Materi
1. DASAR-DASAR SAINS
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia, karena
manusia adalah satu satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh
sungguh, hewan juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuannya terbatas untuk
kelangsungan hidupnya. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kebutuhan ke berlangsungan hidupnya. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi
yang selalu ingin mengejar kebenaran dengan akal budinya.
Dalam pembahasan makalah kali ini mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan.
Dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau
sebaliknya.
A. Macam-Macam Pengetahuan
Jika seorang manusia ingin tahu, maka ia akan mencari tahu dan memperoleh
pengetahuan seperti saya itu penasaran dengan isi novel yang berjudul dilan, maka saya
akan mencari dimana yang jualan novel tersebut. Nah disitulah saya memperoleh
pengetahuan yang berawal dari novel.
Pengetahuan manusia juga terbagi jadi beberapa macam yaitu :
1. Pengetahuan Sains
Sains adalah berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan. Jadi
definisi sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari
alam secara terorganisir, sistematik dan melalui berbagai metode saintifik yang
terbakukan.
Contoh: seseorang ingin mengetahui jika jeruk itu ditanam, apa buahnya? Nah
berdasarkan pengetahuan kita bahwa sesungguhnya, jeruk itu ditanam melalui bibit
bukan melalui buahnya. Dan pada dasarnya pengetahuan ini lah yang disebut
pengetahuan sains. Pengetahuan sains juga harus berdasarkan logika, nah sekaranng
dapat di definisikan bahwa pengetahuan sains ialah pengetahaun yang logis dan di
dukung oleh empiris.1[1]
2. Pengetahuan Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang
yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Contoh: jambu ditanam buahnya jambu. Ini sudah berguna bagi kehidupan, namun
ada orang yang ingin mengetahui lebih? Untuk menjawab pertanyaan ini, nah bila dia
piker secara serius. Muncul lah jawabannya jambu itu yang selalu berbuah jambu
karena ada hukum yang mengatur agar jambu berbuah jambu hukum tidak pernah
kelihatan. Akan tetapi akal akan mengatakan bahwa hukum itu ada.
3. Pengetahuan Mistik
Mistik adalah menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa yunani
“mystikos”yang artinya rahasia (gheim), serba rahasia (gheimzinnig),
tersembunyi(verborgen), gelap (dongker), atau terselumbung dalam kekelaman (in
het duister gehuld). Menurut buku De Kleine W.P. Encylopaedie, kata mistik berasal
dari bahasa yunani myein yang artinya menutup mata (deogen seluiten) dan
musterion yang artinya suatu rahasia (geheimnis).
Terdapat banyak pengertian mengenai mistik, baik berdasarkan kamus bahasa
Indonesia, ilmu antropologi dan filsafat sendiri. Berikut beberapa pengertian
mengenai mistik tersebut: [2]
a. Merupakan hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan
akal manusia biasa.
b. Merupakan sub system yang ada hampir disemua agama dan system religi untuk
memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan
tuhan.
c. Merupakan bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu tuhan yang
dianggap meliputi segala hal dalam alam dan system keagamaan ini sendiri dari
upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan tuhan
d. Merupakan pengetahuan yang tidak rasional atau tidak dapat dipahami rasio,
maksud nya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio.
e. Perkataan mitos atau mythical sebagai pertimbangan nilai yang negativ tentang
suatu kepercayaan atau riwayat. Walaupun begitu, kata tersebut dapat dipakai
sebagai deskriptif semata-mata tanpa konotatif negativ.
f. Merupakan pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang tuhan yang diperoleh
melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera
dan rasio.
Contoh: ada seseorang yang nekat yaitu orang yang ingin tahu siapa itu tuhan.
Bahkan sampai ingin melihatnya, nah bagian ini sudah tidak dapat lagi di jangkau.
Menggunakan akal logis apa lagi indra empiris. Pengetahuan ini memenag aneh
maka saya pun menyebutkan ini dengan paradigma mistik.
B. Macam-Macam Sains
Pengertian sains yaitu suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu
dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui berbagai metode sains-tifik yang
bebakukan.
Tujuan diadakan sains yaitu untuk menghasilkan model yang dapat berguna tentang
realitas. Pada umumnya penyelidik ilmiah menggunakan beberapa bentuk metode
ilmiah. Secara umum metode yang dipakai yaitu:
1. Observasi
Adalah langkah pertama dari metode ilmiah : observasi (pengamatan)
seorang ilmuan yang baik akan selalu melakukan pengamatan terhadap
gejala dan kejadian sehari-hari yang terjadi disekitarnya. Tentu saja gejala
dan kejadian yang menarik perhatian peneliti itu adalah yang berhubungan
dalam bidang kajiannya. Pengertian observasi ini adalah luas. Bisa saja
pengamatan itu adalah terhadap bacaan sumber pustaka yang sedang ada di
hadapannya. [3]
2. Hipotesis
Adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan tetapi
jawaban yang sementara tentu tidak muncul begitu saja tanpa landasan yang
jelas.
3. Prediksi
Adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang sesuatu yang
paling mungkin terjadi dimasa depan.
4. Penelitian
Adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengetahui sesuatu yang
ingin diteliti.
5. Kesimpulan
Adalah sebuah penyajian peristiwa atau kejadian yang panjang disajikan secara
singkat. Beberapa contoh dari kesekian banyaknya pembagian bidang sains
khususnya IPA seperti:
a. Biologi: Anatomi, biofisika, fisiologi, genetika, ekologi, taksonomi, virulogi,
zoology.
b. Kimia: Analitik, elektrokimia, kimia organik, anorganik, ilmu material, kimia
polimer.
c. Fiska: Astronomi, kinetika. Fisika nuklir, dinama, fisika material, mekanika
kuantum.
d. Ilmu Bumi: ilmu lingkungn, geologi, geodesi, paleon teologi
2. KEBENARAN ILMIAH
Manusia diartikan sebagai hewan yang berakal, oleh karena itu menusia berupaya dengan
sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan akalnya. Dalam hal ini pengetahuan adalah
sebuah keniscayaan. Manusia secara lahiriah telah memiliki aspek fitrah untuk
mengetahui segala hal yang ada, “ada” yang dimaksud disini adalah baik yang material
atau yang bersifat transedental.
1. Adanya suatu sistem gagasan dalam pikiran.
2. Persesuaian antara gagasan dan benda-benda yang sebenar-benarnya.
3. Adanya keyakinan tentang persesuaian itu.
Dari kriteria ini dapat ditegaskan bahwa pengetahuan dibangun dari gagasan dalam
pikiran, persesuaian-persesuaian dengan yang sebenarnya, dan adanya keyakinan tentang
persesuaian itu. Kriteria ini yang menjadikan pengetahuan dapat dikatakan benar.
Pengetahuan erat sekali dengan kebenaran. Lalu apa yang disebut dengan benar atau
kebenaran itu? Kebenaran disini diartikan sebagai kesesuaian pengetahuan dengan
objeknya.
Kebenaran tidak begitu saja langsung diterima tetapi kebenaran harus melalui beberapa
konsep, proses, atau cara mendapatkan kebenaran itu. Jika terpenuhinya proses-proses
atau dilalui dengan berbagai cara maka ini disebut dengan kebenaran ilmiah. Penulis
berpandangan bahwa untuk mengetahui lebih dalam tentang arti kebenaran ilmiah maka
makalah ini ditulis dengan judul “kebenaran ilmiah: antara Subjektifitas dan Objektifitas”
A. Pengertian Kebenaran
Kebenaran menurut arti leksikal merupakan keadaan (hal) yang cocok dengan
keadaan (hal) yang sesungguhnya. Itu berarti kebenaran merupakan tanda yang dihasilkan
oleh pemahaman (kesadaran) yang menyatu dalam bahasa logis, jelas, dan terpilah-pilah.
(Bagus, 1991: 86)
Dalam bahasa Inggris “Kebenaran” disebut “truth”, Anglo-Saxon “Treowth”
(kesetiaan). Istilah latin “varitas”, dan Yunani “eletheid”, dipandang sebagai lawan kata
“kesalahan”, “kesesatan”, “kepalsuan”, dan kadang juga “opini”.
Dalam bahasa Arab “Kebenaran” disebut “al-haq” yang diartikan dengan “naqid
al-batil”. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata “Kebenaran”, menunjukkan
kepada keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-
sungguh adanya.
Menurut Abbas Hamami, jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya
adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam
suatu pernyataan atau statement. Dan, jika subyek menyatakan kebenaran bahwa
proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan
nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari
kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu sendiri. Dengan adanya berbagai macam katagori
sebagaimana tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subjektif
yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda
satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, setelah melalui pembicaraan tentang berbagai “model” kerangka
kebenaran, Harold H. Tutis sampai kepada kesimpulan yang terjemahannya kurang lebih
sebagai berikut: “Kebenaran” adalah kesetiaan putusan-putusan dan ide-ide kita pada
fakta pengalaman atau pada alam sebagaimana apa adanya, akan tetapi sementara kita
tidak senantiasa dapat membandingkan putusan kita itu dengan situasi aktual, maka ujilah
putusan kita itu dengan putusan-putusan lain yang kita percaya sah dan benar, atau kita
ujilah putusan-putusan itu dengan kegunaannya dan dengan akibat-akibat praktis.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang telah disimpulkan oleh Titus di atas
mengenai arti “kebenaran”. Patrick juga mencoba menawarkan alternatif sikap terhadap
atau mengenai “kebenaran” itu dengan menyatakan, yang terjemahnya kurang lebih
sebagai berikut: Agaknya pandangan yang terbaik mengenai ini (kebenaran) adalah
bahwa kebenaran itu merupakan kesetiaan kepada kenyataan. Namun sementara dalam
beberapa kasus kita tidak dapat membandingkan idea-idea dan putusan-putusan kita
dengan kenyataan, maka yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah melihat jika idea-
idea dan putusanputusan itu konsisten dengan idea-idea dan putusan-putusan lain, maka
kita dapat menerimanya sebagai benar.
FH. Bradly penganut faham idealisme mengatakan bahwa kebenaran ialah
kenyataan. Karena kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan
ialah juga merupakan halnya.
Setelah membicarakan pengertian kebenaran dari beberapa ahli di atas, maka
kebenaran itu juga tidak terlepas dari 3 (tiga) hal, yaitu:
Pertama, kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Maksudnya ialah
bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek
ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya pengetahuan itu dapat berupa:
1. Pengetahuan biasa atau biasa disebut juga dengan Knowledge of the man in the
Street or ordinary knowledge or common sense knowledge. Pengetahuan seperti
ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif, yaitu amat terikat pada subjek
yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat
selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau
tidak ada penyimpangan.
2. Pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas
dengan menerapkan metodologis yang khas pula, yaitu metodologi yang telah
mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. Kebenaran yang
terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, maksudnya, kandungan
kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu
diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir. Dengan demikian
kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai
dengan hasil penelitian yang paling akhir dan mendapatkan persetujuan dan
agreement dari para ilmuan sejenis.
3. Pengetahuan filsafati, yakni jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui
metodologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyentuh, yaitu
dengan model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang
terkandung di dalam pengetahuan model ini adalah absolut-intersubjektif. Artinya,
nilai kebenaran yang terkandung didalamnya selalu merupakan pendapat yang
selalu melekat pada pandangan filsafat dari seseorang pemikir filsafat itu serta
selalu mendapat kebenaran dari filsuf yang menggunakan metodologi pemikiran
yang sama pula. Jika pendapat filsafat itu didekati dengan pendekatan filsafat
yang lain, maka dapat dipastikan hasilnya akan berbeda pula bahkan bertentangan
atau menghilangkan sama sekali, seperti filsafat matematika atau geometridari
Phytagoras sampai sekarang ini masih tetap seperti waktu Phytagoras pertama
sekali memunculkan pendapat tersebut, yaitu pada abad ke-6 sebelum Masehi.
4. Kebenaran jenis pengetahuan keempat yaitu: Pengetahuan Agama. Pengetahuan
jenis ini memiliki sifat dogmatis, yakni pernyataan dalam suatu agama selalu
dihampiri oleh keyakinan yang telah ditentukan, sehingga pernyataan-pernyataan
dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan
keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu. Implikasi makna dari
kandungan kitab suci itu dapat berkembang secara dinamik sesuai dengan
perkembangan zaman, akan tetapi kandungan maksud dari kitab suci itu tidak
dapat dirubah dan sifatnya absolut.
B. Teori-Teori Kebenaran
2. Isi empiris
Kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada, bahkan sebagian besar
pengetahuan dan kebenaran ilmiah, berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini.
Hal ini tidak berarti bahwa dalam kebenaran ilmiah, spekulasi tetap ada namun
sampai tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak
karena sekalipun suatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah
pernyataan tersebut juga benar secara empiris.
1. Akurasi
Ada dua definisi akurasi yang umum. Dalam matematika, sains, dan teknik, akurasi
mengacu pada seberapa dekat pengukuran dengan nilai sebenarnya.ISO (Organisasi
Internasional untuk Standardisasi) menerapkan definisi yang lebih kaku, di mana,
akurasi adalah pengukuran dengan hasil yang benar dan konsisten. Definisi ISO
berarti pengukuran yang akurat tidak memiliki kesalahan sistematis dan tidak ada
kesalahan acak. Pada dasarnya, ISO menyarankan agar akurat digunakan ketika
pengukuran akurat dan tepat.
Akurasi adalah kemampuan instrumen untuk mengukur nilai yang akurat. Dengan
kata lain, itu adalah kedekatan nilai yang diukur dengan nilai standar atau benar.
Bias adalah kesalahan sistematis (systematic error) baik yang melekat dalam
metode analisis (misalnya efisiensi ekstraksi) atau disebabkan oleh artefak sistem
pengukuran (misalnya kontaminasi).
Lab menggunakan beberapa langkah kendali mutu (quality control) untuk
menghilangkan bias analitik, termasuk analisis dari blanko metode (method blank),
sampel kontrol laboratorium (laboratory control samples), dan independen standar
verifikasi kalibrasi (calibration verification standards).
Karena bias dapat positif atau negatif, dan karena beberapa jenis bias dapat terjadi
secara bersamaan, hanya total bias dapat dievaluasi dalam sebuah pengukuran.
2. Presisi
Presisi adalah kemampuan metode atau instrumen analitis untuk mereproduksi
pengukurannya sendiri. Ini merupakan ukuran variabilitas, atau kesalahan acak (random
error), dalam pengambilan sampel, penanganan sampel dan dalam analisis laboratorium.
American Society of Testing and Material (ASTM) mengakui dua tingkat presisi:
- pengulangan (repeatability) - kesalahan acak yang terkait dengan pengukuran
yang dilakukan oleh operator uji tunggal pada sampel bahan uji identik di
laboratorium tertentu, dengan peralatan yang sama, di bawah kondisi operasi yang
konstan , dan
- reprodusibilitas (reproducibility)- kesalahan acak yang terkait dengan pengukuran
yang dilakukan oleh operator uji yang berbeda, di laboratorium yang berbeda,
menggunakan metode yang sama tetapi peralatan yang berbeda untuk
menganalisis sampel bahan uji yang identik.
Presisi dapat dinyatakan sebagai perbedaan prosentase relatif (relative percent
different, %RPD), jika dilakukan secara duplo atau dinyatakan sebagai simpangan baku
relative (relative standard deviation, %RSD), jika pengujian dilakukan lebih dari dua
kali.
Contoh presisi:
Anda dapat memikirkan akurasi dan presisi dalam hal pemain bola basket. Jika pemain
selalu membuat bola masuk ke keranjang, meskipun ia menyerang bagian pelek yang
berbeda, ia memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Jika dia tidak memasukan ke keranjang
tetapi selalu memukul bagian yang sama dari pelek, dia memiliki tingkat presisi yang
tinggi. Seorang pemain yang lemparan bebasnya selalu membuat keranjang dengan cara
yang sama persis memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
Ambil pengukuran eksperimental untuk contoh presisi dan akurasi lainnya. Jika Anda
melakukan pengukuran massa sampel standar 50,0 gram dan mendapatkan nilai 47,5,
47,6, 47,5, dan 47,7 gram, skala Anda tepat, tetapi tidak terlalu akurat. Jika skala Anda
memberi Anda nilai 49,8, 50,5, 51,0, dan 49,6, itu lebih akurat daripada yang pertama
tetapi tidak seakurat itu. Skala yang lebih tepat akan lebih baik untuk digunakan di lab,
asalkan Anda membuat penyesuaian untuk kesalahannya.
Apakah menurut Anda lebih baik menggunakan instrumen yang mencatat pengukuran
akurat atau yang mencatat pengukuran presisi? Jika Anda menimbang diri Anda pada
skala tiga kali dan setiap kali angkanya berbeda, namun mendekati bobot Anda yang
sebenarnya, timbangan itu akurat. Namun mungkin lebih baik menggunakan skala yang
tepat, bahkan jika itu tidak akurat. Dalam hal ini, semua pengukuran akan sangat dekat
satu sama lain dan “mati” dari nilai sebenarnya dengan jumlah yang sama. Ini adalah
masalah umum dengan skala, yang sering memiliki tombol “tara” untuk membidiknya.
Meskipun skala dan keseimbangan memungkinkan Anda melakukan tara atau membuat
penyesuaian untuk membuat pengukuran menjadi akurat dan tepat, banyak instrumen
membutuhkan kalibrasi. Contoh yang bagus adalah termometer. Termometer sering
membaca dengan lebih andal dalam rentang tertentu dan memberikan nilai yang semakin
tidak akurat (tetapi tidak harus tepat) di luar rentang itu. Untuk mengkalibrasi instrumen,
catat seberapa jauh pengukurannya dari nilai yang diketahui atau benar. Catat kalibrasi
untuk memastikan pembacaan yang tepat. Banyak peralatan membutuhkan kalibrasi
berkala untuk memastikan pembacaan yang akurat dan tepat.
Akurasi dan presisi hanyalah dua konsep penting yang digunakan dalam pengukuran
ilmiah. Dua keterampilan penting lainnya yang harus dikuasai adalah angka-angka
penting dan notasi ilmiah. Para ilmuwan menggunakan persen kesalahan sebagai salah
satu metode untuk menggambarkan seberapa akurat dan tepat suatu nilai. Ini perhitungan
sederhana dan bermanfaat.
2. Kekeliruan
a. Kesalahan
Beberapa Pembedaan yang Perlu
Dalam berargumen sering kita terperangkap dalam peristilahan yang mempunyai
kemiripan arti dengan kesalahan dan kebenaran.Namun perlu diinngat kata-kata itu
mempunyai pengertian dalan konteks yang berbeda-beda.Oleh sebab itu, perlu dibuat
pembedaan yang jelas guan menghindari penyelahagunaan peristilahan tersebut.
a.1. Benar-Salah
Istilah benar-salah (dalam bahasa Inggris “true-false”) dipakai untuk untuk
menilai sifat atau kualitas suatu proposisi atau makna/isi suatu pernyataan.
Pengetahuan bisa dinilai benar atau salah, karena pengetahuan pada dasarnya
merupakan gabungan dan perpaduan sistem pernyataan.Konsep tidak dapat dinilai
salah atau benar, betul atau keliru. Konsep bisa jelas atau terpilah atau kabur, memadai
atau tidak memadai. Demikian juga persepsi, sebenarnya tidak dapat disebut benar
atau salah, betul atau keliru. Yang bisa benar atau salah adalah isi dari apa yang
dipersepsikan. Yang betul atau keliru adalah yang mempersepsi-kan. Persepsi sendiri
hanya bisa jeli atau serampangan, tajam atau tumpul, menyeluruh atau parsial.
a.2. Betul-keliru
Istilah betul-keliru (dalam bahasa Inggris “Truth-Error”) dipakai untuk menilai
keadaan orang atau si pembuat pernyataan sebagai akibat dari pertimbangan dan
keputusannya atas suatu proposisi. Misalnya, orang bisa keliru karena bisa
menganggap dan meyakini benar apa yang senyatanya salah dengan menegaskan:
“Matahari berputar mengelilingi bumi”. Pengetahuan tidak tepat dinilai sebagai
“betul” atau “keliru”.
a.3. Tepat-Meleset
Istilah ini (dalam bahasa Inggris correct-incorect) dipakai untuk menilai jawaban
atas suatu pertanyaan atau persoalan. Dipakai juga untuk menilai suatu pertanyaan,
apakah tepat mengenai pokok persoalan atau meleset. Jawaban disebut “tepat” jika
kena sasaran, atau dapat menyelesaikan persoalan yang diajukan. Demikian juga
pertanyaan disebut “tepat” kalau langsung mengenai pokok persoalan yang sedang
dibicarakan atau jawaban yang ingin dicari. “Tepat-meleset” juga dapat dipakai untuk
menilai suatu penilaian, pertimbangan dan putusan.
Kesalahan dan kekeliruan merupakan akibat tidak meksimalnya daya kerja akal
budi dan kehendak. Maka perlulah kerja sama yang baik antara intelek dan
kehendak. Thomas Aquinas dengan jelas menganalisis tahap-tahap aktivitas
kehendak. Menurutnya, setiap perbuatan manusiawi merupakan hasil kerja sama
antara kehendak dan intelek atau daya pengertian. “Aquinas differentiates between
interior and exterior acts. But there cannot be an exterior act without an interior act
of the will”.
Kerjasama intelek dan kehendak yang baik mengandaikan terhindarnya
kekeliruan (tindakan kognitif obyek penahu) dan kesalahan (akibat dari tindakan
kognitif tersebut). Pengertian yang baik sangat mempengaruhi benar atau tidaknya
suatu perbuatan. Dan nantinya suatu perbuatan (ketika perbuatan itu menjadi
sebuah realitas) akan menjadi sumber pengetahuan yang baik.
Rangkuman
1. Pengetahuan sains adalah sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan
fenomena-fenomena yang terjadi di alam.Hal-hal yang dipelajari dalam sains adalah
sains kealaman, sains sosial, dan humaniora.Cara memperoleh pengetahuan sains
dengan menerapkan teori humanisme, rasionalisme, empirisme, positivisme, dan
metode ilmiah.Kegunaan sains adalah ssebagai alat eksplanasi, alat prediksi, dan alat
pengontrol. Cara sains menyelesaikan masalah adalah pertama, mengidentifikasi
masalah. Kedua, mencari teori tentang sebab-sebab masalah. Peneliti Ketiga,
menetapkan tindakan penyelesaian.Pengetahuan adalah hasil tau manusia terhadap
sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahi suatu objek tertentu.Jika
manusia dikatakan memiliki pengetahuan maka dia harus mengerti sesudah melihat,
menyaksikan dan mengalaminya.
2. Menurut Harold H. Tutis, kebenaran adalah kesetiaan putusan-putusan dan ide-ide kita
pada fakta pengalaman atau pada alam sebagaimana apa adanya, akan tetapi sementara
kita tidak senantiasa dapat membandingkan putusan kita itu dengan situasi aktual,
maka ujilah putusan kita itu dengan putusan-putusan lain yang kita percaya sah dan
benar, atau kita ujilah putusan-putusan itu dengan kegunaannya dan dengan akibat-
akibat praktis.
3. Teori-teori kebenaran ilmiah, yaitu: teori kebenaran korespondensi, teori kebenaran
koherensi, teori kebenaran pragmatis, teori kebenaran sintaksis, teori kebenaran
semantis, teori kebenaran non-deskripsi, dan teori kebenaran logis yang berlebihan.
4. Sifat-sifat kebenaran ilmiah, yaitu: struktur yang rasional-logis, isi empiris, dan dapat
diterapkan.
5. Presisi merupakan metode dan instrument analitis untuk memproduksi pengukurannya
sendiri. Sedangkan akurasi merupakan pengukuran dengan hasil yang benar dan
konsisten.
6. Masalah kekeliruan terdiri dari benar-salah, betul-keliru, tepat-meleset, sahih-tak
sahih. Sehingga dalam kekeliruan perlu untuk menghindari beberapa kesalahan dengan
cara kerjasama yang baik antara intelek dan kehendak dan sadar akan kesalahan yang
dibuat.
Masalah kepastian dilihat dari sudut pandang rasionalis, kepastian berkaitan dengan
subjek. Kebenaran sebagai keteguhan yang bersifat pasti.
DAFTAR PUSTAKA