Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENERAPAN TAX AMNESTY,

PELAYANAN PERPAJAKAN, DAN SANGSI


PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMA PAJAK

Disusun Oleh:
Obedient Boas Jr Putro
20021106045

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar di indonesia. Dilihat dari
data Kementerian Keuangan (2017) besarnya peran pajak dalam membiayai
pembangunan juga tercermin dari sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tahun 2017 yang 85,6% dari total penerimaan negara
bersumber dari pajak http://kemenkeu.go.id/apbn2017 ). Pajak yang dipungut negara
dikembalikan lagi kepada masyarakat dengan cara pemerintah memberikan fasilitas
seperti pembangunan jalan, sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan, pendidikan dan
lain lain.
Penerimaan pajak merupakan kontribusi wajib dari orang pribadi maupun badan
kepada negara yang terutang dan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
perpajakan di indonesia. Pajak berpengaruh terhadap penerimaan negara, berbagai
jenis pajak yang dibebankan negara kepada wajib pajak diantaranya berupa pajak bumi
dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPH), bea materai, bea masuk, cukai, dan
pajak ekspor.
Wajib Pajak menurut UU KUP adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Kontribusi yang diharapkan dari wajib pajak sangat menentukan berapa
besar dan luas tingkat pembangunan yang akan dilakukan. Oleh karenanya pemerintah
terus menggenjot aparatur pajak agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Tax amnesty merupakan program pengampunan pajak yang diberikan oleh
pemerintah kepada wajib pajak berupa penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan dari sanksi pidana di
bidang perpajakan yang dimana wajib pajak diminta untuk melaporkan harta yang
diperolehnya di Tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT
dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki serta membayar uang
tebusan. Adanya program ini dharapkan dapat memberikan tambahan penerimaan
pajak melalui pembayaran tunggakan pajak oleh wajib pajak dan dari uang tebusan
yang dibayarkan oleh wajib pajak yang mengikuti program tersebut.
Tujuan pemerintah Indonesia kembali memberlakukan kebijakan tax amnesty ini
adalah pertama repatriasi atau untuk menari dana warga negara Indonesia yang ada di
luar negeri. Dan kedua untuk meningkatkan basis perpajakan nasional dimana aset
yang disampaikan dalam permohonan pengampunan pajak dapat dimanfaatkan untuk
pemajakan yang akan datang yang nantinya akan berdampak pada efektivitas

2
penerimaan pajak. Efektivitas penerimaan pajak adalah kemampuan kantor pajak
dalam memenuhi target penerimaan pajak berdasarkan realisasi penerimaan pajak.
Artinya seberapa jauh kantor pajak dapat mencapai target penerimaan pajak (Ellya
Florentin, 2012).
Layanan pajak online adalah sistem elektronik yang disediakan oleh direktorat
jendral pajak atau pihak lain yang ditunjuk oleh direktur jendral pajak yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melakukan transaksi elektronik dengan direktrorat jendral
pajak meliputi DJP online dan penyedian layanan penyampaian SPT elektronik.
Layanan pajak online adalah sistem elektronik yang disediakan oleh direktorat jendral
pajak atau pihak lain yang ditunjuk oleh direktur jendral pajak yang digunakan oleh
wajib pajak untuk melakukan transaksi elektronik dengan direktrorat jendral pajak
meliputi DJP online dan penyedian layanan penyampaian SPT elektronik.
Salah satu faktor menyebabkan penerimaan pajak yang sulit tercapai yaitu
kepatuhan wajib pajak yang rendah itu dibuktikan karena masyarakat selaku wajib
pajak lupa, atau bahkan mungkin mengabaikan kewajibannya untuk membayar pajak,
khususnya pajak penghasilan orang pribadi. Terlebih ditengah perubahan pandangan
masyarakat terhadap seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan, serta berbagai
situasi yang muncul serta memberikan kesan negatif terkait masalah perpajakan
(Aceng HM Fikri,2012).
Sanksi perpajakan merupakan pemberian sanksi bagi wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.Terdapat undang-undang yang mengatur tentang ketentuan
umumdan tata cara perpajakan. Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus
adasanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Wajib pajak akan memenuhikewajiban
perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak
merugikannya (Nugroho, 2006).

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang akan dirumuskan sebagai
berikut:
(1) Apakah penerapan tax amnesty berpengaruh terhadap penerimaan pajak?
(2) Apakah pelayanan fiskus perpajakan berpengaruh terhadap penerimanan pajak?
(3) Apakah sanksi berpengaruh terhadap penerimaan pajak?.

1.3. Batasan Masalah


Penelitian ini memiliki beberapa masalah, yaitu:
kebijakan tax amnesty yang diteliti adalah kebijakan yang dikeluarkan sesuai undang-
undang no 11 tahun 2016

3
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penerapan tax
amnesty , pelayanan perpajakan, dan sanksi perpajakan terhdap penerimanan pajak.
Serta, untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tax amnesty , pelayanan
perpajakan dan sanksi perpajakan terhadap penerima pejak.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi maanfaat, antara lain
adalah:
1.5.1. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai tax
amnesty terhadap penerima pajak
1.5.2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan evaluasi
dalam membantu penerapan tax amnesty serta dapat memberikan informasi
mengenai pajak wajib dan dapat menambah wawasan bagi penulis maupun
pembaca.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pajak
A. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Menurut Diana (2013:33) ada beberapa definisi pajak menurut para ahli
antara lain: menurut Rochmat pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Adapun menurut Djajadiningrat dalam Diana (2013:33) menyatakan bahwa
pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

4
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Jadi berdasarkan pengertian diatas, pajak adalah suatu kewajiban yang
bersifat memaksa orang pribadi atau badan untuk memberikan iuran pada kas
Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan oleh
Negara dan hanya digunakan untuk menutup pengeluaran umum Negara.
B. Jenis Pajak
Menurut Siti (2009:7), terdapat berbagai jenis pajak, yang dikelompokan
menjadi tiga yaitu: menurut golongan, menurut sifat dan menurut lembaga
pemungutnya.
1) Menurut Golongan
Berdasarkan golongan pajak dikelompokan menjadi dua yaitu: pajak
langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus
dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan
atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban
Wajib Pajak yang bersangkutan. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak
yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain
atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung dapat terjadi jika terdapat suatu
kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,
misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.
2) Menurut Sifat
Berdasarkan sifatnya pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu: pajak
subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya
memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memerhatikan subjeknya. Sedangkan pajak objektif adalah pajak yang
pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,
perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (Wajib
Pajak) maupun tempat tinggal.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
Berdasarkan sifatnya pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu: pajak
subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya
memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memerhatikan subjeknya. Sedangkan pajak objektif adalah pajak yang
pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,
perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban

5
membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (Wajib
Pajak) maupun tempat tinggal.
C. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang yang dituju oleh UU untuk dikenakan pajak.
Subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diperolehnya dalam tahun
pajak. Sedangkan menurut Isroah (2012:33) yang menjadi subjek pajak antara
lain:
1) Orang Pribadi
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
3) Badan
4) Bentuk usaha tetap
D. Objek Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun

2.1.2. Penerapan Tax Amnesty


A. Pengertian Tax Amnesty
Secara umum Pengertian Tax Amnesty adalah kebijakan pemerintah yang
diberikan kepada pembayar pajak tentang forgiveness / pengampunan pajak, dan
sebagai ganti atas pengampunan tersebut pembayar pajak diharuskan untuk
membayar uang tebusan. Mendapatkan pengampunan pajak artinya data laporan
yang ada selama ini dianggap telah diputihkan dan atas beberapa utang pajak juga
dihapuskan.
Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak" Tax
Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan
cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Menurut "PMK No. 118/PMK.03/2016" Tax Amnesty adalah adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap
Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Pengampunan Pajak.
B. Latar Belakang Tax Amnesty

6
Latar belakang Tax Amnesty atau mengapa Indonesia perlu memberikan tax
amnesty kepada para pembayar pajak (wajib pajak) diantaranya yaitu:
1) Penyebab Pertama Indonesia memberlakukan Tax Amnesty adalah karena
terdapat Harta milik warga negara baik di dalam maupun di luar negeri yang
belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan.
2) Tax Amnesty adalah untuk meningkatkan penerimaan negara dan
pertumbuhan perekonomian serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat
dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, perlu menerbitkan kebijakan
Pengampunan Pajak.
C. Subjek Tax Amnesty
Subjek Tax Amnesty adalah warga negara Indonesia baik yang ber NPWP
maupun tidak yang memiliki harta lain selain yang telah dilaporkan dalam SPT
Tahunan Pajak (warga negara yang pembayaran pajaknya selama ini masih belum
sesuai dengan kondisi nyata).
D. Objek Tax Amnesty
Objek Tax Amnesty adalah Harta yang dimiliki oleh Subjek Tax Amnesty,
artinya yang menjadi sasaran dari pembayaran uang tebusan adalah atas Harta
baik itu yang berada di dalam negeri maupun diluar negeri.

2.1.3. Pelayanan Pajak


A. Pengertian Pelayanan
Menurut Pandji Santosa (2008: 55) menyebutkan pelayanan publik adalah
pemberian jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, atau
pun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna
memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.
Konsep pelayanan publik yang diterangkan oleh Valerie A. Zeithaml (1990)
dalam buku Pandji Santosa (2008: 59) mengonsepkan mutu layanan publik pada
dua pengertian yaitu expected service dan preceived service. Keduanya terbentuk
oleh dimensi-dimensi mutu layanan, yaitu tangibles (terjamah), rehability (andal),
credibility (bisa dipercaya), responsiveness (tanggap), competence (kompeten),
courtesy (ramah), security (aman), access (akses), communication (komunikasi),
understanding the customer (memahami pelanggan).
Menurut Keputusan Menpan Nomor 06/1995 tentang Pedoman
Penganugerahan Piala Abdisatyabati Bagi Unit Kerja atau Kantor Pelayanan
Percontohan, sebagaimana tertera pada lampirannya diatur mengenai kriteria
pelayanan masyarakat yang baik yaitu sebagai berikut:

7
1) Kesederhanaan, Kriteria ini mengandung arti bahwa prosedur atau tatacara
pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit,
mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta
pelayanan.
2) Kejelasan dan Kepastian, Kriteria ini mengandung arti adanya kejelasan dan
kepastian mengenai prosedur atau tatacara pelayanan, persyaratan pelayanan,
unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan, rincian biaya pelayanan dan tatacara pembayarannya
serta jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
3) Keamanan, Kriteria ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai prosedur atau tatacara pelayanan, persyaratan pelayanan, unit kerja
dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan
pelayanan, rincian biaya pelayanan dan tatacara pembayarannya serta jadwal
waktu penyelesaian pelayanan.
4) Keterbuakaan, Kriteria ini mengandung arti bahwa prosedur, tatacara,
persyaratan, satuan kerja atau pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan,
biaya atau tarif, serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat.
5) Efisien, Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan
keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.
Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja atau instansi pemerintah lain yang
terkait.
6) Ekonomis, Nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak
menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran. Kondisi dan kemampuan
masyarakat untuk membayar. Ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
7) Kriteria, ini mengandung arti bahwa cakupan atau jangkauan pelayanan harus
diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan
secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat. 8) Ketepatan Waktu Kriteria ini
mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat
diselesaikan dalam kurun waktu telah ditentukan.
B. Kriteria Pelayanan Perpajakan
Pegawai Pajak juga harus memberikan Kepercayaan dan Kenyamanan untuk
Wajib Pajak yang akan membayarkan pajaknya pada 22 Kantor Pelayanan Pajak.

8
Beberapa tolok ukur perusahaan atas tingkat kepercayaan terhadap konsultan
pajak. Menurut Thomas Sumarman (2012: 6).
1) Komitmen, Pegawai pajak dapat dinilai bagaimana dia memberikan nasihat
dan masukkan kepada Wajib Pajak atau perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakanyang berlaku dan harus berkomitmen untuk
membantu Wajib Pajak dan klien pada waktu yang lama.
2) Integrasi dan Kejujuran, Pegawai Pajak harus memiliki kejujuran tetapi juga
mempunyai integritas tinggi. Kejujuran yaitu tidak melakukan kebohongan,
tidak tepat janji, tidak tepat waktu. Pegawai yang memiliki integritas tinggi
adalah pegawai yang jujur dan dapat diandalkan, sehingga pegawai juga harus
mempunyai etika yang tinggi juga.
3) Pengetahuan, Seorang konsultan pajak atau staf perpajakan diperoleh dari
pendidikan formal, yaitu sarjana ekonomi atau sarjana lainnya yang mengerti
tentang peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Pengetahuan
keuangan, masalah perpajakan, maupun tentang akuntansi harus dimiliki oleh
tax review.
4) Keahlian, Keahlian seorang konsultan pajak atau staf pajak adalah
pengalaman, semakin banyak pengalaman maka akan semakin tinggi tingkat
keahliannya.
5) Komunikasi, Seorang konsultan atau pegawai pajak harus dapat
berkomunikasi dengan jelas, tepat dan win-win. Banyak kesalahpahaman
yang terjadi karena tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

2.1.4. Sanksi Perpajakan


A. Pengertian Sanksi Pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang
yang melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-
rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
B. Bentuk Sanksi Pajak
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam sanksi, yaitu:
Pertama, Sanksi Administrasi yang terdiri dari: (1) Sanksi Administrasi
berupa denda. Sanksi denda adalah jenis saniksi yang paling banyak ditemukan
dalam Undang-Undang perpajakan.Terkait besarannya denda dapat ditetapkan
sebesar jumlah tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau angka perkalian dari
jumlah tertentu. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah
dengan sanksi pidana. (2) Sanksi Administrasi berupa bunga. Sanksi ini biasa

9
dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih
besar.Jumlah bunga dihitung berdasarkan presentasi tertentu dari suatu jumlah,
mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajibansampai dengan saat diterima
dibayarkan. (3) Sanksi Administrasi berupa kenaikan. Sanksi ini bisa jadi sanksi
yang paling ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi
tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bias menjadi berlipat ganda. Sanksi
berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka presentasi tertentu dari
jumlah pajak yang tidak kurang dibayar
Kedua, Sanksi Pidana yang terdiri dari: (1) pidana kurungan. Sanksi ini biasa
terjadi karena adanya tindak pidana yang dilakukan karena kelalaian. Batas
maksimum hukuman kurunga ialah 1 (satu) tahun, pekerjaan yang harus
dilakukan oleh para tahanan kurungan biasanya lebih sedikit dan lebih ringan,
selain di penjara negara, dalam kasus terentu diizinkan menjalaninya di rumah
sendiri dengan pengawasan yang berwajib, kebebasan tahanan kurungan lebih
banyak, pada dasarnya tidak ada pembagian atas kelas-kelas, dan dapat menjadi
pengganti hukuman denda. (2) pidana penjara. Sanksi ini biasa terjadi karena
adanya tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja. Batas maksimum penjara
ialah seumur hidup, pekerjaan yang dilakukan oleh tahanan penjara biasanya lebih
banyak dan lebih berat, terhukum menjalani di gedung atau di rumah penjara,
kebebasan para tahanan penjara amat terbatas, dibagi atas kelaskelas menurut
kualitas dan kuantitas kejahatan dari yang tergolong berat sampai dengan yang
teringan, dan tidak dapat menjadi pengganti hukuman denda. Ngadiman (2005).

2.2. Penelitian Terdahulu


2.2.1. Renny Sri Utami (2015)
Penelitian dengan judul “PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN IMPLIKASINYA PADA PENERIMAAN
PAJAK” (Survey pada KPP Pratama di Kanwil Jabar 1).
Persentase total skor tanggapan responden atas variabel sanksi perpajakan sebesar
36,40% berada di antara interval 36-52%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sanksi perpajakan dalam kategori kurang baik/ buruk. Selanjutnya bila dilihat
berdasarkan indikator tampak bahwa persentase skor tanggapan responden pada semua
indicator berada pada interval 36-52% yang termasuk dalam kategori kurang baik. Hal
ini dapat disimpulkan sanksi perpajakan secara keseluruhan berada pada kategori
kurang baik. Perbedaan pada penelitian ini adalah tempat dan waktu saat, dan
lingkungan wajib pajak yang berbeda. Persamaan dari penelitian ini yaitu terhadap
penerimaan pajak melakukan penelitian tersebut serta variabel Sanksi Perpajakan dan
sama-sama menggunakan kuisioner.

10
2.2.2. Kadek Diah Puspareni (2017)
Berdasarkan hasil dari uji variabel tax amnesty terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak diperoleh tingkat signifikansi 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiman dan Huslin (2015) yang
menyatakan bahwatax amnestyberpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dapat dikatakan pelaksanaan tax amnesty yang berlangsung di KPP Pratama Surabaya
Tegalasari mampu memberikan stimulus kepada wajib pajak untuk meningkatkan
kepatuhan perpajakan. Dengan adanya program tax amnesty maka dapat menambah
jumlah wajib pajak terdaftar, sehingga seterusnya wajib pajak tersebut bisa mulai
membayar pajak. Tax amnesty mampu mendorong masyarakat untuk memulai
kewajiban perpajakannya dengan benar melalui pengungkapan seluruh harta yang
belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. Menurut Pramushinta dan Siregar (2011)
selain menghasilkan peningkatan penerimaan pajak tax amnesty juga diharapkan
mampu meningkatkan kepatuhan serta efektivitas pembayaran karena daftar kekayaan
wajib pajak semakin akurat setelah mengikuti amnesti. Wajib pajak yang sebelumnya
tidak patuh dengan mengikuti program tax amnesty akan menjadi wajib pajak yang
patuh. Dan untuk membangun kepatuhan wajib pajak sukarela, setelah tax amnesty
sebaiknya dilakukan transparansi atas penggunaan uang pajak serta alokasinya yang
harus tepat sasaran dan berkeadilan (Ngadiman dan Huslin, 2015). Perbedaan dari
penelitian terdahulu yait: tertak pada variabel dan tempat peneltian.

2.2.3. Maya Angriani Awaeh (2017)


Kantor Pelayanan Pajak Pratam Bitung adalah lembaga pemerintahan yang
bergerak dibidang pelyanan dan perpajakan, KPP Pratam Bitung merupakan salah satu
kantor cabang Direktorat Jendral Pajak Departemen Keuangan. Sejak tahun 2002
Direktorat Jendral Pajak melakukan reformasi birokrasi dan menjadi instansi
percontohan reformasi birokrasi dalam memberikan pelayanan prima dan pelaksanaan
good governance mengingat kedudukan DJP sebagai instansi yang sangat strategis.
Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung adalah melaksanakan tugas pokok
Direktorat Jendral Pajak dalam Penerimaan Pajak Negara. Prosedur Pelayanan dan
Teknis Tax Amnesty (Pengampunan Pajak). Perbadaan peda penelitian ini yaitu tempat
penelitian dan responden. Persamaannya sama-sama mengunakan kuisioner.

2.3. Kerangka Pikir Penelitian


Penelitian ini menjelaskan pengaruh penerapan tax amnesty, pelayanan perpajakan
dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak.

11
2.3.1. Pengaruh Penerapan Tax Amnesty Terhadap Perimaan Pajak
Tax manesty merupakan program pengampunan pajak yang dikeluarkan
pemerintah dan telah disah kan oleh presiden Jokowi dodo, tujuan program ini
merupakan untuk repatriasi atau menarik dana warga negara Indonesia yang ada di luar
negeri, untuk meningkatkan pertumbuhan nasional, meningkatkan basis perpajakan
nasional yaitu aset yang disampaikan dalam permohonan pengampunan pajak dapat
dimanfaatkan untuk pemajakan yang akan datang, tax amnesty untuk repatriasi atau
menarik dana warga negara Indonesia yang ada di luar negeri, untuk meningkatkan
pertumbuhan nasional, meningkatkan basis perpajakan nasional yaitu aset yang
disampaikan dalam permohonan pengampunan pajak dapat dimanfaatkan untuk
pemajakan yang akan datang,

2.3.2. Pengaruh Pelayan Perpajakan Terhadap Penerimaan Pajak


Menurut Wallschutzky (1984), pemberian pelayanan yang baik kepada
Wajib Pajak akan menimbulkan kepatuhan. Glaser dan Hildreth (1999) sebagaimana
dikutip Kelly (2005) juga mengungkapkan bahwa terdapat bukti empiris bahwa
penduduk bersedia untuk membayar pajak yang tinggi karena layanan yang dapat
dipercaya dan yang dilaksanakan dengan baik. Kepatuhan Wajib Pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya akan meningkatkan penerimaan negara dan pada
gilirannya akan meningkatkan besarnya rasio pajak.

2.3.3. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Penerimaan Pajak


Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu bagi
seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak dilakukan. Sanksi perpajakan ada berupa sanksi pidana dan sanksi
administrasi, jika peerintah bener benar dalam menetapkan sanksi ini maka wp pajak
akan patuh dalam membayar pajak yang berdampak pada meningkat ya pendapatan
pajak.

2.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Penerapan tax amnesty berpengaruh positif terhadap penrimaan pajak
2) Pengaruh pelayanan perpajakan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak
3) Pengaruh sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap penrimaan pajak

12
BAB III
METODOLOGI

3.1. Sifat Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat kausal komparatif (causal comparative reaserch) yang
merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat
antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif ini juga termasuk
penelitian yang mengidentifikasikan fakta yang terjadi sebagai variabel yang
dipengaruhi dan melakukan penyelidikan terhadap variabel-variabel yang
mempengaruhi. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif.

3.2. Variabel Penelitian


Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai.
Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada
waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Ada pun variabel dalam
penelitian ini adalah:
a) Variabel Terikat (Dependence Variable)
Variabel Terikat (Dependence Variable) adalah variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti. Variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor
yang berlaku dalam investigasi. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah
peneriaman pajak
b) Variabel Bebas (Independence Variable)
Variabel Bebas (Independence Variable) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Varians variabel terikat ditentukan
oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah penerapan tax
amnesty, pelayanan perpajakan dan sanksi perpajakan.

3.3. Defenisi Operasional


Menurut Pertiwi Kundalini (2016) Pada bagian definisi operasional variabel
penelitian ini peneliti memberikan definisi secara jelas tentang variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen).
a) Variabel Dependen (Y)
Penerimanan pajak adalah Menurut Moh. Zain (2005) definisi Penerimaan
pajak merupakan gambaran partisispasi masyarakat dalam pembiayaan
penyelenggaraan dan pembangunan Negara apabila kontribusi penerimaan pajak
semakin besar terhadap pembangunan, hal tersebut berarti bahwa pajak yang telah

13
dipungut dari masyarakat akan dikembalikan secara tidak langsung kepada
masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana dan prasaran publik, menyediakan
lapangan kerja, memberikan rasa aman dan nyaman.
b) Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah yang mempengaruhi timbulnya
variable terikat (Sugiyono, 2009:61).
1) Penerapan tax amnesty
2) Pelayanan Perpajakan
3) Sanksi Perpajakan

3.4. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang diambil adalah dengan metode pustaka atau meneliti hasil survei
serta hasil penelitian yang terterda di daftar pustaka dengan bertujuan terciptanya suatu
kesimpulan yang terurai menjadi suatu kesimpulan yang terkumpul.

14
DAFTAR PUSTAKA
Aceng, HM Fikri, 2012. ”KEPATUHAN MASYARAKAT MEMBAYAR PAJAK RENDAH”.
Heru, 2017. “IMPLIKASI TAX AMNESTY TERHADAP KEBUTUHAN INVESTASI DAN TAX
COMPLIANCE.”
Viega, Ayu Permata Sari, 2017. “PENGARUH , PENGETAHUAN PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN
FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”
Pritiwi. 2015. “PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN PEGAWAI PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
KABUPATEN TEMANGGUNG”.
Renny Sry Utami. 2015. “PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DAN IMPLIKASINYA PADA PENERIMAAN PAJAK”.
Novita Sari. 2016. ”Prospek Tax Amnesty dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak dari Sudut Pandang Konsultan
Pajak”.
Ngadiman, Danil, 2017. ”PENGARUH SUNSET POLICY, TAX AMNESTY, DAN SANKSI PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”.
Kadek Diah. 2017. “PENGARUH TAX AMNESTY, PERTUMBUHAN EKONOMI, KEPATUHAN WAJIB
PAJAK, DAN TRANSFORMASI KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK”.

15

Anda mungkin juga menyukai