BAB V
PINTU SORONG DAN AIR LONCAT
2.1 PENDAHULUAN
Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur tinggi bukaannya sehingga
memungkinkan untuk mengatur elevasi aliran dan mengukur debit aliran. Aliran
yang telah melewati pintu sorong mengalami fenomena yang disebut “air
loncat”. Fenomena ini mengakibatkan perubahan tipe aliran kondisi dari
subkritis ke superkritis sehingga dapat ditentukan karakteristik bangunan air.
Ilustrasinya2
Vo dapat dilihat pada gambar berikut :
2g
Total head
2
V
1
2g Kedalaman kritis
y
o
y y
c b
v v
y y a b
g v
1 y
1
a
0 1 a b
Penurunan Rumus :
datum
Z
1 Z 2
Q
D1 1 2 D2
Δh
? hg
Gambar 2 :
Venturimeter
Penurunan rumus :
Persamaan Bernoulli (untuk z1 = z2):
½V12 + P1 = ½V22 + P2
air air
P1 - P2 = ½ (V22 – V12)...................................(1)
air
Persamaan Kontinuitas : Q1 = Q2
V1 A1 = V2 A2
V1.¼d12 = V2. ¼d22 ............ V2 = V1 (d12 / d22)...........(2)
Dari persamaan (1) dan (2) didapat:
Diketahui:
Keterangan :
Penurunan rumus Qt :
Q
y Fg
o
Fs0
y
g F gesek y
1
Fs1
0 1
F = 0.5 r g h2
dimana :
F = tekanan hidrostatis
g = kecepatan gravitasi
Maka :
Persamaan Energi :
E = y + v2/2g
E = y + Q2/2gA2
E = y + Q2/2gb2y2
Pembuktian rumus :
karena merupakan titik kritis merupakan titik minimum dari kurva energi
khas, pada aliran kritis dE/dY=0,
menurut Froude
Yc = kedalaman kritis
d. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y 1 , Ya, Xa, Yb dan Xb
dimana :
d. Menghitung Fg (gaya tahanan yang bekerja pada pintu sorong) dan Fh (gaya
hidrostatis pada air)
c. Menhitung Yb (tinggi muka air setelah air loncat) /Ya (tinggi muka air
sebelum air loncat) teoritis
= 2880.05 cm3/s
Perhitungan Cc
Diketahui : Y1 = 3 cm
Yg = 4,8 cm
Cc = Y1/Yg
Cc = 3 / 4,8 = 0,625
Perhitungan Cv
Diketahui :
b = 8 cm
Y1 = 3 cm
Yo = 12 cm
Cv = Qa/Qt
Qa = 2880.05 cm3/s
Qt = 3293.793 cm3/s
Cv =2880.05/3293,793
Cv = 0.874388
Perhitungan Fg dan Fh
y 2 * Q 2 y
Fg 0.5 * * g * y1 * 0 2 1 2
2
1 1
y1 b * y1 y 0
Fg = 33816.30212 gram.cm/s2
Fh 0.5 * * g * y0 y g
2
Fh = 25427.52 gram.cm/s2
Perhitungan Debit
Q = 171,81 x 3,14 x (ΔH)1/2
Q = 171,81 x 3,14 x (28,5)1/2
= 2880.05 cm3/s
v
Fr
g*y
Fr = 1.245366
Yb 1
* 1 8 * Fra 1
Ya 2( yb ya )3
2
h
4 * ya * yb
Perhitungan kehilangan energi
Δh = 0.10318 cm
Yc = 4.042413
Em = 6.0636195
Data percobaan
Data Percobaan
Tabel 1 : Data Percobaan Pintu Sorong
Data Perhitungan:
Data Perhitungan:
a. Grafik Cc vs
PINTU SORONG
Cc vs Yg/Yo
y = -75,891x 3 + 107,62x 2 -
0,67 50,228x + 8,3547
0,66 R2 = 0,9485
0,65
Cc vs Yg/Yo
0,64
Cc
AIR LONCAT
Cc vs Yg/Yo
y = 167239x 3 - 207365x 2 +
0,63 85698x - 11804
0,62 R2 = 0,9997
0,61
Cc vs Yg/Yo
0,6
Cc
Dari grafik di atas, maka didapat hubungan antara Cc dan sebagai berikut
Cc maks =0,6596
Maka
Dapat dilihat bahwa jika nilai Yg tetap maka semakin kecil nilai Y0, maka nilai Y1
akan semakin tinggi. Dari grafik, dapat diketahui nilai C c maksimum dan
minimum, sehingga dapat diketahui besar nilai Cc pada kondisi tinggi bukaan
pintu tertentu. Sehingga dapat didesain pintu dengan Cc yang paling efisien.
b. Grafik Cv vs
PINTU SORONG
0,85
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Yg/Yo
AIR LONCAT
Cv vs Yg/Yo
y = -46110x 3 + 56943x 2 - 23437x
0,605 + 3215,5
0,6 R2 = 0,8705
0,595
Cv vs Yg/Yo
0,59
Cv
Dari grafik di atas, maka didapat hubungan antara Cv dan sebagai berikut
Cv maks = 0,601284306
Maka,
tinggi pintu sorong dengan tinggi muka air di hulu. Dengan diketahui nilai C v, maka
dapat diketahui besar Cv pada kondisi tinggi bukaan pintu tertentu. Oleh karenanya
dapat didesain tinggi bukaan pintu yang baik.
c. Grafik vs
PINTU SORONG
Fg/Fh vs Yg/Yo
y = 2,8983x + 0,1366
2
R2 = 0,9706
1,8
1,6
1,4
Fg/Fh vs Yg/Yo
1,2
1
0,8 Linear (Fg/Fh vs
0,6 Yg/Yo)
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
AIR LONCAT
dari Y0, pintu tidak akan mengalami gaya hidrostatik sehingga menyebabkan
gaya tahan pada pintu sorong juga tidak ada. Supaya pintu sorong memiliki gaya
tahan, maka 0 < Yg < Y0.
Gaya ideal yang dialami pintu sorong = 1. Sehingga pada grafik dilakukan
d. Grafik vs
PINTU SORONG
1
Linear (Yb/Ya ukur
vs Yb/Ya teori)
0,5
0 y = 0,1893x + 1,2912
0 1 2 3 R2 = 0,2105
Yb/Ya ukur
AIR LONCAT
3
Yb/Ya ukur vs Yb/Ya
2,5 teori
y=x
Yb/Ya ukur
1,5
Linear (Yb/Ya ukur
1 vs Yb/Ya teori)
0,5 Linear (y=x)
0
0 1 2 3 y = 0,4435x + 0,8152
Yb/Ya teori R2 = 0,475
hal ini kondisi ideal grafik adalah y = x. Grafik yang didapat adalah y = 0,884x.
Perbedaan yang terjadi diakibatkan oleh adanya fluktuasi debit dan sukarnya
menentukan tinggi air loncat yang akurat sehingga terjadi ketidaktepatan saat
menentukan tinggi air loncat.
e. Grafik vs Fra
PINTU SORONG
3 2
L/Yb vs Fr y = -176,14x + 673,1x - 856,33x
+ 364,29
2
R = 0,9987
1,8
1,6
1,4
1,2 L/Yb vs Fr
1
L/Yb
AIR LONCAT
1,95
1,9
L/Yb vs Fr
L/Yb
1,8
1,75
0 0,5 1 1,5
Fr
Pada grafik ini dipengaruhi oleh Fra. Bilangan Froude ini berpengaruh
pada penggerusan. Agar tidak menimbulkan gaya gesek pada dasar saluran,
maka bilangan Froude harus kurang dari satu. Dari grafik ini dapat diketahui
panjang dasar saluran yang mengalami gesekan pada dasar saluran, karena
berdasarkan sifat alirannya, loncatan hidraulik bersifat turbulen. Sehingga
dapat menyebabkan penggerusan pada dasar saluran. Dari grafik di atas,
dengan mengetahui bilangan Froude di hulu dan tinggi air di hilir (setelah
loncatan), dapat diketahui panjang lompatan hidraulik. Dari hasil ini, dapat
dibuat rancangan perkerasan pada daerah yang rawan penggerusan tersebut.
f. Grafik Y vs E
PINTU SORONG
AIR LONCAT
debit tertentu, sehingga alirannya disebut subkritis. Bila dalamnya aliran kurang
dari kedalaman kritis, aliran disebut superkritis. Bagian kurva yang berada diatas
garis kritis adalah aliran subkritis yang memiliki ketinggian besar dan kecepatan
kecil sementara yang berada dibawah garis kritis adalah aliran super kritis yang
memiliki ketinggian kecil tetapi kecepatannya besar. Dari nilai-nilai kritis yang
didapat, bisa dilihat bahwa semakin besar debit semakin besar pula energi
minimumnya, ini juga berarti semakin besar pula nilai Y kritis atau tinggi muka air
kritisnya.
2.10.2 Saran
Pada percobaan ini, agar hasil yang diperoleh dapat lebih mendekati
keadaan yang sebenarnya perlu diperhatikan beberapa hal ,yaitu:
a. Terjadinya kebocoran pada saluran terbuka pintu sorong, sehingga pada
pengukuran debit kemungkinan terjadi kesalahan.
b. Pompa bekerja tidak stabil sehingga debit yang keluar berubah–ubah.
2.11 REFERENSI