Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fhiki Purnomo

NPM : 1910631180160

Kelas : 7D

MatKul : Kapita Selekta Pemerintahan

Tugas Analisis “Problema Perwakilan dan Kuliatas Caleg Pasca Pemilu Legislatif”

Sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah pengertian pemilihan umum diuraikan secara detail. Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi
rakyat untuk menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi. Secara teoritis
pemilihan umum dianggap merupakan tahap paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan
tata negara yang demokratis. Sehingga pemilu merupakan motor penggerak mekanisme
sistem politik Indonesia. Sampai sekarang pemilu masih dianggap sebagai suatu peristiwa
kenegaraan yang penting. Hal ini karena pemilu melibatkan seluruh rakyat secara langsung.
Melalui pemilu, rakyat juga bisa menyampaikan keinginan dalam politik atau sistem
kenegaraan.

Calon anggota legislatif adalah seseorang yang nantinya akan bertindak untuk
mewakili partainya dalam lembaga legislatif yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Pada dasarnya lembaga legislatif mempunyai tugas merumuskan kebijakan
umum (Public policy) yang mengikat seluruh rakyat dalam bentuk undang-undang, dan pada
umumnya mewakili rakyat melalui partai politik dan dipilih melalui pemilihan umum.

Partai politik manapun membutuhkan proses kaderisasi dalam melanjutkan regenerasi


kepemimpinan partainya, setiap anggota calon kader harus mengikuti proses seleksi untuk
menjadi kader. Kemudian setelah lulus seleksi, anggota tersebut harus mengikuti proses
pengkaderan yang dilakukan oleh partai politik dalam rangka pelaksanaan fungsi pendidikan
politik. Selama mengikuti proses pengkaderan, setiap calon kader akan mendapatkan
pendidikan politik. Melalui sistem kaderisasi tersebut ketua partai atau pengurus partai
mempunyai penilaian terhadap kader-kader yang nantinya akan direkomendasikan untuk

1
menjadi calon yang mewakili partainya dalam lembaga legislatif melalui proses rapat pleno
yang hanya dihadiri oleh ketua DPD partai dan pengurus partai.

Jika kita melihat kultur politik dan politisi yang ada di Indonesia saat ini hampir tidak
mempunyai ideologi yang berdampak akan kurangnya politisi tulen dan tersingkir dengan
adanya politisi selebritis. Hal ini dikuatkan dengan data yang ada pada era Orde Baru,
selebriti yang bertaburan di beberapa parpol, semula hanya menjadi penghibur, juru
kampanye, atau votegetter. Namun pada era Reformasi, khususnya Pemilu 2009 lebih dari 60
selebritis resmi terdaftar sebagai calon legislatif nomor jadi. Hampir semua partai besar
menempatkan beberapa selebriti sebagai caleg. Para selebritis yang memutuskan jadi caleg
itu pun tak mau tahu dengan kapasitas mereka. Mereka hanya mengandalkan masa
pembekalan dari partai untuk mengisi wawasannya tentang politik dan tugasnya sebagai
wakil rakyat. Kalau pun tidak bisa apa-apa,  ya tidak apa-apa. Sanksinya apa? Tidak ada!
Yang penting gaji, tunjangan dan fasilitas sebagai wakil rakyat tetap diterima. Artis menjadi
caleg atau kemudian terpilih sebagai anggota legislatif / eksekutif di pemerintahan
merupakan fenomena lama.

Salah satu contoh kasus politikus yang juga mantan Ratu Indonesia itu tersandung
kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet Palembang. Diberitakan Harian Kompas, 4
Februari 2012, Angelina Sondakh ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi proyek wisma
atlet di Palembang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 3 Februari
2012.Angelina saat itu adalah anggota Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat.
Ketua KPK saat itu, Abraham Samad, mengungkapkan Angelina semula berstatus sebagai
saksi dalam kasus wisma atlet SEA Games.

Hal ini menjadi sangat miris melihat ketika para perwakilan rakyat yang duduk
menjadi penguasa tidak mempunyai kapabilitas dan kualitas yang sesuai dengan posisi yang
sedang mereka pegang saat ini. Dari analisis ini kita bisa melihat bahwa kepentingan partai
politik tidak lagi mengenai tentang ideologi yang di bawa seperti dalam visi dan misinya,
namun saat ini hanya berfokus pada kader yang terkenal, mempunyai modal dan mempunyai
elektebilitas yang tinggi agar mampu bersaing saat pemilu nanti. Bukan mementingkan
bagaiman mereka-mereka yang sedang duduk di legislatif menggunakan
wawasan,kemampuan serta pemahaman yang mereka punyai untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2
Sumber :

Website

Pemilu: Pengertian, Alasan, Fungsi, Asas dan Tujuan (kompas.com)

https://dewanpers.or.id/publikasi/opini_detail/17/Caleg_Selebritis_dan_Jurnalis#:~:text=Pada
%20era%20Orde%20Baru%2C%20selebriti%20yang%20bertaburan%20di,semua%20partai
%20besar%20menempatkan%20beberapa%20selebriti%20sebagai%20caleg.

Artis Jadi Anggota Legislatif, Apa Untungnya bagi Rakyat? Halaman 1 - Kompasiana.com

Jurnal

Darmawan, I. (2015). KETERLIBATAN SELEBRITI DALAM PEMILU INDONESIA


PASCA ORDE BARU. Sosiohumaniora, 237-243.
Saputra, R. T. (2014). SISTEM KADERISASI DAN PENETAPAN CALON ANGGOTA
LEGISLATIF DALAM PEMILU 2009. eJournal Ilmu PemerintahaN, 1829-1841.

Anda mungkin juga menyukai