Perda Kota Mataram Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum - Sign
Perda Kota Mataram Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum - Sign
TENTANG
WALIKOTA MATARAM,
Menimbang : a. bahwa peningkatan pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan merupakan kewajiban yang harus tetap dilakukan;
b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah di bidang Retribusi Jasa
Umum di Kota Mataram perlu dilakukan penyesuaian;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf
b diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
23. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2000 tentang Penyidik Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Mataram (Lembaran Daerah Kota
Mataram Tahun 2000 Nomor 1/E);
24. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2008, tentang Urusan
Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Mataram
(Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2008, Nomor: 2 Seri D);
25. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram (Lembaran Daerah Kota
Mataram Tahun 2008, Nomor 3, Seri. D).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan.
12. Insentif Pemungutan adalah insentif yang diberikan kepada Aparat Pelaksanaan
Pemungutan Retribusi Daerah dan Aparat Penunjang yang ditujukan untuk
peningkatan kesejahteraan Aparat Pemungut Retribusi dalam rangka
meningkatkan penerimaan Retribusi Daerah.
13. Insentif Peningkatan Kinerja adalah insentif yang diberikan kepada Aparat
Pemungut Retribusi Daerah dan Instansi lainnya yang terkait dengan
pemungutan Retribusi Daerah dalam rangka meningkatkan koordinasi,
pengolahan data, peningkatan kwalitas pelayanan, penegakan peraturan serta
kegiatan penunjang lainnya.
14. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha
Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk
usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
15. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas
keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan
tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.
16. Sarana Pelayanan Kesehatan dasar adalah tempat dan/atau fasilitas yang
digunakan untuk memberikan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat yang
meliputi Pusat Kasehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Laboratorium Dinas
Kesehatan.
17. Pusat Kesehatan Masyarakat selanjutnya disingkat Puskesmas, adalah suatu
sarana yang melaksanakan upaya kesehatan secara paripurna kepada
masyarakat di wilayah kerja tertentu.
18. Puskesmas Pembantu adalah suatu sarana yang melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan kepada masyarakat mencakup bagian wilayah kerja
Puskesmas dan merupakan bagian integral dari Puskesmas.
19. Puskesmas Keliling adalah unit Pelayanan Kesehatan yang bersifat mobil untuk
memberikan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat yang jauh dari
Puskesmas atau Puskesmas Pembantu.
20. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan
dan Sarana pelayanan Kesehatan Dasar, yang dibebankan kepada masyarakat
sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya.
21. Pos Kesehatan Desa adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/ menyediakan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
22. Tarif Progresif adalah Tarif yang dapat secara otomatis mengalami penyesuaian
setiap masa tertentu sesuai perubahan nilai inflasi tahun berjalan.
23. Laboratorium Dinas Kesehatan adalah pelaksana operasional Dinas Kesehatan
yang berupa tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk
mengadakan pemeriksaan, percobaan/penelitian.
5
24. Pola Tarif adalah Pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran
Tarif retribusi pelayanan kesehatan.
25. Pelayanan Rawat Jalan adalah Pelayanan kepada pasien untuk observasi,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya,
tanpa tinggal di ruang rawat inap.
26. Pelayanan Rawat Darurat adalah Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau mengurangi resiko kematian
atau cacat.
27. Pelayanan Rawat Inap adalah Pelayanan kepada pasien untuk observasi,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya,
dengan menempati tempat tidur.
28. Pelayanan Medik adalah Pelayan kepada Pasien yang dilaksanakan oleh tenaga
medik.
29. Pelayanan Penunjang Medik adalah Pelayanan untuk menunjang penegakan
diagnosis dan terapi.
30. Pelayanan Medik gigi dan mulut adalah Pelayanan paripurna meliputi upaya
penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit
gigi dan mulut.
31. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana Pelayanan atas
jasa yang diberikan kepada Pasien dalam rangka observasi diagnosis, visite,
rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.
32. Tempat tidur adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia diruang rawat inap.
33. Mobil Ambulance/ Puskesmas Keliling adalah Mobil Ambulan/Puskesmas Keliling
yang khusus disediakan dan digunakan untuk mengangkut pasien.
34. Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan persampahan/
kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
35. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
36. Tempat Penampungan Sementara, yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
penampungan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan/atau Tempat Pengolahan
Terpadu.
37. Tempat Pemrosesan Akhir, yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk memroses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
38. Pengumpulan Sampah adalah kegiatan membawa atau memindahkan sampah
dari bak sampah ke TPS atau TPA.
39. Jalan Umum adalah setiap jalan dalam Pemerintah Daerah dalam bentuk
apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum.
40. Tempat Umum adalah tempat-tempat yang meliputi taman-taman, halaman-
halaman umum, lapangan-lapangan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
sebagai fasilitas umum.
41. Saluran adalah setiap galian tanah yang meliputi selokan, sungai, saluran
terbuka (kanal), saluran tertutup berikut gorong-gorong tanggung tembok dan
pintu airnya.
42. Saluran Umum adalah saluran yang bukan sebagai saluran pematusan persil.
6
43. Bangunan adalah setiap yang dibangun diatas persil meliputi rumah, gedung
kantor dan bangunan-bangunan lainnya.
44. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pungutan yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah kepada seluruh pemilik, penghuni atau pemakai persil
atas jasa penyelenggaraan kebersihan didalam Pemerintah Daerah.
45. Rukun Tetangga dan Rukun warga yang selanjutnya dapat disingkat RT/RW
adalah Rukun Tetangga/Rukun Warga dalam Kota Mataram.
46. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
47. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang
terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
sipil.
48. Petugas Registrasi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung
jawab memberikan pelayanan pelapor peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting serta pengelolaan dan penyajian data kependudukan di Kelurahan.
49. Nomor Kartu Keluarga adalah nomor yang diberikan oleh Pemerintah setelah
biodata kepala keluarga direkam dalam bank data kependudukan nasional
menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan terdiri dari 16 digit
didasarkan pada kombinasi variable kode wilayah, tanggal pencatatan dan
nomor seri KK.
50. Data Center adalah tempat/ruang penyimpanan perangkat database pada
Penyelenggara Pusat yang menghimpun data kependudukan dan penyelenggara
Provinsi, Penyelenggara Kota dan Instansi Pelaksana.
51. Hak Akses adalah hak yang diberikan oleh Menteri kepada petugas yang ada
pada Penyelenggara dan Instansi pelaksana untuk dapat mengakses database
kependudukan sesuai dengan izin yang diberikan.
52. Pengguna Data Pribadi Penduduk adalah instansi pemerintah dan swasta yang
membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
53. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing
untuk tinggal diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu
yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
54. Izin Tinggal tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk
tinggal menetap diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
55. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan
Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa
kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
56. Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disebut
Penduduk Rentan Adminduk adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam
memperoleh dokumen penduduk yang disebabkan oleh bencana alam,
kerusuhan sosial atau bertempat tinggal di daerah terbelakang.
57. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus
dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan
lainnya yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, tinggal sementara, serta
status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
58. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat dan
dijaga kebenarannya serta dilindungi kerahasiaanya.
7
59. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat NIK adalah Nomor
Identitas Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada
seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
60. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah Kartu Identitas Keluarga
yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta
identitas anggota keluarga.
61. Kepala Keluarga adalah:
a. Orang yang bertempat tinggal dengan orang lain baik hubungan darah
maupun tidak yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. Orang yang bertempat tinggal seorang diri, atau
c. Kepala kesantrian, asrama, rumah yatim piatu dan lain-lain dimana beberapa
orang bertempat tinggal bersama-sama.
62. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi
Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
63. Pindah Datang Penduduk adalah perubahan lokasi tempat tinggal untuk
menetap karena perpindahan dari tempat yang lama ke tempat yang baru.
64. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa penting yang dialami oleh
seseorang meliputi pada registrasi Pencatatan Sipil oleh Instansi Pelaksana.
65. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.
66. Pengakuan Anak adalah pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir
di luar ikatan perkawinan yang sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut.
67. Pengesahan Anak adalah pengesahan status seorang anak yang lahir diluar
ikatan perkawinan yang sah, pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua
anak tersebut.
68. Buku Harian Peristiwa Penting dan Peristiwa Kependudukan yang selanjutnya
disingkat BHPPPK adalah buku yang dipakai untuk mencatat kegiatan harian di
kelurahan, kecamatan atau kota berkaitan dengan pelayanan terhadap
pelaporan peristiwa penting dan peristiwa kependudukan atau kepengurusan
dokumen penduduk.
69. Buku Induk Penduduk yang selanjutnya disingkat BIP adalah buku yang
digunakan mencatat keberadaan dan status yang dimiliki oleh seseorang yang
dibuat oleh setiap keluarga dan diperbaharui setiap terjadi peristiwa penting dan
peristiwa kependudukan bagi penduduk WNI Tinggal Tetap dan Orang Asing
Tinggal Tetap.
70. Buku Mutasi penduduk yang selanjutnya disingkat BMP adalah buku yang
digunakan untuk mencatat perubahan setiap peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan yang menyangkut jumlah dan status anggota keluarga sesuai
nomor urut KK di kelurahan bagi WNI Tinggal Tetap dan Orang Asing Tinggal
Tetap.
71. Buku Induk Penduduk Sementara yang selanjutnya disingkat BIPS adalah buku
yang digunakan untuk mencatat keberadaan dan status yang dimiliki oleh
seseorang yang dibuat untuk setiap keluarga dan diperbaharui setiap terjadi
peristiwa penting dan peristiwa kependudukan bagi WNI Tinggal Sementara dan
Orang Asing Tinggal terbatas.
8
72. Buku Mutasi Penduduk Sementara yang selanjutnya disingkat BMPS adalah
buku yang digunakan untuk mencatat perubahan setiap peristiwa penting dan
peristiwa kependudukan yang menyangkut jumlah dan status anggota keluarga
sesuai dengan nomor urut keluarga di kelurahan bagi WNI Tinggal Sementara
dan Orang Asing Tinggal Tetap.
73. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di
tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
74. Kendaraan adalah setiap kendaraan bermotor maupun tidak bermotor baik
tergolong kendaraan umum, kendaraan dinas penmerintah maupun kendaraan
lain yang digunakan untuk perseorangan.
75. Tempat Parkir adalah tempat yang ditentukan dan diijinkan oleh Kepala Daerah
sebagai tempat parkir kendaraan.
76. Parkir adalah menempatkan kendaraan pada tempat parkir.
77. Usaha Parkir adalah usaha untuk mendapatkan uang dengan menyediakan
tempat untuk parkir serta menjaga atau mengawasi kendaraan yang diparkir.
78. Tempat Parkir Umum adalah pangkalan parkir yang diselenggarakan secara
tetap dengan mempergunakan fasilitas umum yang disediakan oleh Pemerintah
daerah
79. Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana,
berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus
disediakan untuk pedagang.
80. Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk
melaksanakan transaksi, dimana proses jual beli terbentuk melalui tawar
menawar, pasar tersebut dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah,
dengan tempat usaha berupa kios, los dan tenda, serta halaman ikutannya yang
dimiliki/dikelola dengan hak pemakaian pasar oleh pedagang kecil dan
menengah dengan usaha skala kecil dan modal kecil dengan proses jual beli.
81. Pasar Daerah adalah Pasar Umum, Pasar Hewan, Pasar Ikan yang dikuasai oleh
Pemerintah Daerah.
82. Kios adalah bangunan permanen dan/atau semi permanen di Pasar yang bertap
dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari
lantai sampai dengan langit-langit yang dipergunakan untuk usaha berjualan.
83. Los adalah bangunan panjang tetap dalam lingkungan pasar yang berbentuk
bangunan memanjang tanpa dilengkapi dinding yang dipergunakan untuk usaha
berjualan.
84. Pelataran adalah suatu tempat yang disediakan atau dikuasai oleh Pemerintah
Daerah yang bersifat terbuka seperti halaman, jalan, gang dan lain-lain di dalam
lingkungan pasar atau pada tempat tertentu di luar kawasan pasar yang
dipergunakan untuk memasarkan barang dagangan.
85. Kelas Pasar adalah klasifikasi Pasar mempunyai kreteria tertentu yang meliputi
bangunan-bangunan, jumlah pedagang, luas areal pasar dan sistem arus barang
dan orang, baik didalam maupun diluar dan melayani tingkat wilayah.
86. Jasa Keramaian Pasar adalah jasa yang diperoleh pedagang pada tempat seperti
lapangan, jalan, gang atau pelataran serta took/kios diluar kawasan pasar
dengan memanfaatkan keramaian pasar yang dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau Badan dalam kegiatan perdagangan.
9
103. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih 8 (delapan)
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun
tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
104. Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain yang termasuk dalam
sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
105. Taksi adalah kendaraan umum dengan jenis mobil penumpang yang diberi tanda
khusus dan dilengkapi dengan argo meter.
106. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang yang
penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang
khusus.
107. Buku uji berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku yang berisi
data dan legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan wajib uji.
108. Tanda uji adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk plat yang berisi data
kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan dan masa berlaku.
109. Tanda samping adalah tanda bukti lulus uji berkala yang ditetapkan pada
samping kanan, kiri badan kendaraan dan memuat sebagian data kendaraan
yang tercantum dalam buku uji.
110. Penguji adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kualifikasi teknis tertentu
dalam bidang pengujian kendaraan bermotor dan diangkat oleh Kepala Daerah.
111. Bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi untuk
membetulkan, memperbaiki dan merawat kendaraan bermotor agar tetap
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
112. Persyaratan teknis adalah persyaratan tentang susunan peralatan perlengkapan,
ukuran, bentuk, karoseri, pemuatan, rancangan teknis kendaraan sesuai
peruntukannya, emisi gas buang penggunaan, penggandengan dan penempelan
kendaraan bermotor.
113. Laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus
dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran
udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan.
114. Numpang uji adalah pelaksanaan pengujian yang karena alasan operasional
tertentu dilakukan oleh unit penyelenggara pelaksanaan uji diluar wilayah unit
penyelenggara pelaksanaan uji dimana kendaraan tersebut berdomisili.
115. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan
dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran,
dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam
kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang
dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.
116. Alat Pemadam Kebakaran adalah alat dan/atau instalasi pencegahan dan
pemadam kebakaran yang terdiri dari alat pemadam api ringan, hidran, hose rial,
sprinkler, alat otomatis dan lainnya yang sejenis.
117. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah Pelayanan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian Alat Pemadam Kebakaran, Alat Penanggulangan Kebakaran
dan Alat Penyelamatan Jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap Alat-alat
Pemadam kebakaran, Alat Penanggulangan Kebakaran dan Alat Penyelamat
Jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.
11
132. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
133. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa umum dari Pemerintah Daerah.
134. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah bukti
pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
135. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
136. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi
yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
137. Surat Tagihan Retribusi yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau
denda.
138. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPdORD
adalah surat yang dipergunakan Wajib Retribusi untuk melaporkan data Objek
Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran
Retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
139. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
140. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah
yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
JENIS-JENIS RETRIBUSI
JASA UMUM
Bagian Kesatu
Jenis Reribusi Jasa Umum
Pasal 2
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum yang di atur dalam Peraturan Daerah ini terdiri
atas:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
e. Retribusi Pelayanan Pasar;
f. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
13
Bagian Kedua
Retribusi Pelayanan Kesehatan
Pasal 3
Pasal 4
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Puskesmas Keliling
dan Laboratorium Dinas Kesehatan.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pelayanan Kesehatan oleh Sarana Kesehatan Dasar yang dikenakan tarif Retribusi
dikelompokkan ke dalam pelayanan:
a. Rawat Jalan;
b. Rawat Inap;
c. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik;
d. Tindakan Medik dan Terapi;
e. Pelayanan Kesehatan Lainnya;
f. Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan.
Pasal 9
(1) Setiap Pasien Gawat Darurat dikenakan tarif Retribusi sebesar maksimal 3
(tiga) kali Retribusi Rawat Jalan.
(2) Tarif pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
termasuk obat-obatan yang tidak tersedia (diresepkan), tindakan medik gigi dan
mulut, serta penunjang medik.
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
(1) Pelayanan persalinan terdiri dari persalinan biasa (tanpa penyulit) dan
pesalinan abnormal (dengan penyulit).
15
(2) Biaya penunjang diagnostik serta tindakan medik dan terapi dikenakan biaya
tersendiri di luar tarif retribusi pelayanan persalinan.
Pasal 14
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dasar.
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
a. Hematologi;
b. Kimia klinik;
c. Bakteriologi;
d. Kimia air, Toksikologi dan Kimia lingkungan;
e. Mikrobiologi;
f. Parasitologi;
g. Serologi;
h. Rectal swap;
i. Usap alat;
j. Kualitas kolam renang;
k. Pemeriksaan higiene sanitasi.
Pasal 21
Bagian Ketiga
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Pasal 22
Pasal 23
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan
persampahan/kebersihan dari Pemerintah Daerah.
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Bagian Keempat
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
Dan Akta Catatan Sipil
Pasal 29
(1) Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil dipungut Retribusi atas Pelayanan cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan:
a. kartu tanda penduduk;
b. kartu keterangan bertempat tinggal;
c. kartu identitas kerja;
d. kartu keluarga;
e. akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta
kematian, Akta pengesahan dan pengakuan anak, ganti nama bagi warga
Negara asing;
f. kartu penduduk sementara;dan
g. kartu identitas penduduk musiman.
Pasal 30
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Pelayanan
cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil dari Pemerintah Daerah.
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan peyelenggaraan Administrasi
Kependudukan atau ditetapkan lain oleh Kepala Daerah.
Bagian Kelima
Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
Pasal 36
(1) Dengan nama Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut Retribusi atas
Penyediaan Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang
ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 37
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan
parkir di tepi jalan umum.
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
(1) Struktur dan besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan parkir.
(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran IV Peraturan Daerah ini.
Pasal 41
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan parkir ditepi
jalan umum.
Pasal 42
(1) Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan pakir ditepi jalan umum
atau ditetapkan lain oleh Kepala Daerah.
(2) Waktu penyelenggaraan parkir di tepi jalan umum mulai pukul 06.00 sampai
dengan pukul 23.00 Waktu Indonesia Tengah.
Pasal 43
(1) Untuk menjaga keamanan kendaraan setiap kendaraan yang diparkir pada
tempat parkir di wajibkan melengkapi dengan alat pengaman dan atau
mengunci ganda.
(2) Apabila terjadi kehilangan atau kerusakan kendaraan yang sedang diparkir di
tempat parkir yang disebabkan karena pihak ketiga atau force majure
diselesaikan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Keenam
Retribusi Pelayanan Pasar
Pasal 44
Pasal 45
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan
fasilitas pasar tradisional/sederhana yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
20
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
(1) Untuk menempati fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)
harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Walikota.
(2) Tata cara pengajuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Walikota.
Pasal 49
(1) Struktur dan besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan, jasa,
fasilitas yang tersedia, klasifikasi pasar, luas dan jangka waktu pemakaian.
(2) Struktur dasar besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini.
Pasal 50
(1) Retribusi Pelayanan Pasar harus dibayar lunas oleh orang pribadi atau Badan
atas pemakaian tempat dalam pasar atau daerah pasar.
(2) Sebagai bukti telah membayar Retribusi, kepada yang bersangkutan diberikan
karcis atau tanda bukti pembayaran.
(3) Karcis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ini berlaku pada hari dibayarnya
Retribusi sampai dengan tutupnya pasar.
Pasal 51
Pasal 52
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan Pasar atau ditetapkan lain oleh
Kepala Daerah.
21
Bagian Ketujuh
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Pasal 53
Pasal 54
Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan/ menikmati pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk
kendaraan motor di air, sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkan buku uji berkala.
22
Bagian Kedelapan
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pasal 61
Pasal 62
Subjek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran.
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk menerima pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran
atau ditetapkan lain oleh Kepala Daerah.
Bagian Kesembilan
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
Pasal 68
Pasal 69
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati
fasilitas pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus dari Pemerintah Daerah.
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan penyedotan kakus atau ditetapkan
lain oleh Kepala Daerah.
Bagian Kesepuluh
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Pasal 75
(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang dipungut Retribusi atas
pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dan
pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah:
a. pelayanan pengujian alat-lat ukur, takar, timbangan, dan
perlengkapannya; dan
b. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 76
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh jasa
pelayanan Tera/Tera Ulang dan Kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar, Timbangan dan
Perlengkapannya serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
Pasal 77
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa tera/tera ulang, kalibrasi alat-alat ukur,
takar timbangan dan perlengkapannya dan pengujian barang dalam keadaan
terbungkus dihitung berdasarkan tingkat kesulitan, karateristik, jenis, kapasitas dan
peralatan pengujian yang digunakan.
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan tera/tera ulang atau ditetapkan lain
oleh Kepala Daerah.
Bagian Kesebelas
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Pasal 82
(1) Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut Retribusi atas
pelayanan penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penyediaan peta
yang dibuat oleh Pemerintah Daerah yang meliputi:
a. Peta Wilayah;
b. Peta Tematik;
c. SKRK (Surat Keterangan Rencana Kota);
d. Peta Perubahan Peruntukan.
Pasal 83
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan
pencetakan peta.
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
(1) Struktur dan besarnya tarif digolongkan berdasarkan skala dan ukuran kertas.
(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran X Peraturan Daerah ini.
Pasal 87
(1) Atas permintaan pihak tertentu, pengenaan biaya pencetakan peta dapat
dikenakan tarif sebesar Rp. 0,- (nol rupiah) untuk tujuan non komersial.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria pihak tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
26
(3) Produk peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan satu kali.
Pasal 88
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan atau ditetapkan lain oleh Kepala
Daerah.
BAB III
PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 90
(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.
BAB IV
PENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI JASA UMUM
Pasal 91
Pasal 92
BAB V
TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI JASA UMUM
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 93
(2) Setiap Wajib Retribusi wajib membayar Rertibusi yang terutang berdasarkan
surat ketetapan retribusi atau dibayar sendiri oleh Wajib Retribusi berdasarkan
Peraturan Daerah ini.
(3) Wajib Retribusi yang memenuhi kewajibannya berdasarkan penetapan Kepala
Daerah dibayar dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa
karcis, kupon, dan kartu langganan.
Pasal 94
(1) Pembayaran Retribusi Jasa Umum dilakukan di lembaga atau instansi yang
memiliki kewenangan ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan berdasarkan SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD.
(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil
penerimaan Retribusi Jasa Umum harus disetor ke Kas Daerah selambat-
lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh Kepala
Daerah.
(3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus disetor
secara bruto ke Kas Daerah.
Pasal 95
Pasal 96
(1) Setiap pembayaran Retribusi Jasa Umum diberikan tanda bukti pembayaran.
(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
(3) Bentuk, isi buku dan tanda bukti pembayaran ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
Bagian Kedua
Tata Cara Penagihan
Pasal 97
(1) Penagihan retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan
dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului
dengan surat teguran yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
(3) Pengeluaran Surat Teguran sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan
retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal teguran/ peringatan/ surat lain
yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(5) Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran diatur dengan Peraturan
Walikota.
28
Bagian Ketiga
Tata Cara Pengurangan, Keringanan
dan Pembebasan Retribusi
Pasal 98
Bagian Keempat
Tata Cara Pembetulan, Pengurangan
Ketetapan Penghapusan atau Pengurangan
Sanksi Administratif dan Pembatalan
Pasal 99
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan STRD
dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau
kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan retribusi Daerah.
(2) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan, pengurangan dan/atau
penghapusan sanksi administratif berupa bunga dan kenaikan retribusi yang
terhutang dalam sanksi tersebut yang disebabkan bukan dari Kesalahan Wajib
Retribusi.
(3) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan dan/atau
pembatalan ketetapan retribusi yang tidak benar.
(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurangan,
penghapusan dan/atau pengurangan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dan/atau pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Kepala
Daerah atau Pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal diterima SKRD dengan memberikan alasan yang jelas dan
menyakinkan untuk mendukung permohonannya.
(5) Keputusan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang
dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk paling lama 14
(empat belas) hari sejak permohonan diterima.
(6) Apabila setelah lewat 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan
maka permohonan pembetulan, ketetapan, penghapusan dan/atau
pengurangan sanksi administratif dan/atau pembatalan dianggap dikabulkan.
Bagian Kelima
Pemanfaatan
Pasal 100
Bagian Keenam
Tata Cara Penyelesaian Keberatan
Pasal 101
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala
Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dengan bahasa Indonesia dengan disertai
alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di
luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimna dimaksud pada ayat (3) adalah
suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan
pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 102
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan
kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus
diberi keputusan oleh Kepala Daerah.
(3) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan
Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 103
Bagian Ketujuh
Tata Cara Perhitungan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Retribusi
Pasal 104
(1) Wajib Retribusi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala
Daerah untuk perhitungan pengembalian retribusi.
(2) Atas dasar permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas kelebihan
pembayaran retribusi dapat langsung diperhitungkan terlebih dahulu dengan
30
hutang retribusi atau sanksi administratif berupa bunga oleh Kepala Daerah
dan/atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berhak atas
kelebihan pembayaran tersebut dapat diperhitungkan dengan pembayaran
Retribusi selanjutnya.
Pasal 105
(1) Dalam hal kelebihan pembayaran Retribusi yang masih tersisa setelah
dilakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 Peraturan
Daerah ini diterbitkan SKRDLB paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterima
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi.
(2) Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembalikan kepada Wajib Retribusi paling lambat 2 (dua) bulan sejak
diterbitkan SKRDLB.
(3) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu
2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB, Kepala Daerah dan/atau Pejabat
yang ditunjuk member imbalan bunga 2% (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
Pasal 106
BAB VI
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 107
Pasal 108
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Kepala Daerah menetapkan Keputusan Pengahapusan Piutang Retribusi yang
sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan Daerah
ini.
(3) Tata cara pengahapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Walikota.
BAB VII
PEMERIKSAAN
Pasal 109
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 110
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar.
BAB IX
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 111
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 112
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 113
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Hukum Acara Pidana yang berlaku;
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
indentitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf c;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi
daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang bertanggung
jawab.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
33
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 114
Pasal 115
(1) Barangsiapa yang melanggar ketentuan Pasal 91 ayat (1) dan ayat (2) serta
Pasal 93 ayat (1) dan ayat (2) diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
Pasal 116
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 dan Pasal 115 ayat (1) merupakan
penerimaan negara.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 117
Semua ketentuan yang menyangkut ketentuan mengenai teknis, tata cara, prosedur,
persyaratan dan penyelenggaraan serta pelayanan yang berkaitan dengan Retribusi
Jasa Umum sepanjang belum ada perubahan peraturannya dan/atau tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 118
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka ketentuan-ketentuan tentang
Retribusi Daerah yang diatur dalam:
1. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 3 Tahun 1998 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan.
2. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 6 Tahun 1998 tentang Retribusi Pasar
Grosir dan atau Pertokoan.
3. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2000 tentang
Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
4. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi
Pergantian Biaya Cetak Peta.
5. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 6 Tahun 2006 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram Nomor 10
Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum.
6. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 7 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 3 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar.
7. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2004 tentang Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor.
34
Pasal 119
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 120
Peraturan Pelaksanaan atas Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 6 (enam)
bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 121
Ditetapkan di Mataram
pada tanggal 8 Desember 2011
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
Diundangkan di Mataram
pada tanggal 8 Desember 2011
SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM,
TTD
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM
NOMOR 14 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM
I. UMUM
Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai
perubahan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
maka dalam rangka mendukung perkembangan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah, perlu diadakan Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi
Persampahan/Kebersihan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir
di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Retribusi
Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan dan Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi di Kota Mataram yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Dalam kaitannya dengan keadilan, pada Peraturan Daerah ini secara tegas diatur mengenai
hak dan kewajiban serta sanksi terhadap penyelenggara maupun pejabat pelaksana pemungutan,
benar-benar harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tempat umum adalah tempat yang dapat digunakan oleh
masyarakat umum dan dikelola oleh Pemerintah Daerah
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
37
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
38
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
39
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah perlu
disesuaikan karena biaya penyediaan layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif
tidak efektif lagi untuk mengendalikan permintaan layanan tersebut, Kepala Daerah
dapat menyesuaikan tarif Retribusi.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
40
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan” adalah
dinas/badan/lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan
pemungutan Retribusi.
Ayat (2)
Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang membidangi masalah keuangan.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
41
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Cukup jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
42
BAHAN MEDIS
JENIS PELAYANAN JASA
NO HABIS PAKAI INVESTASI JUMLAH
PELAYANAN
(BMHP)
( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
1 2 3 4 5 6
I RAWAT JALAN
Klinik umum (Paket)
a.Puskesmas 2,250 1,250 1,500 5,000
b.UGD Puskesmas 6,750 3,750 4,500 15,000
c.Puskesmas Pembantu 1,350 750 900 3,000
d.Puskesmas Keliling 1,350 750 900 3,000
e.Poskesdes 1,350 750 900 3,000
II RAWAT INAP PER HARI PER ORANG
Rawat Inap di Puskesmas 22,500 12,500 15,000 50,000
III PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
A. Laboratorium Puskesmas :
1.Pemeriksaan darah lengkap 5,400 3,000 3,600 12,000
2.Hb 1,800 1,000 1,200 4,000
3.Trombosit 1,800 1,000 1,200 4,000
4.PCV ( hematokrit ) 1,800 1,000 1,200 4,000
5.Malaria 1,350 750 900 3,000
6.Feces Lengkap 2,250 1,250 1,500 5,000
7.Urine Lengkap 3,375 1,875 1,500 7,500
8.Tes Kehamilan 2,250 1,250 1,500 5,000
9. Mikrobiologi
- Sputum ( 1 kali ) 2,250 1,250 1,500 5,000
- Duh Tubuh 2,250 1,250 1,500 5,000
10. Imunologi
- Widal Tes 6,750 3,750 4,500 15,000
- HBs Ag 6,750 3,750 4,500 15,000
- HIV 6,750 3,750 4,500 15,000
- Golongan Darah 2,250 1,250 1,500 5,000
- VDRL 2,700 1,500 1,800 6,000
11. Kimia Klinik
- Gula Darah 6,750 3,750 4,500 15,000
- SGOT 6,750 3,750 4,500 15,000
- SGPT 6,750 3,750 4,500 15,000
- Bilirubin Total 6,750 3,750 4,500 15,000
- Cholesterol Total 9,000 5,000 6,000 20,000
- HDL 11,250 6,250 7,500 25,000
- LDL 4,500 2,500 3,000 10,000
43
8. RECTAL SWAB
1. Pengecatan
- Gram 2.700 1.500 1.800 6.000
- Ziehl nelsen 2.700 1.500 1.800 6.000
2. Kultur
- E.Coli 4.500 2.500 3.000 10.000
- Salmonella 4.500 2.500 3.000 10.000
- Shigella 4.500 2.500 3.000 10.000
- Vibrio cholera 4.500 2.500 3.000 10.000
Staphylococcus aureus 4.500 2.500 3.000 10.000
9. USAP ALAT
1. MPN Coliform 12.500 6.500 7.000 26.000
2. MPN Coli Tinja 12.500 6.500 7.000 26.000
3. Jumlah kuman 22.500 12.500 15.000 50.000
4. Bakteri
- E.Coli 4.500 2.500 3.000 10.000
- Salmonella 4.500 2.500 3.000 10.000
- Shigella 4.500 2.500 3.000 10.000
- Vibrio cholera 4.500 2.500 3.000 10.000
- Staphylococcus aureus 4.500 2.500 3.000 10.000
- Clostridium perfringens 4.500 2.500 3.000 10.000
- Clostridium botulinum 4.500 2.500 3.000 10.000
10. KUALITAS AIR KOLAM RENANG
1. MPN Coliform 12.500 6.500 7.000 26.000
2. MPN Coli Tinja 12.500 6.500 7.000 26.000
3. Jumlah kuman 22.500 12.500 15.000 50.000
11. PEMERIKSAAN HYGIENE SANITASI
1. Laik hygiene sanitasi 102.000 3.000 30.000 135.000
2. Hygiene Sanitasi Industri Rumah Tangga
- Pengusaha kecil - - 100.000 100.000
- Pengusaha menengah - - 150.000 150.000
- Pengusaha besar - - 150.000 250.000
3. Kesehatan karyawan 90.000 5.000 30.000 125.000
4. Hygiene sanitasi jasaboga/katering
- A1 102.000 18.000 30.000 150.000
- A2 168.000 22.000 60.000 250.000
- A3 270.000 40.000 90.000 400.000
-B 500.000 44.000 120.000 668.000
-C 672.000 76.000 120.000 868.000
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
48
TARIF
NO. JENIS PUNGUTAN KET
(Rp)
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
50
TARIF
NO. JENIS PUNGUTAN
(Rp)
1 Kartu Tanda Penduduk (KTP) :
a. WNI sebesar 35,000
b. WNA sebesar 500,000
2 Surat Keterangan Tempat tinggal (untuk penduduk orang asing
tinggal terbatas/tetap) sebesar 500,000
3 Kartu Penduduk Sementara 15,000
4 Kartu Identitas Penduduk musiman 15,000
5 Kartu Keluarga (KK) sebagai berikut :
a. WNI sebesar 15,000
b. WNA sebesar 500,000
6 Biaya pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan :
a. WNI di dalam kantor sebesar 50,000
b.WNI di luar kantor sebesar 70,000
c. WNA di dalam kantor sebesar 500,000
d. WNA di luar kantor 1,000,000
7 Biaya Pencatatan dan Penerbitan Kutipan Akta Perceraian :
a. WNI sebesar 500,000
b. WNA sebesar 750,000
8 Biaya Pencatatan dan Penerbitan Kutipan Akta Kematian :
a. WNI sebesar 20,000
b. WNA sebesar 250,000
9 Biaya Pencatatan dan Penerbitan Akta Pengesahan dan Pengakuan Anak :
a. WNI sebesar 100,000
b. WNA sebesar 500,000
10 Biaya Pencatatan Akta ganti nama bagi Warga Negara Asing : 250,000
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
51
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM
TARIF
NO. JENIS PUNGUTAN KETERANGAN
(Rp)
3. Kendaraan Bermotor Roda 4 wajib uji untuk jenis mobil 10.000 per bulan
barang, mobil pariwisata dan mobil sewa/ rent car.
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
52
a. Retribusi Pelayanan Pasar menurut klasifikasi type pasar ditetapkan sebagai berikut :
b. Retribusi Ruang Bagi Pedagang/ Pengusaha Tetap Dipungut Setiap Bulan Menurut
Penggunaan Setiap Meter Persegi
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
53
TARIF
NO. JENIS PUNGUTAN KET
(Rp)
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
55
A. Alat Pemadam Kebakaran Jenis Dry Powder (serbuk kering) Gas CO2, Poam 2 Galon (cairan)
dan Sejenisnya.
GEDUNG/BANGUNAN/TAHUN
NO. BERAT KETERANGAN
(Rp)
B. Alat Pemadam Kebakaran Jenis Fire Protection (fire hidrant, sprinkler dan sejenisnya)
sebesar Rp. 100.000,-
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
56
TARIF
NO. JENIS PUNGUTAN KET
(Rp)
2. Kantor / Instansi :
a. Untuk satu kali penyedotan 125.000
b. Untuk dua kali penyedotan dan seterusnya dikenakan 100.000
tambahan retribusi
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
57
PENGUJIAN
NO URAIAN SATUAN TARIF TARIF
PENGESAHAN PENJUSTIRAN
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5
A. BIAYA PENGUJIAN
1. Ukuran Panjang
a. Sampai dengan 2 m buah 3.000
b. Lebih dari 2m sampai dengan 10 m buah 5.000
c. Lebih panjang dari 10 m, tariff 10 m ditambah untuk buah 10.000
Tiap 10 m atau bagiannya dengan
2. Takaran (basah / kering)
a. Sampai dengan 2 liter buah 2.000
b. Lebih dari 2 liter sampai dengan 25 liter buah 3.000
c. Lebih dari 25 liter buah 10.000
3. Anak Timbangan
a. Ketelitian Biasa dan Sedang (Kelas M2 dan M3)
1) Sampai dengan 1 kg buah 200 100
2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 400 200
3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg buah 1.000 500
b. Ketelitian Halus (Kelas F2 dan M1)
1) Sampai dengan 1 kg buah 500 250
2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 1.000 500
3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg buah 2.000 1.000
4. Timbangn (Sampai dengan 3.000 kg)
a. Ketelitian sedang dan biasa (Kelas III dan IV)
1) Sampai dengan 20 kg buah 5.000 1.000
2) Lebih dari 20 kg sampai dengan 100 kg buah 6.000 1.000
3) Lebih dari 100 kg sampai dengan 500 kg buah 7.500 1.500
4) Lebih dari 500 kg sampai dengan 1.000 kg buah 10.000 2.500
5) Lebih dari 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg buah 15.000 5.000
b. Ketelitian Halus (Kelas II)
1) Sampai dengan 1 kg buah 15.000 5.000
2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 25 kg buah 45.000 6.000
3) Lebih dari 25 kg sampai dengan 100 kg buah 50.000 7.000
4) Lebih dari 100 kg sampai dengan 1.000 kg buah 50.000 8.000
5) Lebih dari 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg buah 55.000 10.000
5. Alat Ukur Minyak
a. Meter bahan bakar minyak
1) Pompa ukur (untuk setiap badan ukur buah 100.000 50.000
2) Meter kerja (untuk setiap media uji)
- Sampai dengan 15 m³/h buah 50.000 25.000
- Lebih dari 15 m³/h dihitung sebagai berikut :
a. 15 m³/h pertama buah 50.000 25.000
b. Selebihnya dari 15 m³/h sampai dengan
100 m³/h setiap m³/h buah 3.000
c. Selebihnya dari 100 m³/h sampai dengan
500 m³/h setiap m³/h buah 1.000
d. Selebihnya dari 500 m³/h setiap m³/h buah 500
58
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH
61
1 2 3 4
A. Cetak Peta dengan ukuran :
AO 150.000 Perlembar
A1 120.000 Perlembar
A2 90.000 Perlembar
A3 60.000 Perlembar
A4 20.000 Perlembar
WALIKOTA MATARAM,
TTD
H. AHYAR ABDUH