Anda di halaman 1dari 3

1.

Dari penjelasan kasus di atas KPP Kota Tangerang tidak bisa melakukan penagihan pajak terutang
terhadap pajak terutang dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak tertanggal 2 Oktober 2014, hal itu
dikarenakan sudah memasuki kedaluwarsa penagihan. Daluwarsa Utang pajak terjadi karena
terlampaunya waktu penetapan pajak (penertiban surat ketetapan pajak) maupun karena lampaunya
waktu proses penagihan pajak. Daluwarsa dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum baik bagi
Wajib Pajak maupun fiskus maka diberikan kebebasan batas. Kasus di atas dilakukannya review kembali
penagihan PPh Badan pada tanggal 2 September 2020, maka hal tersebut sudah melampaui waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal terutang pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,
atau tahun pajak yang bersangkutan.

2. Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat ketetapan pajak,
yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jumlah
besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi dari pemotongan atau pemungutan pajak. Sebagian besar
Wajib Pajak melakukan proses keberatan karena Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dianggap tidak adil.
Dan surat ketetapan pajak itu biasanya diterbitkan sebagai produk dari pemeriksaan pajak. Keberatan
umumnya didahului dengan proses pemeriksaan. Keberatan dapat diajukan atas: Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), Pemotongan atau pemungutan oleh pihak
ketiga

Prosedur pengajuan atau Syarat Pengajuan Keberatan, yaitu :

1. Satu Keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
3. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas
4. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak
5. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1 (satu)
pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak
6. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah
disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil
verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan
7. Surat keberatan pajak harus ditandatangani oleh wajib pajak. Jika Surat Keberatan
ditandatangani oleh bukan wajib pajak maka keberatan pajak tersebut harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 ayat (3) UU KUP
8. Wajib pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 UU KUP

Jangka waktu pengajuan keberatan :

1. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal SKP atau sejak tanggal
dilakukan pemotongan/ pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena di luar kekuasaannya
2. Surat keberatan yang diantar langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, maka jangka waktu 3 bulan
dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga
sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
3. Surat keberatan yang dikirim melalui pos (harus dengan pos tercatat), maka jangka waktu 3
bulan dihitung sejak tanggal SKP atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak
ketiga sampai dengan tanggal bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

Bentuk Keputusan :

Jika lewat tiga bulan, surat keberatan tidak dianggap karena tidak memenuhi syarat formal. Tetapi juga
membolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulan jika “dalam keadaan diluar kekuasaannya”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) PMK 9/2013 s.t.d.d PMK 202/2015, apabila wajib pajak masih
melakukan kesalahan dalam pembuatan surat pengajuan keberatan, Ditjen Pajak tidak serta merta akan
menolak pengajuan keberatan. Dalam hal ini, wajib pajak akan diberi kesempatan untuk melakukan
perbaikan. Adapun perbaikan tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sebagaimana
disebutkan dalam persyaratan. Oleh sebab itu, wajib pajak sebaiknya mengajukan keberatan lebih awal
agar mempunyai kesempatan untuk melakukan perbaikan. Tanggal penyampaian surat keberatan yang
telah diperbaiki merupakan tanggal surat keberatan diterima.

Adapun yang dimaksud keadaan diluar kekuasaan wajib pajak sebagaimana dimaksud meliputi:

1. Bencana alam, kebakaran, huru-hara/kerusuhan massal


2. Diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan secara jabatan yang mengakibatkan jumlah pajak yang
masih harus dibayar yang tertera dalam SKP berubah, kecuali Surat Keputusan Pembetulan yang
diterbitkan akibat hasil persetujuan Bersama.
3. Keadaan lain berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak

Kewajiban Pembayaran atas Keputusan Keberatan :


Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) PMK 9/2013 s.t.d.d PMK 202/2015, dalam hal wajib pajak mengajukan
keberatan, jangka waktu pelunasan pajak yang masih harus dibayar yang tidak disetujui dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebagaimana tercantum
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) dan belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak
tanggal penerbitan surat keputusan keberatan. Sanksi jika keberatan ditolak berdasarkan Pasal 8 PMK
9/2013 s.t.d.d PMK 202/2015, yaitu :

1. Dalam hal pengajuan keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (9) Undang-Undang KUP.
2. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) juga dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam hal keputusan keberatan atas
pengajuan keberatan Wajib Pajak menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar.
3. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) atau ayat (2) tidak dikenakan dalam hal:
a. Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1)
b. Pengajuan keberatan Wajib Pajak tidak dipertimbangkan karena tidak memenuhi
persyaratan pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
c. Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas Surat Keputusan Keberatan.

3. WPOP Budi (K2) dengan istri tidak berpenghasilan, Penghasilan Bersih per bulan Rp9.000.000, maka
pajaknya :

Penghasilan bersih selama setahun :

Rp 9.000.000 x 12 bulan = Rp 108.000.000

PTKP (K/2) :

WP OP = Rp 54.000.000

Kawin = Rp. 4.500.000

Anak 2 = Rp 9.000.000 +

Total PTKP =. Rp 67.500.000. -

Maka, Penghasilan Kena Pajak = Rp 40.500.000.

PPh Terutang :

5 % x Rp 40.500.000 = Rp 2.025.000 /setahun

= Rp 168.750 /bulan

Sumber :
Modul BMP Perpajakan.www.ddtcnews.com

Anda mungkin juga menyukai