
Ogden J. Health Psychology A Textbook. (3rd, Ed.), Philosophy,
Prejudice and Practice (3rd edition). Inggris: Open University
Press. 2004:3, 24-27, 31-33
Okonofua, F., Imosemi, D., Igboin, B., Adeyemi, A., Chibuko, C.,
Idowu, A., & Imongan, W., Maternal death review and
outcomes: An assessment in Lagos State, Nigeria. Plos ONE,
2017:12(12), 1-11. doi: 10,1371/journal. pone.0188392
Overbosch GB, Nsowah Nuamah NNN, van den Boom GJM,
Damnyag L. Determinants of Antenatal Care Use in Ghana. J
Afr Econ. 2004;13(2):277–301.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Prieto VM, Matos S, Álvarez M, Cacheda F, Oliveira JL. Twitter: A
Good Place to Detect Health Conditions. PLoS ONE.
2014;9(1):1-11. doi:10,1371/journal.pone.0086191.
Raatikainen, K., Heiskanen, N., & Heinonen, S. Under-attending free
Antenatal Care is Associated with Adverse Pregnancy
Outcomes. BMC Public Health, 2007:7, 1–8.
http://doi.org/10,1186/1471-2458-7-268
Rashid, A., Mohd, R. (2017). Poor Social Support as a Risk Factor for
Antenatal Depressive Symptoms among Women Attending

60 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Public Antenatal Clinics in Penang, Malaysia. Reproductive
Health, 141-8. doi:10,1186/s12978-017-0404-4
Ronsmans C, Graham WJ. Maternal mortality: who, when, where,
and why. Lancet. 2006;368(9542):1189–1200.
Rosdinar., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan K4
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Dareh
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005/2006 Padang. PSIKM FK
UNAND. 2006
Ross J, Blanc A. Why Aren't there more maternal deaths? A
decomposition analysis. Matern Child Health J.
2012;16(2):456–63.
Say, L., and R. Raine., A Systematic Review of Inequalities in the Use
of Maternal Health Care in Developing Countries: Examining
the Scale of the Problem and the Importance of Context.
Bulletin of World Health Organization 2007:85 (10): 812–819.
doi: 10,2471/BLT.06.035659.
Sharma B. Utilisation of antenatal care services in Nepal. Nepal
Population J. 2004;11 (10): 79–97
Shere M, Zhao XY, Koren G. The Role of Social Media in Recruiting
for Clinical Trials in Pregnancy. PLoS ONE.2014;9(3):1-9.
doi:10,1371/ journal.pone. 0092744.
Shimpuku Y, Madeni FE, Horiuchi S, Kubota K, Leshabari SC.
Evaluation of a family-oriented antenatal group educational
program in rural Tanzania : a pre-test / post-test study.
2018:1-11.https://doi.org/10.1186/s12978-0180562-z
Simkhada B, Teijlingen ER, Porter M, Simkhada P. Factors Affecting
the Utilization Of Antenatal Care In Developing Countries:
Systematic Review of the Literature. J Adv Nurs.
2008;61(3):244–260
Siwi, R.P.Y Analisis Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Terhadap
Sikap Dalam Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Munjungan Kecamatan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 61


Munjungan Kabupaten Trenggalek. STIKes Surya Mitra Husada
Kediri. 2017, hal: 7-12
Smedley BD, Syme SL (eds), Institute of Medicine. Promoting Health:
Strategies from Social and Behavioral Research. Washington,
D.C.:, National Academies Press, 2000
Subratha, H.F.A, Kartiningsih, N.W,M, Hubungan Dukungan Suami
dengan Kunjungan Antenatal care (ANC) Pada Ibu Hamil di
Kabupaten Tabanan, 2014:1-5
Sugono, D., dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008
Sultana M, Ali N, Akram R, et al. Group Prenatal Care Experiences
among Pregnant Women in a Bangladeshi Community. PLoS
ONE. 2019;14(6):115. doi:10,1371/journal.pone.0218169.
Sumiati, S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kunjungan
Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas dengan Perawatan
Sindangratu Kabupaten Garut tahun 2012. Naskah Publikasi.
Universitas Indonesia. 2012: hal 40-42
Syafari, I., Sulistyo, D. H., Kristiani,. Analisis Kebijakan Dalam
Mengatasi Kekurangan Bidan Desa Di Kabupaten Natuna,
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 2013;2(1), 20–26
Tekelab T, Chojenta C, Smith R, Loxton D. Factors affecting
utilization of antenatal care in Ethiopia: A systematic review
and meta-analysis. PLoS ONE. 2019;14(4):1-24.
doi:10,1371/journal.pone.0214848.
Titaley CR, Dibley MJ, Roberts CL. Factors Associated with
Underutilization of Antenatal Care Services in Indonesia:
Results of Indonesia Demographic and Health Survey
2002/2003 and 2007. BMC Public Health. 2010;10:485.
Upadhyay P, Liabsuetrakul T, Shrestha AB, Pradhan N. Influence of
family members on utilization of maternal health care services
among teen and adult pregnant women in Kathmandu, Nepal:

62 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


a cross sectional study. Reproductive Health. 2014;11(1):201-
219. doi:10,1186/1742-4755-11-92.
Walt G and Gilson L,.Reforming the Health Sector in Developing
Countries: the Central Role of Policy Analysis. Health Policy
and Planning 1994:9(4): 353-370
WHO.Making pregnancy safer: the critical role of the skilled
attendant: a joint statement by WHO, ICM and FIGO 2004
World Health Organization (WHO), 2000. The World Health Report:
Health System: Improving Perfomance (p. 1–125). Geneva.
Wulandari, A., Wigati, P. A., & Sriatmi, A. (2017). Analisis Pelayanan
Antenatal dan Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Cakupan
Pelayanan Antenatal oleh Bidan, Jurnal Kesehatan Masyarakat
(E-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-
3346) p14-23.
Zere, E., P. Tumusiime, O. Walker, J. Kirigia, C. Mwikisa, and T.
Mbeeli., Inequities in Utilization of Maternal Health
Interventions in Namibia Implications for Progress towards
MDG 5 Targets. International Journal for Equity in Health
2010,9:16.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 63


64 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL
BAB 3
TEORI PERUBAHAN PERILAKU
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau
tindakan yang dapat diamati baik disadari maupun tidak, diperoleh
dari pengaruh ekternal dan internal atau bahkan lingkungan
(Fertman, 2010) Secara psikologi pikiran dan tubuh saling
berhubungan yang mempengaruhi kesehatan. Menurut hubungan
antara pikiran dan tubuh (mind and body) dibedakan menjadi dua
yaitu bagaimana pikiran berdampak pada tubuh dan bagaimana
tubuh berdampak pada pikiran (Ogden, 2004)
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah
semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Interaksi antar perilaku
individu dapat menggambarkan tindakan yang dilakukan. Secara
lebih proporsional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme
atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.
Respon ini berbentuk dua macam, yakni: (1) Bentuk pasif adalah
respon internal yaitu terjadi didalam diri dan tidak secara langsung.
Misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan, (2)
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi
langsung.
Pendekatan behavioristik dalam belajar lebih banyak
menggunakan istilah dorongan, motivasi, dan tujuan untuk
menjelaskan aspek tertentu seperti perilaku manusia. Beberapa
teori terkait perubahan perilaku individu dalam penerimaan layanan
kesehatan antara lain adalah:

A. TEORI HEALTH BELIEF MODEL


Health Belief Model (HBM) adalah suatu teori yang menjelaskan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related
behavior). HBM dikembangkan pertama kali pada tahun 1950-an
oleh ahli-ahli psikologi sosial Hochbaum, Rosenstock, dan Kegels
yang bekerja di Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat.
Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud
dengan sehat atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap
secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar
terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan,
sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan.
Menurut peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang
menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa
belajar sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis
kepercayaan tersebut terkadang tanpa didukung teori teori lain
yang dapat dijelaskan secara logika.
Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau
contoh dalam perilaku, cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai
individu. Biasanya teori modeling ini sangat efektif pada
perkembangan anak usia dini, namun dalam materi teori modeling
diumpakan sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari
seseorang yang memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih serta

66 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


menjalani pengobatan alternatif yang mendapatkan hasil yang
positif.
Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk
menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup
sehat, sehingga individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku
sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan. Health belief model ini sering
digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan
juga respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut
dan kronis. Namun akhir-akhir ini teori Health belief model
digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan.
Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat
ditentukan oleh kepercayaan individu atau presepsi tentang
penyakit dan sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya
suatu penyakit. HBM awalnya dikembangkan pada tahun 1950an.
Oleh sekelompok psikolog sosial dipelayanan kesehatan masyarakat
Amerika Serikat, dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara
luas partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi
penyakit. Kemudian model diperluas untuk melihat respon
masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana perilaku
mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan
dengan pemenuhan penanganan medis. Oleh karena itu, lebih dari
tiga dekade, model ini telah menjadi salah satu model yang paling
berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan psikososial
untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.
Suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk
mau atau tidak melakukan perilaku sehat (Janz,1984). Health belief
model dapat diartikan sebagai teori mengenai kepercayaan individu
dalam berperilaku sehat. Komponen Health Belief Model terdiri dari:
susceptibility to illness, the severity of the illness, the costs involved,

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 67


the benefits involved and cues to action. Berikut sistematika dari
teori Health belief model.

Gambar 3.1
Health Belief Model

Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang


terbatas pada berbagai program Pelayanan Kesehatan Masyarakat
di tahun 1950-an. Apabila individu bertindak untuk melawan atau
mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci dua tambahan
yang baru-baru ini diungkapkan para ahli yang terlibat didalam
tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu
penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan
rintangan yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya, dan
hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Gambaran Health belief
model terdiri dari 6 dimensi, diantaranya:
1. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan
tentang resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini
mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko

68 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


dari kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis,
dimensi tersebut meliputz penerimaan terhadap hasil diagnosa,
perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul
kepekaan kembali) dan susceptibilily (kepekaan) terhadap
penyakit secara umum
2. Perceived severity atau keseriusan yang dirasa. Perasaan
mengenai keseriusan terhadap suatu penyakit meliputi kegiatan
evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh,
kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin
terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan
hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua
komponen diatas sebagai ancaman yang dirasakan (perceived
threat).
3. Perceived benefits atau manfaat yang dirasakan. Penerimaan
susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya
dapat menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah
mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang
mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada
kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya
yang tersedia dalam mengurangi ancaman penyakit, atau
keuntungan-keuntungan yang dirasakan (perceived benefit)
dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika
seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya
kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering
tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang
direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan
cocok.
4. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah,
atau apabila individu menghadapi rintangan yang ditemukan
dalam mengambil tindakan tersebut. Sebagai tambahan untuk
empat keyakinan (belief) atau persepsi. Aspek-aspek negatif
yang potensial dalam suatu upaya Kesehatan (seperti:

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 69


ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan
(seperti: khawatir tidak cocok, tidak senang, gugup), yang
berperan sebagai halangan untuk merekomendasikan suatu
perilaku.
5. Health motivation dimana ini terkait dengan motivasi individu
untuk selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap kondisi
kesehatannya serta health value.
6. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang
menjadi isyarat bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan
atau perilaku. Isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal
maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa,
nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain. Aspek
sosio demografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan
tempat tinggal, pengasuhan dannpengawasan orang tua,
pergaulan dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial,
dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dia
mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan
suatu perilaku tertentu.

B. TEORI THE STAGE OF CHANGE MODEL


Stages of change adalah bagian perubahan dari suatu tahapan,
yaitu yang memiliki lima tahap perubahan perilaku yang bisa
dilewati individu-individu (precontemplation, contemplation,
preparation, action, dan maintenance). Tahap pre contemplation
adalah dimana seseorang tidak punya keinginan atau minat untuk
menjadi lebih physically active. Contemplation adalah tahap dimana
seseorang sedang memikirkan baik dia akan merubah atau tidak
perilaku mereka untuk lebih physically active. Pada tahap ini orang
sedang memikirkan keuntungan dan biaya dari perubahan perilaku
tersebut.
Preparation adalah situasi dimana individu telah memutuskan
untuk lebih physically active dan merencanakan untuk

70 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


melaksanakan kira-kira sebulan kedepan. Pada tahap ini, orang
biasanya melakukan sesuatu yang bersifat perilaku untuk
mempersiapkan diri pada perubahan perilaku yang akan
dilakukannya.
Action adalah tahap dimana seseorang telah memulai latihan
dan berlangsung, tetapi biasanya hanya berlangsung kurang dari
enam bulan. Tahap ini adalah tahap yang tidak stabil dan
memerlukan komitmen yang kuat untuk memutuskan terus latihan
atau kembali pada tahap sebelumnya.
Yang terakhir adalah tahap maintenance, adalah tahap dimana
seseorang telah latihan selama enam bulan lebih, dan untuk itu
perlu mempertahankan perilaku yang baru ini. Meskipun individu ini
telah berhasil membuat perubahan perilaku, tetapi masih memiliki
risiko relapsing. Sekali seorang individu telah berhasil melewati
tahap maintenance ini selama lima tahun atau lebih, dia tidak akan
takut lagi untuk kembali pada gaya hidup lamanya (tidak aktif secara
fisik).
Tahapan lain pada model ini yaitu terdapat enam tahapan
perubahan perilaku manusia menurut The stage of change model
(Prochaska, 2002) antara lain:
1. Prekontempelasi (precontempelation) Adalah tahapan
seseorang belum melakukan perubahan sama sekali karena
tidak atau belum pernah menerima informasi. Individu sulit
diajak berkomunikasi akan sulit diubah.
2. Kontempelasi, Memiliki niat berubah dalam enam bulan ke
depan. Tanggap dengan informasi, masih melakukan evaluasi
manfaat dan kerugian, memiliki kebimbangan dalam
mempertimbangkan untung dan ruginya untuk melakukan
perubahan perilaku.
3. Preparasi, Individu berniat segera melakukan perubahan
perilaku dalam satu bulan ke depan. Memiliki rencana mengikuti

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 71


edukasi, konsultasi, berbicara dengan tenaga kesehatan,
mengumpulkan dan siap berperan aktif.
4. Tindakan (Action). Pada tahap ini individu telah melakukan
perubahan perilaku dalam enam bulan terakhir.
5. Maintenance. Pada tahap ini individu telah melakukan upaya
mempertahankan perilaku agar tidak drop out atau kembali ke
perilaku semula selama enam bulan sampai 5 tahun setelah
tahap action.
6. Termination. Individu telah berhasil melakukan dan
mempertahankan perubahan. Seolah-olah tidak pernah
bertindak seperti sebelumnya.

Relaps Precontempaltion,
individual not interest in
change

Maintenance
to change
Contempation, individual
is thinking about change

Maintenancing
Ready to change
the healthier
lifesyle
Making a change

Gambar 3.2
The Stage of Change Model
C. THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR
Theory of Planned Behavior merupakan suatu teori yang
menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun
menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan

72 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang
tersedia.
Theory of Planned Behaviour (TPB) menekankan niat perilaku
sebagai hasil dari kombinasi beberapa keyakinan. Teori ini
mengusulkan bahwa niat harus dikonseptualisasikan sebagai
rencana aksi dalam tujuan perilaku dan merupakan hasil dari
keyakinan.
Sikap terhadap perilaku, yang terdiri dari keduanya positif atau
negatif. Norma subyektif, yang terdiri dari persepsi, norma, tekanan
sosial untuk melakukan perilaku dan evaluasi apakah individu
termotivasi untuk mematuhinya. Kontrol perilaku yang dirasakan,
yang terdiri dari keyakinan bahwa individu dapat melaksanakan
perilaku tertentu berdasarkan pertimbangan pengendalian internal
faktor (misalnya. keterampilan, kemampuan, informasi) dan faktor
kontrol eksternal (misalnya rintangan, peluang), yang keduanya
terkait dengan perilaku masa lalu (Ogden, 2004)

Gambar 3.3
Theory of Planned Behaviour
Theory of Planned Behaviour (TPB) digunakan sebagai variabel
intervening untuk menjelaskan intention (niat) seseorang yang
kemudian menjelaskan perilaku orang tersebut. Teori merupakan
perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam TRA faktor

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 73


utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective norms
sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived
behavioral control (Fishben, 1975). Faktor-faktor Theory of Planned
Behaviour:
1. Sikap terhadap perilaku
Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu
kesiapsiagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku
(Lubis,2010). Individu akan melakukan sesuatu sesuai dengan sikap
yang dimilikinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku
yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu
untuk berperilaku dalam kehidupannya. Oleh karena itu sikap
merupakan suatu wahana dalam membimbing seorang individu
untuk berperilaku.

2. Persepsi kontrol perilaku


Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol
sepenuhnya perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau
dalam suatu kondisi dapat sebaliknya dimana seorang individu
dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali individu tersebut.
Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari dalam diri individu tersebut seperti
keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-lain. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan yang ada disekeliling individu
tersebut. Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana
seseorang mengerti bahwa perilaku yang ditunjukkannya
merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya.

3. Norma Subyektif
Seorang individu akan melakukan perilaku tertentu jika perilaku
dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam
kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya.

74 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Sehingga, normatif beliefes menghasilkan kesadaran akan tekanan
dari lingkungan sosial atau Norma Subyektif.

D. SOCIAL COGNITIVE THEORY


Teori sosial kognitif dibangun pertama kali oleh seorang psikolog
Bandura sekitar tahun 1960-an. Teori ini menitikberatkan pada
bagaimana dan mengapa orang-orang cenderung untuk meniru apa
yang dilihat melalui media. Teori ini menekankan pada kapasitas kita
untuk belajar tanpa melalui pengalaman langsung. Teori ini disebut
juga dengan teori belajar observasional bergantung pada sejumlah
hal termasuk kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat
apa yang ia lihat, melakukan identifikasi dengan cara memediasi
karakter, dan keadaan atau situasi yang mempengaruhi peniruan
perilaku.
Sebagai salah satu teori belajar, teori sosial kognitif kerap kali
digunakan untuk mempelajari media dan komunikasi massa,
komunikasi kesehatan, dan komunikasi antar pribadi atau
komunikasi interpersonal. Tujuan teori sosial kognitif adalah untuk
menjelaskan bagaimana orang mengatur perilakunya melalui
kontrol dan peneguhan atau penguatan untuk mencapai perilaku
yang diarahkan pada tujuan yang dapat dipertahankan sepanjang
waktu.
Model perubahan perilaku Social Cognitive Theory menurut
Bandura, terdapat sebelas faktor yang mempengaruhi perilaku
individu (Glanz, 2002, Bandura, 1977), yakni faktor: 1). Lingkungan,
2). Situasi, 3) Kapasitas yang berkaitan dengan perilaku, 4) Dampak
dari perilaku, 5). Penilaian perilaku, 6) Kendali diri, 7). Pembelajaran,
8). Faktor penguat, 9). Self efficacy, 10). Respon koping emosi, 11).
Proses umpan balik.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 75


Gambar 3.4
Social Cognitive Theory

Teori sosial kognitif merupakan teori yang memberikan


pemahaman perilaku yang melibatkan manusia, perilaku, dan
lingkungan. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling
berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor
personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif
belajar.
Faktor intrinsik maupun ekstrinsik dari dalam diri dalam teori ini
di anggap sama pentingnya. Jadi teori ini berbeda dengan tidak
hanya menekankan mengenai perilaku yang terjadi pada individu
namun juga dengan mempertimbangkan faktor kognitif yang
dipikirkan oleh seseorang pada waktu tertentu.
Dalam teori sosial kognitif, self-efficacy memiliki pengaruh besar
dalam keberhasilan dalam proses belajar. Self-efficacy ini memberi
pengaruh penting terhadap motivasi seseorang, karena menyangkut
keyakinan seseorang tentang hal-hal yang akan dilakukannya. Yang

76 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


dapat mempengaruhi self-efficacy antara lain mastery experience,
physiological and emotional arousal, vicarious experience serta
persuasi sosial.

E. COMMUNICATION THEORY
Merupakan teori pada ranah sosial psikologis yang menjelaskan
bahwa proses komunikasi berdampak pada perubahan perilaku
melalui proses interaksi. Teori merupakan dasar untuk memahami
pengaruh sosial dan komunikasi interpersonal yang berkaitan
dengan kesehatan.
Interaksi sosial menggambarkan berbagai jenis hubungan
individu satu dengan individu lain atau dengan kelompok untuk
mengubah perilaku kesehatan melalui komunikasi interpersonal.
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting karena dalam
prosesnya dapat memberikan informasi-informasi penting terkait
Kesehatan (Glanz, 2002).
Agent of social Agent of health
Influence: related outcomes:
Social Norm • Parents 1. Thoughts
• Spouses 2. Feeling
• Child 3. Behaviours
• Physician 4. Health
Relationship • Health
characteristic

Communication
Larger System
Target of health
related
Target of social
outcomes:
Sociodemografic Influence:
• Thoughts
Factors • Parents
• Feeling
• Spouses
• Behaviours
• Child
• Health
• Physician
• Health

Gambar 3.5
Interdependence Model of Social Influence and Interpersonal Communication
Komunikasi kesehatan merupakan suatu kajian yang mendalam
dan kompleks karena melibatkan berbagai elemen mulai dari

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 77


individu komunikator, pesan, hubungan personal, hubungan dengan
ahli kesehatan, organisasi, media, budaya dan juga masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan
merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam
transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap isu-
isu kesehatan. Tujuan pokok dari komunikasi kesehatan adalah
perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan.
Pemahaman mengenai hubungan interaksi dan komunikasi
dengan perilaku kesehatan sangat penting bagi profesi kesehatan
masyarakat dan penyuluh atau pendidik kesehatan. Manfaatnya
adalah meningkatkan efektivitas intervensi, alat pengambilan
keputusan, penyusunan program, menciptakan lingkungan individu
yang berinteraksi dengan tenaga kesehatan, meningkatkan
intervensi melalui pendampingan rekan kerja dalam proses
perubahan perilaku.
Peran penting komunikasi kesehatan yaitu kesehatan
meningkatkan kesadaran ndividu tentang isu-isu kesehatan,
masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan.
Peningkatan kesadaran individu akan hal-hal tersebut ini berdampak
pada keluarga serta lingkungan komunitas individu.
Oleh karena itu seandainya isu kesehatan, masalah kesehatan
dan segala resiko kesehatan yang berkaitan dengan penyakit
dikomunikasikan dengan baik, maka ketidaknyamanan psikologis
dan emosional tidak akan terjadi. Antara anggota keluarga yang
sakit dengan anggota keluarga lainnya akan menemukan solusi
kesehatan yang tepat sehubungan dengan kasus kesehatan
terutama kesehatan ibu hamil.
Ada interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.
Individu berada dalam situasi biologis, psikologis dan sosial
kemasyarakatan. Ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap
status kesehatan seorang individu. Melalui komunikasi kesehatan,

78 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


kita mempelajari timbal balik antara ketiga faktor tersebut.
Pemahaman ini penting agar kedepannya dapat dikembangkan
intervensi program kesehatan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku individu menjadi lebih sehat.

F. LAWRENCE GREEN THEORY


Teori Lawrence Green adalah sebuah teori yang menganalisis
perilaku manusia dengan tingkatan kesehatan seseorang maupun
masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Perilaku seseorang
maupun masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari seseorang maupun
masyarakat yang bersangkutan.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas yakni berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, kuliah, belajar, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas baik diamati langsung maupun
tidak diamatai langsung oleh pihak lain.
Ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku. Kesehatan seseorang maupun masyarakat dipengaruhi
oleh faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku
itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari tiga faktor: Faktor
Predisposisi (predisposing factors) ang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor
Pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas - fasilitas atau sarana
dan prasarana. Faktor Pendorong (reinforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas yang meruapakan
kelompok referensi dari perilaku masyrakat.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 79


Perubahan perilaku menurut L Green dipengaruhi 3 faktor yaitu:
(1) Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu: pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai, tradisi. (2) Faktor-faktor
Pemungkin (enabling factors), misalnya jarak rumah ke pelayanan
kesehatan terlalu jauh, transportasi yang sulit di akses dan
seterusnya. (3) Faktor Penguat (reinforcing factors), Meliputi
pendapatan, dukungan sosial, pengaruh teman, lingkungan keluarga,
umpan balik tenaga Kesehatan (Green, 2005).
Kegiatan ataupun aktivitas manusia yang dapat diamati langsung
maupun tidak bisa diamati langsung oleh pihak luar, dalam hal ini
perilaku adalah keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya
kesempatan dan sumber yang diperlukan. Semua orang menghadapi
perilaku baru dalam diri yakni: Kesadaran dimana orang tersebut
menyadari dalam artian mengetahui terlebih dahulu terhadap
struktur atau objek (Awareness). Dimana orang atau seseorang
mengalami adanya ketertarikan (Interest). Menimbang baik dan
buruknya stimulus tersebut (Evaluation). Dimana orang telah
mencoba perilaku baru (Trial). Dimana subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan terhadap stimulus (Adoption).
Mengapa adanya teori Lawrence Green, karena dirangkum
dalam akronim Precede yakni predisposing, enabling dan reinforcing
causes in educational, diagnosis dan evaluation. Precede ini adalah
arahan dalam menganalisis, mendiagnosis dan evaluasi perilaku
untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede diartikan
sebagai fase diagnosis masalah.

80 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Gambar 3.6
Determinan Perilaku L Green

G. THEORY OF REASON ACTION


Teori ini menguhubungkan antara keyakinan (belief), sikap
(attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak
merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui
apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui
kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat
pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda
(tidak selalu berdasarkan kehendak).
Teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) yang
diusulkan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) dan diperbaharui dengan
Theory of Planned Behavior telah digunakan selama dua dekade
masa lalu untuk meneliti keinginan dan perilaku berbagi. Teori
tersebut mengasumsikan perilaku ditentukan oleh keinginan
individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tertentu atau sebaliknya (Asjen, 1992). Keinginan ditentukan oleh
dua variabel independen termasuk sikap dan norma subyektif.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 81


Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan
mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu
proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak
banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh
sikap tetapi juga oleh norma subyektif (subjective norms) yaitu
keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita
lakukan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma
subyektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku
tertentu. Teori dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Behavior
Beliefs
Attitude

Outcome
Evaluation
Behavior
Behavior
Intention

Normative
Beliefs
Subjective
Norms
Motivation
to Comply

Gambar 3.7
Theory of Reason Action.

Niat merupakan fungsi dari suatu determinan dasar, yaitu sikap


individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan
persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau
untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma
subyektif.
Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of
Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat (intention), sedangkan
niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri

82 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi
untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini
mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan
apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya
orang lain ingin agar ia melakukannya
Hubungan sikap terhadap perilaku merupakan keyakinan
individu terhadap perilaku yang menggambarkan probabilitas
subyektif bahwa perilaku dalam pertanyaan menghasilkan hasil
tertentu dan evaluasi menggambarkan penilaian implisit. Norma
subyektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku.
Theory of Reasoned Action ini juga memberikan beberapa
keuntungan karena teori ini memberikan pegangan untuk
menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional.
Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat
diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang,
artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara
jelas.
Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan
tindakan (action), sasaran (target), konteks dan perbedaan waktu
serta komponen model sendiri termasuk intensi, sikap, norma
subjektif dan keyakinan. Konsep penting dalam TRA adalah fokus
perhatian (salience).
Hal ini berarti, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif,
pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang
penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian, harus diketahui
nilai dan norma kelompok sosial yang diselidiki (yang penting bukan
budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap,
kehendak dan perilaku).
TRA telah digunakan dalam banyak penelitian sebagai kerangka
kerja untuk memeriksa jenis perilaku tertentu seperti perilaku
komunikasi, perilaku konsumen dan perilaku kesehatan. Banyak

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 83


peneliti menggunakan teori tersebut untuk mempelajari perilaku
yang terkait dengan risiko dan bahaya tinggi, serta perilaku
menyimpang. Sebaliknya, beberapa penelitian telah menerapkan
teori tersebut pada jenis tindakan yang lebih normatif dan rasional.
Secara umum keseluruhan perubahan perilaku individu
dipengaruhi oleh tiga fokus utama, yaitu: sumber perilaku, fungsi
dari intervensi yang diberikan dan kategori regulasi yang digunakan.
Perubahan perilaku individu tersebut dapat digambarkan pada
gambar berikut ini.

Gambar 3.8
Roda Perubahan Perilaku

H. PERBANDINGAN ECOLOGICAL APPROACH DENGAN


TEORI-TEORI PERILAKU
Penggunaan Ecological Approach dalam peningkatan
kepatuhan ANC merupakan interaksi keterkaitan faktor
intrapersonal, interpersonal, institusi, komunitas dan kebijakan
publik. Telah banyak teori yang membahas tentang perubahan
perilaku individu sehingga peneliti ingin memaparkan perbandingan
antar teori perilaku yang dapat dilihat pada tabel berikut.

84 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Tabel 3.1
Perbandingan Ecological Approach dengan Teori Perilaku lain

Teori Perilaku Faktor Determinan Pertimbangan Keputusan Intervensi


Ecological Intrapersonal, Pemetaan masalah memperhatikan
Approach Interpersonal, Insitusi, semua faktor yang saling terkait dan
Komunitas dan Kebijakan letak geografis. Bukan hanya
Publik persepsi individu tetapi interaksi
individu dengan lingkungannya.
Health Belief Model Persepsi individu, Prioritaskan persepsi individu dalam
keuntungan dan hambatan penerimaan layanan kesehatan yang
yang diperoleh akan diterima.
Theory Planned Niat perubahan perilaku, Bersifat individu dan subjektif dalam
Behavior sikap, norma subjektif dan niat merubah perilaku tetapi ada
kontrol perilaku kontrol perilaku
Social Cognitive Faktor internal, eksternal Prioritaskan diri dan aspek sosial
Theory yaitu: self efficasy, behavior terkait dirinya
capability, expectation
Communication Berlandaskan unsur Perubahan perilaku karena
Theory komunikasi dalam interaksi pengaruh komunikasi
Green Theory Predisposing, reinforching Perubahan perilaku karena unsur
dan enabling factors dalam diri, dukungan sekitar,
penguat eksternal.
Theory of Reasoned Sikap dan norma subjektif Alasan perubahan perilaku didasari
Action karena niat, sikap terhadap norma
subjektif

Berdasarkan jabaran perbandingan teori tersebut terlihat bahwa


Ecological Approach memberikan solusi terhadap permasalahan
kepatuhan ANC mempertimbangan seluruh aspek interaksi individu
terhadap lingkungan serta pertimbangan aspek georgafis. Sehingga
rekomendari dari hasil temuan penelitian tepat sasaran sesuai
pemetaan tiap wilayah.
Penggunaan teori ini lebih menekankan pada persepsi individu
terhadap layanan kesehatan. Persepsi tersebut berupa persepsi
kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi
hambatan, persepsi ancaman dan isyarat bertindak (Katmini, 2017,
Nugrahani, 2017). Penelitian lain juga mengatakan bahwa intervensi

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 85


pemberian edukasi melalui pendekatan teori Health Belief Model
dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan
perilaku (Laraque, 1997, Yakubu, 2019)
Teori ini sangat sering digunakan dalam beberapa penelitian,
tetapi pada penelitian kami berupaya menyusun model kepatuhan
ANC guna meningkatkan pengetahuan ibu dengan kombinasi
beberapa teori antara lain: Health Belief Model, Planned Behavior
Theory dan Reason Action Theory. Sehingga kombinasi teori
tersebut dapat menghasilkan model yang sesuai dengan wilayah
tersebut.
Theory of Planned Behavior, Konstruksi utama dari teori ini
adalah sikap, norma subyektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan,
niat, dinilai untuk setiap hasil yang diinginkan. Penelitian
menggunakan teori ini telah banyak dilakukan dan menghasilkan
validitas dan reliabilitas perilaku Kesehatan (Basen Engquist,1992,
Whitaker, 2016, Armitage, 2001, Godin, 1996)
Penggunaan teori sosial kognitif dalam intervensi perubahan
perilaku dilihat dari aspek internal dan eksternal individu. Beberapa
penelitian menggunakan teori ini dianggap efektif sebagai ukuran
hasil yang berguna untuk menguji efek jangka panjang dari
perawatan dari waktu ke waktu. Teori ini juga dikenal dengan
Theory of Mind karena menjaga emosional dan efikasi diri individu.
Teori ini efektif dapat dianggap sebagai hasil yang berguna
untuk menguji efek jangka panjang dari intervensi dari waktu ke
waktu (Rossetto, 2020, A. Collie, 2017) Kombinasi teori ini dengan
teori-teori perubahan perilakunya. Implikasi teoritis dan
metodologis dari teori ini harus mempertimbangkan bahwa proses
kognitif dalam lingkungan sosial (Gross, 2020). Pada usulan rencana
implementasi model, kami juga menyarankan agar psikolog
dilibatkan dalam intervensinya.
Teori komunikasi ini sangat diperlukan dalam setiap model
perubahan perilaku. Unsur komunikasi menjadi hal penting karena

86 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


setiap perubahan perilaku tentu ada interaksi dan komunikasi
didalamnya. Teori komunikasi ini bermafaat penting dalam intevensi
promosi kesehatan dan sangat tepat digunakan dalam perspektif
ekologi (Reilly, 2011, Grandes, 2020).
Pada penelitian kesehatan program promosi kesehatan
melibatkan peran aktif tenaga kesehatan dalam implementasinya
(Sanchez, 2017). Untuk itu harus melibatkan peran aktif tenaga
kesehatan terutama pada pelayanan primer. Pemanfaatan teori
komunikasi ini sebagai penunjang dalam setiap implementasi
promosi kesehatan, jadi tidak mungkin mengabaikan peran teori
komunikasi ini dalam rencana implementasi.
Secara umum Green Theory ini hampir sama dengan Ecological
Approach. Unsur predisposing, reinforching dan enabling menjadi
determinan utama dalam teori ini. Penelitian- penelitian kesehatan
sangat sering menggunakan teori ini sebagai faktor determinan
perubahan perilaku dalam pelayanan Kesehatan (Hidayatun, 2014,
Puji Lestari, 2015, Sukmawati, 2017).
Hal yang berbeda dengan Ecological Approach adalah system
pengelompokkan setiap determinan tidak mempertimbangkan
interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Faktor geografis
secara eksplisit tidak disebutkan dalam teori Green ini. Letak
geografis dan demografi suatu wilayah berperan penting terhadap
perubahan perilaku individu terutama mendapatkan layanan
kesehatan.
Teori perilaku memberikan pernyataan eksplisit untuk mengatur
perubahan perilaku karena itu relevan untuk menyelidiki masalah
implementasi dan menginformasikan intervensi tersebut. Harus
memahami mekanisme perubahan, termasuk bagaimana dan dalam
konteks mana intervensi efektif dan memberikan informasi yang
efektif.
Theory of Reasoned action ini penggunaannya hampir sama
dengan Theory Planned Behavior. Setiap perubahan perilaku

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 87


disertai niat, sikap dan norma subjektif. Bila dikaitkan dengan
Ecological Approach faktor tersebut dikatakan faktor intrapersonal.
Hanya saja dalam Ecological Approach sasarannya sangat luas dan
interaktif.

Latihan dan Evaluasi


Petunjuk: jawablah pertanyaan berikut ini dengan ringkas dan jelas.
1. Apa yang saudara ketahui tentang teori health belief model?
Jelaskan dan berikan contoh.
2. Stages of change adalah bagian perubahan dari suatu tahapan,
yaitu yang memiliki lima tahap perubahan perilaku yaitu
precontemplation, contemplation, preparation, action, dan
maintenance. Jelaskan maksud dari precontemplation?
3. Mengapa teori komunikasi sangat dibutuhkan terutama dalam
bidang Kesehatan? Berikan contoh aplikatifnya.
4. Jelaskan perbedaan teori green dengan ecological approach ?
5. Secara umum keseluruhan perubahan perilaku individu
dipengaruhi oleh tiga fokus utama, sebutkan?

88 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


DAFTAR PUSTAKA

A. Collie, P. Maruff, and J. Currie. Behavioral Characterization of


Mild Cognitive Impairment. Journal of Clinical and
Experimental Neuropsychology, vol. 24, no. 6, pp. 720–733,
2002.
Armitage CJ, Conner M. Efficacy of the theory of planned behaviour:
A metanalytic review. British Journal of Social Psychology.
2001; 40:471–499.
Asjen and Fishbein’s Theory of Reason Action as Apply to Moral
Behavior: A Confirmatory Analysis. Journal of Personality and
Social Psychology. January 1992. Vol.62 No.1 pp:98-109. DOI:
10.1037//0022-3514.62.1.98
Bandura, A., 1977, Self Efficacy: Toward a Unifying Theory of
Behavioral Change, Phsycological Review, 84, 191-215 cit.
Hayden, J., 2009, Introduction to Health Behaviour Theory, 34-
44, Jones and Barlett Learning, Burlington
Basen Engquist, K., Parcel, G. S. Attitudes, Norms, and Self Efficacy:
A model of Adolescents’ HIV-Related Sexual Risk Behavior.
Health Education Quarterly, 1992.19, 263–277. Cervical
Cancer among Women in Kediri, East Java. Journal of
Epidemiology and Public Health (2017), 2(1): 70-81.
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2017.02.01.07 East
Java. Journal of Health, Vol 6. No.1 pp: 1-5 Factors Associated
with the Use of HPV Vaccine for the Prevention of
Fertman I. Carl, Allensworth D. Diane. Health Promotion Programs
from Theory to Praktice. Philosophy, Prejudice and Practice
(1st Edition). United States: Published by Jossey Bass. 2010: 83-
84

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 89


Fishben, M. and Ajzen, I. Belief, Attitude, Intention, and Behaviour:
An Introduction to Theory and Research. Reading MA:
Addison-Wesley.1975
Glanz, K., Rimer, B.K., & Lewis, F.M (ed.) 2002, Health Behaviour and
Health Education, Theory, Research, and Practice, 3rd ed
Godin G, Kok G. The Theory of Planned Behavior: A review of its
Applications to Health Related Behavior. American Journal of
Health Promotion. 1996; 11:87–98.
Grandes G, Sanchez A, Cortada JM, et al. Collaborative Modeling of
an Implementation Strategy: a Case Study to Integrate Health
Promotion in Primary and Community Care. BMC Res Notes.
2017;10(1):699. Published 2017 Dec 6. doi:10.1186/s13104-
017-3040-8
Green, L.W,. Kreuter, M.W, Health Program Planning an Educational
and Ecological Approach 4th Ed, Mc. Graw Hill, Boston, 2005
Gross EB, Medina DeVilliers SE. Cognitive Processes Unfold in a
Social Context: A Review and Extension of Social Baseline
Theory. Front Psychol. 2020; 11:378. Published 2020 Mar 10.
doi:10.3389/fpsyg.2020.00378
Hidayatun Mukaromah, Saenun. Analisis Faktor Ibu Hamil Terhadap
Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Siwalankerto
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, Vol. 2
No.1, Juli 2014 : 39-48
Janz, N. K. & Becker, M. H. The Health Belief Model: A Decade Later,
Health Education Quartelly, 11(1) in Odgen J. Health
Psysicology a textbook. 3rd Edition, 1984:p:24-27
Katmini, Nurcahyanti, F.D, Yunita. A. The Association Between
Health Belief
Laraque, D., McLean, D. E., Brown-Peterside, P., Ashton, D.,
Diamond, B. (1997). Predictors of Reported Condom Use In
Central Harlem Youth As Conceptualized By The Health Belief
Model. Journal of Adolescent Health, 21, 318–327.

90 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Model Theory and Preeclampsia on Pregnant Women in Kediri
Regency
Nugrahani, R, Budihastuti, Pamungakasari. E.P. Health Belief Model
on the
Ogden J. Health Psychology A Textbook. (3rd, Ed.), Philosophy,
Prejudice and Practice (3rd edition). Inggris: Open University
Press. 2004:3, 24-27, 3133
Prochaska, J.O, Redding, C.A & Evers, K.E. The Trans Theoretical
Model and Stages of Change in Health Behaviour and Health
Education, Theory, Research, and Practice, 3rd ed, Glanz, K,
Rimer, BK., Lewis, FM, Jossey Bass, San Francisco, 2002: pp.
99-116
Puji Lestari, T.M. Perilaku Ibu Hamil dalam Menjaga Kesehatan
Kehamilan di Desa Pasar Baru Kecamatan Pangean Kabupaten
Kuantan Singingi. JOM FISIP Vol. 2 No. 2 – Oktober 2015 pp: 1-
15
Reilly RE, Cincotta M, Doyle J, et al. A Pilot Study Of Aboriginal
Health Promotion from An Ecological Perspective. BMC Public
Health. 2011;11:749.Published 2011 Sep 30.
doi:10.1186/1471-2458-11-749
Rossetto F, Baglio F, Massaro D, et al. Social Cognition in
Rehabilitation Context: Different Evolution of Affective and
Cognitive Theory of Mind in Mild Cognitive Impairment. Behav
Neurol. 2020; 2020:5204927. Published 2020 Jan 4.
doi:10.1155/2020/5204927
Sanchez A, Grandes G, Cortada JM, Pombo H, Martinez C, Corrales
MH, de la Peña E, Mugica J, Gorostiza E, PVS group. Feasibility
of an Implementation Strategy For The Integration of Health
Promotion in Routine Primary Care: A Quantitative Process
Evaluation. BMC Fam Pract. 2017;18(1):24.
Sukmawati. The Effect of Education on Pregnancy Knowledge and
Attitude About Breastfeeding Initiation In Puskesmas Working

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 91


Region Parangloe District Gowa. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar. Tesis. 2017 pp: 46-47.
Whitaker KM, Wilcox S, Liu J, Blair SN, Pate RR. Pregnant Women's
Perceptions of Weight Gain, Physical Activity, and Nutrition
Using Theory of Planned Behavior constructs. J Behav Med.
2016;39 (1):41-54. doi:10.1007/s10865-015-9672-z
Yakubu I, Garmaroudi G, Sadeghi R, Tol A, Yekaninejad MS, Yidana A.
Assessing the Impact of an Educational Intervention Program
on Sexual Abstinence Based on the Health Belief Model
amongst Adolescent Girls in Northern Ghana, a Cluster
Randomised Control Trial. Reprod Health. 2019;16(1):124.
Published 2019 Aug 15. doi:10.1186/s12978-019-0784-8

92 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


BAB 4
STUDI KASUS
KEPATUHAN ANTENATAL CARE
DI KOTA DUMAI

A. GAMBARAN KOTA DUMAI


Kota Dumai merupakan salah satu kota administratif di Provinsi
Riau. Letak geografis kota ini berada di pesisir timur Pulau Sumatera.
Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Rupat, Timur berbatasan
dengan Kabupaten Bengkalis, Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Mandau dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan
Hilir. Total luas wilayah Kota Dumai adalah 1.727,38 km2.
Pintu gerbang Provinsi Riau bagian utara memiliki aksesibilitas
tinggi terhadap negara Malaysia dan Singapura. Suhu rata-rata
cukup panas berkisar 24-340 C. Tekstur tanah rawa bergambut, jenis
tanah terdiri dari organosol humus dan pedsonik (merah kuning)
cocok untuk perkebunan kelapa sawit dan karet. Kondisi tanah yang
demikian mengakibatkan masyarakat kesulitan untuk memperoleh
air bersih.
Jarak tempuh dari Kota Dumai ke Pekanbaru ibukota Provinsi
Riau adalah 182,7 km dengan waktu tempuh 4-5 jam melalui
transportasi darat. Sedangkan transportasi udara memiliki waktu
tempuh 30-35 menit melalui Bandar Udara Pinang Kampai.
Kota Dumai terdiri dari tujuh kecamatan yaitu: Dumai Barat,
Dumai Timur, Bukit Kapur, Sungai Sembilan, Medang Kampai, Dumai
Kota dan Dumai Selatan. Terbagi pada 33 kelurahan. Jumlah
penduduk tahun 2018 yaitu 283.872 jiwa. Kepadatan penduduk 172
jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk 4.83%. Tingkat
pertumbuhan ekonomi di Kota Dumai cukup pesat. Wilayah ini
memiliki sumber daya lahan potensial untuk pengembangan
agrobisnis dan agroindustri sehingga di Kota Dumai ini banyak
berdiri perusahaan industri minyak mentah dari hasil kebun kelapa
sawit
Mayoritas penduduk sebanyak 241.991 jiwa beragama Islam.
Terbanyak di Kecamatan Dumai Timur yaitu: 47.332 jiwa. Mata
pencaharian masyarakat beragam seperti: petani, perkebunan,
nelayan, karyawan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan honorer.

B. IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA


KEPATUHAN ANC
1. Kecamatan Dumai Barat
Luas wilayah 44,98 km2 terdiri dari empat kelurahan yaitu:
Bagan Keladi, Pangkalan Sesai, Purnama dan Simpang Tetap Darul
Ichsan. Pada tahun 2017, terdapat dua kasus AKI di masa hamil dan
nifas. AKI tersebut sangat erat kaitannya dengan tingkat kesadaran
perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu.
Hasil wawancara dengan informan terkait faktor intrapersonal
yaitu alasan atau penyebab yang muncul dari dalam diri informan.
Terdapat beberapa alasan ibu hamil dalam melakukan kunjungan
ANC antara lain: pemahaman dan pengetahuan ibu yang masih
kurang tentang obat dan nutrisi ibu hamil, pendidikan masih rendah,

94 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


kepercayaan terhadap dukun kampung dan mitos tentang
kehamilan.
Faktor interpersonal yaitu interaksi dan dukungan dengan
orang-orang disekeliling ibu hamil. Beberapa alasan interaksi yang
dilakukan ibu hamil antara lain: jarang bergaul dengan tetangga,
berkomunikasi tentang kehamilan dengan teman sekantor, bentuk
nasihat mertua tentang makanan, dukungan suami dalam
mendampingi pemeriksaan ANC, melahirkan ingin didampingi orang
tua. Dukungan Toma masih jarang dilibatkan.
Faktor insitusi adalah ketersediaan fasilitas dan program layanan
kesehatan ibu hamil. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap
kunjungan ANC antara lain: Sistem pendaftaran di Poli sudah secara
online, ketersediaan laboratorium sudah memadai, asuransi
kesehatan sudah hampir merata (peserta BPJS), program kelas ibu
hamil namun ada yang tidak diketahui oleh ibu hamil seperti jadwal
program senam hamil. Pelatihan bagai tenaga kesehatan masih
belum memadai, masih ada bidan yang belum memiliki STR (Surat
Tanda Registrasi).
Faktor komunitas yang ditanyakan disini adalah pemanfaatan
atau penggunaan media sosial, beberapa sudah memiliki akun
media sosial. Tetapi untuk media televisi dan koran, ibu hamil ini
jarang mengaksesnya. Faktor kebijakan publik antara lain
kepersertaan BPJS, administrasi kependudukan sudah memadai,
hanya masih ada yang belum memiliki KTP. Berikut ini rangkuman
assessment yang telah dilakukan pada Kecamatan Dumai Barat
dapat dilihat pada table berikut.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 95


Tabel 4.1 Assesment di Kecamatan Dumai Barat
Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Intrapersonal o Kesadaran ibu hamil o Suku Nias takut diperiksa
o Pengetahuan untuk periksa ke (bukan komunitasnya)
o Sikap Puskesmas o Masih ke dukun kampung
o Kepercayaan o Mengikuti kelas dan o Pendidikan masih rendah
o Pendidikan senam hamil o Tidak mengetahui
program Senam Hamil
o Mitos tentang kehamilan
Interpersonal o Suami dan keluarga (+) o Toma kurang berperan
o Suami, keluarga o Dukungan teman kantor o Pasangan usia muda
o Teman, kader o Kader berperan
Institusi o Jumlah bidan cukup o Kurangnya pelatihan
o SDM Nakes o Deteksi dini, kasus bidan
o Fasilitas penyulit persalinan (+) o Bidan ada yang
o Pemeriksaan darah belum memiliki STR
rutin o Kekurangan tenaga
o Ada Klinik bersalin di laboratorium, kesling
Puskesmas “Kasih Ibu” o Distribusi bidan belum
o Ambulance gratis merata
o Komptensi bidan kurang
Komunitas Ibu hamil ada yang o Gangguan jaringan listrik
o Media sosial menggunakan o Mitos kehamilan
o Sosial budaya handphone, media sosial, o Status Ekonomi rendah
o Sosial ekonomi wattsapp, facebook,
youtube.
Kebijakan Publik o Pemanfaatan BPJS (+) o pengembangan SDM
o Regulasi BPJS o Program Darbin, Senam o Keterbatasan dana
o Perda hamil (+) Jampersal
o Pengurusan e-KTP (+) o Klaim BPJS kadang
terlambat

2. Kecamatan Dumai Timur


Luas wilayah kerja kecamatan Dumai Timur adalah 45,50 km2
yang terbagi pada 5 kelurahan (Kelurahan Jaya Mukti, Kelurahan
Tanjung Palas, Kelurahan Bukit Batrem, Kelurahan Teluk Binjai dan
Kelurahan Buluh Kasap). Jumlah bidan 18 orang. Kunjungan ANC K1
(75,1%), K4 (75,5%). Beberapa layanan kesehatan yang ada antara
lain: 10 praktek dokter perorangan, terdapat 25 Bidan Praktik
Swasta (BPS), tujuh orang bidan desa, dua Polindes dan dua
Poskeskel. Puskesmas Jaya Mukti yang berada di wilayah ini non
96 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL
rawat inap. Untuk pelayanan kesehatan lanjutan harus ke RSUD
Kota Dumai.
Faktor intrapersonal yang mengidentifikasi kepatuhan ANC,
mengemukakan beberapa alasan antara lain: lebih menyukai periksa
ke BPS, masih ada kepercayaan terhadap dukun kampung, mitos,
pengetahuan tentang kehamilan masih kurang, malu karena status
pernikahan. Faktor interpersonal yang teridentifikasi melalui
wawancara mendalam antara lain: dukungan suami mengantar
periksa hamil, keberadaan dan nasihat orang tua, keaktifan Toma
dan kader.
Faktor insitusi dalam fasilitas layanan terindentifikasi bahwa
fasilitas di Puskesmas sudah lengkap, pemeriksaan laboratorium
darah rutin di BPS belum ada, tidak mengikuti kelas ibu hamil,
kunjungan Darbin (Daerah Binaan), pengembangan kompetensi
pelatihan bidan masih kurang.
Faktor komunitas dan interaksi ibu hamil, tenaga kesehatan
dengan media sosial sudah lumayan aktif. Pengadaan brosur,
spanduk terlihat sudah banyak terpasang di Puskesmas. Hanya saja
media televisi lokal belum terlihat memberikan acara atau informasi
tentang kesehatan ibu hamil.
Faktor kebijakan pemerintah daerah hampir sama di setiap
kecamatan. Pemberlakuan asuransi kesehatan melalui BPJS, tetapi
masih ada yang belum menjadi peserta BPJS. Kebijakan tentang
pelatihan tenaga bidan dirasakan masih kurang. Kebijakan akreditasi
disetiap puskesmas sudah merata.
Berdasarkan pengumpulan data-data yang telah dilakukan,
peneliti menyusun rangkuman assessment dari hasil wawancara,
observasi dan penelusuran dokumen, profil dan arsip. Hasil
rangkuman dapat dilihat pada tabel berikut.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 97


Tabel 4.2 Assesment di Kecamatan Dumai Timur
Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Intrapersonal o Pasien periksa di BPM o Dukun kampung hanya
o Pengetahuan o Ibu hamil sadar untuk urut saja.
o Sikap periksa o Kunjungan kelas ibu hamil
o Kepercayaan o Di rs kelas ibu hamil masih kurang
o Mitos pakai doorprice o Pengetahuan masih
kurang
o Mitos pantangan makanan
Interpersonal o Ibu hamil didampingi Masih ada suami yang
o Dukungan suami suami melarang karena status
o Dukungan o TOMA dilibatkan kawin kontrak
keluarga o Kader aktif kegiatan ibu
o Dukungan Toma hamil
o Dukungan Kader
Institusi o Jumlah bidan cukup o Kurangnya pelatihan
o SDM Nakes o Puskesmas bidan
o Fasilitas terakreditasi, o Kekurangan tenaga
o Akses ke RS dekat laboran
o BPM/ BPS mudah o Pencatatan dan pelaporan
diakses. kadang terlambat
o Layanan o Sinkronisasi Data
menggunakan tablet o Akurasi cek labor
dan paperless
Komunitas Ibu hamil ada yang Masih ada ibu hamil yang
o Media sosial menggunakan urut dengan dukun kampung
o Sosial budaya handphone, media sosial:
o Sosial ekonomi facebook, intagram,
youtube.
Kebijakan Publik Penggunaan IT layanan o Pemanfaatan BPJS
o Regulasi BPJS Puskesmas (+) o Anggaran SDM terbatas
o Anggaran o Bidan tidak melayani ANC
pasien BPJS, prosedur
klaim ANC rumit

3. Kecamatan Bukit Kapur


Wilayah Kecamatan Bukit Kapur terbagi dua bagian yaitu Bukit
Kapur dan Bukit Kayu Kapur. Secara geografis letak daerah ini
diperbatasan jalan lintas menuju Kota Pekanbaru. Tingkat
perekonomian dikategorikan rendah karena mayoritas penduduk
adalah buruh harian lepas di kebun kelapa sawit dengan upah
harian sehingga kurang memadai untuk biaya kehidupan sehari-hari.
98 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL
Angka bayi lahir mati tahun 2017 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya yaitu 11 orang, angka kematian ibu di daerah ini
ada dua orang. Penyebabnya kematian tersebut antara lain karena
masih kurangnya pengetahuan ibu, kesadaran ibu terhadap
kesehatan dan gizi yang cukup semasa hamil dan melahirkan.
Jumlah kunjungan ibu hamil tahun 2017 semakin sedikit
dibandingkan tahun 2016 yaitu 621 orang. Beberapa upaya yang
sudah dilakukan fasilitas kesehatan setempat yaitu: penyuluhan,
meningkatkan asuhan kebidanan, kegiatan P4K (Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) oleh tenaga
kesehatan. Beberapa orang yang ada pada tim tersebut melakukan
kunjungan rumah untuk pendataan dan sweeping.
Hasil wawancara dengan informan terkait faktor intrapersonal
yang mempengaruhi kunjungan ANC antara lain: kemauan ibu masih
rendah, jarak rumah ke puskesmas jauh, keberadaan dukun masih
ada. Faktor interaksi dengan lingkungan sekitar seperti dukungan
suami, keluarga masih terlihat, bersedia mendamping dan
mengurus administrasi menjelang persalinan, mitos berurut selama
hamil, pantangan makanan, keaktifan kader, peran aktif Toma.
Faktor ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan menjadi
faktor penghambat kepatuhan ANC. Keterbatasan tenaga penunjang
kesehatan, pengembangan tenaga kesehatan berupa pelatihan APN
masih kurang, program kelas ibu hamil sudah berjalan. Keterlibatan
pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan terutama tentang
asuransi kesehatan yang dikelola oleh BPJS masih ditemukan
beberapa kendala, belum seluruhnya warga menjadi peserta BPJS.
Kebijakan tentang peningkatan kompetensi bidan telah direspon
baik oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai. Pembangunan Puskesmas
Rawat Inap untuk wilayah bukit kayu kapur sudah berproses.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 99


Tabel 4.3 Assesment di Kecamatan Bukit Kapur
Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Intrapersonal o Mengikuti kelas ibu hamil o Pendidikan rendah
o Pengetahuan o Mau periksa ke BPS o Kesadaran ibu
o Sikap o Edukasi ibu dan keluarga
o Kepercayaan o Dukun masih ada
o Dukun terlatih 1
Interpersonal o TOMA dilibatkan o Domisili di perkebunan
o Dukungan suami o Organisasi pemuda, RT, o Suami bekerja jauh dari
o Toma RW rumah
o Kader o Kader aktif
o Suami mendampingi
Institusi o Bidan cukup (26 orang) o Kompetensi bidan
o SDM Nakes o Kunjungan dan o Komunikasi antar nakes
o Fasilitas sharing ilmu oleh dr o Pencatatan pelaporan
Spesialis belum akurat
o Bidan baru ikut o Kesulitan akses
magang di transportasi
RSUD o Akses jalan lintas
o Ada program ASI “Nenek
Asik”
Komunitas o Sebagian ibu hamil juga o Jaringan telephone, listrik
o Media sosial pengguna media sosial belum memadai
o Sosial budaya (+) o Mata pencaharian
o Sosial ekonomi o Kekeluargaan (+) mayoritas buruh kebun
sawit
Kebijakan Publik o Pemanfaatan dana BOK o Mekanisme rekrutmen
o Regulasi BPJS o Puskesmas terakreditasi nakes kurang pemetaan
o Akreditasi o Komitmen Dinkes o Pembayaran klem BPJS
o Anggaran tentang fasilitas (+) kadang terlambat.

Beberapa hal yang menjadi faktor penghambat antara lain: akses


transportasi dikarenakan lokasi pemukiman penduduk berkelompok
di daerah tertentu sehingga untuk menemukan akses pelayanan
kesehatan lumayan jauh, ditambah lagi fasilitas jalan rumah warga
masih agak sulit ditempuh karena kondisi jalan yang kurang baik.
Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap kesehatan selama
kehamilan masih kurang sehingga menyebabkan ibu hamil masih
belum peduli. Kurangnya edukasi pada ibu hamil dan keluarga.
Kepercayaan terhadap dukun kampung masih cukup kuat.

100 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Keakraban dan kenyamanan bersama dukun kampung lebih mudah
dirasakan oleh ibu hamil.

4. Kecamatan Sungai Sembilan


Daerah Kecamatan Sungai Sembilan terletak paling utara.
Berbatasan dengan Selat Malaka dan Pulau Rupat. Terdiri dari lima
kelurahan yaitu: Kelurahan Bangsal Aceh, Lubuk Gaung, Tanjung
Penyembal, Basilam Baru dan Batu Teritip. Kecamatan ini
merupakan wilayah terluas di Kota Dumai yaitu 975,38 Km2 .
Hasil wawancara dengan informan terkait factor yang
mempengaruhi kunjungan ANC yang teridentifikasi muncul dari
dalam diri ibu hamil antara lain: dukun kampung masih aktif, mitos
penggunaan barang yang dibawa pada ibu hamil, pengetahuan
tentang fungsi tablet tambah darah masih kurang, kurangnya
sosialisasi di daerah seberang.
Beberapa interaksi ibu hamil dengan lingkungan sekitarnya
dikenal dengan pengaruh faktor Interpersonal. Hasil wawancara
dengan beberapa informan antara lain: bentuk dukungan suami
masih minim karena pekerjaan suami yang jauh, dukungan
tentangga dalam mengantar ke posyandu, suami mengingatkan
untuk minum obat, keterlibatan Toma masih dibagian keagamaan.
Ketersediaan fasilitas layanan kesehatan di Kecamatan Sungai
Sembilan, khususnya di Puskesmas induk sudah memadai, hanya
saja di daerah batu Tritip dan Desa Senepis, akses jalan, transportasi
kurang memadai, beberapa fasilitas dan peralatan, obat-obatan di
Desa Senepis masih kurang memadai, penempatan bidan kurang
merata, kedisiplinan dan karakter petugas, penggunaan media sosial
dan status ekonomi yang menengah kebawah.
Kepedulian Pemerintah Daerah dalam membangun wilayah ini
sudah terlihat, pembangunan Polindes sudah terlihat, tetapi untuk
kepesertaan BPJS masih belum maksimal. Komitmen Bappeda

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 101


(Badan Perencanaan Daerah) dalam pembangunan infrastruktur dan
pengadaan fasilitas sudah terlihat.

Tabel 4.4 Assesment di Kecamatan Sungai Sembilan


Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Intrapersonal o Masyarakat mulai o Penddidikan rendah
o Pengetahuan terbuka o Pengetahuan rendah
o Sikap o Masih ada yang rutin o Keberadaan dukun
o Kepercayaan periksa hamil dianggap masih
o Kepercayaan ke nakes penting
masih baik o Dukun masih aktif
Interpersonal o Suami mendampingi o Kesadaran keluarga
o Dukungan suami
o Masyarakat mulai o Toma jarang
o Dukungan terbuka dilibatkan
keluarga o Dukungan
o Dukungan Toma teman/tentangga
o Dukungan teman
Institusi o o Kompetensi bidan
Bidan Puskesmas cukup
o SDM Nakes o Bidan PTT, TKS o Distribusi bidan desa
o Fasilitas o USG mobile gratis o Komunikasi antar
o Fasilitas rawat inap nakes
o Rumah dinas belum o Peralatan medis di
mencukupi kelurahan/desa
o Karakter petugas
Komunitas o Beberapa memiliki o Jaringan internet,
o Media sosial medsos listrik sering
o Sosial ekonomi o Penggunaan Handphone terganggu
o Mata pencaharian
buruh ladang, buruh
pabrik
Kebijakan Publik o Dinkes mendukung o Akses jalan kurang
o Regulasi BPJS o Pemanfaatan BPJS dan baik
o Anggaran Jampersal o Akses ke yankes jauh
o Komitmen Pemda o Transportasi umum
o Akses air bersih

Akses layanan kesehatan sangat jauh, terutama kelurahan Batu


Teritip dan Desa Senepis dengan jarak tempuh 4 jam menuju
Puskesmas (2 jam lewat laut + kendaraan roda dua. Akses jalan yang
kurang baik apalagi dimusim hujan. Masih kurangnya perahu atau

102 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


transportasi laut. Sehingga keberadaan dukun kampung dianggap
menjadi solusi dalam mengobati penyakit warga sekitar.
Tahun 2017 ada temuan kematian ibu satu orang karena
keterlambatan rujukan dan proses awal dilakukan oleh dukun dan
keluarga. Meskipun sudah ada bidan desa dan bidan PTT tetapi
jumlahnya terbatas dan lokasinya masih berjauhan dengan
pemukiman penduduk.

5. Kecamatan Medang Kampai


Luas wilayah ini adalah 373 km2 terdiri dari empat kelurahan
yaitu: Mundam, Guntung, Teluk Makmur dan Pelintung. Kepadatan
penduduk 36 orang perkm2. Tenaga bidan di Puskesmas 27 orang
dan penempatan bidan desa dibeberapa kelurahan.
Faktor intrapersonal yang muncul dalam diri ibu hamil terkait
kepatuhan kunjungan ANC antara lain: faktor akses layanan
kesehatan yang jauh, masih ada yang berobat ke dukun kampung,
masih percaya mitos dalam kehamilan. Faktor interpersonal yang
berasal dari interaksi ibu hamil dengan lingkungan sekitarnya juga
mempengaruhi kepatuhan ibu hamil, antara lain: melibatkan tokoh
masyarakat, dukungan tetangga, dukungan suami.
Ketersediaan fasilitas layanan kesehatan untuk di Puskesmas
induk memang sudah memadai, tersedia laboratorium pemeriksaan
darah rutin tetapi proses screaning HIV, AIDs belum menyeluruh.
Akses menuju ke Puskesmas dari rumah warga, sangat jauh
terutama Kelurahan Pelintung dan Guntung. Tetapi tersedia
posyandu di setiap kelurahan tersebut. Ketersediaan tenaga bidan
sudah mencukupi dan ada penambahan bidan praktik.
Kebijakan pemerintah terkait klem pesertaan BPJS di wilayah ini
tidak mengalami hambatan, ibu hamil juga aktif menggunakan sosial
media meski tidak sepenuhnya mengakses tentang informasi
kehamilan. Berikut rangkuman assessment yang dilakukan di
wilayah Kecamatan Medang Kampai ini.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 103


Tabel 4.5 Assesment di Kecamatan Medang Kampai

Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat


Intrapersonal o Ibu hamil sudah mulai o Penddidikan rendah
o Pengetahuan terbuka o Kunjungan kelas bumil
o Sikap o Masih percaya dengan o Kasus HIV+ 1 orang
o Kepercayaan terapi atau pengobatan o Mitos selama hamil
medis (+) o Masih primitif di
kelurahan Pelintung
Interpersonal o Suami bersedia o Kesadaran keluarga
o Dukungan suami mendampingi (+) o Pemahaman keluarga,
o Dukungan keluarga o TOMA berperan suami
o Dukungan Toma dalam MMD
Institusi o Bidan Puskesmas 27 o Distribusi bidan desa
o SDM Nakes orang o Peralatan medis
o Fasilitas o Bidan PTT dan TKS (+) di kelurahan
o Program tim Darbin, o Pelatihan masih kurang
Poskeskel, posyandu o Pencatatan data
aktif missing, pasien ke BPS,
o Pemanfaatan IT RSUD
Komunitas o Penggunaan Media o Jaringan internet, listrik
o Media sosial sosial Wattsapp group masih terganggu
o Sosial budaya o Sebagian besar Ibu o Daerah tertentu,
o Sosial ekonomi hamil memiliki alat ekonomi masih
komunikasi menengah kebawah
Kebijakan Publik o Pemanfaatan dana BOK o Akses jalan kurang
o Regulasi BPJS o Pemanfaatan BPJS dan baik terutama kel.
o Perda Jampersal Pelintung
o Transportasi umum

Kegiatan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)


pada bulan Februari 2019 tingkat Kecamatan di Kota Dumai, fokus
pada masalah peningkatan Sumber Daya Manusia, kualitas
pendidikan, kualitas kesehatan, kesejahteraan masyarakat,
penanggulangan kemiskinan, pelayanan publik, sarana dan
prasarana, infrastruktur terutama jalan, sanitasi di Kecamatan
Medang Kampai ini.
Terdapat empat kelurahan yang memberikan usulan yaitu:
Kelurahan Pelintung, Guntung, Teluk Makmur dan Mundam.
Adapun usulan yang disampaikan antara lain tentang proritas

104 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, kualitas pendidikan
dan fasilitas kesehatan.

6. Kecamatan Dumai Kota


Wilayah ini terletak di tengah kota dengan Luas wilayah 17.00
Km2 yang berbatasan langsung dengan Selat Rupat (utara). Terdiri
dari lima kelurahan: Bintan, Sukajadi, Rimba Sekampung, Dumai
Kota dan Laksmana. Total jumlah penduduk 47.570 jiwa dengan
13.471 KK. Layanan kesehatan terdiri dari satu Puskesmas induk,
dua Poskelkel, 43 unit Posyandu, 12 BPS dan satu Puskesmas
Pembantu. Keadaan kesehatan lingkungan yang masih terasa
sampai saat ini adalah ketersediaan air bersih, pembuangan sampah,
kesehatan pemukiman dan akses air bersih. Sebagian besar masih
menggunakan penampungan air hujan guna pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
Faktor intrapersonal yang ada didalam diri ibu hamil ada
beberapa hal antara lain: masih percaya mitos tentang kehamilan,
memeriksakan kehamilan ke dokter spesialis kandungan,
pengetahuan ibu tentang kondisi kehamilan masih kurang, masih
berobat ke dukun, malu periksa karena anak sudah banyak.
Faktor interpersonal dan faktor institusi berupa dukungan dari
orang sekitar ibu hamil juga mempengaruhi kepatuhan ANC antara
lain: dukungan keluarga, keterlibatan BPS di kelurahan, keaktifan
kader, keterbatasan tempat untuk lokasi kelas ibu hamil, fasilitas
layanan sudah sistem online meski terkadang masih ada gangguan
jaringan, fasilitas layanan semua ditanggung BPJS, pelatihan untuk
bidan masih belum merata. Pemanfaatan media sosial atau internet
di Kecamatan Dumai Kota ini ada meski tidak semua menggunakan
smartphone. Kawasan kecamatan Dumai Kota ini pasokan listrik
sudah memadai dibandingkan kecamatan pinggiran seperti:
Kecamatan Sungai Sembilan, Dumai Selatan dan Bukit Kapur.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 105


Tabel 4.6 Assesment di Kecamatan Dumai Kota
Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Intrapersonal o Meski ada dukun, tapi o Jarak anak
o Pengetahuan tidak aktif menolong berdekatan, usia tua
o Sikap persalinan masih hamil
o Kepercayaan o Sebagian besar Ibu o Kunjungan kelas
hamil sudah mulai bumil
terbuka o Hamil muda tabu
periksa
o Dukun masih ada
Interpersonal o Sebagian suami dan o Suami kadang jauh,
o Dukungan suami keluarga mendampingi tidak bisa
o Dukungan o Toma ada kesibukan, mendampingi
keluarga o Melibatkan RT dan o Pemahaman keluarga
o Dukungan Toma kader masih kurang
o Kegiatan wirid
Institusi o Bidan Puskesmas o Ruang kelas bumil
o SDM Nakes cukup o Pengadaan alkes
o Fasilitas o Penggunaan Tablet o Masih ada bidan
(paperless) kurang peduli, kurang
o Program Darbin pengalaman
o Pemberian Fe o Pengembangan
Nakes
Komunitas o Media sosial sudah ada o Pelaporan data missing
o Media sosial o Penggunaan telepon o Gangguan Jaringan
o Sosial budaya o Pasokan listrik baik
o Sosial ekonomi
Kebijakan Publik o Dinkes sudah o Tunggakan iuran BPJS
o Regulasi BPJS mendukung meski o Serapan Jampersal
o Anggaran belum sepenuhnya o Rekrutmen, distribusi
o Perda nakes o Pemanfaatan BPJS nakes wewenang
(+) Dinkes
o Pemanfaatan dana
BOK

7. Kecamatan Dumai Selatan


Wilayah kecamatan Dumai Selatan dibagi dua wilayah kerja yaitu:
Puskesmas Bumi Ayu dan Puskesmas Bukit Timah. Terdapat lima
kelurahan yaitu: Bukit Datuk, Bukit Timah, Mekar Sari, Ratu Sima
dan Bumi Ayu. Kepadatan penduduk 73,5/km2. Pendududk wilayah
Bumi Ayu sangat padat dan posisi fasilitas kesehatan sangat mudah

106 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


diakses. Beda halnya dengan Puskesmas Bukit Timah yang berlokasi
di jalan lintas akses keluar kota dan pemukiman penduduk sangat
jauh, serta akses transportasi juga mengalami kendala.
Data ibu hamil yang terdeteksi resiko tinggi tahun 2017
berjumlah 193 orang (87,7%) di kelurahan Bumi Ayu, Bukit Datuk
dan Ratu Sima. Telah diilakukan pemasangan stiker P4K sebanyak
997 (90,5%). Terdapat tiga Poskeskel, 18 Posyandu Balita dan tujuh
Posyandu Usila. Bidan Praktek Swasta ada delapan, Klinik Bersalin
ada satu. Jumlah ketenagaan khususnya bidan ada 16 orang.
Persoalan yang sangat mendasar di Kecamatan Dumai Selatan
khususnya kelurahan Bukit Timah adalah akses air bersih. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di wilayah ini masih sangat rendah yaitu
53,5%. Penduduk yang memiliki akses minum yang layak hanya 3,41%
dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat
higienis sanitasi hanya 26,87%. Kasus kesehatan lain yaitu untuk
kasus Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti: sifilis ada 16 kasus,
HIV ada dua kasus. Deteksi kanker serviks dan payudara ada 21
kasus (12,5%). Jumlah bayi yang mendapatkan Asi ekslusif hanya
40,5%.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, peneliti mencoba
menggali informasi penyebab rendahnya kunjungan ANC di wilayah
ini antara lain: kepercayaan dengan dukun masih ada tetapi juga
masih percaya memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan. Ibu
masih percaya mitos tentang pantangan makanan, pendidikan
masih rendah, keterlibatan kader lumayan aktif meski insentif
belum dirasakan sesuai.
Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan masih ada beberapa
kendala antara lain: tenaga di loket pendaftaran masih kurang,
pembuatan dan pemindahan Puskesmas induk ke akses yang
terjangkau masyarakat, jaringan listrik masih sempat terganggu.
Faktor pendukung antara lain: ibu hamil masih berobat ke tenaga
kesehatan, meski kasus resiko tinggi dalam kehamilan masih

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 107


dijumpai. Kebijakan pemanfaatan asuransi kesehatan yang dikelola
oleh BPJS sangat dirasakan oleh masyarakat tetapi masih ditemukan
kendala bahwa masih ada peserta BPJS yang tidak aktif, sehingga
proses klem menjadi terhambat. Hal ini terkait kendala administrasi
kepesertaan.

Tabel 4.7 Assesment di Kecamatan Dumai Selatan


Variabel Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Intrapersonal Komunikasi antara nakes o Pemahaman ibu masih
o Pengetahuan dan dukun baik kurang tentang
o Sikap kesehatan
o Kepercayaan o Dukun kampung masih
jadi kepercayaan
masyarakat
Interpersonal o Melibatkan kader o Keluhan penerimaan
o Dukungan suami o Masyarakat sudah fee kader per bulan
o Dukungan keluarga terbuka nominal berbeda-beda
o Dukungan Kader o Keluarga/suami
bersedia mendampingi
Institusi o Bidan Puskesmas o Pelatihan, belum
o SDM Nakes cukup maksimal
o Fasilitas o Bidan dimagangkan ke o Program kelas ibu
RSUD hamil kurang
o Penggunaan Tablet terorganisir
(paperless) o Transportasi umum
o Pemberian Fe o Tenaga Rekam medis,
o Penyuluhan rutin penyuluh (kesling)
o Deteksi dini risiko tinggi
o Standar limbah, SPAL
Komunitas o Ibu hamil o Gangguan Jaringan
o Media sosial menggunakan medsos internet, listrik
Kebijakan Publik o Pemanfaatan dana o Proses klem
o Regulasi BPJS BOK terhambat
o Perda/Pusat o Pemanfaatan BPJS o Tunggakan iuran BPJS
dan Jampersal

Secara umum permasalahan di Kecamatan Dumai Selatan


hampir sama dengan kecamatan lainnya: kepercayaan masyarakat
ke dukun kampung masih ada, kendala transportasi ke layanan
puskesmas masih agak jauh dari penduduk, fasilitas dan tenaga

108 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


kesehatan penunjang juga masih kurang, masih ada masyarakat
yang mengalami tunggakan BPJS sehingga proses klem agak
terhambat.

C. PEMETAAN PENYEBAB RENDAHNYA KUNJUNGAN


ANC DI KOTA DUMAI

Gambar 4.1
Pemetaan Kepatuhan Kunjungan ANC di Kota Dumai

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 109


Pada gambar tersebut adalah pemetaan penyebab kepatuhan
ANC ditiap kecamatan. Pendapat langsung dari ibu hamil pada
masiing-masing wilayah terlihat bahwa ada pengaruh transportasi,
kepercayaan atau mitos ibu yang masih berkunjung ke dukun,
karakter petugas, masalah administrasi kependudukan atau
kepersertaan BPJS, tidak ada keluhan selama hamil, paritas dan
karena pindah rumah.
Bila ditelaah per-kecamatan terlihat bahwa faktor yang dominan
untuk daerah kecamatan pinggiran seperti: Kecamatan Sungai
Sembilan, Bukit Kapur, Medang Kampai dan Dumai Selatan,
terdapat persoalan transportasi dan akses jarak menuju ke layanan
kesehatan masih menjadi kendala. Sedangkan persoalan mitos dan
kepercayaan ibu hamil kepada dukun kampung hampir merata di
tiap kecamatan. Keberadaan dukun kampung masih sangat
dipercayai masyarakat sekitar. Meskipun hanya sekedar untuk pijat
dan urut saja.
Penyebab lain yang juga menjadi faktor rendahnya kepatuhan
ANC adalah ibu hamil merasa tidak ada keluhan tentang kehamilan
sehingga tidak perlu untuk memeriksakan diri, jumlah anak yang
sudah banyak sehingga malu untuk memeriksakan kehamilannya.
Alasan malu karena kehamilan diluar nikah dan pindah rumah juga
menjadi alasan ibu hamil tersebut.
Berdasarkan keseluruhan penyebab rendahnya kepatuhan ANC
di Kota Dumai maka peneliti merangkum faktor tersebut dalam
diagram fishbone (Diagram Tulang ikan). Analisis ini dikumpulkan
dari wawancara mendalam, FGD, observasi dan penelusuran
dokumen maka dapat ditentukan analisis tema yang diperoleh
dalam ecological approach yaitu: faktor intrapersonal, faktor
interpersonal, faktor institusi, faktor komunitas, faktor kebijakan
publik.

110 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Gambar 4.2
Analisis Fishbone Kepatuhan ANC di Kota Dumai

Pada gambar tersebut pengelompokkan berdasarkan ecological


approach tersebut menggambarkan bahwa sangat banyak sekali
faktor penyebab rendahnya kepatuhan ANC. Sehingga pemetaan
ditiap kecamatan akan menjadi landasan awal untuk memberikan
solusi dalam pemecahan persoalan ini.
Faktor lain yang secara tidak langsung mempengaruhi
kepatuhan ANC antara lain: masih rendahnya koordinasi lintas
sektor, komunikasi antar petugas, kedisiplinan petugas dalam
menjalankan tanggungjawab setiap program kesehatan dan
ketersediaan infrastruktur seperti: akses jalan, ketersediaan air
bersih yang akhirnya akan mempengaruhi perekonomian
masyarakat setempat.
Analisis statistik juga dilakukan. Ada 10 variabel independen
ecological approach yaitu: pengetahuan, sikap, kepercayaan,
dukungan suami, dukungan keluarga, dukungan teman, dukungan
Toma, institusi, media dan kebijakan publik. Sedangkan variabel

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 111


dependen adalah kepatuhan ANC. Berikut analisis statistik
multivariat.

Tabel 4.8
Analisis Multivariat Kepatuhan ANC di Kota Dumai 2019
Standardized P value Adjusted
Ecological Approach t R R2
Koefisien B (< 0,05) R2
Model 1
Sikap 0,044 0,976 0,330
Pengetahuan 0,254 5.026 0,000
Kepercayaan 0,084 2.075 0,039
Dukungan Suami -0,022 -0,488 0,626
Dukungan Keluarga 0,211 4.032 0,000
Dukungan Teman 0,142 2.606 0,010
Dukungan Toma -0,020 -0,381 0,704
Dukungan Fasilitas 0,208 3.959 0,000 0,729 0,532 0,519
Dukungan Media 0,059 1.311 0,191
Kebijakan publik 0,081 1.626 0,105
Model 2
Sikap 0,043 0,963 0,336
Pengetahuan 0,256 5.067 0,000
Kepercayaan 0,086 2.146 0,033
Dukungan Suami -0,021 -0,453 0,651
Dukungan Keluarga 0,207 4.063 0,000
Dukungan Teman 0,134 2.680 0,008
Dukungan Fasilitas 0,206 3.945 0,000 0,729 0,532 0,520
Dukungan Media 0,058 1.303 0,193
Kebijakan Publik 0,076 1.583 0,114
Model 3
Sikap 0,041 0,920 0,358
Pengetahuan 0,252 5.071 0,000
Kepercayaan 0,087 2.164 0,031
Dukungan Keluarga 0,202 4.066 0,000
Dukungan Teman 0,136 2.746 0,006
Dukungan Fasilitas 0,201 3.950 0,000 0,729 0,531 0,521
Dukungan Media 0,059 1.329 0,185
Kebijakan Publik 0,073 1.536 0,125
Model 4
Pengetahuan 0,273 6.272 0,000
Kepercayaan 0,086 2.148 0,032
Dukungan Keluarga 0,200 4.040 0,000
Dukungan Teman 0,140 2.833 0,005
Dukungan Fasilitas 0,203 4.001 0,000
0,728 0,530 0,521
Dukungan Media 0,060 1.334 0,183
Kebijakan Publik 0,074 1.553 0,121

112 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Model 5
Pengetahuan 0,283 6.580 0,000
Kepercayaan 0,097 2.465 0,014
Dukungan Keluarga 0,213 4.379 0,000
0,727 0,528 0,520
Dukungan Teman 0,154 3.185 0,002
Dukungan Fasilitas 0,204 4.028 0,000
Kebijakan Publik 0,074 1.546 0,123
Model 6
Pengetahuan 0,287 6.662 0,000
Kepercayaan 0,088 2.261 0,024
Dukungan Keluarga 0,214 4.385 0,000
0,724 0,525 0,518
Dukungan Teman 0,169 3.561 0,000
Dukungan Fasilitas 0,244 5.541 0,000

Pada analisis multivariat tersebut dilakukan 6 permodelan


hingga model 6 yaitu permodelan terakhir. Tidak ditemukan lagi
nilai p value > 0,05, nilai Adjusted R2=0,518, artinya secara
gabungan lima variabel independen berpengaruh terhadap
kepatuhan ANC sebesar 51,8%. Lima variabel tersebut adalah:
pengetahuan, kepercayaan, dukungan keluarga, dukungan teman
dan fasilitas. Selanjutnya lima penyebab rendahnya kepatuhan
kunjungan ANC tersebut akan disusun model untuk pemecahan
masalah tersebut.

Latihan dan Evaluasi


Petunjuk: jawablah pertanyaan berikut ini dengan ringkas dan jelas.
1. Jelaskan salah satu penyebab rendahnya kunjungan ANC di Kota
Dumai, berikan argumentasi saudara!
2. Mengapa perlu dilakukan pemetaan penyebab berdasarkan
wilayah dalam identifikasi suatu masalah? Jerlaskan argumentasi
saudara!
3. Apa yang saudara ketahui tentang diagram fishbone tersebut,
jelaskan penggunaannya?
4. Jelaskan 5 variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan ANC
di Kota Dumai?

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 113


DAFTAR PUSTAKA

Creswell J.W, Research Desain, Pendekatan Methode Kualitatif,


Kuantitatif dan Campuran, Edisi 4.Terjemahan Penerbit
Pustaka Pelajar, 2016: 260273
Creswell. J.W., Research Desain. Quantitative, Qualytative and
Mixed Methodes Approaches, Fourth Edition. Sage
Publication, Inc, 2014:18-19, 293-299
Gibbs, G.R, Analyzing Qualitative Data, dalam U.Flick (Editor), The
Sage Qualitative Research Kit. Thousand Oaks, CA: Sage.2007
Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. Adequacy of sample
size in health studies. Edisi terjemahan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 1990:1-3
Riduwan, Kuncoro,. A.E,. Cara Menggunakan dan Memakai Path
Analysis (Analisis Jalur), Edisi cetakan ke 7. Peneribit Alfabeta
Bandung, 2017 hal- 62-64

114 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


BAB 5
MODEL PERILAKU KEPATUHAN
ANTENATAL CARE
Ada lima variabel dalam ecological approach yang
mempengaruhi kepatuhan ANC di Kota Dumai, Provinsi Riau yaitu:
pengetahuan, kepercayaan, dukungan keluarga, teman dan fasilitas.
Adjusted Koefisien Determinan (R2)= 0,518. Artinya variabel yang
diteliti memberi pengaruh 51,8% terhadap kepatuhan ANC.
Penulis merumuskan model teoritik yang tepat untuk mengatasi
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ANC tersebut.
Penyusunan model teoritik tersebut dimulai dari determinan faktor
penyebab kepatuhan ANC di Kota Dumai. Hal ini didukung oleh
temuan hasil penelitian masing-masing variabel.
Selanjutnya hasil temuan tersebut juga dikombinasikan dengan
teori-teori pendukung yang relevan tentang perubahan perilaku
seperti: Health Believe Model, Planned Behaviour Theory, Reason
Action Theory, Behaviour Intention Theory, Social Support Theory,
Communication Theory, Community Building Theory. Setelah itu,
peneliti menyusun strategi yang tepat dan tindakan perencanaan
model yang akan diterapkan di Kota Dumai.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ada empat model
teoritik yang disarankan yaitu: Pregnancy Health Planning Model,
Model Dukun Peduli Ibu Hamil, Model Pendamping Ibu Hamil dan
Pregnancy Health Advocacy. Gambaran sistematika susunan model
teoritik tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.1
Model Kepatuhan ANC di Kota Dumai

116 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


A. MODEL PREGNANCY HEALTH PLANNING
Pengetahuan ibu hamil mempengaruhi kepatuhan ANC. Hal ini
juga terlihat dari tingkat pendidikan responden yang masih rendah
dan mayoritas tidak bekerja. Beberapa teori pendukung yang
digunakan dalam peningkatan pengetahuan ibu antara lain: Health
Belief Model, Planned Behaviour Theory dan Reason Action Theory.
Teori-teori tersebut dikombinasikan berdasarkan hasil temuan
penelitian sehingga disusun sebuah model yang diberi nama
Pregnancy Healh Planning Model. Rangkaian model ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 5.2
Pregnancy Healh Planning Model

Model Pregnancy Health Planning ini merupakan sebuah


tindakan preventif dalam mempersiapkan dan merencanakan
kehamilan. Proses perencanaan dan persiapan yang matang sangat
diperlukan seorang calon ibu ketika memasuki fase kehamilan. Hal
ini tidak terlepas dari peran serta tenaga kesehatan wilayah

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 117


setempat untuk mempersiapkan kegiatan edukasi tersebut. Tenaga
kesehatan sebagai health promotor berupaya untuk merubah
persepsi calon ibu hamil dengan memberikan edukasi dan informasi
tentang persiapan kehamilan dan fase selama menjalani kehamilan.
Perlu dilakukan komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan
dan ibu hamil dalam merencanakan program edukasi tersebut.
Proses komunikasi persuasif juga dilaksanakan dalam rangkaian
model ini. Seorang individu akan berperilaku patuh menjalani
sebuah aktifitas atau tindakan bila individu tersebut memahami
manfaat, fungsi dan efek yang ditimbulkan (Janz, 1984). Diharapkan
akan terjadi perubahan persepsi, perilaku sehingga ketika calon ibu
memasuki fase kehamilan, mereka telah siap baik secara fisik
maupun mental.
Peningkatan kepatuhan ANC melalui ecological approach
terutama faktor intrapersonal untuk meningkatkan pengetahuan
tentang faktor-faktor dan proses yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan ibu hamil. Pendekatan ini mengarah pada peningkatan
apresiasi perilaku sebagai produk sosial dan konsisten dalam
pemberian promosi kesehatan pada ibu hamil dengan pendapatan
rendah (Sword, 1999)
Salah satu model promosi kesehatan dengan penggunaan
multimedia yang fleksibel harus didorong untuk meningkatkan
literasi kesehatan ibu (Newpane, 2020). Model promosi tersebut
juga mempertimbangan faktor tingkat pendidikan, etnik budaya
setempat, status pekerjaan ibu. Tenaga kesehatan harus mampu
menyusun bentuk edukasi promosi kesehatan yang tepat untuk ibu
hamil tersebut. Pada penelitian ini pemanfaatan media promosi
kesehatan yang mempertimbangkan beberapa faktor tersebut
sangat diperlukan guna peningkatan pengetahuan ibu.
Proses implementasi Model Pregnancy Health Planning dimulai
dari pasangan pranikah. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk wanita
tetapi juga dilakukan kepada pria sebagai calon suami. Terdapat tiga

118 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


edukasi atau pemberian edukasi dan penyuluhan yaitu: kesehatan
reproduksi, kesiapan psikis menghadapi pernikahan, kehamilan dan
spiritual value.
Pemateri dalam kegiatan ini adalah: tenaga medis (dokter, bidan)
yang berada pada wilayah kerja Puskesmas di tiap kecamatan.
Kemudian melibatkan tenaga psikolog yang nantinya membahas
tentang pemahaman kondisi psikis seorang wanita dalam menjalani
pernikahan yang nantinya akan berhubungan dengan kondisi psikis
ibu ketika menjalani kehamilan.
Hal bertujuan agar proses dilakukan lebih terkoordinir dan
terprogram. Tenaga ahli penasihat KUA juga memiliki program
nasihat perkawinan yang telah disusun. Kombinasi antara tiga
program ini diharapkan dapat bersinergi dan bermanfaat dalam
peningkatan kepatuhan ANC dan peningkatan kualitas kesehatan
ibu hamil. Sebelumnya harus sudah ada perjanjian kerjasama
(Memorandum of Understanding) antara beberapa instansi terkait
yaitu: Dinas kesehatan melalui Puskesmas, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BP4 (Badan
Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) di wilayah
setempat. Waktu pelaksanaan dan materi setiap sesi dituangkan
dalam perjanjian kerjasama tersebut.
Materi yang diberikan harus dilengkapi dengan media
pendukung seperti: brosur, video, alat peraga praktik dan buku
panduan kegiatan. Buku panduan merupakan salah satu media
promosi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu
(Sumardini, 2016) Guna untuk menjamin keberlangsungan dan
mempermudah proses komunikasi SMS Reminder sebagai media
promosi kesehatan ibu hamil (Herlina, 2013). Media promosi ini
dipersepsikan mudah, menarik dan inovatif terbukti bermanfaat
untuk menyampaikan informasi kesehatan. Pengetahuan atau
kognitif merupakan faktor penting dalam terbentuknya perilaku,
maka memungkinkan berperilaku menjaga, mencegah, menghindari

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 119


atau mengatasi resiko terjadinya komplikasi tersebut (Alisjahbana,
2011). Berikut ini tahapan rencana implementasi model yang dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.3
Rencana Implementasi Model Pregnancy Health Planning
120 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL
Proses pelaksanaan Model Pregnancy Health Planning tersebut
dibagi menjadi tiga tahapan. Mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan tahap penutup. Sistematika kegiatan dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 5.1
Matrik Implementasi Model Pregnancy Health Planning
Tahapan Metode dan Kegiatan Keterangan
Persiapan o Identifikasi kebutuhan materi o Survey lapangan
o Persiapan dan uji materi o Monitoring
o Pembentukan tim o Technical meeting
o Perizinan dan perjanjian o Dokumen MOU
MOU o Social marketing campaign
o Sosialisasi
Pelaksanaan
Sesi 1 Pre test Formulir tes tulis
(Kesehatan) Pemberian edukasi kesehatan Materi:
o Metode: Ceramah, tanya o Kespro dan kehidupan
Pemateri: jawab, diskusi kelompok, seksual.
Tenaga konseling o Cek status kesehatan
kesehatan o Media: pemutan video, slide o imunisasi TT dan gizi
presentasi, brosur, buku o Tanda, gejala dan keluhan
pedoman awal kehamilan.
o Alat peraga materi o Informasi waktu
o Praktik alat peraga pemeriksaan kehamilan
Post Test (K1-K4)
o Metode kontrasepsi
Formulir post test
Sesi II Pre test Formulir tes tulis
(Psikologi) Pemberian edukasi psikologi Materi:
o Metode: Ceramah, tanya o Kekerasan dalam
Pemateri: jawab, diskusi kelompok, pernikahan dan solusi
Psikolog konseling o Kesetaraan gender
o Media: pemutan video, slide o Tips menghadapi
presentasi, brosur, buku kehamilan ideal dan
pedoman Kehamilan Tidak
o Alat peraga materi Diinginkan dari sisi
Post test psikologi
o Perubahan emosional
o Tips peduli HIV AIDS
Formulir post test
Sesi III Pre test Formulir tes tulis
(Spiritual) Pemberian edukasi spiritual Materi:

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 121


o Metode: Ceramah, tanya o Keluarga Sakinah
Pemateri: jawab, diskusi kelompok, o Undang-undang
Staf ahli KUA konseling Perkawinan
o Media: pemutan video, slide o Informasi masalah Nikah,
presentasi, brosur, buku Talak, Cerai dan Rujuk
pedoman o Konseling pernikahan dan
o Alat peraga materi masalah rumah tangga
Post test secara umum
Formulir post test
Penutup Pencatatan dan dokumentasi Info nomor kontak tiap bagian
Pemberian materi kegiatan Dokumen materi kegiatan
Info evaluasi per tiga bulan
Info aplikasi dan website

B. MODEL DUKUN PEDULI IBU HAMIL


Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa,
dan masing-masing suku bangsa mempunyai kebudayaan dengan
adat istiadatnya masing-masing. Setiap suku bangsa memiliki
budaya yang khas yang membedakannya dari suku bangsa lainnya
yang tersebar di wilayah Indonesia (Achroni, 2008). Oleh karena itu
pemanfaatan ruangpun melibatkan peran Dukun Kampung sebagai
pemimpin adat yang menguasai aturan pemanfaatan ruang
menurut adat masyarakat setempat. Adat mengatur batas-batas
kawasan atau lingkungan yang dapat dimanfaatkan atau dilindungi,
berdasarkan berbagai pertimbangan yang bersifat spiritual
(Noviansyah, 2009).
Kepercayaan ibu hamil pada dukun kampung dan mitos selama
kehamilan berpengaruh terhadap kepatuhan ANC. Masih tingginya
kepercayaan masyarakat setempat terhadap keberadaan dukun
kampung sehingga masih ada ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan, sekedar pijat atau urut saja.
Dukun kampung juga merupakan ujung tombak kepercayaan
masyarakat. Sehingga keberadaannya dapat bermitra dengan bidan
dalam melakukan perawatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan
bayi baru lahir. Tidak mudah untuk menghilangkan peran dukun
kampung, sosial bidaya dan mitos atau kepercayaan turun temurun

122 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


yang telah tercipta di wilayah ini. Dukun kampung dapat
berkoordinasi dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam
kasus-kasus tertentu.
Bentuk kerja sama bidan dengan dukun saling menguntungkan
dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam
upaya menyelamatkan ibu dan bayi, Sehingga menyusun model
teoritik guna memberikan solusi untuk pemecahan masalah
tersebut. Dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.4
Model Dukun Peduli Ibu Hamil

Tahapan Implementasi Model Dukun Peduli Ibu Hamil. Model


Dukun Peduli Ibu Hamil ini adalah pemberian edukasi kepada dukun
kampung untuk melaporkan keberadaan ibu hamil kepada tenaga
kesehatan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kesehatan ibu
hamil. Rangkaian tahapan tersebut dimulai inisitif dan koordinasi
tenaga kesehatan dalam melakukan pendekatan personal kepada
dukun kampung, memberikan edukasi dan promosi kesehatan.
Selanjutnya dukun kampung diberikan arahan untuk melaporkan
kunjungan ibu hamil melalui kader, bidan desa atau bidan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 123


koordinantor. Tenaga kesehatan juga proaktif mendatangi dukun
kampung secara rutin untuk melakukan pemetaan. Kunjungan rutin
terhadap ibu hamil melalui program kunjungan rumah Daerah
Binaan (Darbin) atau menghubungi ibu hamil untuk mengikuti
program kelas ibu hamil. Berikut gambar implementasi Model
Dukun Peduli Ibu Hamil.

Gambar 5.5
Implementasi Model Dukun Peduli Ibu Hamil

C. MODEL PENDAMPING IBU HAMIL


Dukungan keluarga untuk ibu hamil sangatlah penting untuk
menjadi motivasi dan penguat, baik yang berupa empati dan segala
bantuan. Ini sebagai bukti perhatian dan kasih sayang suami,
orangtua dan orang-orang terdekat ibu hamil agar dapat menjalani
proses kehamilan sampai persalinan dengan sehat dan lancar.
Sebagian ibu hamil mengalami kesusahan untuk mengatur emosi
karena perubahan yang terjadi. Apalagi perubahan pada kehamilan
trimester pertama. Perubahan emosi ini wajar akibat perubahan
hormon dalam tubuh ibu hamil. Dimana berbagai macam reaksi
yang muncul seperti bahagia, sensitif, mudah marah, mudah kecewa,
tersinggung, cemas. Dukungan keluarga untuk wanita yang sedang

124 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


hamil dan menyusui bukan hanya dari suami, tapi juga dari orangtua,
mertua, saudara, teman dekat, teman kerja sekalipun.
Secara pribadi, istri tentu sangat membutuhkan dukungan dari
suami. Selama masa kehamilan, peran suami siaga akan membuat
wanita menjadi rasa aman, nyaman sehingga akan meningkatkan
kesiapan ibu hamil sampai dengan menjelang masa persalinan dan
masa menyusui. Dimana perhatian dan kesiap siagaan suami bisa
memicu produksi ASI ibu dengan baik. Hal yang perlu dilakukan
suami yaitu menyikapi istri yang hamil tentu harus selalu membina
hubungan yang baik, sehingga istri akan terbuka tentang keluhan
yang dialaminya selama masa kehamilan sampai masa menyusui.
Memberikan banyak perhatian dan menjaga komunikasi dengan
baik, contoh nyata dukungan suami yaitu menemani memeriksakan
kehamilan ke dokter, ditengah kesibukan usahakan untuk
menanyakan keadaan istri melalui video call tetap membuat
komunikasi dua arah berjalan kondusif.awarkan bantuan dan
apapun yang bisa membuat ibu tenang.Tidak melakukan tindakan
kekerasan fisik ataupun verbal seperti memukul,berkata kasar,serta
pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual saat tubuh istri
kurang sehat.
Dukungan keluarga saat sedang hamil juga sangat penting.
Seluruh anggota keluarga harus turut ambil bagian mendukung ibu
hamil agar lebih siap menjadi orangtua kelak dan mendukung ibu
agar bisa tuntas ASI ekslusifnya. Dukungan yang bisa dilakukan
keluarga di antaranya adalah sering mengunjungi atau
menjenguknya. Ini berlaku untuk orangtua, mertua, atau keluarga
lainnya. Dimana biasanya orangtua bisa membawakan makanan
yang baik dimakan selama kehamilan ataupun makanan yang baik
untuk memperlancar ASI. Bahkan dukungan berupa diadakannya
doa selamat ibu dan bayi saat bertemu bisa sebagai bentuk lain dari
dukungan keluarga.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 125


Lingkungan sekitar kita tinggal seperti tetangga bisa menjadi
keluarga terdekat yang mau membantu jika dibutuhkan sewaktu -
waktu. Oleh karena itu kita harus menjalin hubungan baik dengan
tetangga terdekat. Yang bisa dilakukan oleh tetangga sekitar
lingkungan kita yaitu harus selalu membicarakan hal - hal yang baik
dan bisa memberi nasihat yang positif. Dimana bisa menceritakan
pengalaman saat hamil ataupun saat menyusui. Karena biasanya
saat kita bekumpul dengan orang yang memberikan masukan yang
positif maka tanpa disadari itu akan menjadi motivasi nya.
Saat wanita hamil berarti banyak perubahan yang terjadi dimana
yang paling nampak adalah perubahan fisik dan psikologinya. Pada
saat itulah biasanya kemampuan kerja dari wanita hamil sering
diragukan. Padahal apabila wanita hamil kurang mendapat
dukungan di tempat kerja, motivasi mereka ditempat kerjanya akan
berkurang. Sehingga seharusnya di sinilah peran teman kerja serta
atasan di tempat kerja memberikan dukungan. Begitu juga dengan
saat masa menyusui, ibu yang menyusui sangat perlu mendapat
dukungan dari tempatnya bekerja. Dimana bisa dukungan dari
teman kerja,atasan di tempat kerja.
Dengan mendapatkan dukungan dari suami, keluarga dan semua
orang terdekat, ibu hamil dan ibu menyusui pasti akan lebih merasa
tenang dan nyaman. Setelah mendapatkan dukungan moril dari
lingkungan sekitarnya maka ibu yang sedang hamil dan menyusui
lebih percaya diri untuk menjalani proses kehamilan dan
menghadapi persalinan sampai masa menyusui.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada faktor
interpersonal, variabel dukungan keluarga dan dukungan teman
mempengaruhi kepatuhan ANC. Artinya pengaruh interaksi ibu
hamil dengan keluarga dan teman memberikan kontribusi terhadap
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC.
Dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga dan orang
terdekat dibutuhkan untuk mengelola keadaan sulit dan

126 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


mengurangi stres dimasa kehamilan (Leahy-Warren, 2018).
Terjalinnya komunikasi yang baik dapat menciptakan perubahan
perilaku kepatuhan ANC. Mengatasi persoalan tersebut, peneliti
menyusun model Pendamping Ibu Hamil. Beberapa teori pendukung
yang digunakan antara lain: Theory of Planned Behaviour, Social
Support Theory, Communication Theory. Dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Family and Peers


Support

Communication
Coping

Supportive ANC
action Complianc
e

Gambar 5.6
Model Pendamping Ibu Hamil

Implementasi model Pendamping Ibu Hamil ini disusun


berdasarkan analisis peneliti bahwa kehidupan ibu hamil dikelilingi
oleh orang-orang terdekat. Sehingga ibu hamil membutuhkan social
support untuk meningkatkan kepatuhan ANC. Apabila orang-orang
terdekat ibu hamil telah diberikan pemahaman dan edukasi tentang
pentingnya pemeriksaan rutin ANC diharapkan mampu
meningkatkan kepatuhan ANC.
Tahapan pertama yang dlakukan adalah tenaga kesehatan
melakukan pemetaan ibu hamil diwilayah setempat. Tahapan kedua,

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 127


tenaga kesehatan melakukan pendataan terhadap orang-orang
terdekat dan sering berinteraksi dengan ibu hamil. Tahapan ketiga,
tenaga kesehatan melakukan edukasi kesehatan dan menyusun
materi edukasi dengan bahasa yang mudah dipahami.
Materi edukasi program ini berbentuk pemberian brosur,
worksheet, video, buku KIA dan sebagainya. Tiap tahapan isi materi
dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan trimester kehamilan.
Sehingga cakupan K1 akses dan K4 dapat terpenuhi sesuai target
cakupan nasional serta kualitas kesehatan ibu hamil menjadi lebih
baik. Secara rinci tertuang didalam worksheet panduan kegiatan.
Sistematika dan susunan tujuan, sasaran dan materi rencana
implementasi model ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

128 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Gambar 5.7
Implementasi Model Pendamping Ibu Hamil

Pada gambar tersebut terlihat bahwa Model Pendamping ibu


Hamil ini adalah sebuah program yang disusun dengan tujuan
memberikan edukasi kepada orang-orang terdekat ibu hamil guna
memberikan kenyamanan, keselamatan dan kesehatan selama
kehamilan. Sasarannya antara lain: Orang Tua, Mertua, Suami, Anak,
Teman, Saudara, Pembantu Rumah Tetangga dan sebagainya.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 129


Tugas utama para pendamping ibu hamil ini adalah
mengingatkan ibu hamil untuk rutin melakukan kunjungan ANC dari
K1-K4. Tetapi dalam proses tersebut, mereka juga diberikan edukasi
tentang kesehatan ibu hamil melalui pemberian brosur, leaflet,
pemutaran video, deteksi dini risiko ibu hamil (Tambuwun, 2019;
Gould, 2017).
Para pendamping ibu hamil juga disarankan untuk membaca
buku KIA. Guna mempermudah pelaksanaan program ini, peneliti
menyusun worksheet (lembar kertas kerja) yang berisi tahapan
ceklist yang harus dilakukan mereka disetiap trimester kehamilan
ibu. Panduan pelaksanaan program ini dapat dilihat pada Lampiran
hasil penelitian ini.
Salah satu media lain yang dinilai efektif dalam pelaksanaan
sebuah program dengan membuat aplikasi penunjang Model
Pendamping Ibu Hamil. Usulan aplikasi ini diberi nama “Ping Bumil”.
Sebuah aplikasi yang dirancang untuk mempermudah pendamping
ibu hamil memahami proses pelaksanaan program ini.
Aplikasi ini hanya mengakomodir peserta yang memiliki
smartphone. Jangka panjang aplikasi ini sangat bermanfaat
mengingat pemanfaatan informasi teknologi yang ada dimasyarakat.
Desain aplikasi “Ping Bumil” ini dapat dilihat pada gambar berikut.

130 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Gambar 5.8
Desain Aplikasi “Ping Bumil” Pendamping Ibu Hamil

Menu atau fitur aplikasi ini terdiri dari: Jadwal pemeriksaan ibu
hamil (K1-K4), worksheet, kebutuhan nutrisi ibu hamil, Kelas Ibu
Hamil, PHBS dan aktifitas keseharian ibu hamil, deteksi dini tanda,
bahaya selama kehamilan, keluhan dan gejala yang dialami dimasa
kehamilan serta info seputar mitos dan fakta-fakta terkait
kehamilan.
Aplikasi ini juga dilengkapi animasi dan video bergambar. Bila
ada keluhan dan pengguna ingin berkomunikasi dengan admin juga
dilengkapi dengan fitur call center dan chatting. Perencanaan,
persiapan materi, alokasi anggaran yang matang harus
diperhitungkan dalam pembuatan aplikasi ini sehingga dalam proses
pelaksanaannya maksimal dan target meningkatkan kepatuhan ANC
bagi ibu hamil dapat terpenuhi. Situs web Antenatal Care online ini
dapat dijadikan sebagai media promosi kesehatan prenatal yang
dapat diakses, komprehensif dan didukung materi kesehatan ibu
hamil (Chedid, 2018; Baño Piñero, 2018).

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 131


D. MODEL PREGNANCY HEALTH ADVOCACY
Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta
tentang kesehatan. Kebijakan kesehatan diasumsikan untuk
merangkum segala arah tindakan dan dilaksanakan yang
mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan
aturan pembiayaan dalam system kesehatan. Kebijakan ini
mencakup sektor publik (pemerintah) sekaligus sektor swasta.
Tetapi karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
penentudiluar system kesehatan, para pengkaji kebijakan kesehatan
juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan
dari organisasi diluar sistem Kesehatan yang memiliki dampak pada
Kesehatan.
Kebijakan adalah suatu arah kegiatan yang tertuju kepada
tercapainya beberapa tujuan. Dari beberapa denifisi kebijakan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kebijakan adalah suatu tindakan yang berpola yang diarahkan pada
pencapian tujuan tertentu sebagai pedoman untuk bertindak dan
bukan hanya sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu.
Selanjutnya istilah kebijakan dikaitkan deangan kepetingan
pemerintah atau Negara (publik), sehingga akhirnya istilah kebijakan
terkait erat dengan publik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor institusi berupa
fasilitas dan SDM kesehatan mempengaruhi kepatuhan ANC. Untuk
mengatasi persoalan tersebut, peneliti menyusun model
berdasarkan beberapa teori terkait, antara lain: Health Policy
Theory, Community Building Theory, Communication Theory.
Model ini diberi nama Pregnancy Health Advocacy. Sebuah
model yang menyusun proses perencanaan ketersediaan fasilitas
dan ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten. Hasil penelitian
ini mengatakan bahwa fasilitas kesehatan dan kompetensi,
distribusi tenaga bidan di Kota Dumai masih perlu perencanaan
yang lebih baik.

132 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2014 menyatakan bahwa Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yaitu Puskesmas dalam proses
pelaksanaannya harus mengikuti regulasi yang ada. Perlu
perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan,
pengembalian (recall), penghapusan barang sesuai yang tertuang
dalam aturan Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan.
Hal ini juga berlaku pada proses ketersediaan Sumber Daya
Manusia tenaga kesehatan. Peningkatkan kompetensi dan kualitas
tenaga kesehatan perlu pelatihan yang terstruktur. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
725/Menkes/SK/V/2003 ditekankan bahwa pelatihan bidang
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan kewenangan di bidang kesehatan.
Penyusunan sebuah regulasi kesehatan tidak bisa lepas dari
faktor kebutuhan kesehatan, faktor lingkungan, komunikasi dan aksi
sosial dimasyarakat. Model teoritik terkait faktor insitusi dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.9
Model Pregnancy Health Advocacy

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 133


Bentuk implementasi dari model teori diatas dapat diwujudkan
dalam bentuk rangkaian langkah dan tahapan teknis. Hal ini
bertujuan agar implementasi model teoritik ini lebih terarah.
Implementasi rangkaian proses tersebut. Implementasi model dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.10
Implementasi Model Pregnancy Health Advocacy

Proses advokasi ini dilakukan dalam penyusunan regulasi,


penyusunan road map, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan,
pembuatan RENSTRA. Sehingga tahapan yang dilakukan didukung
oleh RAPDB. Selain itu perlu monitoring dan evaluasi setiap
tahapannya.
Tujuan dari ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang
kompeten adalah agar pelayanan berkesinambungan, teralokasi
baik dan berdaya guna. Keberlanjutan proses tersebut perlu
keterampilan advokasi dalam setiap pengambilan keputusan. Tujuan

134 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


akhirnya agar seluruh tahapan terkait peningkatan kualitas
kesehatan ibu hamil dapat terus berkelanjutan.
Kebidanan memiliki Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan disahkan oleh Presiden
Joko Widodo pada tanggal 13 Maret 2019. Undang-Undang 4/2019
tentang Kebidanan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU No. 4
Tahun 2019 tentang Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6325 oleh Menkumham Yasonna H. Laoly
pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan
selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,
pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Bidan
adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri
yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidctn secara mandiri, kolaborasi,
dan/atau rujukan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian
pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan
kebidanan. Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh
Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk
memberikan Pelayanan Kebidanan.
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang
yang dijamin secara konstitusional dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini merupakan tujuan
nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 135


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah
upaya pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan
suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan
terpadu, termasuk pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan
dilakukan berbagai upaya kesehatan, salah satunya dalam bentuk
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
kelompok dan masyarakat. Pelayanan Kebidanan, yang merupakan
salah satu bentuk pelayanan kesehatan ditujukan khusus kepada
perempuan, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah
termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pelayanan Kebidanan harus diberikan secara bertanggung jawab,
akuntabel, bermutu, dan aman.
Profesi Bidan di Indonesia masih dihadapkan oleh berbagai
macam kendala seperti persebaran Bidan yang belum merata dan
menjangkau seluruh wilayah terpencil di Indonesia, serta pendidikan
Kebidanan yang sampai saat ini sebagian besar masih pada jenis
pendidikan vokasi yang menyebabkan pengembangan profesi Bidan
berjalan sangat lambat. Dalam hal praktik Kebidanan, masih
terdapat ketidaksesuaian antara kewenangan dan kompetensi yang
dimiliki oleh Bidan. Selain itu, Bidan sebagai pemberi Pelayanan
Kebidanan perlu dipersiapkan kemampuannya untuk mengatasi
perkembangan permasalahan kesehatan dalam masyarakat.

136 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan
sebagai pemberi Pelayanan Kebidanan, pengelola Pelayanan
Kebidanan, penyuluh dan konselor bagi Klien, pendidik, pembimbing,
dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan
pemberdayaan perempuan, serta peneliti. Pelayanan Kebidanan
yang diberikan oleh Bidan didasarkan pada pengetahuan dan
kompetensi di bidang ilmu Kebidanan yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan Klien.
Ketentuan mengenai profesi Bidan masih tersebar dalam
berbagai peraturan perundang-undangan dan belum menampung
kebutuhan hukum dari profesi Bidan maupun masyarakat. Hal ini
mengakibatkan belum adanya kepastian hukum bagi Bidan dalam
menjalankan praktik profesinya, sehingga belum memberikan
pemerataan pelayanan, pelindungan, dan kepastian hukum bagi
Bidan sebagai pemberi Pelayanan Kebidanan dan masyarakat
sebagai penerima Pelayanan Kebidanan. Pengaturan Kebidanan
bertujuan untuk meningkatkan mutu Bidan, mutu pendidikan dan
Pelayanan Kebidanan, memberikan pelindungan dan kepastian
hukum kepada Bidan dan Klien, serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Undang-Undang ini mengatur mengenai pendidikan Kebidanan,
Registrasi dan izin praktik, Bidan warga negara Indonesia lulusan
luar negeri, Bidan Warga Negara Asing, Praktik Kebidanan, hak dan
kewajiban, Organisasi Profesi Bidan, pendayagunaan Bidan, serta
pembinaan dan pengawasan.
Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata merupakan
penyebab utama kurangnya jumlah tenaga kesehatan disejumlah
daerah terpencil dan tertinggal di Indonesia (Hapsari,2004).
Pendistribusian tenaga kesehatan dipengaruhi oleh gender karena
Sebagian besar tenaga kesehatan adalah perempuan, keadaan ini
menyebabkan penumpukan tenaga Kesehatan di suatu puskesmas
(Fauzi, 2007).

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 137


Data Pusat Perencanaan dan Pembangunan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, menyebutkan bahwa
masih terdapat 13% puskesmas di daerah terpencil dan tertinggal
tidak memiliki bidan dan 3% puskesmas di daerah tidak terpencil
dan tidak tertinggal tidak memiliki bidan. Keadaan ini berdampak
terhadap upaya akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di daerah terpencil dan daerah
tertinggal.
Upaya mengatasi masalah tersebut pemerintah saat ini
memprioritaskan pembangunan kesehatandi daerah terpencil,
tertinggal, dan daerah perbatasan. Salah satunya adalah
memperbaiki sistem distribusi tenaga kesehatan, termasuk tenaga
bidan, akan tetapi upaya ini kurang berhasil, karena tenaga
kesehatan termasuk tenaga bidan lebih tertarik ditempatkan di
perkotaan, hal ini disebabkan karena sulitnya kondisi wilayah dan
transportasi di daerah terpencil dan tertinggal, dibandingkan
dengan wilayah perkotaan (Syafari, 2013).

LATIHAN DAN EVALUASI


Petunjuk: jawablah pertanyaan berikut ini dengan ringkas dan
jelas.
1. Jelaskan secara ringkas tentang Model Pregnancy Health
Planning yang saudara pahami!
2. Menurut saudara bagaimana peran dukun kampung dalam
proses kehamilan dan persalinan di suatu wilayah?
3. Bagaimana menurut saudara tentang efektifitas Model
pendamping ibu hamil?
4. Bagaimanakan bentuk dukungan keluarga dalam kehamilan ibu?
Jelaskan dan beri contoh!

138 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


DAFTAR PUSTAKA

Achroni, D. (2008). Upacara Adat Nusantara. Surakarta: Suara Media


Sejahtera.
Alisjahbana AS. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
di Indonesia. Jakarta: Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS); 2011. p. 15–127.
Asjen and Fishbein’s Theory of Reason Action as Apply to Moral
Behavior: A Confirmatory Analysis. Journal of Personality and
Social Psychology · January 1992. Vol.62 No.1 pp:98-109. DOI:
10.1037//0022-3514.62.1.98
Baño Piñero I, Martínez Roche ME, Canteras Jordana M, Carrillo
García C, Orenes Piñero E. Impact of Support Networks for
Breastfeeding: A Multi
Brian Lakey, Sheldon Cohen., Social support Theory and
Measurament. In book Social Support Measurement and
Intervention. Publisher: Oxford University Press. Januari 2020:
pp:29-52 DOI: 10.1093/med:psych/9780195126709.003.0002,
Chedid RA, Terrell RM, Phillips KP. Best practices for Online
Canadian Prenatal Health Promotion: A Public Health
Approach. Women Birth. 2018;31(4):e223-e231.
doi:10.1016/j.wombi.2017.10.005
Education, Theory, Research, and Practice, 3rd edition
Fauzi MJ, Pengauruh Tsunami Terhadap Kebi-jakan dan Distribusi
Tenaga Dokter dan Perawatdi Kabupaten Aceh Utara Propinsi
Nanggro Aceh Darussalam, Tesis, Universitas GajahMada,
2007.
Glanz, K., Rimer, B.K., & Lewis, F.M (ed.) 2002, Health Behaviour and
Health

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 139


Gould GS, Bar-Zeev Y, Bovill M, et al. Designing an Implementation
Intervention with the Behaviour Change Wheel for Health
Provider Smoking Cessation Care for Australian Indigenous
Pregnant Women. Implementation Science. 2017;12:1-14.
doi:10.1186/s13012-017-0645-1.
Hapsara HR, Pembangunan Kesehatan di Indo-nesia,Gajah Mada
University Press, Yogya-karta, 2004.
Herlina S, Guardian YS, Emilia. O. Keefektifan SMS Reminder
Sebagai Media Promosi Kesehatan Ibu Hamil di Daerah
Terpencil. Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) IV, p.
31, 2013. Magister Teknik Informatika, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Islam Indonesia.
Janz, N. K. & Becker, M. H. The Health Belief Model: A Decade Later,
Health Education Quartelly, 11(1) in Odgen J. Health
Psysicology a textbook. 3rd Edition, 1984:p:24-27
Leahy-Warren P, Newham J, Alderdice F. Perinatal social support:
panacea or a pitfall. Journal of Reproductive & Infant
Psychology. 2018;36(3):219221.
doi:10.1080/02646838.2018.1477242.
Longest, B. B., Jr. (2002). Health Policymaking in the United States
(3rd ed.). Chicago: Health Administration Press. Page:113-
115Centre Study. Women and Birth. 2018;31(4):e239–44
Meredith Minkler, Community Organizing and Community Building
for Health. Rutgerst University Pres, New Jersey, London.1997:
pp: 224-227.
Minkler, M. Community Organizing Among The Elderly Poor in San
Francisco’s Tenderloin District. In M. Minkler (Ed.), Community
Organizing and Community Building 1997: 244–258). New
Brunswick, NJ: Rutgers University Press
Neupane B, Rijal S, G.C. S, Basnet TB. Andersen’s model on
determining the factors associated with antenatal care
services in Nepal: an evidencebased analysis of Nepal

140 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


demographic and health survey 2016. BMC Pregnancy &
Childbirth. 2020;20(1):1-11. doi:10.1186/s12884-020-02976-y
Noviansyah, Mathur. (2009). Peran Dukung Kampong dan Batas
Perdukunan Dalam Pemanfaatan Ruang di Desa Kelubi
Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. (Tesis), Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Ogden J. Health Psychology A Textbook. (3rd, Ed.), Philosophy,
Prejudice and Practice (3rd edition). Inggris: Open University
Press. 2004:3, 24-27, 3133
Sumardino, Sunarto. Promosi Kesehatan Dengan Buku KIA Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Dan Ante Natal Care Di
Puskesmas Ceper Klaten Tahun 2011. Jurnal Keperawatan
Global, Vol 1, No1, Juni 2016 pp: 16-22
Sword W. A Socioecological Approach to Understanding Barriers to
Prenatal Care for Women of Low Income. Journal of Advanced
Nursin (WileyBlackwell). 1999;29 (5):1170-1177.
doi:10.1046/j.13652648.1999.00986.x.
Syafari, I, Dwi Handono Sulistyo, Kristiani., Analisis Kebijakan Dalam
Mengatasi Kekurangan Bidan Desadi Kabupaten Natuna.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret
2013.
Tambuwun, S.R., Engkeng. S,. Akili,. R.H. Pengaruh Promosi
Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Tentang 1000
HPK di Kelurahan Molas Kecamatan Bunaken Kota Manado.
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 6, Oktober 2019.pp; 371-377
Wildan.A.D., Irwandi., Peran Dukun Kampung Dalam Kehidupan
Masyarakat Melayu Belitung. Jurnal Ilmu Sosial Vol. 1 No. 1
Tahun 2018 hal 1-16

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 141


GLOSARIUM
Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan.
Penyebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan
atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan atau cedera.
Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh
dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan fisik dan
mental ibu hamil dengan tujuan untuk mengoptimalkan
kesehatan ibu, deteksi dini selama masa kehamilan sehingga
proses persalinan dapat berjalan baik.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama
kehidupan yang perlu perawatan dalam pertumbuhannya.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah adalah bayi yang lahir
dengan berat badan lebih rendah dari bayi rata-rata yaitu
kurang dari 2500 gram.
Communication Theory adalah teori pada ranah sosial psikologis
yang menjelaskan bahwa proses komunikasi berdampak pada
perubahan perilaku melalui proses interaksi.
Determinan Perilaku adalah faktor-faktor penyebab atau alasan
yang mempengaruhi individu dalam melakukan tindakan atau
berperilaku.
Dukun Kampung adalah seorang ibu atau wanita orang yang
memiliki kelebihan atau kemampuan membantu ibu hamil
hingga persalinan tetapi tidak memiliki pendidikan kesehatan
yang resmi. Perolehan kemampuan tersebut secara alamiah
atau riwayat keturunan.

142 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Ecological Approach adalah sebuah pendekatan dengan metode
analisis yang menitikberatkan pada interaksi manusia dengan
aktifitas pada lingkungannya, dalam penelitian ini
menitikberatkan pada interaksi ibu hamil melalui pendekatan
intrapersonal, interpersonal, institusi, komunitas dan kebijakan
publik.
Focus Group Discussion adalah suatu proses pengumpulan data
dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan
tertentu yang spesifik melalui forum diskusi kelompok.
Health Belief Model adalah suatu konsep yang menggali alasan
individu untuk bersedia atau tidak melakukan perilaku sehat.
Hipertensi Dalam Kehamilan adalah kenaikan tekanan darah yang
terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan
terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normal, tekanan
darah mencapai nilai > 140/90 mmHg.
Interpersonal Factors adalah perubahan perilaku akibat dari
interaksi ibu hamil dengan lingkungan sekitarnya yaitu:
pengaruh atau dukungan keluarga, suami, teman dan Tokoh
Masyarakat di sekitarnya.
Intrapersonal Factors adalah proses perubahan perilaku ibu hamil
yang muncul dari dalam diri ibu hamil sendiri dimulai dari
pandangan atau persepsi, sikap sehingga melakukan tindakan
perubahan. Komponen intrapersonal antara lain yaitu:
pengetahuan, kepercayaan, sikap, karakteristik.
Kebijakan Publik adalah panduan untuk bertindak untuk mengubah
sebuah permasalahan di masyarakat dengan
mempertimbangkan berbagai aspek: sosial ekonomi,
kemampuan lingkungan, energi, pemeliharaan pendapatan
dan aspek kesiapan penyediaan layanan. Umumnya masalah
asuransi kesehatan, administrasi publik, kependudukan,
hukum, dalam cakupan atau ruang lingkup yang luas.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 143


Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 4-36 minggu dengan jumlah peserta
maksimal 10 orang. Tatap muka kelas ibu hamil dilakukan tiga
kali pertemuan selama masa kehamilan yang dipandu oleh
tenaga kesehatan.
Kepatuhan Antenatal Care adalah proses kunjungan pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan secara rutin minimal empat kali
sesuai standar nasional di Indonesia yaitu: satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada
trimester III.
Kunjungan K1 adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan dalam masa kehamilan trimester I (1-12
minggu)
Kunjungan K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan yang terdiri atas minimal empat kali
kunjungan rutin, yaitu: 1 kali pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Lawrence Green Theory adalah perubahan perilaku menurut
Green dipengaruhi tiga faktor yaitu: (1) Faktor Predisposisi
(predisposing factors), (2) Faktor-faktor Pemungkin (enabling
factors), (3) Faktor Penguat (reinforcing factors).
Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah pengukuran lengkar lengan
atas ibu hamil sebagai indikator risiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK) ibu hamil yang ditandai standar LILA yaitu 23,5
cm.
Media Sosial adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi website
dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran informasi
secara luas. Bentuk media sosial antara lain: facebook, twitter,
instagram, waatsapp.
Mitos atau Kepercayaan merupakan persoalan kepercayaan yang
terdapat pada masyarakat yang berupa hasil pemikiran bukan
hasil logika atau tidak ada dasar penelitian secara ilmiah.

144 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Model Pendamping Ibu Hamil adalah model yang ditujukan untuk
orang-orang yang berada disekitar ibu hamil. Tujuan
utamanya adalah mengingatkan ibu untuk rutin periksa
kehamilan.
Musyawarah Masyarakat Desa adalah pertemuan perwakilan
warga desa beserta tokoh masyarakatnya dengan petugas
untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan.
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A)
adalah Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak yang membidangi urusan perlindungan
hak-hak perempuan dan anak
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) adalah kegiatan
yang komprehensif, dari pelayanan, pencegahan, terapi, dan
perawatan, untuk ibu hamil dan bayinya, selama masa
kehamilan, persalinan, dan sesudahnya. Program tersebut
dilakukan di layanan kesehatan awal melalui pemeriksaan
darah.
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
adalah merupakan upaya pemerintah dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia melalui upaya untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarga
tentang Kehamilan berisiko, bahaya kehamilan, ajakan pada
ibu, suami dan keluarga untuk merencanakan persalinan.
Policy Maker adalah pembuat kebijakan yang mengatur banyak hal
mulai dari mengatur perilaku, mengorganisasikan birokrasi,
mendistribusikan yang terkait kepentingan individu, kelompok
dan khalayak umum.
Pregnancy Health Advocacy Model adalah model yang menyusun
proses perencanaan ketersediaan fasilitas kesehatan dan
ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten melalui sistem
advokasi. Proses advokasi ini dilakukan mulai dalam
penyusunan regulasi, penyusunan road map dan pembuatan

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 145


RENSTRA (Rencana Strategis). Sehingga setiap tahapan
yang dilakukan didukung oleh RAPBD
Pregnancy Health Planning Model adalah model perencanaan
kesehatan ibu hamil yang dimulai dari pasangan pranikah
Program Peduli Ibu adalah program guna meningkatkan kualitas
kesehatan ibu mulai dari pranikah hingga 6 bulan pasca
persalinan.
Program Pendamping Ibu Hamil adalah program yang bertujuan
memberikan edukasi kepada orang-orang disekitar ibu hamil
seperti: orang tua, suami, teman, anak, saudara, pembantu
rumah tangga. Tugas utamanya adalah mengingatkan ibu
hamil untuk melakukan kunjungan ANC secara rutin.
Senam Hamil adalah adalah rangkaian gerakan senam yang ringan
dan aman diperuntukkan bagi ibu hamil yang bertujuan
membantu ibu hamil dalam mempersiapkan diri menghadapi
proses persalinan yang dipandu oleh tenaga kesehatan.
Social Cognitive Theory adalah sebelas faktor yang
mempengaruhi perilaku individu, yakni faktor: (1) Lingkungan,
(2) Situasi, (3) Kapasitas yang berkaitan dengan perilaku, (4)
Dampak dari perilaku, (5) Penilaian perilaku, (6) Kendali diri,
(7) Pembelajaran, (8) Faktor penguat, (9) Self efficacy, (10).
Respon koping emosi, (11) Proses umpan balik.
Suami SIAGA adalah kepedulian suami atau pasangan dalam
mempersiapkan persalinan ibu.
Suistainable Development Goals adalah sebuah program
pembangunan berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17
tujuan dengan 169 target yang terukur dengan tenggat waktu
yang ditentukan. SDGs merupakan agenda pembangunan
dunia yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia.
Surat Tanda Registrasi Bidan adalah merupakan bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan
(bidan) yang telah memiliki sertifikat kompetensi.

146 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan resmi di bidang kesehatan
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan
upaya pelayanan kesehatan.
The Stage of Change Model adalah enam tahapan perubahan
periaku manusia yang dimulai dari: (1) Prekontempelasi
(belum melakukan), (2) Kontempelasi (memiliki niat perubahan
dalam 6 bulan kedepan), (3) Preparasi (berniat
mempersiapkan perubahan perilaku melalui edukasi,
konsultasi dan lain-lain), (4) Action (sudah melakukan
perubahan perilaku), (5) Maintenance (upaya
mempertahankan perilaku), (6) Termination (individu telah
berhasil melakukan perubahan dan mempertahankan
perubahan tersebut).
Theory of Planned Behaviour adalah rangkaian konseptualisasi
niat individu yang telah direncanakan menurut keyakinannya,
persepsi norma, tekanan sosial, proses kontrol dan evaluasi
sehingga menghasilkan sebuah perilaku.
Tokoh Masyarakat adalah orang-orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat, baik tokoh masyarakat yang dipilih secara formal
atau informal. Mereka umumnya dianggap penting oleh
masyarakat dan dekat dengan kepentingan umum.

PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 147


Biodata Penulis

Nama lengkap Dr. Hetty Ismainar, SKM. MPH lahir di Kota


Pekanbaru Riau, tanggal 17 Oktober 1979. Meyelesaikan
pendidikan Diploma III Kebidanan (2001) di Poltekkes Kemenkes
Riau, S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat (2007) di STIKes Hang Tuah
Pekanbaru, S2 Manajemen Rumah Sakit (2011) di Universitas
Gadjah Mada, Yokyakarta. S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat (2020) di
Universitas Diponegoro, Semarang.
Memiliki pengalaman bekerja di RS Putri Tujuh, Kota Dumai
(2001-2002), RSI Ibnu Sina Pekanbaru (2002-2008). Sejak tahun
2008 s.d saat ini sebagai tenaga pengajar di STIKes Hang Tuah
Pekanbaru, Riau. Buku ajar yang pernah ditulis antara lain:
Administrasi Kesehatan Masyarakat, Manajemen Unit Kerja,
Keselamatan Pasien di RS, Kesehatan Reproduksi Remaja,
Kesehatan Ibu dan Anak, Filsafat Ilmu. Penulis Book Chapter:
Perilaku Konsumen, Dasar Ilmu Lingkungan, Farmasi Rumah Sakit,
Kebijakan Manajemen dan Pelayanan Kesehatan, Collective
Leadership, Manajemen Sumber Daya Manusia, Covid-19 dalam
Perspektif Public Health. Penghargaan yang pernah diterima yaitu:
Best Presenter di Seminar Hasil Penelitian Pascasarjana Undip
(2017), Penyaji Terbaik dalam Penelitian Dosen Pemula DIKTI
(2016), Karyawan Terbaik Prodi IKM STIKes Hang Tuah Pekanbaru
(2014). Email: ismainarhetty@yahoo.co.id

148 | PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL


PERILAKU KEPATUHAN IBU HAMIL | 149
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai