Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global

yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning,

keterpurukan ekonomi, masalah pangan, serta menurunnya tingkat kesehatan

penduduk. Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang

memadai, justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional

(BKKBN RI, 2018).

Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk di Indonesia dari tahun

2018-2021 terus meningkat, tahun 2018 sebesar 264.161 juta jiwa, tahun

2019 sebesar 266.91 juta jiwa, tahun 2020 sebesar 269.603 juta jiwa, dan per

Juni 2021 jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 272.23 juta jiwa (Proyeksi

Penduduk Indonesia 2015-2045). Laju pertumbuhan penduduk dan

meningkatnya angka kelahiran ini dapat berdampak terhadap pembangunan

sehingga perlu kebijakan untuk membatasinya (Dukcapil Kemendagri, 2021).

Upaya pemerintah untuk menekan peningkatan jumlah penduduk ini

dilakukan melalui suatu program yang disebut dengan Keluarga Berencana

(KB). Program pelayanan Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti penting

dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, di samping program

pendidikan dan kesehatan. Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di

Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan


2

jumlah penduduk di Indonesia (BKKBN RI, 2018). Pelayanan KB yang

berkualitas tidak hanya terkait dengan pelayanan dalam pemasangan alat

kontrasepsi akan tetapi juga terkait dengan pemberian Komunikasi Informasi

dan Edukai (KIE) kepada akseptor maupun calon akseptor, sehingga calon

akseptor semakin mantap dengan menentukan pilihan alat kontrasepsi

(Suyono, 2017).

Kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi banyak dialami

oleh calon akseptor KB. Hal ini bukan karena terbatasnya metode kontrasepsi

yang tersedia, melainkan akibat ketidaktahuan tentang berbagai kelebihan dan

kelemahan atau efek samping masing-masing metode kontrasepsi (BKKBN

RI, 2018). Sejalan dengan berubahnya paradigma dalam pengelolaan

kependudukan dari pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi

pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi,

maka ada kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi. Mengingat hal ini

maka dikembangkan berbagai metode kontrasepsi yang dapat menjadi

pilihan.

Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) penggunaan

kontrasepsi di dunia telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di

Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sahara Afrika. Penggunaan

kontrasepsi modern yang memiliki jangka panjang secara global telah

meningkat, yaitu sebesar 54% pada tahun 2010 menjadi 57.4% pada tahun

2015. Di Afrika dari 23.6% menjadi 28.5%, di Asia sedikit meningkat dari

60.9% menjadi 61.8%. Adapun di Amerika Latin dan Karibia tetap stabil di

66.7% (WHO, 2018).


3

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002

menunjukkan sebesar 13,2 % akseptor pil; 27,8% akseptor suntik; 3,7%

mantap operasi wanita (MOW); 0,4% mantap operasi pria (MOP); 4,3%

implant; 6,2% intra uterine device (IUD); 0,9% kondom (BKKBN, 2008).

Berdasarkan data SDKI 2003, jumlah akseptor KB mengalami peningkatan

dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Diantara

Pasangan Usia Subur (PUS) 5.918.271 pasang, sebanyak 11,72%

merupakan peserta KB baru dan sebesar 77,80% merupakan akseptor KB

aktif (BKKBN RI, 2007). Di Kabupaten Tulungagung jumlah penduduk

sampai tahun 2008 sebanyak 1.506.304 jiwa dengan pasangan usia subur

(PUS) sebanyak 289.337 dengan akseptor sebanyak 226.020 akseptor.

Terlihat variasi pemilihan metode kontrasepsi adalah IUD sebanyak 13,64%,

MOP sebanyak 0,17%, MOW sebanyak 5,63%, Implant sebanyak 2,76%,

suntik sebanyak 62,89%, Pil sebanyak 14,32% dan kondom sebanyak 0,58%.

Sedangkan data PUS di Jorong Desa Baru sebanyak 307 pasang, dengan

rincian akseptor KB sebagai berikut, implant sebanyak 37.1%, suntik

sebanyak 54%, kondom 2.9%, pil sebanyak 6.5 %, MOP sebanyak 2.8%,

MOW sebanyak 1.6% dan IUD 0 %. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa

suntik dan implant termasuk kontrasepsi yang banyak peminatnya sementara

MOP, MOW dan IUD sangat minim peminatnya.

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia juga didapatkan

pasangan usia subur (PUS) yang tidak ber KB pada usia subur 15-49 tahun

yaitu 55% ingin menjadi aseptor KB, sedangkan 41% menolak menjadi

aseptor KB. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan kepada pasangan usia


4

subur yang belum menjadi aseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang di

gunakan untuk masa yang akan datang (SDKI, 2017).

Penggunaan berbagai metode kontrasepsi tersebut sebenarnya tidak

bermasalah. Permasalahan terletak pada aspek pemilihan metode kontrasepsi

tersebut. Aspek yang perlu diperhatikan adalah pemilihan alat kontrasepsi

apakah sudah didasari oleh pertimbangan faktor keuntungan, kerugian,

efektivitas dan efisiensi dari masing-masing metode. Oleh karena itu setiap

calon akseptor pada prinsipnya harus memiliki pengetahuan yang baik

mengenai kelebihan dan kelemahan, efektivitas dan efisiensi dari

masingmasing metode kontrasepsi. Pertimbangan utama adalah terkait

dengan kesesuaian tujuan ber-KB yaitu menunda kehamilan, menjarangkan

anak atau mengakhiri masa reproduksi. Jika akseptor belum memiliki

pengetahuan yang baik tidak menutup kemungkinan akan timbul efek

samping yang terjadi sehingga menurunkan minatnya untuk ikut program KB

atau dengan timbulnya efek samping maka dapat menyebabkan akseptor

berganti alat kontrasepsi atau bahkan menghentikan penggunakan alat

kontrasepsi (Hartanto, 2004).

Upaya dalam mengatasi permasalahan diatas maka diperlukan suatu

upaya untuk memberikan konseling atau Informasi dan Edukasi (KIE) pada

setiap calon akseptor KB sebelum memutuskan pilihan metode kontrasepsi.

Calon akseptor harus dibantu dengan alat bantu pengambilan keputusan ber-

KB (ABPK) sehingga calon akseptor dapat memilih metode kontrasepsi

sesuai dengan tujuannya dan mengetahui efek samping yang mungkin


5

dihadapi nanti, atau dengan kata lain akseptor memiliki kemantapan dalam

menentukan pilihan alat kontrasepsi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Wilayah Kerja Puskesmas Desa

Baru, pada tahun 2021 didapatkan jumlah PUS sebanyak 103 orang. Dari

jumlah Ibu Hamil tersebut, dalam melakukan kegiatan senam hamil hanya 30

orang saja Ibu Hamil yang mengikuti senam hamil, hal ini dikarenakan

kurangnya keterampilan Ibu Hamil dalam melakukan senam hamil, tidak

adanya instruktur senam yang terlatih, serta kurang tersedianya media sebagai

sarana penunjang keterampilan senam hamil seperti Video, Flipchart, Leaflet

dan sebagainya (Puskesmas Desa Baru, 2014)

Survey awal yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Desa

Baru saat dilakukan senam hamil, dari wawancara dengan 7 orang ibu hamil

yang melakukan senam hamil, 5 orang diantaranya mengatakan sulit atau

tidak terampil dalam melakukan gerakan – gerakan senam hamil sebab hanya

gambar yang bisa dilihat, saat senam hanya dengan bidan yang belum terlatih

melakukan senam hamil sebagai instruktur senam, sedangkan 2 orang lainnya

mengatakan sudah bisa untuk melakukan senam hamil karena sudah terbiasa

menonton atau melihat senam hamil melalui media seperti VCD.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengadakan penilitian “Pengaruh Pelaksanaan Konseling KB

terhadap Ketepatan Metoda KB Sesuai Kebutuhan Pasangan Usia Subur di

Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
6

Berdasarkan permasalahan di atas, maka di rumuskan masalah penelitian

sebagai berikut, apakah ada “Pengaruh Pelaksanaan Konseling KB

terhadap Ketepatan Metoda KB Sesuai Kebutuhan Pasangan Usia Subur

di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru Tahun 2022”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pelaksanaan Konseling KB terhadap

Ketepatan Metoda KB Sesuai Kebutuhan Pasangan Usia Subur di Wilayah

Kerja Puskesmas Desa Baru Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Distribui Frekuensi Rerata Pengaruh Pelaksanaan Konseling

KB Pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru

Tahun 2022.

b. Diketahui Pengaruh Pelaksanaan Konseling KB terhadap Ketepatan

Metoda KB Sesuai Kebutuhan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja

Puskesmas Desa Baru Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden
7

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

responden tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dalam

menggunakan KB terutama bagi peserta baru.

2. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dan menambah

pengetahuan peneliti tentang pengaruh pelaksanaan konseling KB

terhadap ketepatan metoda KB sesuai kebutuhan Pasangan Usia Subur.

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini sebagai masukan bagi instansi terkait dalam melakukan

penyuluhan atau konseling bagi peserta KB dan sebagai pelengkap data

pelayanan kesehatan dalam mewujudkan keberhasilan program

pembangunan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama

kesehatan ibu dan bayi.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam

memperbanyak referensi tentang program KB dan sebagai acuan bagi

penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pelaksanaan

konseling KB terhadap ketepatan metoda KB sesuai kebutuhan Pasangan

Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru Tahun 2022.


8

Jenis penelitian ini yaitu Quasi Experiment dengan desain Post Test -

Only Control Group Design. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

Maret s/d April Tahun 2022 yang bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas

Desa Baru. Penilaian dilakukan setelah akseptor KB mendapatkan konseling

KB sebanyak 4 kali dalam waktu 2 minggu. Populasi penelitian ini adalah

seluruh Pasagan Usia Subur yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru

tahun 2022 yang berjumlah 32 orang. Dengan jumlah sampel sebanyak 20

orang, 10 orang ibu primipara dan 10 orang ibu multipara dengan teknik

pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Pengumpulan dan

pengolahan data secara komputerisasi. Analisa data yang digunakan adalah

analisa univariat dan bivariat, sedangkan uji statistik dilakukan adalah uji

statistiik T tes Independent.

Anda mungkin juga menyukai