Anda di halaman 1dari 19

CHT HIPERTIROID

NAMA/NIM :
1. Rayhan Fachrudin (20204010160)
2. Ruti Ayu Nabila (20204010239)
3. Larasati Kusnanto (20204010257)

BAGIAN : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kasus : Hipertiroid

PROBLEM Identitas Pasien:


-Nama : Ny. MWP
-Usia : 23 tahun
-Jenis Kelamin : Perempuan
-Alamat : Karang Banjar
-Agama : Islam
-Pekerjaan : Guru
-Tanggal Kunjungan : 20 Agustus 2022

Keluhan Utama:
Benjolan pada leher

Riwayat Penyakit Sekarang: (20 Agustus 2022)


Seorang Perempuan 23 tahun datang ke Puskesmas Sewon II dengan keluhan benjolan
pada leher yang muncul di leher pasien sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien baru pertama kali ini ke
puskesmas untuk memeriksa lehernya. Gejala yang dialami pasien yaitu nyeri saat menelan.
Ketika benjolan ditekan tidak terasa nyeri. Dulu saat awal-awal muncul benjolan di leher, pasien
juga mengeluhkan adanya batuk kadang-kadang tapi sekarang tidak ada. Ketika beraktivitas
pasien mengaku sering kelelahan dan mudah mengantuk. BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertiroid (-), Riwayat operasi (-),Asam lambung (-), Asma (-), Asam urat (-), Diabetes (-),
Kolestrol (-), Hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga pasien pasien yang mengalami gejala serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit lain seperti asam lambung, diabetes, hipertiroid, asma, kolesterol, asam urat
disangkal. Kakek pasien HT dan DM (+).

Riwayat Personal Sosial dan Lingkungan:


Pasien merupakan guru, Pasien jarang berolahraga. Pasien tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun minum alkohol. Tidak ada anggota keluarga
maupun tetangga di sekitar rumah pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien. Pola
makan pasien seharinya tidak tentu. Pasien biasanya mengkonsumsi nasi dengan lauk macam-
macam termasuk sayuran. Pasien jarang mengkonsumsi kacang. Pasien tinggal sendirian di kos-
kosan. Ayah pasien seorang perokok aktif.
Pemeriksaan TTV:
- TD=108/81 mmHg;
- HR= 85x /menit;
- RR= 20 kpm;
- Temp= 36oC.
Antropometri
- BB = 47 kg
- TB = 157 cm
- LP = 68 cm
Status Gizi
IMT = 19,1 (Tergolong BB ideal karena dalam rentang 18,5-24,9)

Pemeriksaan Status Lokal:


- Leher:
Inspeksi : Benjolan (+), simetris (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-);
Perkusi : (-)
Auskultasi : (-)
Penatalaksanaan
o Rujukan ke poli penyakit
dalam RSGM

HYPOTHESIS Hipertiroidisme (Penyakit Grave’s atau Struma Difusa Toksika)

MECHANISM Pendahuluan
Hipertiroid merupakan salah satu bentuk tirotoksikosis yang disebabkan peningkatan
sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipertiroid Grave’s paling sering ditemkan
yaitu sekitar 60% sampai 90% dari kasus tirotoksikosis, penyakit ini terjadi berdasarkan proses
autoimun yang organ specific yaitu dengan adanya antibodi yang bertindak sebagai agonis reseptor
tirotropin mengakibatkan sintesis dan sekresi hormon tiroid ke sirkulasi meningkat (Perkeni,
2017).
Pada gangguan hipertiroidisme terdapat istilah strauma diffusa dan strauma nodusa yang
mengacu pada perubahan bentuk anatomi dari kelenjar tiroid. Pada struma diffusa pembesaran
kelenjar tiroid terjadi bilateral atau keseluruhan sehingga dapat terlihat keseluruhan leher yang
membengkak. Permukaan biasanya rata dan batas pembesarannya agak sulit ditentukan (Kemenkes,
2018).
Etiologi
Ada banyak penyebab munculnya penyakit hipertiroid, yang dapat dibedakan menjadi
duayaitu penyebab utama dan penyebab lainnya (Hershman, 2020).
1. Penyebab utama hipertiroid
- Grave disease
Grave disease merupakan penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-
seluntuk menghasilkan hormon berlebihan
- Toxic multinodular goiter
Toxic multinodular goiter, satu atau beberapa nodul di dalam tiroid menghasilkan
terlalubanyak hormone tiroid dan berada di luar kendali TSH (thyroid stimulating
hormone).
- Hipertiroid sekunder
Hipertiroid sekunder bisa disebabkan oleh tumor hipofisa yang menghasilkan terlalu
banyak TSH, sehingga merangsang tiroid untuk menghasilkan hormone tiroid
berlebihan.
2. Penyebab lainnya
- Tiroiditis
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, yang ditandai oleh inflamasi, fibrosis,
infiltrasi limfositik pada kelenjar tiroid, pembengkakan pada leher bagian anterior, rasa
panas disfagia, dan munculnya faringitis. Hal tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, dan mikrobakteri.
- Pemakaian yodium secara berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon tiroid.
Hipertiroidyang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada
pasienpasien yang sebelumnya telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal.
- Ambilan Hormon tiroid secara berlebihan
Dosis hormon tiroid yang berlebihan pada pasien yang meminum obat tiroid sebagai
usahauntuk mencapai tujuan tertentu juga menjadi penyebab munculnya hipertiroid.
Pasien dengan kasus seperti ini dapat diidentifikasi dengan thyroid scan.
- Abnormalitas pengeluaran TSH
Sebuah tumor di dalam kelenjar pituitari mungkin akan menghasilkan suatu TSH yang
tingginya abnormal, sehingga kelenjar tiroid juga akan menghasilkan hormon-hormon
tiroid berlebihan, sehingga kelenjar tiroid juga akan menghasilkan hormon-hormon
tiroidberlebihan.

Patofisiologi (Hershman, 2020).


Gangguan Akibat Hipertirodisme (Hershman, 2020).

 Gejala (Perkeni 2017, Kemenkes 2015).


Gejala-gejala hipertiroid berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis
yang berlebihan. Pada umumnya, gejala hipertiroid dapat dibedakan menjadi dua yaitu
gejala mayor dan minor. Tidak semua keluhan dan gejala ditemukan pada setiap pasien.
Gejala-gejala mayor, antara lain:
 Keadaan hipertiroid menyebabkan keluhan dan gejala palpitasi, cepat lelah,
dispneu d’effort
 Takikardia merupakan gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan
pada penyakit hipertiroid diikuti fibrilasi atrial dan ventrikular premature beat, di
samping hal lain seperti tekanan nadi melebar dan gagal jantung
 Strauma, eksoftalmus, dan nervositas.
Sedangkan gejala-gejala minor, antara lain:
 Tremor, intoleransi aktivitas, dan berat badan menurun.
 Nafsu makan meningkat, banyak berkeringat, kulit panas, emosi labil, dan sering
buang air besar
 Perempuan pramenopause yang menderita hipertiroid cenderung mengalami
oligomenore dan amenore.
Secara umum, gejala neurologic mendominasi gambaran klinis pada individu yang lebih
muda, sementara gejala kardiovaskuler dan miopati menonjol pada pasien yang lebih tua.

 Diagnosis (Perkeni, 2017)


Penentuan kadar TSHs serum mempunyai tingkat sensitivitas dan spesifitas yang tinggi
dan digunakan sebagai uji saring fungsi tiroid. Seorang dinyatakan menderita penyakit
hipertiroid apabila kadar TSHs di bawah nilai acuan disertai dengan kadar FT4 lebih
tinggi dari nilai acuan. Dengan indeks Wayne yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menegakkan diagnosis penyakit hipertiroid secara klinis.
 Komplikasi (Kemenkes, 2018)
Komplikasi hipertiroid yang dapat mengancam nyawa terjadinya krisis tirotoksis (thyroid storm).
Hal ini dapat berkembang spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.Akibat
adanya pelepasan hormone tiroid dalam jumlah yang sangat besar dan menyebabkan takikardia,
tremor, hipertermia (sampai 106°F). Komplikasi lain yang mungkin terjadi meliputi : musle
wasting (pelisutan otot), atrofi otot, dan paralisis, kehilangan penglihatan 10atau diplopia, gagal
jantung, (aritmia), hipoparatiroidisme sesudah operasi pengangkatan tiroid, hipotiroid sesudah
terapi radioidin (Hershman, 2020).
MORE INFO
DON’T KNOW 1. Bagaimanakah rekomendasi diet pada hipertiroid?
2. Bagaimanakah pencegahan hipertiroid?
3. Bagaimana screening hipertiroid?
LEARNING ISSUES
Hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14,7%
perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid.
Namun menurut hasil Riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang berusia
15 tahun atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis hipertiroid. Meskipun
secara persentase kecil, namun secara kuantitas cukup besar. Jika pada tahun 2013 jumlah
penduduk usia ≥15 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa, maka terdapat lebih dari 700.000
orang terdiagnosis hipertiroid.

Rekomendasi Diet Pada Hipertiroid


Berikut pengaturan diet pada hipertiroid (Kearns A, 2021) :
1. Energi diberikan tinggi, yaitu 40 kkal/kg BB dikarenakan adanya kenaikan kebutuhan
metabolisme basal.
2. Protein diberikan tinggi, yaitu 1-1.75 g/kg BB.
3. Lemak diberikan 20-25% dari total energi sehari.
4. Karbohidrat diberikan sisa dari hasil perhitungan persentase protein dan lemak.
5. Vitamin diberikan cukup, terutama vitamin A, B kompleks, dan C dapat diberikan dalam
bentuk suplemen.
6. Mineral kalsium, fosfor, vitamin D harus cukup.
7. Serat diberikan cukup.
8. Air diberikan minimal 3 liter per hari.
9. Pemberian makan porsi kecil dan sering untuk mengatasi kondisi nafsu makan yang
menurun atau mencegah rasa lapar.
10. Gunakan minyak yang sudah terfortifikasi atau mengandung vit. A guna memperlancar
pencernaan
PROBLEM SOLVING
Pencegahan
Berikut pencegahan terjadinya hipertiroid (Azizi F, 2017) :
1. Berhenti merokok Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia berbahaya yang bisa
menghambat kinerja organ dan jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok dapat
menganggu penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya
orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan mata menonjol akibat hipertiroid.
2. Berhenti mengkonsumsi alkohol
3. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid Untuk menjaga kesehatan kelenjar tiroid,
kacang kedelai menjadi salah satu makanan yang direkomendasi yang berupa tempe, tahu,
atau susu kedelai. Selain itu mengkomsumsi asupan selenium seperti udang, salmon,
kepiting, ayam, telur, bayam, jamur shitake, dan beras merah.
4. Cek kesehatan tiroid Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah melakukan pemeriksaan
kelenjar tiroid secara berkala, tes ini dilakukan dengan mendeteksi adanya benjolan atau
pembengkakan sekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala tiroid,
seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus menstruasi dan nafsu makan
berubah, segeraperiksakan diri ke dokter.
Screening

Daftar Pustaka
1. Azizi, F., Mehran, L., Hosseinpanah, F., Delshad, H., Amouzegar, A., 2017. Primordial and Primary Preventions of
Thyroid Disease. Int J Endocrinol Metab 15, e57871. https://doi.org/10.5812/ijem.57871
2. Hershman, J.M., 2020. Hyperthyroidism - Endocrine and Metabolic Disorder. MSD Manual Professional Edition. URL
https://www.msdmanuals.com/en-kr/professional/endocrine-and-metabolic-disorders/thyroid-disorders/hyperthyroidism
(accessed 7.28.22).
3. Kearns, A., 2021. Can certain foods increase thyroid function in people with hypothyroidism?. Mayo CClinic. URL
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypothyroidism/expert-answers/hypothyroidism-diet/faq-20058554 (accessed
7.28.22).
4. Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Tiroid. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Published
2015. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-tiroid.pdf
5. PERKENI. Buku Pedoman Konsensus Hipertiroid. Jakarta: 2017

Anda mungkin juga menyukai