Anda di halaman 1dari 12

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dekubitus

Pengertai dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang disebabkan karena adanya


kompresi jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan adanya luka tekan
dari luar dalam jangka waktu yang lama. Pada fase ini akan menyebabkan
gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila hal ini
berlangsung lama akan menyebabkan insufiensi aliran darah, anoksia atau
iskemi jaringan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel (Nursalam, 2014).
Dekubitus telah berpengaruh terhadap manusia selama berabad-abad dan
manjemen penanganan ulkus dekubitus secara menyeluruh sekarang menjadi
masalah kesehatan nasional yang termuka. Meskipun jaman sekarang telah
mutakhir dan mengalami kemajuan dibidang kedokteran, bedah, perwatan, dan
pendidikan perawatan diri, dekubitus tetap menjadi penyebab utama mobiditas
dan mortilitas,. Hal ini terutama untuk orang dengan gangguan sensasi,
imobilitas berkepanjangan, atau usia lanjut (Salcido, 2012).

Penyebab

Penyebab utama terjadinya dekubitus menurut (Rogers, 2003).


a. Tekanan (presure)
Ketika adanya tekanan darah pada pembuluh darah arteri kapiler sekitar 32
mmHg. Sementara pada pembuluh darah vena menurun sekitar 10mmHg.
Dan apabila melebihi batas tekanan maka menyebabkan obstruksi pada
kapiler, jaringan kehilangan suplai darah dan akhirnya terjadi kematian
jaringan.
b. Gesekan dengan kekuatan besar (shear)
Terjadi ketika pasien diimobilisasi, misalnya ketika pasien dipindahkan dari
tempat tidur ke kursi atau sebaliknya, maka akan terjadi gesekan yang kuat
antara kulit dengan permukaan sprei temapat tidur pasien
6

c. Gesekan (friction)
Hala ini biasanya terjadi pada daerah yang rentan akan terjadinya kerusakan
jaringan akibat tekanan dan gesekan. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya tekanan dan gesekan perlu teknik penanganan dan peralatan yang
tepat
d. Kelembaban (moisture)
Adanya kelembaban yang tinggi dalam waktu yang sangat lama dapat
berakibat pada maserasi kulit yang mengakibatkan terjadinya luka ulkus
dekubitus pada bokong maupun jaringan lainya.

Faktor Resiko

Menurut (Nursalam, 2014), faktor resiko terjdinya dekubitus antara lain:


a. Mobilitas dan aktifitas.
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah posisi tubuh, sedangkan
aktivitas sendiri adalah kemampua untuk berpindah. Pasien yang terus-
menerus ditempat tidur tanpa berpindah atau mengubah posisi berisiko
tinggi untuk terkena dekubitus. Imobilisasi adalah faktor yang paling
signifikan dalam kejadian dekubitus.
b. Penurunan persepsi sensoris persepsi.
Pasien dengan penurunan persepsi sensoris akan mengalami penurunan
kemampuan untuk merasakan sensasi nyeri akibat tekanan diatas tulang
yang menonjol. Bila ini terjadi dalam waktu lama, pasien akan mudah
terkena dekubitus.
c. Kelembaban
Kelembaban yang disebabkan karena inkontenensia dapat mengakibatkan
terjadinya maserasi pada kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan
mudah erosi. Selain itu kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah
tergesek (friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih
signifikan dalam perkembangan dekubitus karena adanya bakteri dan enzim
pada feses dapat merusak perkembangan kulit.
d. Tenaga yang merusak (shear)
7

Merupakan kukuatan mekanis yang merenggangkan dan merobek jaringan,


pembuluh darah, serta struktur jaringan yang lebih dalam berdekatan dengan
tulang yang menonjol.
e. Pergesekan (friction)
Terjadi kedua pembuluh darah bergerak berlawanan, pergesekan dapat
mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.
Pergesekan bisa terjdi saat pergantian sprei penderita yang tidak hati-hati.
f. Nutrisi
Kehilangan berat badan dan malnutrisi umunya diidentifisikan sebagai
faktor faktor terjadinaya dekubitus. Stadium tiga dan empat dari dekubitus
pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya
kadar albumin dan asupan makanan yang tidak mencukupi.
g. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya
dekubitus karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
h. Tekanan arteriolar rendah
Tekanan arteriolar yang rendah mengurangi toleransi kulit terhadap
tekanan sehingga mengakibatkan jaringan menjadi iskemia.
i. Stres emosional
Stres emosional kronik, misalnya pasien psikiatrik juga merupakan faktor
rsiko untuk terjadinya perkembangan dekubitus.
j. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok akan menurunkan aliran darah dan akan
memiliki efek terhadap endotelium pembuluh darah.
k. Temperatur kulit
Peningkatan temperatur merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
resiko terjadinya dekubitus
8

Stadium Dekubitus

Dekubitus akan terjadi jika pasien tidak dilakukan mobilisasi selama 6 jam.
Menurut NPUAP (Panel, 2015) dekubitus dibagi menjadi 4 stadium yaitu:
a. Stadium I
Epidermis dan dermis pada kulit penderita dengan sensibilitas yang baik
akan mengeluhkan nyeri. Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi.
Apabila kulit pasien dibandingkan dengan kulit normal, akan tampak salah
salah satu tanda sebagai beriku: perubahan tenperatur kulit (lebih dingn atau
lebih hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak),
perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada penderita yang mempunyai kulit
putih luka akan kelihatan kemerahan tetapi jika penderita berkulit gelap maka
luka akan keliatan sebagai warna merah yang menetap, biru dan ungu. Stadium
ini umunya akan sembuh dalam 5-10 hari.
b. Stadium II
Hilangya sebagian lapisan kulit epidermis atau dermis cirinya adalah
lukanya superficial, abrasi, melepuh atau membentuk lubang yang dangkal.
Ulserasi mengenai dermis dan meluas sampai jaringan adipose, terlihat eritema
dan indurasi (melepuh). Stadium ini akan sembuh dalam waktu 10-15 hari.
c. Stadium III
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis dan otot, dalam fase ini
sudah adanya edema, inflamasi, infeksidan dan hilangya struktur jaringan. Tepi
ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigementasi dengan fibrosis.
Hilangya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari
jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai fascia. Luka terlihat
seperi lubang yang dalam. Dapat sembuh dalam waktu 3-8 minggu.
d. Stadium IV
Ulserasi dan nekrosis meluas sampai mengenai fascia, otot, tulang, serta
sendi. Hal ini dapat terjadi arthritis septic atau osteomelitis dan sering disertai
anemia. Hilangya lapisan kulit secar lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang
yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam dtadium IV dari luka
tekan.dapat sembuh dalam waktu sekitar 3-6 bulan
9

Pencegahan Awal Pasien Dengan Dekubitus

Pencegahan awal pasien dengan dekubitus menurut (Nursalam, 2014) yaitu:


a. Resiko individu terhadap kejadian dekubitus
b. Faktor resiko pada pasien ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien
seperti pada pembengkakan atau penurunan status kesehatan.
c. Melihat keadaan kulit secara teratur setidaknya sehari sekali
d. Kaji status mobilisasi
e. Minimalkan terjadinya tekan
f. Minimalkan gesekan dan hal yang bisa merobek
g. Kaji inkotinensia
h. Kaji faktor yang menunda kesembuhan
i. Evaluasi jika terjadi luka

2.2 Konsep Stroke

Definisi Stroke

Stroke adalah gangguan suplei darah ke otak, biasanya karena perdarahan


atau sumbatan dalam pembuluh darah yang menghambat pasokan oksigen dan
nutrisi sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (WHO, 2014).
Stroke adalah suatu keadaan kedaruratan medis yang sering menyebabkan
kematian dan kecacatan diseluruh dunia. Stroke merupakan penyebab
keamatian kedua setelah penyakit jantung dan merupakan pembunuh lebih
besar dibandingkan dengan kanker diseluruh dunia (Mandal, 2014) .
Stroke adalah sebagaian besar hilangya fungsi otak secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh aliran darah keotak terganggu. Efek yang akan timbul pada
penderita stroke tergantung pada bagian mana otak yang mengalami kerusakan
dan beberapa banyak kerusakan terjadi pada bagian otak yang terjadi (Hong,
2015).

Etiologi Stroke

Stroke juga dikenal sebagai cerebro vasculer accident (CVA) biasanya


dikenal dengan serangan otak. Persendian pada darah diinterupsi yang
10

menyebabkan sel otak mati, hal ini mengakibatkan penderita kehilangan fungsi
otak yang mengalami keruakan. Gangguan umunya biasanya disebabkan oleh
penyumbatan darah pada aliran arterial (ischemic stroke), seperti sumbatan
pada aliran darah, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh kebocoran atau
pecahnya pembulu darah (hemoragic stroke). Adalah suatu gumpalan darah
yang dapat berkembang dari plak yang tidak stabil atau suatu embolus yang
berjalan melalui darah tubuh lain dan berhenti dipembulu darah. Pendarahan
ini mungkin terjadi secara spontan atau trauma, seperti pada penderita
hipertensi yang tak terkendali. Ischemia terjadi saat darah tidak cuku mencapai
otak, hal ini dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (hipoksia) dan glukosa
(hipoglesimia) pada otak (Keogh, 2014).

Klasifikasi stroke

Menurut (Israr, 2008). Stroke diklasifikasikan sebagai berikut:


1). Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemorogik
1) Perdaraa intra selebral
2) Perdarahan ekstra selebral (subarakhnoid)
b. Stroke non hemorogik (stroke iskemik, infark otak, dan penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
2). Berdasarkan waktu terjadinya
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Revesible Ischemic Neorologic Deficit (RIND)
c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
d. Completed Stroke
11

Manifestasi Klinik Stroke

Manifestasi klinik stroke menurut (Keogh, 2014) yaitu:


a. Ketidakseimbangan mental
b. Disorientasi atau bingung
c. Perubahan emosional dan perubahan kepribadian
d. Afasia ( kesulitan berbicara, mungkin perseptif, dan ekspresif)
e. Kata-kata tidak jelas
f. Perubahan sensori (paresthesia, perubahan visual, perubahan pendengaran)
g. Kelemahan pada wajah dan tangan
h. Serangan
i. Nyeri kepala karena naiknya intrakanial akibat perdarahan
j. Gejal-gejala TIA serupa, namun durasinya singkat dan sembuh

Patofisiologi Stroke

Patofiologi strok menurut (Caplan, 2013) yaitu:


a. Stroke iskemik
Iskemia disebabkan adanya penyumbatan aliran darah ke otak oleh
trombus atau embolus. Trombus umunya terjadi karena meningkatnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke thrombus menjadi berkurang. Hal ini
menyebabkan iskemia menjadi kompleks iskemia dan akhirnya menjadi
infark pada jaringan otak. Emboli yang berjalan menuju arteri serebral
melalui arteri karotis akan menyebabkan iskemia yang tiba-tiba,
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahn pada
otak dapat disebabkan oleh pecahnyadinding pembulu darah oleh emboli.
b. Stroke hemorogik
Hemoragik dapat disebabkan oleh hipertensi berat, pendarahan diatesis,
dan trauma. Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir
ke subtansi yang menimbulkan perubahan komponen itracranial yang
seharunya kontan. Perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menyebabkan herniasi otak sehingga akan timbul
12

kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak akan


menimbulkan edema, spasme pembuluh darah dan mengakibatkan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Komplikasi Stroke

Komplikasi stroke akibat tirah baring menurut (Wirawan, 2009) yaitu:


1).Sistem Kardiovaskuler
a. Denyut nadi meningkat setengah ketuk per menit setiap hari selama 3-4
minggu
b. Ortostatik hipotensi
c. Resiko terjadinya Deep Vein Trombosis dan emboli pulmonal
d. Viskositas darah meningkat
2). Sistem Respirasi
a. Retensi sputum dan menurunya oksigenasi
b. Kecepatan pernafaan meningkat
c. Risiko terjadinya pneumonia
3). Sistem Muskolosketal
a. Kekuatan dan masa otot menurun
b. Perubahan histolog otot
c. Perubahan kelenturan sendi (kontraktur)
d. Osteoporosis
4). Sistem Metabolik dan Endokrin
a. Persentase lemak tubuh meningkat
b. Hipercalcaemia
c. Toleransi glukose menurun dalam 3 hari tirah baring
5). Sistem integumen
a. Decubitus ulcers
6). Sistem Gastrointestinal
a. Konstipasi
b. Refluks gastroesofageal
13

7). Sistem Urogenital


a. Awal volume urin meningkat, kemudian menurun
b. Inkontinensia urine
8). Sistem Saraf Pusat
a. Perubahan pada afeksi
b. Penurunan kognitif dan persepsi

2.3 Klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan

Menurut (Cheryl., 2005) klasifikasi pasien ketergantungan sebagai berikut:


1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 5-7 jam perawatan langsung per 24
jam
2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 3-4 jam perawatan langsung per
24 jam
3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 1-2 jam perawatan langsung per
24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai
berikut:
a. Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu,
tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
sederhana.
b. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan,
memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga
dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien
sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,
periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase
atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk
mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30
menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping
obat atau reaksi alergi.
14

c. Kategori III : Perawatan total/intensive care


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus
menerus.
2.4 Peran serta Keluarga

Peran Serta Keluarga

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain sesuai
kedudukan dalam suatu sistem. Peran merujuk kepada beberapa perilaku yang
lebih bersifat homogen, yang diharapkan secara normativ dari seseorang (role
ocupan) dalam situasi sosial tertentu.peran didasarkan pada perkipsi dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus melakukan
dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan meraka sendiri
dan harapan orang lain (Harmoko, 2012).
Peran keluarga dibutuhkan untuk mencegah atau merawat anggota keluarga
yang sakit berguna untuk memberikan dukungan kesehatan di rumah,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan, mempertahankan
hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang
menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada(Jhonson L, 2010).
peran keluarga antara lainsebagai motivator, keluarga sebagai penggerak
tingkah laku atau dukungan ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu
kebutuhan anggota keluarga yang sakit sangat membutuhkan dukungan dari
keluarga. Keluarga sebagai edukator yaitu upaya keluarga dalam memberikan
pendidikan kepada anggota keluarga yang sakit. Keluarga sebagai fasilitator
yaitu Sarana yang dibutuhkan keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhan
untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan perawatan anggota keluarga.
Keluarga pasien tidak mengetahui bagaimana cara merawat pencegahan
decubitus pada pasien stroke diantaranya higiene dan perawatan kulit,
Pengaturan posisi digunakan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada
kulit, Maka dalam keluarga yang memiliki pasien stroke diperlukan
pengetahuan tentang pencegahan decubitus.(Friedman, 2010)
15

Peran serta adalah ikut ambil bagian dalam situasi kegiatan secara aktif,
partisipasi (Poerwadarmita, 2007). Peran kelurga adalah setiap anggota
keluarga mampu menepatkan diri sesuai dengan peran dan fungsinya masing-
masing (Djuhaeni, 2009)

Tugas Kesehatan Keluarga

Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami atau


dilakukan antara lain:
a. Mengenal kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa ksehatan segala sesuatu akan tidak berarti.
c. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarganya
Merupakan upaya untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan untuk menentukan tindakan yang akan dijalani
oleh keluarga
d. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh kelurganya itu
sendiri
e. Merubah lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
f. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar kaluarga (Harmoko,
2012).

Peran Serta Keluarga Pasien Stroke Mencegah Dekubitus

Beberapa hal yang perlu dipahami oleh keluarga yang menderita penyakit
stroke untuk mencegah dekubitus menurut (Mulyatsih, 2008)
a. Rubah posisi pasien setiap 2-3 jam
b. Gosok minyak pada daerah yang tertekan
c. Pertahankan alat-alat tenun (sprei, sarung bantal) tetap kering, bersih dan
tegang / tidak kusut
16

Sedangkan menurut Sabandar (2008) pencegahan dekubitus yaitu:


d. Anjurkan pasien untuk duduk untuk menegakkan meraka setiap 10 menit
untuk mengurangi tekanan atau membantu pasien untuk mobilissi
e. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena
kerusakan kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi
pasien kurang baik
f. Segara membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif
terhdap kulit
g. Inspeksi daerah dekubitus, laporkan jika ada area kemerahan
h. Jaga agar kulit tetap kering
i. Beri perhatian khusus pada daerah-daerah yang berisiko terjadi dekubitus
j. Masase sekitar daerah kemerahan menggunakan losion sesering mungkin
k. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
l. Berikan sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan
menumpuk / menggumpal
m. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
n. Melakukan latihan gerak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur
o. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.

2.5 Peran keluarga

peran keluarga antara lain sebagai motivator, keluarga sebagai penggerak


tingkah laku atau dukungan ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu
kebutuhan anggota keluarga yang sakit sangat membutuhkan dukungan dari
keluarga. Keluarga sebagai edukator yaitu upaya keluarga dalam memberikan
pendidikan kepada anggota keluarga yang sakit. Keluarga sebagai fasilitator
yaitu sarana yang dibutuhkan keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhan
untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan perawatan anggota keluarga.
Keluarga pasien tidak mengetahui bagaimana cara merawat pencegahan
decubitus pada pasien stroke diantaranya higiene dan perawatan kulit,
Pengaturan posisi digunakan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada
kulit, Maka dalam keluarga yang memiliki pasien stroke diperlukan
pengetahuan tentang pencegahan decubitus. (Friedman, 2010)

Anda mungkin juga menyukai