Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK AGENDA 3

MAKALAH
KONSEP TRANSFORMASI DIGITAL DALAM MEWUJUDKAN SMART ASN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh pemerintah.
Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa pemerintahan
yang kedua berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. Percepatan
transformasi digital juga diprioritaskan untuk penguatan ekonomi digital. Menurut
Menkominfo, transformasi digital dapat mendorong perubahan model usaha, meningkatkan
peluang yang menghasilkan nilai tambah, dan mendorong perubahan lintas sektoral dalam
pola pikir bisnis yang didorong secara digital.
Melihat kembali pada sejarah, era revolusi industri 1.0 dimulai pada tahun 1784 yang
ditandai dengan adanya produksi mekanis yang menggunakan tenaga air dan uap. Lalu
berkembang menjadi revolusi industri 2.0 pada tahun 1870 yang ditandai dengan
dimulainya produksi massal berdasarkan pembagian kerja, dan revolusi industri 3.0 pada
tahun 1969 yang ditandai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna
otomatisasi produksi. Dua abad berselang, atau tepatnya 234 tahun sejak awal mula revolusi
industri 1.0, pada tahun 2018 lalu mulai dikenal masa revolusi industri 4.0. Sebuah masa di
mana industri akan berpusat pada otomatisasi, dengan dibantu teknologi informasi dalam
proses pengaplikasiannya. Dalam masa ini, keterlibatan tenaga manusia dalam proses
industri dapat berkurang.
Salah satu prioritas reformasi birokrasi Pemerintah Indonesia hingga 2024 yaitu
mewujudkan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) berkelas dunia. Untuk mewujudkan
hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB), telah mencanangkan pembangunan “Smart ASN”
2024. Hal ini menjadi pondasi untuk peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya di
Era Digital dan Revolusi Industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam
mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial
Intelligence, Cloud Computing dan Additive Manufacturing. Salah satu dampaknya adalah,
perkembangan era Revolusi Industri 4.0 menuntut adanya peningkatan akuntabilitas dan
transparansi dari organisasi pemerintah serta responsif yang tinggi dan cepat. Tiap-tiap
organisasi atau instansi pemerintah juga dituntut untuk selalu mengembangkan inovasi,
manajemen inovasi dan mengelola risiko serta integrasi organisasi dalam membangun
kolaborasi dan sinergitas.
Smart ASN merupakan aparatur yang memiliki profil nasionalisme, integritas,
wawasan global, hospitality, networking, penguasaan teknologi informasi, bahasa asing dan
entrepreneurship. Mereka berperan sebagai digital talent dan digital leader yang mendukung
transformasi birokrasi di Indonesia. Smart ASN akan mendorong birokrasi sejalan dengan
semangat revolusi industri 4.0. Semua jenis pelayanan publik dapat diselenggarakan berbasis
digital dan terintegrasi sedemikian rupa sehingga pelayanan publik menjadi lebih
optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
1). Apakah yang dimaksud dengan transformasi digital?
2). Bagaimana transformasi digital mewujudkan smart ASN?
3). Apa saja tantangan ASN dalam perkembangan transformasi digital?

2) TUJUAN
1) Untuk mengetahui pengertian, faktor-faktor dan manfaat dari transformasi digital.
2) Untuk mengetahui langkah transformasi digital dalam mewujudkan SMART ASN.
3) Untuk mengetahui tantangan ASN dalam perkembangan transformasi digital
BAB II
PEMBAHASAN

Digital
bih jauh dengan menggunakan pemrosesan bahasa alami –bentuk AI – untuk
mendeteksi kata-kata pemicu dalam panggilan dan mempersenjatai tenaga layanan
pelanggan dengan tindakan terbaik berikutnya berdasarkan apa yang dikatakan
pelanggan. 

Transformasi digital adalah semua hal tentang


membuka nilai dalam proses bisnis Anda dan
melepaskannya kembali ke pelanggan – serta
cukup gesit untuk menggunakan data dan
analitik untuk menciptakan pengalaman baru
yang inovatif. Perjalanan transformasi digital
akan mengarahkan organisasi untuk menjadi
berbasis analitik, dan penerapan teknologi AI
yang tertanam akan menjadi kebiasaan.

Mengubah Bisnis Kecil dan Menengah


Di seluruh industri, bisnis kecil dan menengah melihat manfaat besar dari
merangkul transformasi digital - seperti rekan-rekan mereka yang lebih besar.
Cloud, analitik canggih, dan otomatisasi adalah beberapa teknologi teratas
yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan mereka dalam menarik dan
mempertahankan pelanggan baru, merampingkan operasi, dan merespons
harapan baru.

Transformasi digital untuk UKM

Klik pada grafik untuk mempelajari lebih lanjut

Bagaimana Transformasi Digital Bekerja


Sebuah perusahaan tidak dapat sepenuhnya menyadari manfaat digitalisasi
kecuali ketiga komponen transformasi digital – orang, bisnis, dan teknologi –
bekerja bersama. Memasukkan komponen-komponen ini ke dalam budaya
organisasi menuntut kepemimpinan yang kuat dari orang-orang seperti chief
data and analytics officer (CDAO), chief information officer (CIO) atau bahkan
CEO. Hasil dari kerja sama tersebut dapat menjadi bisnis yang berfokus pada
pelanggan yang berfokus pada memastikan setiap tindakan yang diambil
dilakukan dengan mempertimbangkan pengalaman pelanggan. 

Organisasi yang berhasil dengan upaya transformasi digital dengan menggeser


pola pikir, strategi, dan budaya mereka untuk mengimbangi perubahan
kebutuhan dapat mencapai hasil seperti: 

Pengalaman Digital Terlibat

__

Sukses adalah menciptakan pengalaman digital yang terasa relevan, efektif


dan menarik secara emosional bagi

__

Perusahaan harus responsif dan cukup gesit untuk memberikan pengalaman


dan nilai layanan yang tepat bagi pelanggan. Untuk mencapai hal ini diperlukan
teknologi dan proses yang tepat; memiliki orang dan keterampilan yang tepat;
dan memiliki organisasi yang mendukung kolaborasi, eksperimen dan inovasi.
Inovasi Digital

__

Ini sering dimulai dengan eksperimen di laboratorium inovasi dan pola pikir test-
and-learn. Namun, organisasi harus sama-sama fokus dalam membangun
pendekatan inovasi yang dapat diskalakan, yang membutuhkan investasi yang
tepat dalam meningkatkan dan memasukkan bukti konsep nilai tambah ke
dalam produksi.

Transformasi digital memengaruhi setiap organisasi secara berbeda. Tetapi


setiap transformasi yang berhasil mencakup komponen inti yang sama.

Orang: Sisi Manusia dari Transformasi Digital

Menarik dan mempertahankan talenta

A. Pengertian Transfomasi Digital


1. Definisi
transformasi digital menurut Fitzgerald (2013) adalah penggunaan teknologi digital yang
dilakukan secara radikal untuk meningkatkan kinerja atau untuk mencapai tujuan dari
perusahaan. Iajuga menambahkan transformasi digital membawa serta banyak tantangan
baru kepada organisasi dan menuntutnya agar harus lebih hati-hati dari era sebelumnya.
Meskipun teknologi komputer telah ada selama beberapa dekade, konsep
transformasi digital relatif baru. Konsep ini hadir pada 1990-an dengan
diperkenalkannya internet mainstream. Sejak itu, kemampuan untuk mengubah
bentuk tradisional media (seperti dokumen dan foto) menjadi satu dan nol telah
memudar di tengah pentingnya hal yang dibawa oleh teknologi digital kepada
masyarakat. Hari ini, digitalisasi menyentuh setiap bagian dari kehidupan kita,
memengaruhi cara kita bekerja, berbelanja, bepergian, mendidik, mengelola,
dan hidup. 
Praktik transformasi digital biasanya digunakan dalam konteks bisnis.
Pengenalan teknologi digital telah memicu penciptaan model bisnis baru dan
aliran pendapatan. Teknologi yang muncul seperti kecerdasan buatan (AI), cloud
computing dan Internet of Things (IoT)mempercepat transformasi, sementara
teknologi dasar seperti manajemen data dan analitik diperlukan untuk
menganalisis sejumlah besar data yang dihasilkan dari transformasi digital. 
Transformasi digital bukan hanya tentang teknologi. Itu terjadi di persimpangan
orang, bisnis dan teknologi – dan dipandu oleh strategi bisnis yang lebih luas.
Sukses hadir ketika organisasi dapat secara efektif menggunakan data yang
dibuat oleh atau melalui teknologi dengan cara yang memungkinkan perubahan
bisnis terjadi secara dinamis.
Transformasi digital dimungkinkan oleh penyatuan:
1.Orang
Mempekerjakan orang berbakat hanyalah awal. Struktur dan budaya organisasi
sama pentingnya dalam keberhasilan proyek transformasi. 
2. Bisnis
Strategi bisnis yang tepat dapat mendorong digitalisasi proses internal dan
pengembangan model bisnis baru. 
3. TEKNOLOGI
Teknologi baru seperti AI dan IoT, serta teknologi dasar seperti manajemen data
dan analitik. 

Konvergensi memberi kehidupan pada bisnis digital, yang memungkinkan


organisasi memberikan pengalaman digital, operasi digital, dan inovasi digital.
Bisnis digital dapat berinovasi dengan cepat dan meningkatkan inovasi untuk
menghadirkan produk dan layanan digital yang bernilai bagi pelanggan.

2. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Transformasi Digital


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi digital adalah perubahan regulasi atau
aturan, adanya perubahan pada lansekap persaingan, adanya pergeseran/perubahan ke bentuk digital
dari industri, adanya perubahan perilaku dan harapan konsumen, adanya pemahaman akan manfaat
teknologi digital, dan kesiapan sumber daya.

3. Manfaat Transformasi Digital

a. Meningkatkan mobilitas
Di era digital saat ini, banyak pelanggan menghabiskan waktunya dalam menggunakan
smartphone maupun perangkat lainnya seperti tablet dan laptop. Sehingga tidak sedikit
perusahaan yang memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan produktivitas serta
kapasitas perangkat-perangkat ini dengan mengadaptasi transformasi digital. Yang pada
akhirnya, bertujuan untuk dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

b. Membuat data lebih aman


Manfaat lainnya dari transformasi digital adalah terwujudnya komitmen pada keamanan
data oleh perusahaan. Para pimpinan perusahaan harus mampu melindungi informasi para
konsumennya, khususnya pada jumlah yang sangat banyak dan apabila mengandung
informasi-informasi yang bersifat rahasia atau sensitif.

c. Mendorong produktivitas
Dengan adanya transformasi digital, produktivitas karyawan dapat ditingkatkan berkat
penggunaan tool yang mempermudah dan mempercepat proses kerja mereka. Tak hanya
itu, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja pun bisa menjadi lebih
rendah.

d. Memberikan UX yang lebih baik


Interface atau tatap muka yang jauh sederhana dan interaksi yang lebih mudah dipahami
dapat membuat pekerjaan menjadi lebih produktif. Aspek-aspek yang meningkatkan user
experience ini dapat terwujud dengan adanya transformasi digital.

e. Meningkatkan daya saing di industri


Sebuah teknologi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan bisa jadi sebuah nilai tambah dan
modal untuk bersaing lebih kuat dari perusahaan lainnya di industri yang sama. 

B. Hubungan Transformasi Digital dengan SMART ASN

Melihat kembali pada sejarah, era revolusi industri 1.0 dimulai pada tahun 1784 yang
ditandai dengan adanya produksi mekanis yang menggunakan tenaga air dan uap.
Lalu berkembang menjadi revolusi industri 2.0 pada tahun 1870 yang ditandai  dengan
dimulainya produksi massal berdasarkan pembagian kerja, dan revolusi industri 3.0
pada tahun 1969 yang ditandai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi
guna otomatisasi produksi.

Dua abad berselang, atau tepatnya 234 tahun sejak awal mula revolusi industri 1.0,
pada tahun 2018 lalu mulai dikenal masa revolusi industri 4.0. Sebuah masa di mana
industri akan berpusat pada otomatisasi, dengan dibantu teknologi informasi dalam
proses pengaplikasiannya. Dalam masa ini, keterlibatan tenaga manusia dalam proses
industri dapat berkurang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dan revolusi industri ini
membawa dampak pada berbagai sektor kehidupan. Tidak terkecuali pada sektor
birokrasi pemerintahan.

Salah satu dampaknya adalah, perkembangan era Revolusi Industri 4.0 menuntut
adanya peningkatan akuntabilitas dan transparansi dari organisasi pemerintah serta
responsif yang tinggi dan cepat. Tiap-tiap organisasi atau instansi pemerintah juga
dituntut untuk selalu mengembangkan inovasi, manajemen inovasi dan mengelola
risiko serta integrasi organisasi dalam membangun kolaborasi dan sinergitas.

Sebagai aparat pemerintah, ASN harus dapat merespon keadaan ini dengan baik.
Sosok ASN yang Smart, sangat dibutuhkan. Bukan soal akademis, karena kita ketahui
bahwa untuk menjadi seorang ASN, tentu telah mengalami saringan yang ketat. Seperti
harus mengikuti tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan tes Seleksi Kompetensi
Bidang (SKB) yang dilaksanakan dengan basis komputer (Computer Assisted Test).

etiap ASN harus dapat bersikap adaptif terhadap teknologi agar kinerja pelayanan lebih
cepat, akurat, dan efisien.

Untuk menjawab hal tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kementerian PAN dan RB) telah
mencanangkan Kebijakan Manajemen ASN Menuju Smart ASN 2024.[3] Melalui
kebijakan tersebut, diharapkan akan dapat terbentuk Birokrasi berkelas Dunia.
Dalam upaya membentuk Birokrasi berkelas Dunia tersebut, diharapkan setiap
pegawai dapat memiliki profil sebagai Smart ASN, yang terdiri dari nasionalisme,
integritas, wawasan global, hospitality, networking, penguasaan teknologi informasi,
bahasa asing dan entrepreneurship.

Seorang ASN yang ‘Smart’ juga diharapkan dapat berperan sebagai digital talent dan
digital leader yang mendukung transformasi birokrasi di Indonesia.

Nasionalisme
Sebagai seorang aparatur negara, memiliki sikap nasionalisme tentu sudah menjadi
suatu keharusan. Seorang ASN harus memiliki sikap nasionalisme, yang salah satunya
adalah Nasionalisme Pancasila, yang dapat kita pahami sebagai sebuah pandangan
atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, setiap ASN harus dapat mengamalkan nilai-nilai
Pancasila, seperti nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan.

Integritas
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 60 Tahun 2020 Tentang Pembangunan
Integritas Pegawai Aparatur Sipil Negara, integritas didefinisikan sebagai konsistensi
berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam
hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku
kepentingan, serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung
jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya.

Pengembangan integritas ASN diukur melalui kejujuran, kepatuhan terhadap peraturan


perundang-undangan, kemampuan bekerja sama; dan pengabdian kepada
masyarakat, bangsa dan negara.

Wawasan Global
Upaya membentuk ASN yang berwawasan global merupakan salah satu bagian
penting dari pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk
mewujudkan visi Presiden yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.

Dengan wawasan global, diharapkan ASN dapat membangun pola pikir yang adaptif
serta mendukung fleksibilitas dan inovasi.

Hospitality (Keramahan)
ASN adalah seorang pelayan publik. Untuk itu keramahan tentu menjadi faktor penting
yang harus dimiliki. Hospitality atau keramahan adalah memiliki sifat baik hati dan
menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya dalam setiap pelaksanaan
tugas, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Networking (Jaringan)
Membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu
untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, akan dapat
mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat.

enguasaan Teknologi Informasi


Teknologi informasi yang kian hari kian berkembang harus dapat dirangkul dan
dimanfaatkan oleh ASN dalam pelaksanaan tugasnya. Pada masa kini, penguasaan
atas aplikasi perkantoran seperti Word, Excel dan Powerpoint, dapat dikatakan tidak
lagi menjadi nilai tambah. Tidak menjadi nilai tambah yang dimaksud di sini adalah,
penguasaan akan aplikasi perkantoran tersebut memang sudah sewajarnya dan
seharusnya dikuasai oleh tiap-tiap aparat negara.

Salah satu contoh teknologi informasi yang perlu dikuasai saat ini adalah Cloud
Computingdan pengelolaan Big Data. Sebagaimana kita ketahui bahwa dua teknologi
ini merupakan bagian dari lima pilar revolusi industri 4.0.

Bahasa Asing
Seorang ASN tentu diharapkan dapat sekurang-kurangnya memahami dan menguasai
Bahasa Inggris. Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Plt.
Sekretaris BPSDM dalam “Seminar Online Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris
Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam Mengelola Pelayanan Publik”[6], pada
Oktober 2021 lalu.

Plt. Sekretaris BPSDM Kemendagri menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan


bahasa Inggris adalah salah satu aspek penting lainnya yang perlu dikuasai oleh ASN
dalam menyikapi perkembangan zaman. Terlebih saat ini, hampir semua alat dan
teknologi di era global menggunakan Bahasa Inggris.

Tidak menutup kemungkinan seorang ASN juga dapat menguasai bahasa asing lain,
sebagai nilai tambah. Sebut saja bahasa Mandarin, Korea dan Jepang. Mengapa tiga
bahasa tersebut? Salah satu faktornya adalah karena kita berada di Indonesia, dan
salah satu kerjasama internasional yang diikuti oleh pemerintah adalah ASEAN Plus
Three[7], yang dibentuk sejak 1997 dan beranggotakan negara-negara Asia Tenggara
dan tiga negara Asia Timur yakni Tiongkok, Korea dan Jepang.

Entrepreneurship(Kewirausahaan)
Jiwa kewirausahaan yang perlu dimiliki oleh ASN antara lain adalah keberanian,
kreatifitas, inovatif, pantang menyerah serta cerdas dalam menangkap dan
menciptakan peluang.

Jiwa kewirausahaan juga dapat dipahami sebagai bagaimana kita berpikir tentang
masa depan orang banyak, kehidupan orang banyak serta bagaimana kita dapat
mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.[8]

Loyalitas Pelanggan Dengan Kecerdasan Buatan3.


Connexions Loyalty telah berubah secara digital untuk mempersonalisasi
pengalaman berbelanja bagi jutaan pelanggan. Perusahaan menerapkan model
pembelajaran mesin untuk mengalirkan data ke permukaan penawaran yang
relevan secara real time. Connexions Loyalty mengambil langkah le
C. Tantangan ASN dalam Perkembangan Transformasi Digital
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
fungsi dari ASN antara lain:
1. Perekat dan pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke, tidak memandang
perbedaan (suku, budaya, ras, agama, adat-istiadat) adalah sebuah anugerah untuk saling
mengenal dan saling berbagi;
2. Melaksanakan kebijakan publik dengan memperhatikan norma profesional, bebas dari
intervensi politik, dan KKN; dan
3. Profesional menyelenggarakan pelayanan publik kepada masyarakat dengan
mengutamakan jiwa pamong praja (mengemong masyarakat).
Untuk itu, demi terciptanya ASN visioner yang profesional tersebut, diperlukan generasi
yang mampu menjawab segala tantangan zaman. Paradigma ini tentu menjadi sebuah
rangkaian peluang untuk menghadirkan negara di tengah-tengah masyarakat dengan
mengoptimalkan ASN, sehingga mampu bersaing dan menyesuaikan diri menghadapi
perubahan tersebut. Sebab, kompleksitas tantangan dunia yang semakin tidak menentu
menuntut ASN untuk selalu berperan aktif dalam memanfaatkan transformasi digital untuk
mewujudkan Smart ASN di Indonesia.
Tantangan ASN di Indonesia dalam mengupayakan pemanfaatan transformasi digital
yaitu dengan high collaboration antara angkatan kerja generasi baby boomers dan generasi
X, dengan pegawai generasi Y dan generasi Z. Seperti kita tahu bahwa kedua generasi
tersebut memiliki pengalaman dan pengetahuan yang tinggi mengenai pekerjaan, tetapi
sangat lemah dalam perubahan digitalisasi dibandingkan dua generasi lainnya. Tentunya,
berbagai kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, kabupaten, kota, BUMD, BUMD, dan
sektor swasta pun harus dapat bersinergi.
1. ASN Milenial: Generasi Pembelajar
ASN pada masa sekarang dituntut untuk menghadapi tantangan untuk masa
depan yaitu era-digitalisasi informasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa globalisasi dan
digitalisasi menuntut ASN, khususnya ASN milenial, untuk menjadi generasi pembelajar
atau lifelong learner. Tidak hanya menerima, tetapi juga beradaptasi dan mengikuti
perubahan ke arah yang positif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masif
saat ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi
persaingan global.
Untuk menghadapi tantangan dalam persaingan global, kebiasaan bekerja
menjalankan tugas-tugas rutin atau business as usual menjadikan ASN milenial tidak
dapat maksimal mengembangkan kompetensinya. Keterampilan, pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kreativitas tanpa batas menjadikan ASN milenials disebut sebagai digital
native sehingga menjadikan era digitalisasi informasi adalah momen untuk mengubah
sistem pemerintahan yang uzur menjadi sistem pemerintahan yang serba digital,
sehingga beberapa rekomendasi perlu disematkana pada diri ASN milenial, di antaranya:
(a) ASN Milenial di tengah Tranformasi Digital haruslah menanamkan pola pikir
ketuhanan, yaitu menaati aturan Tuhan dan menjauhi larangannya. Hal ini akan
menjadikan ASN milenial mempunyai kesadaran bahwa bekerja adalah ladang untuk
mendapatkan pahala yang sebesar-besarnya.
(b) Membaca buku. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International
Student Assessment (PISA) dan dirilis oleh Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD), tingkat literasi Indonesia berada di nomor 62 dari 70
negara. Artinya, daya saing Indonesia begitu rendah dari sisi literasi. Maka, perlu
dimulai dari setiap ASN untuk selalu menyediakan waktu membaca minimal dalam 1
(satu) bulan menyelasaikan 1 (satu) buku. Dengan begitu, ASN di Indonesia
memiliki kebiasaan budaya membaca.
(c) Keluar dari zona nyaman (comfort zone). ASN milenial harus memiliki semangat
perubahan dengan memanfaatkan peluang di dalam era digitalisasi informasi
dan menangkap kesempatan yang ada. Motivasi meraih sesuatu bukan untuk
mendapat imbalan atau penghargaan, melainkan untuk memperkaya pengetahuan dan
pengalaman bekerja. Usia 20 sampai 30 tahun adalah momen menggali potensi dalam
diri, menjadikan bekal yang sangat penting untuk memberikan dampak positif di
lingkungan pekerjaan ataupun di lingkungan sekitar kita. Semangat mencoba hal-hal
baru menjadikan trigger tersendiri untuk mengembangkan ide dan gagasan
karena rewarding.
(d) Gathering Community. Profesi ASN tentu menuntut kita untuk terus menimba ilmu
sebanyak-banyaknya. Namun, kompetensi leadership, collaborative,
adaptive, dan communicative lebih banyak didapatkan bila ASN milenial mempunyai
wadah tersendiri untuk mengembangkan soft skills dan hard skills di luar pekerjaan
kantor (beyond the call of duty). Kesempatan tersebut dijadikan peluang untuk
mendapatkan pengalaman serta networking membangun personal branding. Dengan
mengikuti beberapa komunitas akan mengasah kemampuan tersebut dan memberikan
dampak positif di lingkungan pekerjaan.

Referensi :
https://www.teknovidia.com/transformasi-digital-menurut-para-ahli

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Transformasi_digital

https://smartpresence.id/blog/bisnis/pengertian-transformasi-digital-beserta-manfaatnya

https://danisuluhpermadi.web.id/umum/smart-asn-untuk-mendukung-transformasi-
birokrasi/?amp

Mahardika, Dimas. (2022, Maret 03). Tantangan ASN dalam Perkembangan Transformasi Digital.
Birokrat Menulis. Diakses pada 02 Agustus 2022 melalui https://birokratmenulis.org/tantangan-asn-
dalam-perkembangan-transformasi-digital/.

Anda mungkin juga menyukai