Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 27

BAB V
PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

2.1 PENDAHULUAN

Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur tinggi bukaannya sehingga
memungkinkan untuk mengatur elevasi aliran dan mengukur debit aliran. Aliran
yang telah melewati pintu sorong mengalami fenomena yang disebut “air
loncat”. Fenomena ini mengakibatkan perubahan tipe aliran kondisi dari
subkritis ke superkritis sehingga dapat ditentukan karakteristik bangunan air.
Ilustrasinya2
Vo dapat dilihat pada gambar berikut :
2g
Total head


2
V
1
2g Kedalaman kritis
y
o
y y
c b
v v
y y a b
g v
1 y
1
a

0 1 a b

Gambar 1 : Profil aliran pada pintu sorong

2.2 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dilakukan percobaan ini adalah:
a. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong
b. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi
c. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan Fb
d. Mengamati profil aliran air loncat
e. Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat
f. Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum

Laporan Praktikum Hidraulika 60


Kelompok 27

2.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Model saluran terbuat dari kaca
2. Bak Penampung Air
3. Generator dan pompa air
4. Venturimeter (alat Pengukur debit)
5. Pintu sorong
6. Sekat pengatur/hambatan
7. Alat pengukur tinggi muka air
8. Alat pengukur jarak

2.4 TEORI DASAR DAN PENURUNAN RUMUS

2.4.1 Debit Aliran

Dengan menerapkan prinsip kekekalan energi, impuls - momentum, dan


kontinuitas (kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan
energi, dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar
debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada kontraksi.

Penurunan Rumus :

datum
Z
1 Z 2

Q
D1 1 2 D2


Δh
? hg

Gambar 2 :
Venturimeter

Penurunan rumus :
Persamaan Bernoulli (untuk z1 = z2):

Laporan Praktikum Hidraulika 61


Kelompok 27

½V12 + P1 = ½V22 + P2
air air

P1 - P2 = ½ (V22 – V12)...................................(1)
air

Persamaan Kontinuitas : Q1 = Q2
V1 A1 = V2 A2
V1.¼d12 = V2. ¼d22 ............ V2 = V1 (d12 / d22)...........(2)
Dari persamaan (1) dan (2) didapat:

P1 - P2 = ½ V12(d14 /d24 –1)............................(3)


air

Pada pipa venturi


Prinsip pembacaan Manometer :
P1 + airg (H + H) = P2 + airgH + Hgg H
P1 - P2 = airgH + Hgg H - airg(H + H)
P1 - P2 = g H (Hg-air)......................................(4)

Diketahui:

d1 = 3,15 cm hg = 13,6 gram/cm3


d2 = 2,00 cm a = 1,00 gram/cm3
g = 981 cm/detik2

Dari persamaan (3) dan (4)

(Hg-air) g H = ½ air V12 (d14 /d24 –1)


(12.6) x 9.81 x H = ½ x 1 x V12 [(3.15)4/(2.00)4 – 1]
V1 = 69.26
Q = A1V1 = V1. ¼πd12
= 69.26 .¼(3.15)2

Laporan Praktikum Hidraulika 62


Kelompok 27

Q  171.808 H cm 3 / det ik ..............(terbukti)

2.4.2 Pintu Sorong

Gambar 3 : Profil Aliran Pada Pintu Sorong

Keterangan :

 Yo = tinggi muka air di hulu pintu sorong

 Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar


saluran

 Y1 = tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong

 Y2 = tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong

 Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat

 Yb = tinggi muka air tepat setelah air loncat

Laporan Praktikum Hidraulika 63


Kelompok 27

Penurunan rumus Qt :

Penurunan Rumus Fh dan Fg :

Q
y Fg
o
Fs0
y
g F gesek y
1
Fs1

0 1

Gambar 4 : Distribusi gaya yang bekerja pada pintu


sorong

Gambar Fg pada pintu sorong tidak berbentuk segitiga karena bentuk


geometri pintu sorong (seperti terlihat pada gambar) tidaklah berbentuk
segi empat. Bentuk geometri pintu sorong mengkerucut pada bagian
bawahnya sehingga bentuk Fg yg terbentuk akan melengkung (sesuai rumus
Fg=ρgh).

Rumus Dasar Tekanan Hidrostatis:

F = 0.5 r g h2

dimana :

Laporan Praktikum Hidraulika 64


Kelompok 27

F = tekanan hidrostatis

r = berat jenis air

g = kecepatan gravitasi

h = panjang bidang tekanan hidrostatis bekerja ke arah sumbu y

 Fh (gaya hidrostatis pada air)

Masukkan persamaan dasar tekanan hidrostatis di atas pada gambar:

Maka :

Fh = 0.5 r g (Yo - Yg)2 ; h = Yo - Yg

 Fg (gaya tahanan pada pintu sorong)

Dimana (debit per satuan luas)

Laporan Praktikum Hidraulika 65


Kelompok 27

2.4.3. Air Loncat

Gambar 5 : Profil Air Loncat

Air loncat merupakan perubahan aliran dari superkritis ke subkritis.

Aliran superkritis : F>1

Aliran kritis : F=1

Aliran subkritis : F<1

Penurunan Rumus 2.6 :

Penurunan Rumus 2.7. :

Laporan Praktikum Hidraulika 66


Kelompok 27

Penurunan Rumus 2.9 :

Persamaan Energi :

E = y + v2/2g

E = y + Q2/2gA2

E = y + Q2/2gb2y2

Pembuktian rumus :

karena merupakan titik kritis merupakan titik minimum dari kurva energi
khas, pada aliran kritis dE/dY=0,

dari persamaan energi pada saat aliran kritis

menurut Froude

Laporan Praktikum Hidraulika 67


Kelompok 27

Yc = kedalaman kritis

2.5 PROSEDUR PERCOBAAN

2.5.1 Percobaan dengan Debit Tetap

a. Alat dikalibrasikan dahulu pada titik nol terhadap dasar saluran

b. Alirkan air dengan debit tertentu yang memungkinkan terjadinya jenis


aliran yang diinginkan

c. Atur kedudukan pintu sorong. Tentukan kira-kira pada interval berapa


profil air loncat masih cukup baik

d. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y 1 , Ya, Xa, Yb dan Xb
dimana :

 Yo = tinggi muka air di hulu pintu sorong

 Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar


saluran

 Y1 = tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong

 Y2 = tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong

 Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat

 Yb = tinggi muka air tepat setelah air loncat

 Xa = kedudukan horizontal titik Ya dari titik nol


saluran

 Xb = kedudukan horizontal titik Yb dari titik nol


saluran

e. Percobaan dilakukan 5 kali dengan mengubah kedudukan pintu sorong

2.5.2 Percobaan dengan Debit Berubah

Laporan Praktikum Hidraulika 68


Kelompok 27

a. Tentukan kedudukan pintu sorong terhadap dasar


saluran (Yg tetap)

b. Alirkan air dengan debit minimum yang


memungkinkan terjadinya aliran yang diinginkan

c. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y 1 , Y2,


Ya, Xa, Yb dan Xb

d. Percobaan dilakukan 5 kali dengan mengubah debit


aliran

2.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

2.6.1 Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong

a. Menghitung besar debit yang mengalir (Q)

b. Menghitung Cc (koefisien kontraksi yang timbul akibat adanya pintu sorong


yang menimbulkan kontraksi)

c. Menghitung Cv (koefisien kecepatan yang timbul akibat adanya perubahan


kecepatan)

d. Menghitung Fg (gaya tahanan yang bekerja pada pintu sorong) dan Fh (gaya
hidrostatis pada air)

2.6.2 Air Loncat

a. Menghitung besarnya debit yang mengalir (Q)

b. Menghitung bilangan Froude pada bagian hulu air loncat (Fra)

c. Menhitung Yb (tinggi muka air setelah air loncat) /Ya (tinggi muka air
sebelum air loncat) teoritis

d. Menghitung Δh (kehilangan energi)

e. Menghitung Yc (kedalaman kritis disaat energi minimum) dan Eminimum


(energi air pada setiap penampang saluran dalam kondisi minimum)

2.7 CONTOH PERHITUNGAN


2.7.1 Pintu Sorong
Perhitungan Debit
Diketahui : H1 = 35,5 cm
H2 = 7 cm
Q = 171,81 x 3,14 x (ΔH)1/2
Q = 171,81 x 3,14 x (28,5)1/2

Laporan Praktikum Hidraulika 69


Kelompok 27

= 2880.05 cm3/s

Perhitungan Cc
Diketahui : Y1 = 3 cm
Yg = 4,8 cm
Cc = Y1/Yg
Cc = 3 / 4,8 = 0,625

Perhitungan Cv
Diketahui :
b = 8 cm
Y1 = 3 cm
Yo = 12 cm
Cv = Qa/Qt
Qa = 2880.05 cm3/s

Qt = 3293.793 cm3/s
Cv =2880.05/3293,793
Cv = 0.874388

Perhitungan Fg dan Fh

 y 2    * Q 2  y 
Fg  0.5 *  * g * y1 *  0 2  1   2
2
1  1 
  y1   b * y1  y 0 

Fg = 33816.30212 gram.cm/s2

Laporan Praktikum Hidraulika 70


Kelompok 27

Fh  0.5 *  * g * y0  y g 
2

Fh = 25427.52 gram.cm/s2

2.7.2 Air Loncat

Perhitungan Debit
Q = 171,81 x 3,14 x (ΔH)1/2
Q = 171,81 x 3,14 x (28,5)1/2
= 2880.05 cm3/s

v
Fr 
g*y

Perhitungan Bilangan Fraude


V = Q/A
= 2880.05 /(8*4,4)
= 81.81969 cm/s

Fr = 1.245366

Perhitungan Yb/Ya Teoritis

Yb 1 

 * 1  8 * Fra  1
Ya 2( yb  ya )3
2



h 
4 * ya * yb
Perhitungan kehilangan energi

Δh = 0.10318 cm

Perhitungan kedalaman kritis dan energi minimum

Laporan Praktikum Hidraulika 71


Kelompok 27

Yc = 4.042413

Em = 6.0636195

2.8 TABEL DATA

Data percobaan

Debit berubah, Yg tetap


Lebar saluran = 8 cm = 0.08 m
Yg = 2.7 cm = 0.027 m
Percepatan gravitasi (g) = 981 cm²/detik
Massa jenis air = 1000 kg/m³ = 1 gram/cm³

2.8.1 Pintu sorong

Qa = debit yang mengalir


Cc = koefisien kontraksi
Qt = debit teoritis
Cv = koefisien kecepatan
Fg = gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong
Fh = gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan hidrostatis

Data Percobaan
Tabel 1 : Data Percobaan Pintu Sorong

Laporan Praktikum Hidraulika 72


Kelompok 27

Data Perhitungan:

Tabel 2: Data Perhitungan Pintu Sorong

2.8.2 Air loncat

Q = debit yang mengalir


Fra = bilangan Froude pada bagian hulu air loncat
h = energi yang hilang akibat adanya air loncat
Yc = kedalaman kritis
Eminimum = energi minimum
L = selisih Xa dan Xb
Data Percobaan
Tabel 3 : Data Percobaan Air Loncat

Laporan Praktikum Hidraulika 73


Kelompok 27

Data Perhitungan:

Tabel 4 : Data Perhitungan Air Loncat

2.9 GRAFIK DAN ANALISA

a. Grafik Cc vs

PINTU SORONG

Cc vs Yg/Yo
y = -75,891x 3 + 107,62x 2 -
0,67 50,228x + 8,3547
0,66 R2 = 0,9485

0,65
Cc vs Yg/Yo
0,64
Cc

Poly. (Cc vs Yg/Yo)


0,63
0,62
0,61
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Yg/Yo

Grafik 1: Cc vs Pintu Sorong

Laporan Praktikum Hidraulika 74


Kelompok 27

AIR LONCAT

Cc vs Yg/Yo
y = 167239x 3 - 207365x 2 +
0,63 85698x - 11804
0,62 R2 = 0,9997
0,61
Cc vs Yg/Yo
0,6
Cc

Poly. (Cc vs Yg/Yo)


0,59
0,58
0,57
0,405 0,41 0,415 0,42 0,425
Yg/Yo

Grafik 2: Cc vs Air Loncat

Dari grafik di atas, maka didapat hubungan antara Cc dan sebagai berikut

Cc maks =0,6596

Karena Cc min =0,619

Maka

Dapat dilihat bahwa jika nilai Yg tetap maka semakin kecil nilai Y0, maka nilai Y1
akan semakin tinggi. Dari grafik, dapat diketahui nilai C c maksimum dan
minimum, sehingga dapat diketahui besar nilai Cc pada kondisi tinggi bukaan
pintu tertentu. Sehingga dapat didesain pintu dengan Cc yang paling efisien.

Laporan Praktikum Hidraulika 75


Kelompok 27

b. Grafik Cv vs

PINTU SORONG

Cv vs Yg/Yo y = 84,588x 3 - 121,58x 2 + 57,707x -


0,91 8,1692
R2 = 0,9881
0,9
0,89
Cv vs Yg/Yo
0,88
Cv

Poly. (Cv vs Yg/Yo)


0,87
0,86

0,85
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Yg/Yo

Grafik 3: Cv vs Pintu Sorong

AIR LONCAT

Cv vs Yg/Yo
y = -46110x 3 + 56943x 2 - 23437x
0,605 + 3215,5
0,6 R2 = 0,8705

0,595
Cv vs Yg/Yo
0,59
Cv

Poly. (Cv vs Yg/Yo)


0,585
0,58
0,575
0,405 0,41 0,415 0,42 0,425
Yg/Yo

Grafik 4: Cc vs Air Loncat

Laporan Praktikum Hidraulika 76


Kelompok 27

Dari grafik di atas, maka didapat hubungan antara Cv dan sebagai berikut

Cv maks = 0,601284306

Karena Cv min = 0,579857995

Maka,

. Hubungan antara Cv dan menunjukkan kecepatan air pada perbandingan

tinggi pintu sorong dengan tinggi muka air di hulu. Dengan diketahui nilai C v, maka
dapat diketahui besar Cv pada kondisi tinggi bukaan pintu tertentu. Oleh karenanya
dapat didesain tinggi bukaan pintu yang baik.

c. Grafik vs

PINTU SORONG

Fg/Fh vs Yg/Yo
y = 2,8983x + 0,1366
2
R2 = 0,9706
1,8
1,6
1,4
Fg/Fh vs Yg/Yo
1,2
1
0,8 Linear (Fg/Fh vs
0,6 Yg/Yo)
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8

Grafik 5 : vs Pintu Sorong

AIR LONCAT

Laporan Praktikum Hidraulika 77


Kelompok 27

Grafik 6 : vs Air Loncat

Dari grafik didapat persamaan

Grafik menunjukkan hubungan dari dan . Apabila nilai Yg lebih besar

dari Y0, pintu tidak akan mengalami gaya hidrostatik sehingga menyebabkan
gaya tahan pada pintu sorong juga tidak ada. Supaya pintu sorong memiliki gaya
tahan, maka 0 < Yg < Y0.

Gaya ideal yang dialami pintu sorong = 1. Sehingga pada grafik dilakukan

intercept = 1. Nilai yang didapat dari percobaan mendekati 1. Dengan

diketahuinya nilai-nilai dan , maka dapat didesain tinggi pintu sorong.

d. Grafik vs

PINTU SORONG

Laporan Praktikum Hidraulika 78


Kelompok 27

Yb/Ya teori vs Yb/Ya ukur


3
Yb/Ya ukur vs
2,5 Yb/Ya teori
y=x
Yb/Ya teori 2

1,5 Linear (y=x)

1
Linear (Yb/Ya ukur
vs Yb/Ya teori)
0,5

0 y = 0,1893x + 1,2912
0 1 2 3 R2 = 0,2105
Yb/Ya ukur

Grafik 7 : vs Pintu Sorong

AIR LONCAT

Yb/Ya ukur vs Yb/Ya teori

3
Yb/Ya ukur vs Yb/Ya
2,5 teori
y=x
Yb/Ya ukur

1,5
Linear (Yb/Ya ukur
1 vs Yb/Ya teori)
0,5 Linear (y=x)

0
0 1 2 3 y = 0,4435x + 0,8152
Yb/Ya teori R2 = 0,475

Grafik 8 : vs Air Loncat

Grafik menunjukkan adanya perbedaan antara dan . Dalam

hal ini kondisi ideal grafik adalah y = x. Grafik yang didapat adalah y = 0,884x.
Perbedaan yang terjadi diakibatkan oleh adanya fluktuasi debit dan sukarnya
menentukan tinggi air loncat yang akurat sehingga terjadi ketidaktepatan saat
menentukan tinggi air loncat.

Laporan Praktikum Hidraulika 79


Kelompok 27

e. Grafik vs Fra

PINTU SORONG

3 2
L/Yb vs Fr y = -176,14x + 673,1x - 856,33x
+ 364,29
2
R = 0,9987
1,8
1,6
1,4
1,2 L/Yb vs Fr
1
L/Yb

Poly. (L/Yb vs Fr)


0,8
0,6
0,4
0,2
0
1,1 1,2 1,3 1,4 1,5
Fr

Grafik 9 : vs Fra Pintu Sorong

AIR LONCAT

L/Yb vs Fr y = 136,03x3 - 451,9x2 + 498,67x - 180,91


R2 = 0,9969
2

1,95

1,9
L/Yb vs Fr
L/Yb

1,85 Poly. (L/Yb vs Fr)

1,8

1,75
0 0,5 1 1,5
Fr

Grafik 10 : vs Fra Air Loncat

Pada grafik ini dipengaruhi oleh Fra. Bilangan Froude ini berpengaruh

pada penggerusan. Agar tidak menimbulkan gaya gesek pada dasar saluran,
maka bilangan Froude harus kurang dari satu. Dari grafik ini dapat diketahui
panjang dasar saluran yang mengalami gesekan pada dasar saluran, karena
berdasarkan sifat alirannya, loncatan hidraulik bersifat turbulen. Sehingga
dapat menyebabkan penggerusan pada dasar saluran. Dari grafik di atas,

Laporan Praktikum Hidraulika 80


Kelompok 27

dengan mengetahui bilangan Froude di hulu dan tinggi air di hilir (setelah
loncatan), dapat diketahui panjang lompatan hidraulik. Dari hasil ini, dapat
dibuat rancangan perkerasan pada daerah yang rawan penggerusan tersebut.

f. Grafik Y vs E

PINTU SORONG

Grafik 11 : Y vs E Pintu Sorong

AIR LONCAT

Grafik 12 : Y vs E Air Loncat


Grafik dibuat dengan menghitung nilai energi spesifik untuk setiap tinggi
muka air (secara berurutan). Grafik menunjukkan kedalaman aliran digambarkan
terhadap energi spesifik suatu penampang saluran dan debit tertentu sehingga
diperoleh Lengkung Energi Spesifik. Lengkung tersebut menunjukkan bahwa untuk
suatu energi spesifik tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman, taraf rendah
dan taraf tinggi. Pada keadaan kritis kedua kedalaman seolah menyatu dan dikenal
sebagai kedalaman kritis (Y c). Keadaan kritis adalah keadaan aliran dimana energi
spesifiknya untuk suatu debit tertentu adalah minimum. Bila dalamnya aliran
melebihi kedalaman kritis, kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan kritis suatu

Laporan Praktikum Hidraulika 81


Kelompok 27

debit tertentu, sehingga alirannya disebut subkritis. Bila dalamnya aliran kurang
dari kedalaman kritis, aliran disebut superkritis. Bagian kurva yang berada diatas
garis kritis adalah aliran subkritis yang memiliki ketinggian besar dan kecepatan
kecil sementara yang berada dibawah garis kritis adalah aliran super kritis yang
memiliki ketinggian kecil tetapi kecepatannya besar. Dari nilai-nilai kritis yang
didapat, bisa dilihat bahwa semakin besar debit semakin besar pula energi
minimumnya, ini juga berarti semakin besar pula nilai Y kritis atau tinggi muka air
kritisnya.

Laporan Praktikum Hidraulika 82


Kelompok 27

2.10 KESIMPULAN DAN SARAN


2.10.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan pintu sorong ini didapat pengamatan mengenai
perubahan aliran dari subkritis, kritis dan superkritis, dari hulu sampai
hilir saluran.
2. Nilai Cc dan Cv yang didapat tidak dipengaruhi oleh perubahan debit.
Nilai ideal untuk Cc dan Cv adalah 1. Dan nilai Cc dan Cv yang didapat
mendekati 1. Dengan diketahui nilai Cc dan Cv maka dapat didesain
pintu yang paling baik dan efektif.
3. Pada pintu sorong terdapat gaya hidrostatis air dan gaya tahanan pintu
sorong. Gaya pintu sorong harus lebih besar dibandingkan gaya
hidrostatis air. Karena jika tidak, maka pintu akan jebol. Nilai ideal
perbandingan gaya-gaya tersebut adalah 1.
4. Loncatan hidrolik menimbulkan kehilangan energi. Kehilangan energi ini
disebabkan adanya peredaman pusaran air selama loncatan. Percobaan
ini dapat dijadikan simulasi untuk menentukan panjangnya perkerasan
yang dibutuhkan di dasar saluran dalam proses pembuatan saluran
irigasi.
5. Semakin besar debit semakin besar pula energi minimumnya, ini juga
berarti semakin besar pula nilai Y kritis atau tinggi muka air kritisnya.
6. Aplikasi pintu sorong ini dalam kehidupan sehari-hari antara lain pada
pintu air.

2.10.2 Saran
Pada percobaan ini, agar hasil yang diperoleh dapat lebih mendekati
keadaan yang sebenarnya perlu diperhatikan beberapa hal ,yaitu:
a. Terjadinya kebocoran pada saluran terbuka pintu sorong, sehingga pada
pengukuran debit kemungkinan terjadi kesalahan.
b. Pompa bekerja tidak stabil sehingga debit yang keluar berubah–ubah.

2.11 REFERENSI

Chow, Ven Te. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga : 1992.


Panduan Praktikum Si. 2131 Mekanika Fluida dan Hidrolika. KMTSA ITB. 2003.

Laporan Praktikum Hidraulika 83

Anda mungkin juga menyukai