Anda di halaman 1dari 77

MENJADI GURU PROFESIONAL MENCIPTAKAN

PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN


Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian Tugas dan Syarat


guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

KUSWADI
NIM 093911268

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kuswadi
NIM : 093911268
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam/PGMI

menyatakan bahwa sekripsi ini keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya


sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, September 2011

Saya yang menyatakan,

Kuswadi
NIM. 093911268

ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

(#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùö tƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ

4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$#

Artinya “Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya


Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S Al
Mujadalah ayat 11)

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah swt skripsi ini penulis persembahkan
kepada:
 Istriku tercinta yang selalu meberikan dukungannya
 Anakku Queena tersayang
 Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan
 Adik-adikku yang selalu memberikan support padaku
 Semua keponakanku
 Teman-teman satu bimbingan di IAIN Walisongo Semarang yang tak
terlupakan

vi
ABSTRAK

Judul, : MENJADI GURU PROFESIONAL MENCIPTAKAN


PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENAGKAN
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd
Penulis : Kuswadi
NIM : 093911268

Skripsi ini membahas dan mengkaji tentang “Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd., untuk menciptakan
pembelajaran ini, guru harus mempunyai berbagai keterampilan, di antaranya : a)
keterampilan bertanya, b) keterampilan menjelaskan, c) keterampilan
membimbing, d) keterampilan mengelola kelas, e) keterampilan mengajar,
f) keterampilan membimbing diskusi kecil.
Sebagai guru yang berkompeten dan guru profesional, mereka dituntut
selain harus mempunyai keterampilan agar tercipta suatu pembelajaran yang
kreatif dan yang menyenangkan, dan dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran
yang lebih optimal. Metode – metode tersebut adalah : a) metode ceramah, b)
metode inkuiri, c) metode tanya jawab, d) metode sosiodrama, e) metode simulasi,
f) metode diskusi.
Pembelajaran kreatif dan menyenangkan, akan banyak menghasilkan
berbagai tujuan sebagai salah satu jalan keluar yang menuntut guru umum
maupun guru PAI lebih memfokuskan kepada peserta didik, agar memberikan
motivasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak mudah
merasakan bosan dan jenuh pada saat proses pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu
guru harus menekankan pada pengembangan potensi peserta didik dalam
mengaktualisasikan kualitas pembelajaran yang menyenangkan. Kajian ini
menunjukan bahwa pembelajaran yag sesuai dengan harapan akan sangat
bermanfaat dan mudah dipahami manakala sebagai guru professional dapat
memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dengan baik yang selalu
memberikan motivasi dalam setiap pembelajaran di luar maupun di dalam kelas.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan inayahNya yang
telah diberikan oleh penulis tanpa semua itu penulis tidak akan mampu dan
sampai dalam penyelesaian studi di IAIN Walisongo Semarang.
Shalawat serta salam senatiasa penulis haturkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad saw, karena beliau, umat manusia tertuntun ke jalan yang
benar, kehidupan yang damai dan selamat.
Berangkat dari niat semangat yang tulus dari penulis dan bantuan serta
dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kajian Buku Menjadi Guru Profesional, Karya
Dr. Mulyasa, M.Pd.
Tersirat dalam tujuan penulisan skripsi ini yang khususnya agar penulis
mempunyai kesempatan belajar pada tulisan sendiri, di samping sebagai
sumbangsih penulis terutama pada almamater dan umumnya bagi siapa saja yang
membutuhkan.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
mendapatkan gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Akhirnya segala bentuk bantuan dan petunjuk maupun motivasi – motivasi
yang penulis peroleh selama penulisan skripsi ini, penulis haturkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
3. Drs. Sajid Iskandar, selaku Dosen Pembimbing atas motivasi dan
pembimbingan hingga skripsi ini selesai.
4. Segenap teman – teman satu kelompok bimbingan di IAIN Walisongo
Semarang.
5. Istri dan anak tercinta yang selalu memberikan dukungannya
6. Adik – adikku yang selalu memberikan sport kepadaku.

viii
Akhirnya atas segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap
sedalam – dalamnya atas kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Dan kepada Allah Swt harap dan doa terurah semoga usaha dalam
penulisan skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan kepada pembaca
umumnya, sert tertulis di sisi-Nya sebagai pengabdian kepada-Nya. Amin.

Semarang, Juni 2011


Penulis

Kuswadi
NIM. 093911268

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i

PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….. ii

PENGESAHAN …………………………………………………………… iii

NOTA PEMBIMBING ……………………………………………………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. v

ABSTRAK ……………………………………………………………….. vi

TRANSLITERASI ……………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………… 9

C. Kajian Pustaka ………………………………………………. 9

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 11

E. Metode Penelitian ……………………………………………. 12

BAB II TEORI PEMBELAJARAN YANG KREATIF DAN

MENYENANGKAN ………………………………………….. 13

A. Pengertian Teori Pembelajaran …………………………….. 13

B. Teori Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan dalam

Pendidikan Agama Islam (PAI) …………………………….. 19

x
BAB III BIOGRAFI SINGKAT PEMIKIRAN Dr. E. MULYASA M.Pd… 23

A. Biografi dan Karya – karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd ………….. 23

B. Teori Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan

Menyenangkan Menurut pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd … 32

C. Telaah Baku Menjadi Guru Profesional Karya

Dr. E Mulyasa, M.Pd ………………………………………. 38

BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN KREATIF DAN

MENYENANGKAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM…………………………………………………………. 62

A. Studi Analisis Pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd tentang

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan ………………….. 62

B. Studi Analisis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

Kreatif dan Menyenangkan ………………………………….. 65

C. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan…….. 66

BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 74

A. Kesimpulan ………………………………………………….. 74

B. Saran – saran ………………………………………………… 76

C. Penutup ……………………………………………………… 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah pendidikan yang berdasarkan

atas Alqur’an dan Sunah Rasul, bertujuan untuk membantu perkembangan

manusia menjadi lebih baik. Pada dasarnya menusia lahir dalam keadaan

fitrah, dan bertauhid. Adapun pendidikan adalah upaya seseorang untuk

mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kehidupan pribadi

seseorang.

Konsep Pendidikan Agama Islam berdasarkan Alqur’an dan Hadits.

Untuk itu memiliki jangkauan ke dapan, karena itu falsafah pendidikan Islam

lebih tepat jika menggunakan falsafah progresifisme, artinya bahwa

pendidikan melalui gerak perubahan sosial. 1

Di dalam Alqur’an sendiri terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip –

prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Oleh karena itu

pendidikan Islam harus menggunakan Alqur’an sebagai sumber utama dalam

merumuskan teori, metode pembelajaran dalam pendidikan Islam. Dengan

kata lain, pendidikan Islam harus berlandaskan ayat – ayat Alqur’an yang

penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan dengan hadits, juga dilakukan

dengan ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.

1
Dr. Zakiyah Derajad, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara. Jakarta 1996, hlm 20

1
Oleh karena sumber ilmu pengetahuan yang wawasannya dalam

Alqur’an adalah Maha Luas, ilmu – ilmu pengetahuan yang diharapkan Allah

tetap menjadi penopang kemantapan keimanan kepada Allah Swt.

Agama Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat penting

sehingga mencari ilmu itu hukumnya wajib. Islam juga mengajarkan,

menuntut ilmu itu berlaku prinsip tak mengenal batas, dimensi, ruang dan

waktu. Artinya, dimana pun atau negara mana pun dan kapan pun tak

mengenal batas waktu kita bisa belajar. Sesuai dengan misi islam sebagai awal

dari tujuan pendidikan Islam. Kepada umat islam diajarkan untuk membaca,

sebagaimana dalam Alqur’an yang diturunkan pertama kali kepada Nabi

Muhammad SAW yang ummi dalam Surat Al – ‘Alaq ayat 1 – 5 :

ãΠt ø.F{$# y7š/u‘uρ ù&t ø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&t ø%$#

Artinya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan manusia dari

segumpal darah. Baca dengan nama Tuhanmu Yang Maha Mulia.

2
Yang mengajarkan manusia dengan kalam (pena), mengajarkan

manusia apa – apa yang belum diketahuinya.” (Q.S. ‘Al-

Alaq : 1-5)

Ayat di atas menunjukkan adanya sinyelemen bahwa pemerintah

membaca bukan hanya secara histories, bukan hanya bersifat individual,

melainkan menjadi sebuah gerakan untuk tujuan perubahan kehidupan,

sebagai diilhami oleh turunnya ayat kedua Surat Al-Muddatsir.

Artinya, “Hai orang – orang yang berselimut. Bangkitlah untuk berseru

(kepada msnusia). Dan kepada Tuhanmu bertakbir.”

(Q.S. Al-Muddatsir :1-3)

Kebangkitan ini disertai dengan semangat kebersamaan dalam menuntut ilmu.

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara

optimal. 2 Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian

menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai

kasus menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya

2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 35

3
sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan

yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan

menurunkan kreativitas, sehingga guru yang suka mengambil jalan pintas

dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.3

Peranan guru sebagai pendidik professional akhir – akhir ini mulai

dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan

oleh munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara

moral cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap

untuk memasuki lapangan kerja. Jika fenomena itu benar adanya, maka baik

langsung atau tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai

pendidik profesional.

Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup

kompleks sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan

menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar

yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran yaitu

keterampilan bertanya, memberikan penguatan, mengadakan variasi,

menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi

kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil

perorangan. 4 Untuk lebih jelas penulis akan dikemukakan pada Bab III.

Untuk mengatasi masalah kebosanan peserta didik, agar selalu

antuasias, tekun dan penuh partispasi, variasi sangat diperlukan dalam

pembelajaran. Variasi yang dimaksud di sini adalah perubahan dalam proses


3
Ibid, hlm. 20
4
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 69

4
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik,

serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Dalam usaha pencapaian tujuan

belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih

kondusif, karena hal ini berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan

sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi

proses pembelajaran. Tempat belajar (kelas) hendaknya tenang, jangan

diganggu oleh perangsang – perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan

konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. 5

Untuk dapat belajar dengan efektif, diperlukan lingkungan fisik yang

baik dan teratur untuk proses belajar mengajar yang maksimal, misalnya :

1. Ruang belajar (kelas) harus bersih, tidak ada bau – bauan yang

mengganggu konsentrasi pikiran.

2. Ruang kelas cukup terang, tidak gelap, nyaman yang tidak

mengganggu mata.

3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran,

buku – buku dan sebagainya.

Proses pembelajaran dan pendidikan di dalam sekolah (kelas) perlu

didukung suasana kependidikan (lingkungan) yang kondusif, di sekolah (di

kelas) siswa merasa kerasan, nyaman dan senang untuk belajar, karena proses

pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas

peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam

pelaksanaannya sering kali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan

5
Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, Rineke Cipta, Jakarta,
2003, hlm. 77

5
pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas

peserta didik. Karena itu dalam pembelajaran berbasis kompetensi yang perlu

adalah adanya rumusan kompetensi yang ingin dicapai harus secara spesifik,

jelas dan teratur. Strategi penyampaian yang menekankan keaktifan siswa

dengan penggunaan metode kolaboratif dan manajemen waktu yang tepat serta

sistem evaluasi yang tidak hanya mengukur daya ingat saja, lebih – lebih pada

daya nalar dan keterampilan.6

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama (Islam) ada tiga

komponen utama yang paling berpengaruh dalam pembelajaran tersebut.

Ketiga komponen tersebut adalah :

1. Kondisi pembelajaran agama

2. Metode pembelajaran pendidikan agama, dan

3. Hasil pembelajaran agama.7

Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor – faktor yang mempengaruhi

penggunaan metode dalam meningkatkan pembelajaran PAI. Faktor kondisi ini

berinteraksi dengan pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode

pembelajaran PAI. Pada dasarnya, komponen ini sudah ada dan tidak dapat

dimanipulasi.

Dalam proses kependidikan (pembelajaran) Islam, suatu lingkungan

harus dapat dimanipulasi menjadi lingkungan yang memberikan suasana yang

memperlancar jalannya proses kependidikan (pembelajaran) Islam. Para

6
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 163
7
Drs. Muhaimin, MA., et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Rosda Karya, Bandung, 2004, hlm. 146

6
pendidik Islam adalah pemegang kendali proses kependidikan yang terarah

kepada tujuan pendidikan Islam, harus mementingkan pada penciptaan suasana

edukatif yang mendorong efektivitas proses belajar mengajar. Suasana tersebut

bisa diindikasikan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1. Mendorong anak didik untuk mengenali diri sendiri dan alam sekitarnya,

sehingga akan lahir aktivitas – aktivitas secara konstruktif dan simultan ;

2. Mendorong anak didik untuk mendapatkan pola dan tingkah laku yang

menjadi kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi dirinya ;

3. Mendorong anak didik untuk mengembangkan perasaan puas serta reaksi –

reaksi emosional yang menguntungkan dirinya dalam hubungan dengan

orang lain dan dalam memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri.

Adapun pendidikan yang baik dan guru yang efektif berusaha

memikirkan perkembangan kepribadian peserta didik dan kehidupannya, tetapi

guru pun adalah pribadi dan merupakan bagian dari proses pendidikan.

Guru PAI tidak hanya sebagai salah satu sumber belajar dan sumber

nilai, tetapi juga harus menampilkan diri sebagai ahli dalam menata sumber

belajar pendidikan agama yang lainnya serta mampu mengintegrasikan ke

dalam tampilan dirinya. Sejalan dengan meningkatkan akan kualitas tenaga

guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan

membekali para guru agar mampu mengembangkan berbagai media

pembelajaran. Guru dapat mempersiapkan bahan pembelajaran yang sistematis

dan terprogram seperti buku ajar, modul atau media lain yang dapat menunjang

7
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mandiri

dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung

agak terasa kurang tekait atau kurang perhatian terhadap persoalan bagaimana

mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif mennjadi “makna” dan

“nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk selanjutnya

menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan

berperilaku secara konkret – agamis dalam kehidupan praktis sehari – hari.

Salah satu permasalahan serius yang sering dihadapi dunia pendidikan

sekarang ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran termasuk pembelajaran

PAI. Proses pembelajaran pendidikan agama yang terjadi kerap kali baru

bersifat seadanya, rutinitas, formalis, kering dan kurang makna. Kualitas

pembelajaran semacam itu akan menghasilkan mutu pendidikan agama yang

rendah pula.

Dari berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan terutama

pembelajaran pendidikan Islam dan sesuai dengan latar belakang masalah di

atas, penulis memilih judul “MENJADI GURU PROFESIONAL

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN

MENURUT Dr. E. MULYASA, M.Pd ; Untuk memberikan sedikit solusi atau

memberikan jalan keluar bagi dunia pendidikan, pembelajaran pendidikan

agama Islam dengan merujuk dari kajian buku tersebut.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan

berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena mutu, untuk menciptakan

8
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan sebagai

keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau

keterampilan mengajar.

B. Rumusan Permasalahan

Sehubungan dengan judul dan latar belakang di atas, ada beberapa

pokok permasalahan yang ingin dikemukakan, di antaranya :

1. Bagaimana pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E.

Mulyasa, M.Pd?

2. Bagaimana menjadi guru professional yang dapat menciptakan

pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd?

3. Bagaimana pembelajaran kreatif dan menyenangkan yang dilaksanakan di

sekolah SD/MI menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd?

C. Kajian Pustaka

Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman, penulis

menafsirkan istilah yang dipakai di dalam penulis skripsi ini, yang akan

diuraikan kata per kata dari judul, yaitu “MENJADI GURU PROFESIONAL

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN

MENURUT Dr. E. MULYASA, M.Pd” sebagai berikut :

1. Pembelajaran

Adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

9
pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan kreatif adalah kemampuan

memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru, daya cipta.

2. Menyenangkan adalah tingkah laku yang diawali dengan rasa tertarik akan

suatu hal sehingga akan menimbulkan keinginan – keinginannya.

3. Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pembelajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan

sadar atas peserta didik untuk tujuan yang dicapai yaitu tujuan pendidikan

Islam.

4. Guru Profesional adalah mereka orang – orang yang telah menempuh

program pendidikan guru dan memiliki tingkat kemampuan (kompetensi)

yang tinggi, serta mendapatkan ijazah negara dan telah berpengalaman

dalam mengajar.

5. Dr. E. Mulyasa, M.Pd

Beliau adalah seorang pemikir yang banyak memberikan kontribusi

khususnya di dalam dunia pendidikan. Beliau dilahirkan di Majalengka, 13

Desember 1962. Pendidikan dasar dan menengah di Majalengka,

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (1986) dan gelar Master Pendidikan

(M.Pd) dari IKIP Bandung tahun 1997. (Sekarang IKIP Bandung namanya

UPI). Tahun 2002 gelar doktornya dalam Ilmu Pendidikan (S3) dari

Universitas Pendidikan Indonesia dengan predikat Cumlaude.8

6. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Ini salah satu dari sekian buku yang dikarang oleh beliau

8
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 232

10
sebagai acuan atau referensi Guru (para pendidik) dalam kegiatan

pembelajaran. Di dalam buku tersebut diuraikan berbagai prinsip

kompetensi dan profesionalisme guru yang bertujuan meningkatkan mutu

pendidikan. Juga buku ini sebagai perangsang sikap kreatif dan

professional tersebut. Inti dan tujuan dalam pembahasan buku di atas

sengaja ditawarkan bagaimana cara – cara praktis agar bukan saja mudah

dipahami tapi mudah diterapkan dalam pembelajaran.

Jadi sesuai dengan kajian pustaka yang dijelaskan, dapat digarisbawahi,

ternyata guru yang berkompeten dan professional ialah guru yang harus

menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang kompleks. Begitu juga

pembelajaran yang aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan aktivitas peserta didik di dalam sebuah proses pembelajaran,

sehingga dari alasan di atas memilih judul “MENJADI GURU PROFESIONAL

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN

MENURUT Dr. E. MULYASA, M.Pd (Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.)”

sebagai pedoman dasar bagi para guru saleh, terutama di bidang pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti setelah

mengemukakan permasalahan di atas adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pola pengembangan pembelajaran

kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.

11
2. Untuk mengetahui bagaimana menjadi guru professional yang dapat

menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E.

Mulyasa, M.Pd.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan pembelajaran kreatif dan

menyenangkan di sekolah SD/MI.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan metode peneltian

kepustakaan, untuk memperoleh data dari buku-buku referensi yang akan

dijadikan bahan pembuatan skripsi.

Seperti metode library research, yaitu suatu penelitian

kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoristis yang berisi

sajian landasan ilmiah.

Metode pengumpulan data kepustakaan, dengan menggunakan

metode ini, dapat mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang kratif

dan menyenangkan dalam bahasa baku menutur Dr. E. Mulyasa, M.Pd.

Metode analisis data, metode ini utnuk menganalisa data dari

semua bahan penelitian yang dikumpulkan untuk memperoleh

pengetahuan tentang menjadi guru profesional yang dapat menciptakan

pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd

yang akan dipergunakan dalam pembuatan skripsi ini

12
BAB II
TEORI PEMBELAJARAN YANG KREATIF
DAN MENYENANGKAN

A. Pengertian Teori Pembelajaran


Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelajaran yang khusus
diperuntukkan bagi siswa (peserta didik). Proses pembelajaran dalam
Pendidikan Agama Islam, sebenarnya menggunakan prinsip – prinsip umum
pembelajaran. Komponen – komponen yang terlibat pun umumnya sama,
yaitu mencakup tujuan, bahan, metode, alat evaluasi termasuk siswa
dan gurunya.1
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau
bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong
oleh kemampuan sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan
dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Karena itu,
pembelajaran berupaya menjabarkan nilai – nilai yang terkendung
dalam kurikulum dengang menganalisis pembelajaran karakteristik isi
bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum,
yang menurut Sudjana (1987) disebut kurikulum ideal/potensial.
Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan
mengembangkan cara – cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada,
agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran
sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan


berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan sebagai
keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau
keterampilan mengajar.2 Keterampilan mengajar merupakan kompetensi
profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh, belajar adalah proses perubahan perilaku
(psikologi pembelajaran) berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya, tujuan

1
Drs. Thohirin, M.S., M.Pd., Psikologi Pembelajaran PAI, Rajawali Press, Jakarta,
2005, hlm. 17
2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional, Rosda, Bandung, 2006,
hlm. 69

13
kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek peribadi.
Untuk dapat memahami pengertian teori pembelajaran dengan baik,
kiranya perlu sekali dibahas definisi atau pengertiannya. Pengertian
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur
manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur, yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari pengertian teori
pembelajaran (proses belajar mengajar), dapat dikemukakan beberapa
pendapat para ahli.
Akhir – akhir ini terdapat perbedaan pengertian antara pengajaran dan
pembelajaran. Pengajaran terpusat pada guru, sedangkan pembelajaran
terpusat pada siswa. Yang difokuskan dalam pendidikan ini adalah
pembelajaran. Untuk itu diberikan pengertian apakah pembelajaran itu secara
umum pembelajaran disifatkan sebagai suatu proses perubahan yang berlaku
akibat pengalaman individu yang berkenaan. Pembelajaran yang tidak terbatas
kepada apa yang dirancang, tetapi juga melibatkan pengalaman yang di luar
kawalan guru. Pembelajaran juga tidak semestinya melibatkan penguasaan
fakta atau konsep sesuatu bidang ilmu, tetapi juga melibatkan perasaan –
perasaan yang berkaitan dengan emosi, kasih sayang, benci, hasrat dan
kerohanian.3
Secara praktek, akan dikemukakan suatu konsepsi yang mendasari
teori – teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskripsi
karena tujuan utamanya memberikan proses belajar, sedangkan teori
pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode
pembelajaran yang optimal. Bahasan ini akan difokuskan pada penulis ialah
tentang pengertian teori pembelajaran yang berseifat deskriptif dan bersifat
sebagai berikut,

3
Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995,
hlm. 70

14
1. Teori Pembelajaran Deskriptif
Menurut Asri Budiningsih, teori pembelajaran yang deskriptif
menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given,
dan memberikan hasil pembelajaran sebagai varibel yang diminati, karena
tujuan utama teori deskriptif adalah memberikan belajar.4
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dapat
diungkapkan batas – batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip – prinsip
belajar dapat membantu guru memilih tindakan yang tepat. 5
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang
tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Peneliti hanya mungkin
dapat menyaksikan gejala – gejala perubahan perilaku yang tampak.
Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran,
walaupun seperti seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil
mengangguk – anggukan kepala, belum tentu yang bersakutan belajar.6
Dengan kata lain, teori pembelajaran mengungkapkan hubungan
antara kegiatan pembelajaran dengan proses – proses psikologi dalam diri
si belajar. Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode
pembelajaran. Bila tidak maka teori ini bukanlah teori pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa
memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri
pengetahuan sehingga mereka memperoleh pemahaman yang mendalam
(deep learning), dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
kualitas siswa. Untuk itu sebagai seorang guru harus dapat memberikan
pelayanan pendidikan kepada peserta didik agar dapat meningkatkan
kualitas siswa dalam kegiatan belajar.

4
Dr. C. Sri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta,
2005, hlm. 17
5
Dr. Dimyati dan Dr. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta,
2006, hlm 42
6
Dr. Wina Sanjaya, M.Pd., Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 111

15
2. Teori Pembelajaran Preskriptif
Teori preskriptif adalah untuk mencapai tujuan (goal oriented).
Variabel yang diamati dalam pengembangan teori – teori pembelajaran
yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.
Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara – cara
tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil –
hasil Pembelajaran PAI yang dalam kondisi pembelajaran tertentu. Karena
itu, metode pembelajaran PAI dapat berbeda – beda, menyesuaikan dengan
hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda – beda pula.
Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah
preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Teori belajar menaruh
perhatian pada hubungan di antara variabel – variabel yang menentukan
hasil belajar, atau bagaimana seorang belajar. Teori pembelajaran menaruh
perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi
hal belajar, atau upaya mengontrol variabel – variabel yang
dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.7
Setiap teori belajar mempunyai implikasi bagi pengajaran bagi
guru. Teori belajar ini dapat memperjelas fungsinya bagi anak dalam
belajar. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta
didik dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pemelajaran
adalah kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau
strategi yang optimal untuk hasil pembelajaran yang diinginkan dalam
kondisi tertentu. Seorang pendidik harus dapat mengetahui kondisi dan
kemampuan peserta didik karena dalam satu ruangan kelas berbeda satu
dengan yang lain, karakteristik atau kemampuan berpikir siswa.
Perbedaan teori pembelajaran berseifat deskriptif dengan
preskriptif dapat digambarkan dalam diagram 1 dan 2 sebagai berikut :

7
Ibid., hlm. 17

16
KONDISI

METODE

HASIL

Diagram 1. Hubungan antara variabel dalam Teori Pembelajaran


Deskriptif.

KONDISI

METODE

HASIL

Diagram 2. Hubungan antara variabel dalam Teori Pembelajaran


Preskriptif.
Dikutip dari buku karangan Dr. Asri Budiningsih bukunya berjudul
belajar dan pembelajaran yang mengemukakan pendapat Brunner,
hubungan antara variabel dalam teori pembelajaran preskriptif dan
deskriptif.
Dalam diagram 1 terlihat misalnya, model elaborasi dimanipulasi
dan digunakan untuk mengorganisasikan isi/materi pelajaran dan interaksi
antara keduanya (model elaborasi dan karakteristik isi pelajaran) akan
membawa akibat pada perolehan belajar terhadap materi pelajaran yang
diperlajari siswa.8
Sedangkan pada diagram 2 diperlihatkan hubungan antara
variabel – variabel dalam preposisi teori pembelajaran prespektif.
Peningkatan perolehan belajar ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang
diinginkan.

8
Dr. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. Rineke Cipta, Jakarta, hlm.14

17
B. Teori Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan dalam Pendidikan
Agama Islam (PAI)
Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam selalu
memperhatikan perbedaan individu (furq al-fardiyyah) peserta didik
menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat
dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi peserta didik belajar merupakan
hal yang menyenangkan dan sekaligus mendorong kepribadiannya
berkembang secara optimal. Sedangkan bagi guru, proses pembelajaran
merupakan kewajiban yang bernilai ibadah, yang dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah Swt di akhirat. Dalam kegiatan pembelajaran harus ada
prinsip – prinsip dan teori – teori pembelajaran dalam PAI yang praktis.9
Proses pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
sebenarnya sama dengan pembelajaran pada umumnya, namun yang
membedakannya adalah bahwa dalam pendidikan Islam, proses maupun hasil
belajar selalu intern dengan keislamannya. Keislaman melandasi
aktivitas belajar, menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas
berikutnya.10
Rancangan pembelajaran PAI yang menggunakan kemampuan
intuitif dan pengetahuan ilmiah dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih
baik daripada digunakan terpisah teori – teori yang telah dikembangkan oleh
ilmuwan pembelajaran dan ahli Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut
aktivitas, kreativitas dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara
efektif dan menyenangkan.
Guru PAI harus menguasai prinsip – prinsip pembelajaran,
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan
metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan
menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.

9
Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005, hlm. 95
10
Ibid., hlm. 242

18
Dalam hal ini guru PAI harus mampu menciptakan Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Guru juga harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat
yang sangat kompleks, karena melibatkan aspek pedagogis menunjukkan pada
kenyataan bahwa pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lingkungan
sekolah. Aspek psikologis menunjukkan bahwa peserta didik pada umumnya
memiliki taraf perkembangan berbeda yang menuntut materi yang berbeda
pula. Sedangkan aspek didaktif menunjuk pada pengaturan belajar peserta
didik oleh guru.
Untuk semua kepentingan tersebut, guru harus benar – benar
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas mengenai jenis – jenis
belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik serta menciptakan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM).11
Dengan menerapkan PAIKEM ada nuansa baru yang dialami
siswa. Mereka tidak lagi pasif selama mendengarkan pembelajaran.
Pembelajaran akan menjadi menarik, siswa semakin aktif mengonstruksikan
pengetahuan dan pemahaman secara kreatif dan mandiri.
Berbagai aspek pembelajaran yang didesain agar proses belajar
mengajar dalam lingkungan kelas atau sekolah menjadi pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, di antaranya :
1. Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)
2. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/ Kurikulum
3. Cakupan dan kedalam tujuan pembalajaran
4. Ketetapan penggunaan strategi pembelajaran
5. Interaktivitas
6. Pemberian motivasi belajar
7. Kontekstualitas dan aktulitas
8. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran

11
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 191

19
9. Sistematis, runtut, alur logika jelas.
10. Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi dan latihan.
11. Konsisten evaluasi dengan tujuan pembelajaran.
Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode pembelajaran PAI oleh Karena itu perhatian kita berusaha
mengidentifikasikan dan mendeskripsikan faktor – faktor yang termasuk
kondisi pembelajaran, yaitu : (1) tujuan dan karakteristik bidang studi PAI, (2)
kendala dan karakteristik studi PAI, dan (3) karakteristik peserta didik.
Di sini guru yang kreatif menyadari bahwa kreativitas merupakan
yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing
dan dibangkitkan kesadaran itu dan guru juga dituntut untuk
mendemontrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.

20
BAB III
BIOGRAFI SINGKAT PEMIKIRAN Dr. E. MULYASA, M.Pd

A. Bografi dan Karya – karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd


1. Biografi Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
Nama lengkap Enco Mulyasa, dilahirkan 13 Desember 1932 di
Desa Ciranjang, Kecamatan Cingabul Kabupaten Majelengka Jawa Barat.
Ayahnya Djuardi (alm) ibunya bernama Ibu Hj. Rumtini. Dan ayahnya di
masa hidupnya menekuni profesinya sebagai guru. E. Mulyasa merupakan
putra penengah dari lima bersaudara.1
Pendidikan dasar dan menengah ditempuh di daerah kelahirannya. Ia
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (1986) dan Gelar Magister
Pendidikan (197) dari IKIP Bandung (sekarang UPI), th 2002 memperoleh
gelar Doktor Ilmu Pendidikan (S3) dari Universitas Pendidikan Indonesia,
dengan predikat Cumlaude.2
Kegiatan mengajarnya dimulai sejak tahun 1985, menjadi guru di
beberapa sekolah menengah di Bandung. Ia juga menjadi asisten dosen
pada jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP IKIP Malang.
Pada tahun 1988 – 2005 menjadi Dosen Kopertis Pascasarjana Universitas
Islam Nusantara Bandung. Untuk menunjang profesinya, beliau aktif
mengikuti berbagai kegiatan seminar dan pelatihan, baik bersifat lokal,
regional, nasional maupun internasional.3
Di sela – sela kesibukan sebagai dosen dan penulis, ia juga menjadi
konsultan dan narasumber dalam berbagai forum sosialisasi kurikulum
khususnya di Pulau Jawa, Bali, NTT dan Indonesia Bagian Timur.

1
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan
Implementasi, Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 215
2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
Rosda, Bandung, 2006, hlm. 232
3
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Disempurnakan, Rosda, Bandung, 2011, hal. 273

21
Demikian riwayat hidup singkat dari. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. yang
dapat penulis gambarkan. Sampai saat ini beliau masih aktif khususnya
dalam bidang pendidikan.
2. Pemikiran dan Inteletualisasi Dr. E. Mukyasa, M.Pd. di Dunia
Pendidikan
Bila diamati akhir – akhir ini pelaksanaan pendidikan (agama)
cenderung lebih banyak digarap dari sisi asas pengajaran atau didaktik-
metodiknya. Guru –guru hanya dapat membicarakan persoalan proses
belajar mengajar, sehingga tenggelam dalam persoalan teknis mekanis
semata. Sementara itu, persoalan yang lebih mendasar, yaitu yang
berhubungan dengan aspek pedagogisnya, kurang banyak disentuh.
Padahal fungsi utama pendidikan (agama) di sekolah adalah memberikan
landasan yang mampu menggungah kesadaran dan mendorong peserta
didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi
berragama yang kuat. Landasan ini meliputi :
a. Landasan motivasional, yaitu pemupukan sikap positif pada peserta
didik.
b. Landasan etik, yaitu tertanamnya norma – norma keagamaan peserta
didik sehingga perbuatannya selalu diacu oleh isi jiwa dan semangat
akhlak al karimah.
c. Landasan moral, yaitu bersumber dari ajaran agama yang tersusun
(value system), sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi
setiap perubahan.
Dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, guru terutama
peran dalam mengembangkan materi standar dalam membentuk
kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu, guru harus kreatif
profesional dan menyenangkan. 4
Adapun kurikulum sejati adalah program untuk membangun SDM
(sumber daya manusia) yang berakhlak, cerdas, berprestasi, karena

4
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Aktif
dan Menyenangkan, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 14

22
kurikulm harus membuat dasar – dasar menyangkut pendidikan secara
luas.
Mulyasa sendiri sangat mengembangkan pemikiran – pemikirannya
yang relevan sebagai salah satu kontribusi dalam dunia pendidikan
Indonesia khususnya. Menurut ia Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
juga dinamakan “Kurikulum 2004” merupakan alternatif kurikulum untuk
memperbaiki berbagai permasalahan pendidikan yang dihadapi, khususnya
dalam pembelajaran di sekolah atau madrasah.
Pendidikan, baik secara konvensional maupun inovatif adalah salah
komitmen pemerintah dalam mereformasi pendidikan. Salah satunya
pemberian otonomi pendidikan, baik secara konvensional maupun
inovatif. Ini salah satu komitmen pemerintah dalam mereformasi
pendidikan. Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah oleh
pemerintah. Menunjukkan bahwa pemerintah peduli kepada
gejala – gejala yang muncul di masyarakat, untuk meningkatkan taraf dan
mutu pendidikan secara umum.
Contoh, dalam rangka mereformasi pendidikan inilah pemerintah
sangat mendukung kemajuan kurikulum yang dinamakan Manajemen
Berbasisi Sekolah (MBS) sebagai alternatif paradigma baru, meskipun
setiap tahun selalu ada perubahan dalam sistem pendidikan.
Proses pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi atau
penguasaan adalah kegiatan belajar mengajar yang diarahkan untuk
memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada peserta didik
untuk melakukan sesuatu, berupa seperangkat tindakan intelegensi (dalam
bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan) penuh tanggung jawab
yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan tugas – tugas pada jenis
pekerjaan tertentu.5
Gordon (1988 : 109) yang dikutip Mulyasa, menjelaskan aspek atau
ranah yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut.

5
Abdul Majid, S.Ag., Dian Andayani, S.Pd., Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Rosda, Bandung, 2005, hlm. 51.

23
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (understanding)
c. Kemampuan (skill)
d. Nilai (value)
e. Sikap (attitude)
f. Minat (interest).
Dengan demikian, kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi, dan hasil belajar
yang harus dicapai oleh siswa secara menyeluruh.
Seperti diketahui dari kurikulum 2004 yang disempurnakan atau
yang dikenal KYD (Kurikulum Yang Disempurnakan), yang diwujudkan
dalam SKKD, telah disahkan penggunaan di sekolah, diberlakukan secara
berangsur – angsur pada tahun ajaran 2006/2007 pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Hal ini berarti, pada pertengahan tahun 2006 awal
tahun ajaran 2006/2007, dari TK/TKA, SD, MI, SMP, MTs, SMA, dan
MA sebagian besar sudah mengikuti perubahan kurikulum dan
menggunakan KYD.6
Selama pemberlakuan ini pemerintah, dalam hal ini Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), Pusat Kurikulum, dan Direktorat Kurikulum
seharusnya selalu melakukan pemantauan secara langsung ke lapangan
untuk melakukan penyempurnaan – penyempurnaan kurikulum perlu
dilakukan terus menerus supaya menghasilkan yang memuaskan
(continous quality invprovement), terutama berkaitan dengan penerapan
serta penjabaran standar isi dan standar kompetensi.
Guru yang professional haru mampu mengembangkan kurikulum
bagi kelasnya yang lebih kreatif, inovatif serta mampu menjabarkan,
menerjemahkan dan mentransformasikan nilai – nilai yang terdapat dalam
kurikulum kepada peserta didik.

6
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Rosda
Karya, Bandung., hlm. 1

24
Demikian pula guru harus mampu membuat aneka mecam
keputusan dalam pembinaan kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya
suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya akan sangat bergantung kepada
tindakan – tindakan guru sekolah dalam melaksanakan kurikulum.
Dilihat dari sisi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses
interaksi antara guru (pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk
mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik, peserta
didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan.
Ketiganya membentuk suatu triangle, yang jika hilang salah satunya,
maka hilang pulalah hakikat pendidikan. Mendidik adalah pekerjaan
profesional. Oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan
merupakan pendidik profesional.
Sebagaimana diketahui, sejak digulirkan perubahan kurikulum
(KBK) bersamaan dengan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang telah
diuji coba sejak tahun 2001. Namun masyarakat telah mengecewakan
berbagai pihak, sehingga diputuskan, bahwa KBK yang telah
disosialisasikan dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan harus
diperbaiki, dibenahi atau disempurnakan. Maka lahirlah KYD atau
Kurikulum Yang Disempurnakan, sebagai wujud penyempurnaan fdari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).7
Selanjutnya, perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, disatu sisi pencapaian
prestasi merupakan salah satu dimensi dari tujuan pendidikan. Menurut
Dr. E. Mulyasa, M.Pd. sendiri masyarakat sekarang ini menginginkan
perlunya suatu lembaga pendidikan guru yang khusus berfungsi
mempersiapkan tenaga guru yang terdidik dan terlatih dengan baik.
Implikasi dari gagasan Dr. E. Mulyasa, M.Pd. sendiri ialah perlunya
dikembangkan program pendidikan guru yang serasi dan memudahkan
pembentukan guru yang berkualifikasi profesional, serta dapat

7
12 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar, Op.cit., hlm. 264

25
dilaksanakan secara efisien dalam kondisi sosial kultural masyarakat
di Indonesia.
Dr. E. Mulyasa, M.Pd. juga menambahkan bahwa untuk menjadi
guru yang lebih profesional dan benar – benar berkompeten dalam
profesinya, maka sebagai legalitas tersebut harus adanya sertifikasi guru,
di antaranya,
a. Lulusan atau inputnya mahasiswa.
b. Mempunyai latar belakang pendidikan yang sempurna.
c. Mempunyai legalitas (ijazah terakhir S-1, D-3, D-2 atau S-3).
d. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang secara
maksimal.
e. Mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai
dengan karakteristik materi pelajaran.
f. Bersifat terbuka, peka dan inovatif.
g. Dapat memahami kondisi psikis secara didik.
h. Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
i. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
j. Memiliki sense of humor.
k. Mampu mengelola peserta didik dengan baik, dan
l. Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan baru.
3. Karya – karya Ilmiah Dr. E. Mulyasa, M.Pd. dalam Dunia
Pendidikan
Dari karya – karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd. sebagaian besar memiliki
bobot dan telah banyak menjadi rujukan atau referensi utama bagi para
praktisi pendidikan, pengambil kebijakan pendidikan. Semuanya bertujuan
untuk merespons tanggapan juga berbagai permasalahan yang selalu
timbul terutama di bidang pendidikan. Dari 30 judul buku yang
dipublikasi, akan tetapi dari penulis hanya sedikit memberikan contoh
karya – karya buku yang telah menjadi best seller di antaranya,
a. Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)

26
Buku ini berisikan konsep – konsep yang ditawarkan setelah
adanya otonomi sekolah, juga sebagai alternatif paradigma baru dalam
manajemen pendidikan.
b. Kurikulum Berbasisi Kompetensi (KBK)
Buku di atas mengupas berbagai masalah – masalah kurikulum,
juga bertujuan untuk mereformasi dalam dunia pendidikan. Buku ini
menyempurnakan dari KBK yang diuji sejak 2001, meskipun
mengalami perubahan – perubahan.
c. Menjadi Guru Profesional (2003)
Di dalam buku ini dijelaskan tentang keterampilan, kemampuan,
sikap guru dapat dan mendidik yang benar – benar profesional.
d. Implemetasi Kurikulum 2004 (2004)
Buku ini sebagai panduan para pendidik dan sebagai pemahaman
serta mengimplementasi kurikulum 2004 secara tepat waktu dan tepat
sasaran.
e. Kurikulum Yang Disempurnakan
Isi dalam buku ini diantaranya berisikan tentang pentingnya
kurikulum, serta sebagai respons dari kurikulum, serta sebagai respons
dari kekisruhan perubahan kurikulum dan untuk jembatan bagi
kepentingan guru dalam mengembangkan standar kompetensi dasar
pada setiap tingkat satuan pendidikan.
f. Menjadi Kepala Sekolah Profesional
Demikian yang dapat disajikan dari sekian banyak karya – karya
ilmiah beliau. Dan masih banyak karya – karyanya yang selalu
menjadrikan rujukan atau referensi utama bagi para kalangan pendidik.
B. Teori Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan menurut
Pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
Teori belajar dan pembelajaran yang banyak dijadikan dasar pijakan
sampai saat ini, antara lain yang dikembangkan behavioristik, cognitivitic,
humanistic dan constructivistic. Teori – teori tersebut dapat digunakan sesuai
dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dipilih

27
untuk kondisi tertentu dalam mencapai tujuan pendidikan agama yang
diharapkan.
Teori belajar dan pembelajaran yang termasuk ke dalam behavioristis di
antaranya adalah,
1. Koneksionisme. Dengan tokoh Thorndike.
2. Classical Conditioning, dengan tokohnya Pavlof
3. Operant Conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori yang dianggap sangat
berpengaruh di dalam proses belajar dan pembelajaran.
1. Teori Koneksionisme (Connectionism)
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward Thorndike
(1874/1945). Eksperimen Thorndike menggunakan hewan – hewan,
terutama kucing untuk mengetahui fenomena – fenomena belajar.
Berdasarkan eksperimen tersebut, ia berkesimpulan bahwa belajar adalah
hubungan antara stimulus dan respons. Oleh karena itu koneksionisme
juga disebut S-R Band Theory dan S-R Psychology of Learning.
Menurut teori behaviosristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan atau hal –
hal lain yang dapat ditangkap oleh alat indera. Sedangkan respons yaitu
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga berupa
pikiran atau gerakan/tindakan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
pada beberapa hal tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Perancang pembelajaran PAI dalam melakukan tugasnya dapat
menggunakan pandang teori belajar dan teori pembelajaran untuk
dijadikan landasan atau acuan dalam memilih, menetapkan dan

28
mengembangkan metode pembelajaran PAI yang dapat sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini, Thorndike
mengemukakan hukum – hukum belajar sebagai berikut.

a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)


Implikasinya adalah keberhasilan belajar seseorang sangat
tergantung dari ada atau tidaknya adanya kesiapan.
b. Hukum Latihan (Law of Excerrcise)
Implikasi praktis dari hukum ini adalah makin sering suatu
pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasailah pelajaran itu.
c. Hukum Akibat (Law of Effect)
Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar
seseorang dapat mengulangi respon yang sama, maka harus
diupayakan agar menyenangkan dirinya.
2. Teori Clasiccal Conditioning
Teori ini berkembang berdasarkan hasil ekperimen yang dilakukan
oleh Ivan Pavlof (1849 – 1936). Bentuk yang paling sederhana dalam
belajar ialah conditioning dan proses belajar secara instrumental.
Kedua hal ini lebih luas sifatnya bila dibandingkan dengan
impriting, karena tidak hanya terbatas pada organisme tertentu, stimulus
dan respons tertentu.
Conditioning adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan
untuk merespons terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan ke
rangsangan yang lain. Teori Conditioning di mana teori ini yang
menitikberatkan timbulnya respons disebabkan oleh suatu stimulus
tertentu melalui proses kontinuitas.
Berdasarkan percobaannya bahwa belajar adalah perubahan yang
ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Teori
pavlof apabila diterapkan dalam kegiatan belajar, banyak kelemahannya.
Di antara kelemahan itu adalah :

29
a. Percobaan dan laboratorium, beda dengan keadaan sebenarnya.
b. Pribadi seseorang dapat mempengaruhi.
c. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tidak dikenal.
d. Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan
segala seluk beluk belajar yang sangat kompleks.
Hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar
merupakan perubahan pembuatan melalui aktivitas, praktek dan
pengalaman. Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip
Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan di antaranya, dua faktor
utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan.
Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas dan inteligensi.
Sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang
dewasa sebagai unsur manusia yang menciptakan lingkungan, yakni guru
dan orang tua. Faktor lainnya ialah aspek jasmaniah seperti penglihatan,
pendengaran, susunan saraf dan respons individu terhadap perangsang
dengan berbagai kekuatan dan tujuan.8

3. Teori Operant Conditioning


Teori ini mempunyai konsep belajar secara sederhana, namun dapat
menunjukkan konsep yang komperhensif. Menurut Skinner, hubungan
antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah
laku.
Aplikasi teori Behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung pada beberapa hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajarannya yang
tersedia.
Secara ringkas, teori behavioristik mengatakan bahwa :

8
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung 1995
hlm 25

30
a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik di sekolah.
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi Muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik.
e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat.
Selain itu guru juga bisa memposisikan sebagai mitra belajar peserta
didik. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis. Tidak ada
beban baik bagi guru maupun peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran.
Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAIKEM) bertujuan agar guru dapat melakukan berdasarkan prosedur
sebagai berikut,
a. Pemanasan dan apersepsi
b. Eksplorasi (Pengaitan ilmu pengetahuan)
c. Konsolidasi pembelajaran
d. Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku
e. Penilaian.
Dalam PAIKEM, peserta didik belajar secara aktif, karena mereka
adalah pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan
strategi yang tepat sedemikian rupa, sehingga mempunyai motivasi yang
tinggi untuk belajar. Materi pelajaran harus disesuaikan secara aktif
dengan pengetahuan siswa yang sudah ada.
Implikasi dari proses belajar atau kegiatan pendidikan adalah untuk
merubah tingkah laku manusia. Rumusan ini sejalan dengan pendapat
Syech Musthofa Al-Ghulayaini, diantaranya :

31
Artinya, “Pendidikan adalah penanaman budi pekerti yang utama
dalam perubahan (pertumbuhan) jiwa dan penyiraman
dengan air petunjuk dan nasihat (guru) sehinga menjadi
kuat di dalam jiwanya. Kemudian buahnya adalah
keutamaan kebaikan (keberhasilan) dan cinta beramal untuk
kemanfaatan masyarakat.”
Realistic educational merupakan suatu pendekatan pendidikan
yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakikat dasar
pendidikan itu sendiri, yaitu pendidikan sebagai sebuah proses
mempersiapkan manusia untuk hidup.
Dengan demikian harus ada semacam kontektulisasi pembelajaran
di kelas. Teks yang diajarkan di kelas harus dikaitkan dengan
kehidupan nyata konsep tentang realistic education menemukan titik
relevensinya dengan konsep pemikiran Paulo Freire, yang telah
disebutkan di atas. Dengan kata lain, harus ada dialektika antara teks
dan konteks, teks dan realitas, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan. 9
C. Telaah Buku menjadi Guru Profesional Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
1. Cara Penyajian Praktis untuk Meningkatkan Kompetensi dan
Profesionalisme dalam Pembelajaran
Semua Orang yakin bahwa guru memiliki andil sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidup secara optimal.10

9
Moh Shofan (ED)., The Realistic Education, Menuju Masyarakat Utama, IRC iso D,
Yogyakarta, 2007. hlm 29
10
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 35

32
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan
atau kecakapan. Menurut Barlow (1985), kompetensi guru (teacher
competency) ialah The ability of a teacher to responsibility perform has or
her duties appropriately. Artinya kompetensi guru merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak. Jadi, kompetensi profesionalisme guru dapat
diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya. Artinya guru yang piawai dalam melaksanakan
profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.11
Selanjutnya, kata “profesional” adalah dipakai sebagai tindak
tanduk khusus ciri orang yang berkualitas. Kata profesional aslinya adalah
kata sifat, pekerjaan yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.
Maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan
tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai sumber
kehidupan.
Sebagai pendidik profesional yang berkompeten, guru bukan saja
dituntut melaksanakan tugas secara profesional. Akan tetapi guru juga
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang profesional. Akan
tetapi ia juga harus memiliki kemampuan yang profesional. Di antara ciri-
ciri guru yang profesional ialah :
a. Memiliki fungsi dan signifikan sosial.
b. Memiliki ketrampilan atau keahlian tertentu.
c. Keahlian atau keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan
metode ilmiah.
d. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
e. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup.
f. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.
g. Memiliki kode etik

11
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Penddidikan Suatu Pendekatan Baru, Rosda
Bandung, 1996, hlm. 230

33
h. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah
lingkungan kerjanya.
i. Memilki tanggung jawab profesional dan otonomi, dan
j. Ada legalitas dari masyarakat dan imbalan atas layanannya.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai dengan kemajuan dan tuntutan
zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik
dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam
menghadapi kesulitan belajar.12
Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru juga dituntut untuk
membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran
sehingga akan tercipta suasana preoses belajar mengajar yang
menyenangkan, tidak mudah membuat para peserta didik merasa jenuh
atau bosan. Maka hal-hal yang perlu dilakukan guru adalah,
a. Membuat ilustrasi : Pada dasarnya ilustrasi manghubungkan sesuatu
yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan
tambahan pengalaman kepada siswa.
b. Mendefinisikan : Melakukan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan
sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta
pengertian yang dimiliki peserta didik.
c. Menganalisis : Membahas masalah yang telah dipelajari dengan
bagian demi bagian secara berurutan.
d. Mensintesis : Mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke
dalam suatu konsepyang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain nampak jelas, dan setiap
masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
e. Bertanya : Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam
sehingga yang dipelajari menjadi lebih jelas. Contoh pertanyaan yang

12
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 21

34
ditujukan kepada tingkat kelas rendah dan tingkat kelas tinggi, yaitu
apa, mengapa, siapa, dan di mana, bagaimana, berapa. Ini merupakan
kalimat pertanyaan yang mudah dipahami oleh peserta didik.
f. Merespons : Mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespons pertanyaan
peserta didik.
g. Mendengarkan : Memahami dan berusaha menyederhanakan setiap
masalah.
h. Menciptakan kepercayaan : Peserta didik akan memberikan
kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan
pembentuk kompetensi dasar.
i. Memberikan pandangan yang bervariasi : Melihat bahan yang
dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam
kombinasi yang bervariasi.
j. Menyediakan media untuk mengkaji meteri standar : Memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber
belajar yang berhubungan dengan materi standar.
k. Menyesuaikan metode pembelajaran : Menyesuikan metode
pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta
didik.
l. Memberikan nada perasaan : Membuat pembelajaran yang lebih
bermakna, hidup melalui antusiasme dan semangat.13
Uraian di atas hanya bersifat teknis, karena pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik harus juga melakukan banyak
pembiasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru PAI
maupun guru pada umumnya harus senantiasa berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan semangat dalam proses belajar
mengajar, sehingga akan terciptanya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif
dan menyenangkan (PAIKEM) dalam lingkungan kelas.

13
Ibid., hlm. 39-41

35
Menurut pertanyaan Al-ghozali, bahwa profesi keguruan
merupakan profesi yang paling mulia dan paling agung dibandingkan
dengan profesi yang lain. Dengan profesinya itu seorang guru menjadi
perantara manusia dalam hal ini peserta didik dengan pencipta-Nya,
Allah Swt.
Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaaan metode
mengajar dan ketrampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan
menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran efektif dan bermakna, peserta didik perlu
dilibatkan secara aktif, karena adalah pusat dari kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi.14 Dalam metode pembelajaran efektif yang
bermakna, guru harus memberikan strategi baru, dari setiap materi
pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang ada sebelumnya. Juga meteri pembelajaran, karena
kondisi guru sendiri sebagai sumber belajar (learning resources).
Beberapa peran guru yang dalam pembelajaran di antaranya,
a. Guru sebagai sumber belajar
b. Guru sebagai fasilitator
c. Guru sebagai pengelola
d. Guru sebagai demonstrator
e. Guru sebagai pembimbing
f. Guru sebagai motivator
g. Guru sebagai evaluator
h. Guru sebagai teladan.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Melalui rancangannya, guru
mengembangkan tujuan yang akan dicapai dan akan dimunculkan dalam
tahap akumulasi.

14
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 121

36
2. Pengembangan dan Pemilihan Metode Pembelajaran yang Efektif di
Madrasah Ibtidaiyah
Perencanaan dan pengembangan pembelajaran di madrasah
hendaknya kita harus memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode
pembelajaran perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang
mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Untuk memenuhi keperluan
tersebut, dari penulis akan disajikan prinsip-prinsip pembelajaran, yang
dilakukan disetiap sekolah, guru harus mempersiapkan tentang prinsip –
prinsip pembelajaran yaitu kesiapan belajar, motivasi, persepsi, retensi dan
transfer dalam pembelajaran.
Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasikan
pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut,
a. Prinsip Kesiapan (Readiness) Pembelajaran di Madrasah
Proses belajar di madrasah sangat dipengaruhi oleh kesiapan
individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan
belajar adalah kondisi fisik psikis (jasmani-mental). Individu yang
memungkinkan subjek dapat melakukan belajar.
Berdasarkan prinsip kesiapan belajar tersebut, dapat
dikemukakan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran, antara lain,
1) Individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas yang
diberikan kepadanya sesuai dengan kesiapan (kematangan, usia,
kemampuan, minat dan latar belakang pengalaman).
2) Kesiapan belajar siswa yang harus diuji atau dites kemampuannya.
3) Jika individu kurang siap untuk melaksanakan suatu belajar, maka
harus disiapkan terlebih dahulu.
4) Kesiapan belajar harus mencerminkan sesuatu yang baru dalam
membentuk dan mengembangkan kemampuan yang lebih mantap.
5) Bahan dan tugas-tugas belajar harus sesuai dengan kesiapan
individu yang bervariasi.

37
b. Prinsip Motivasi
Motivasi belajar adalah suatu nilai dorongan untuk
memberikan semangat pada peserta didik dalam belajar di kelas.
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal
tersebut berperan dalam aktifitas dirinya sehari. Salah satu dari
kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. Motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran :
1) Memberikan dorongan (driver)
2) Memberikan insentif
3) Motivasi berpretasi
4) Motivasi kompetensi.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1)
kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan akan terjadi bila
individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan
yang ia harapkan.
c. Prinsip Perhatian
Dalam proses pembelajaran, perhatian siswa merupakan faktor
yang besar pengaruhnya. Karena siswa merupakan subyek untuk
melaksanakan pembelajaran di luar maupun di dalam kelas, tanpa
adanya perhatian dari peserta didik guru tidak dapat melakukan belajar
dengan baik. Maka dari beberapa prinsip-prinsip dasar tersebut maka
guru,
1) Harus memperhatikan faktor-faktor internal yaitu minat, bakat,
motivasi, dan karateristik siswa.
2) Memperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar,
meliputi intensitas, stimulus, kemenarikan stimulus yang baru, dan
penataan metode yang sesuai.
d. Prinsip Persepsi

38
Presepsi merupakan awal kegiatan belajar yang harus
dilaksanakan di kelas, karena persepsi untuk mengkondisikan siswa
sebelum pembelajaran inti dimulai, maka prinsip-prinsip umum yang
harus diperhatikan menggunakan persepsi adalah :
1) Persepsi harus sebisa mungkin yang lebih mudah untuk belajar
siswa.
2) Pembelajaran harus menghindari dari kesalahan pengertian
persepsi.
3) Dalam pembelajaran perlu diupayakan sumber belajar yang dapat
mendekati benda sesungguhnya.
e. Prinsip Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat ditinggal kembali
setelah orang mempelajari sesuatu.
f. Prinsip Transfer
Transfer merupakan suatu proses di mana sesuatu yang pernah
dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu
yang baru. Dengan demikian transfer berarti pengaitan pengetahuan
yang sudah dipelajari dengan pelajaran yang baru dipelajari.
Ada beberapa bentuk transfer yaitu,
1) Transfer positif, yaitu terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat
membantu atau mempermudah pembentukan untuk kerja sama
peserta didik dalam tugas-tugas selanjutnya.
2) Transfer negatif, yaitu terjadi apabila pengalaman sebelumnya
menghambat atau mempersulit untuk kerja dalam tugas-tugas baru.
Implikasi pada pembelajaran harus memberikan pengalaman
yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi.
Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta
didik.
Para ahli menganggap metodologi pengajaran atau
pembelajaran sebagai ilmu bantu yang dapat berdiri sendiri, tetapi

39
berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran atau
pembelajaran
Memilih metode pebelajaran yang efektif tidak bisa
sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut
dipertimbangkan. Di antara faktor-faktor tersebut ialah,
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsi
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan
c. Situasi dengan berbagai keadaan
d. Fisilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitas
e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda.15
Juga pemilihan metode dalam pembelajaran harus
mengandung unsur-unsur inovatif, karena memberi alternatif yang
dapat dipergunakan dalam kelas. Karena ilmu ini bersifat luwes.
Penggunaanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut,
a. Selalu berorientasi pada tujuan
b. Tidak terikat pada satu alternatif saja
c. Dapat dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode,
dan
d. Juga dipergunakan satu metode ke metode yang lain.
Guru agar dapat kreatif profesional dan menyenangkan, harus
dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan
memilih metode pembelajaran.
Adapun Pendekatan dapat diartikan sebagai perangkat asumsi
berkenaan dengan hakikat belajar mengajar agama Islam. Metode
adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara
sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.16 Prosedur
pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan di antaranya ialah :

15
Dr. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. Guru dan Anak Didik, Rineke Cipta, Jakarta,
2005, hlm. 221
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 132

40
a. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ialah suatu kemampuan untuk melaksanakan
yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan.
Atas pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dapat
dilakukan langkag-langkah sebagai berikut,
1) Tahap perencanaan
2) Pelaksanaan pembelajaran
3) Evaluasi dan penyempurnaan.
b. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses belajar aktivitas dan
kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan.17
Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses antara
lain,
1) Kemampuan mengidentifikasi
2) Kemampuan mengklasifikasi
3) Kemampuan menghitung
4) Kemampuan mengukur
5) Kemampuan mengamati
6) Kemampuan mencari hubungan
7) Kemampuan menafsirkan
8) Kemampuan menerapkan
9) Kemampuan mengomunikasi, dan
10) Kemampuan mengekspresikan diri.18
c. Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan
peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber

17
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 97
18
Ibid., hlm. 100

41
belajar. Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) membantu peserta didik ke lingkungan kepentingan
pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karya
wisata, metode pemberian tugas dan lain-lain.
2) membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas)
untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber
asli, seperti narasumber bisa juga sumber tiruan seperti model,
dan gambar.
d. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis
kompetensi.
e. Pendekatan Tematik (Thematic Approach)
Pendekatan tematik (thematic approach) merupakan salah
satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam implementasi
Kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak-Kanak, Raudlatul atfal
(TK dan RA) serta Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD
dan MI).
Pelaksanaan pendekatan tematik secara optimal perlu
ditunjang oleh kondisi sekolah, sebagai berikut.
1) Guru mesti berprestasi
2) Guru harus mempunyai kemampuan mengembangkan program
pembelajaran tematis
3) Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan ini
harus tersedia
4) Pelaksanaan pendekatan tematis harus ada dalam stuktur.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan
efektifitas dan efisensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan
dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang lain berpusat

42
pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.19
Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas di muka
metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Berikut
metode pembelajaranyang dapat dipilih oleh guru,
a. Metode Demonstrasi
Metode Demontrasi merupakan metode mengajar yang
efektif untuk menolong siswa untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan. Melalui metode demontrasi guru
memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat
kepada peserta didik.20
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi berlangsung secara efektif, langkah-langkah yang di
anjurkan adalah sebagai berikut,
1) Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum
pembelajaran dimulai.
2) Rumuskan tujuan dan pilihan materi yang dapat
didemontrasikan.
3) Buatlah garis besar langkah-langkah demontrasi yang
efektif.
4) Mulailah demontrasi dengan menarik perhatian peserta
didik.
5) Upayakan agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
6) Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.

19
Ibid., hal. 107
20
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 108

43
b. Metode Inquiri
Metode inquiri merupakan metode penyelidikan yang
melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut,
1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam
2) Merumuskan masalah yang ditemukan
3) Merumuskan hipotesis
4) Merancang dan melaksanakan eksperimen
5) Mengumpulkan data dan manganalisis
6) Menarik kesimpulan.21
c. Metode Karyawisata
Merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan
oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar,
terutama pengalaman langsung.
d. Metode Penyegaran.
Metode ini merupakan sebagai alat atau tujuan untuk
menghindari kebosanan peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
Metode penyegaran diakui sebagai metode yang efektif
dan efisien.
e. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan perbuatan yang hanya pura-pura
saja (dari fakta simulate yang artinya berbuat seolah-olah).
f. Metode Tanya Jawab
Dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan
penting. Sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik
pengajuan yang sempurna akan mencapai tujuan yang
optimal.

21
Ibid., hal. 109

44
Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru sebelum
melakukan pertanyaan kepada peserta didik ialah sebagai
berikut :
1) Rumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dengan jelas
2) Cari alasan mengapa menggunakan metode tanya jawab
3) Susun dan rumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan jelas,
singkat dengan menggunakan bahasa yang dipahami
4) Tetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak
menyimpang dari pokok persoalan.
g. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Ialah penyajian barang dengan cara memperlihatkan
peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan.
Semuanya berbentuk tingkahlaku dalam hubungan sosio yang
kemudian diminta peserta didik untuk memperankan.
Hal-hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan
sosiodrama,
1) Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi
dari guru.
2) Jangan terlalu banyak mensutradarai, agar peserta didik
mengembangkan kreativitas dan spontanitas mereka
3) Kesimpulan dapat diresume oleh guru.
h. Metode Diskusi
Diskusi dapat diartikan sebagai responsif yang dijalin
oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk
memperoleh pemecahan masalah.
Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi
berjalan lancar, dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif,
perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut,
1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya

45
2) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-
kelompok diskusi
3) Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya
4) Akhiri dengan mengambil kesimpulan.
Pengalaman belajar disekolah harus fleksibel dan tidak
kaku, serta perlu menekankan kreativitas dan rasa ingin tahu,
bimbingan dan pengarahan ke arah kedewasaan.
Guru yang berkompeten dalam pembelajaran sudah
barang tentu harus memiliki jiwa kreatif, inovatif sehingga
dalam proses belajar mengajar akan lebih memberi motivasi
pada peserta didik pada saat proses pembelajaran.
3. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan
berbagai keterampilan. Di antaranya adalah ketrampilan membelajarkan
atau ketrampilan mengajar.22
Untuk kepentingan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan yang
luas mengenai jenis-jenis belajar, serta kondisi internal dan eksternal
peserta didik, dan juga menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM).23
Untuk menyesuaikan pembahasan di atas, maka dari penulis
merampingkan penjelasannya yaitu yang berfokus pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan.
a. Pembelajaran kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang
mengharuskan guru harus dapat memunculkan motivasi dan

22
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 69
23
Ibid., hlm. 190

46
kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi.24
Pembelajaran menuntut guru untuk mampu merangsang
kreativitas peserta didik. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan
berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Pada umumnya berpikir kreatif mempunyai empat tahapan
sebagai berikut,
Tahap pertama, persiapan, yaitu mengumpulkan berbagai
informasi untuk diuji.
Tahap kedua, inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh
keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
Tahap verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk
dijadikan rekomendasi.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu
yang menghasilkan sebuah kegiatan-kegiatan baru yang dihasilkan
dari hasil berpikir kreatif.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas
merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya
ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.25 Ia sendiri
adalah seorang kreator dan motivator yang berada dipusat pendidikan.
Karena kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreativitas tersebut.
b. Pembelajaran Menyenangkan
Penbelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan
suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat
antara pendidik dan peserta didik, tanpa adanya paksaan atau perasaan
24
Ibid., hlm. 192
25
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 51

47
terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain,
pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya pola hubungan
setara antara pendidik dengan peserta didik.26
Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik.
Bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar
dari peserta didik.
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai
normatif. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus
aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu
unsur yang aktif.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, guru
harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi
yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan peserta didik secara optimal.
Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dapat dilakukan
dengan prosedur dengan penjelasan-penjelasan sebagai berikut :
1) Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk mejajaki
pengetahuan peserta didik memotivasi peserta didik dengan
menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk
mengetahui hal baru.
2) Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk
mengenalkan bahan yang mengaitkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik.
3) Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan
peserta didik dalam pembentukan kompetensi, dengan
mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik.

26
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm.194

48
4) Pembentukan kompetensi, Sikap dan Perilaku
Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku peserta didik
dapat dilakukan sebagai berikut,
a) Doronglah pesrta didik untuk menerapkan konsep,
pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik
dapat membangun kompetensi, sikap dan perilaku baru dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
dipelajarinya.
5) Penilaian
Penilaian merupakan pengukuran pencapaian program
pendidikan. Penilaian otentik adalah mengumpulkan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan anak didik.27

27
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm.195-196.

49
BAB IV
ANALISIS PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Studi Analisis Pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd. tentang Pembelajaran


Kreatif dan menyenangkan
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya
baik faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal
yang datang dari lingkungan luar.1
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.
Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif baik fisik, mental
maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang
positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya (75%) sebagian
peserta. Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila masukan merata menghasilkan out-put yang banyak dan bermutu
tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan
pembangunan.
Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas
guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan guru
harus mampu merancang pembelajaran yang dengan baik, memilih materi
yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan peserta didik secara optimal.2

1
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karateristik dan
Implementasi, Rosda, Bandung, 2005, hlm. 100
2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum yang Disempurnakan, Rosda, Bandung, 2006,
hlm. 194

50
Guru mengisi peranan sebagai pemimpin dan fasilitator belajar dalam
kelas. Guru memberikan bimbingan kepada siswanya dalam melakukan
kegiatan belajar. Siswa diberi kesempatan untuk mengkoreksi ide guru. Guru
dan siswa saling belajar. Untuk itu juga diperlukan peran baru dari para guru,
mereka dituntut harus memilki keterampilan-keterampilan teknis yang
memungkinkan untuk mengorganisasikan materi standar serta mengelolanya
dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Karateristik siswa itu sebagai salah satu variabel dalam domain desain
pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.3
Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional dan menyenangkan
dengan memosisikan diri sebagai berikut :
1. Orang tua yang penuh kasih
2. Teman, tempat mengadu
3. Fasilitator
4. Mengembangkan kreativitas, dan
5. Menjadi pembantu jika diperlukan.4
Guru juga harus berpacu dengan waktu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar tujuannya
adalah dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Maka seorang guru
harus banyak belajar dengan perkembangan yang ada dalam pendidikan
menggunakan banyak metode – metode yang cocok dan sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, agar tercapai harapan yang lebih
baik dari peserta didik.
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru mampu
menyediakan materi, kegiatan baru atau gagasan murni atau hasil berbeda.
Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi pada pelajaran.
Hal ini berpengaruh pada pencapaian hasil belajar.5

3
Dr. C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral Berpijak pada Karateristik Siswa dan
Budayanya, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 17
4
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 36
5
Prof. Dr. Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta,
2005, hlml. 119

51
Dalam pelaksanaannya oleh guru di kelas, berbagai tujuan menuntut
agar guru benar-benar menjadi ahli penyebar informasi yang baik, karena
tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Guru yang berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer)
dan penilai (evaluator) pembelajaran.
Agar fungsional dan rencana pembelajaran berlangsung secara
optimal, harus ada unsur-unsur pokok, di antaranya :
1. Tujuan dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati.
2. Alat-alat media pembelajaran jika ada. Sebaiknya yang khas bagi pelajaran
yang bersangkutan.
3. Suatu deskripsi tentang kegiatan-kegiatan guru dan siswa, serta perkiraan
jumlah waktu yang tersedia.
Materi pembelajaran dapat disesuaikan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada, sehingga pembelajaran yang harus dimulai hal
yang sudah dikenal dan dipahami peserta didik, kemudian guru
menambahkan unsur-unsur pembelajaran dan kompetensi guru baru,
disesuaikan dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki peserta
didik. Maka guru harus lebih tahu sejauh mana kompetensi yang diserap
dalam kegiatan belajar dari materi yang sudah diajarkan.
B. Studi Analisa Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang Kreatif dan
Menyenangkan.
Perencanaan atau pengembangan pembelajaran hendak memilih dan
mengembangkan metode pembelajaran guru perlu memahami prinsip-prinsip
pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Untuk
memenuhi keperluan tersebut, yaitu tentang kesiapan belajar, motivasi,
persepsi, retensi dan transfer dalam pembelajaran seperti yang telah
dikemukakan pada sebelumnya. 6
Menurut Asri Budiningsih, teori-teori dan prinsip-prinsip
pembelajaran moral di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan berpijak
pada informasi tentang karakteristik siswa dan budayanya.

6
Dr. C. Asri Budiningsih, Rineke Cipta, Jakarta, 2005., hlm. 17

52
Pembelajaran terkait dengan cara dan bagaimana membelajarkan
siswa, atau bagaimana membuat peserta didik belajar dengan mudah dan
terdorong oleh kemauan sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan
dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.
Belajar anak didik tidak semestinya harus selalu berinteraksi dengan
guru dalam proses interaksi edukatif. Dia bisa belajar mandiri tanpa harus
menerima pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik, belajar seorang diri
merupakan kegiatan dominan.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut
aktivitas, kreativitas dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik. Hal itu sesuai dengan rencana yang telah
diprogramkan secara efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran kreatif dan menyenangkan menuntut guru PAI untuk
mampu merangsang dan mampu mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam
proses pembelajaranyang variatif dan efektif.
Seperti metode pembelajaran pada umumnya, dalam kegiatan
pembelajaran, harus diadakan dengan pengembangan metode-metode dan
pendekatan-pendekatan yang dipilih dengan cara profesional sehingga akan
menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan.
Selain itu juga untuk mendukung proses pembelajaran, lingkungan
dapat dimanipulasi menjadi lingkungan yang dapat memberikan suasana yang
mengandung pengaruh edukatif (mendidik).
Kriteria lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar harus
dapat memberikan pengaruh yang optimal dan maksimal bagi proses
pembelajaran, di antaranya lingkungan tersebut harus,
1. Aman dan nyaman
2. Bebas dari tekanan
3. Lingkungan praktek yang cocok
4. Adanya perhatian dan motivasi
5. Menyenagkan dan merangsang
6. Fleksibel.

53
Sedangkan fungsi guru, agar lebih memfokus proses pembelajaran di
sekolah (kelas) adalah :
1. Memberikan perangsang atau motivasi agar mau melakukan kegiatan
belajar.
2. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu.
3. Memberikan dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang
mampu dilakukanuntuk mencapai tujuan.
Belajar secara optimal dapat dicapai apabila siswa atau peserta didik
aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula.
Menjadi guru yang profesional dan menyenangkan, maka harus sangat
dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan, memilah dan memilih
metode-metode pembelajaran efektif dan praktis.
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd., bahwa semua teori yang diterapkan
baik dalam kegiatan pembelajaran umum maupun teori pembelajaran intinya
sama, yaitu guru harus benar-benar menekankan pada aktivitas dan kreativitas
individu peserta didik, agar terlibat aktif dan kreatif didalam merespons
materi pelajaran yang disampaikan dalam kelas.7
Akhirnya perlu diingat oleh setiap guru, bahwa hubungan antara
murid dan guru, hendaknya berdasarkan pengertian dan kasih sayang,
sehingga peserta didik hormat dan sayang kepada gurunya, bukan takut dan
benci. Hubungan yang baik itu akan membantu kecintaan terhadap pelajaran
yang diberikan kepadanya.
C. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai
keterampilan diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau
keterampilan mengajar.

7
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda
Karya, Bandung, 2006.,

54
Keterampilan merupakan kompetisi professional yang cukup
kompleks. Turney (1973) mengungkapkan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran yang kreatif,
professional dan menyenangkan8, yaitu :
1. Menggunakan keterampilan bertanya dan memberi penguatan
Ada dua keterampilam bertanya yang harus dikuasai, yaitu
keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Adapun
keterampilan bertanya dasar meliputi :
a. Dengan pertanyaan yang jelas dan singkat
b. Dengan memberi alasan kepada siswa
c. Dengan memusatkan perhatian pada peserta didik
d. Dengan memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan
e. Dengan memberikan kesempatan untuk berfikir
f. Dengan memberikan tuntunan jawaban yang tepat. 9
Keterampilan bertanya lanjutan meliputi :
a. Pengolahan tuntunan tingkat kognitif
Pertanyaan ini dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda,
sehubungan dengan itu guru hendaknya mampu mengubah
pertanyaan dari tingkat kognitif yang sekedar mengingat fakta
menuju aspek kognitif lain, seperti pemahaman, penerapan analisis,
sintesis dan evaluasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana
menuju yang paling kompleks.
c. Pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan kepada
peserta didik masih kurang. 10

8
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda
Karya, Bandung, 2006., hlm. 69
9
Ibid., hlm. 72
10
Ibid., hlm 75

55
2. Memberi penguatan
Penguatan merupakan respon terhadap suatu pelaku yang dapat
meningkatkan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan ini dapat
dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat berupa
pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian.
Sedangkan secara nonverbal dapat dilakukan dengan mendekati peserta
didik, sentuhan, acungan jempol. Penguatan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran.
b. Meningkatkan motivasi belajar
c. Membangkitkan kegitan belajar dan membina prilaku yang
produktif.
3. Mengadakan variasi
Untuk mengatasi kobosanan peserta didik, agar selalu antusias,
tekun dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah
perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan
kebosanan.
Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu :
a. Variasi suara, rendah, tinggi, besar, kecil
b. Memusatkan perhatian
c. Membuat kesenyapan sejenak (dian sejenak)
d. Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik
e. Variasi dengan gerakan badan dan gerak musik
f. Mengubah posisi cara mengajar di depan kelas.
Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Alat dan bahan yang dapat dilihat
b. Alat dan bahan yang dapat didengar
c. Alat dan bahan yang dapat diraba
d. Penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar

56
Variasi pola interaksi kepada siswa dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Pengelompokan peserta didik, klasikal, kelompok besar kecil dan
perorangan
b. Tempat pembelajaran di kelas dan di luar kelas
c. Pengaturan hubungan guru dan peserta didik
d. Pengorganisasian pesan deduktif dan induktif
Variasi dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Cara penggunaan metode pembelajaran
b. Cara penggunaan media dan seumber belajar
c. Pemberian contoh dan ilustrasi
d. Interaksi dan kegiatan peserta didik
4. Menjelaskan
Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki
guru, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan suatu penjelasan :
a. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran
b. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik
c. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar
d. Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan peserta didik11
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam memberikan
penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi
yang dijelaskan. Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru
memperhatikan gerak-gerik peserta didik, apakah penjelasan dapat
dipahami atau tidak, menyenangkan atau membosankan.
5. Membuka dan menutup pelajaran
Dengan kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara
professional. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan oleh guru

11
Ibid., hlm. 80

57
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran.
Untuk kepentingan tersebut guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
a. Menghubungkan materi yang telah dipelajari
b. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
c. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
d. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai
e. Mengajukan pertanyaan.
Untuk menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri
kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut guru melakukan
kegiatan sebagai akhir dari semua yang telah dilakukan, seperti menarik
kesimpulan dari materi yang baru disampaikan. Setelah itu memberikan
post test, baik secara lisan, tulisan maupun secara perbuatan.
Agar kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat dilakukan
secara efektif, maka kegiatan pembelajaran tersebut dapat menarik minat
peserta didik, membuktikan motivasi, memberi acuan dan membuat
kaitan dengan yang lain. 12

12
Ibid., hlm. 83

58
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpijak pada hasil pembahasan dan kajian tersebut di muka yaitu tentang
“Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dalam Pendidikan Agama
Islam” Kajian Buku Karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd beberapa kesimpulan yang
antara lain adalah :
1. Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan,
guru harus mempunyai berbagai keterampilan – keterampilan, di
antaranya : a) keterampilan bertanya, b) keterampilan
memberikan penguatan materi, c) keterampilan
mengadakan variasi, d) mengadakan menjelaskan, e)
keterampilan pengelolaan kelas, f) keterampilan membimbing diskusi
keci, g) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
2. Sebagai guru yang berkompeten dan guru professional, mereka harus
dituntut selain harus mempunyai keterampilan – keterampilan, di sini
guru juga harus mampu menguasai berbagai metode – metode agar
tercipta suatu pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan dapat
menghasilkan kegiatan pembelajaran yang lebih optimal. Metode –
metode tersebut adalah : a) metode ceramah, b) metode inkuiri, c) metode
karyawisata, d) metode penyegaran, e) metode simulasi, f) metode tanya
jawab, g) metode sosiodrama dan bermain peran, h) metode diskusi.
3. Dalam perencanaan dan pengembangan pembelajaran di Madrasah
hendaknya perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang mengacu
pada teori belajar dan pembelajaran di sekolah SD/MI.
Prinsip pembelajaran yaitu kesiapan belajar, motivasi, persepsi, retensi,
dan transfer dalam pembelajaran. Proses belajar di madrasah sangat
dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan
kegiatan belajar. Guru agar dapat kreatif professional dan menyenangkan,
harus dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan

59
dan memilih metode pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran dengan
pendekatan-pendekatan itu antara lain :
a. Pendekatan kompetensi
b. Pendekatan keterampilan proses
c. Pendekatan lingkungan
d. Pendekatan kontekstual
Dan juga memiliki metode yang sesuai dengan kompetensi, antara lain :
a. Metode demonstrasi
b. Metode inquiry
c. Metode karya wisata
d. Metode Tanya jawab
e. Metode simulasi dan masih banyak metode-metode yang lain.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peranan penting dalam
penyampaian kepada peserta didik yang selalu kreatif dan menyenangkan
di sekolah.
Menurut Dr. E. mulyasa, M.Pd., adanya pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan, akan banyak menghasilkan berbagai tujuan sebagai salah
satu jalan keluar yang menuntut guru umum maupun guru PAI lebih
memfokuskan kepada peserta didik, agar memberikan motivasi dalam
proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak mudah merasakan
bosan dan jenuh pada saat proses pembelajaran.
4. Guru harus dapat mengaplikasikan teori-teori dalam kegiatan
pembelajaran. Seperti tujuan pembelajaran, sifat-sifat materi
pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Selain itu guru memposisikan sebagai mitra belajar pada peserta
didik. Sebagai pendidik professional dituntut melaksanakan tugas dengan
profesional sesuai dengan kompetensinya sebagai seorang guru.
5. Dalam kaitannya denga perencanaan pembelajaran, guru juga dituntut
untuk membuat persiapan pengajar yang efektif dan efisien, sehingga
dengan persiapan yang matang, dengan metode pembelajaran yang

60
sesuai, bahan pembelajaran yang lengkap, maka peserta didik akan selalu
belajar dengan baik dan tercipta pembelajaran kreatif dan menyenangkan.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
a. Membuat ilustrasi
b. Mendefinisikan
c. Menganalisis
d. Bertanya
e. Merespon
f. Menciptakan
g. Menyediakan media
h. Menyesuaikan metode.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal harus berusaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat dalam proses belajar
mengajar, sehingga akan tercapainya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif
dan menyenangkan dalam lingkungan kelas.
B. Saran – saran
Setelah penulis melakukan sebagai pemahaman melalui kajian
buku – buku sebagai referensi secara umum yang dapat membantu dan
mendorong peneliti dalam membahas skripsi ini. Peneliti menarik suatu hal
pemikiran yang perlu dijadikan bagi beberapa pihak terutama bagi lembaga –
lembaga pendidikan pada umumnya dan bagi pendidik pada khususnya
sebagai penunjang agar proses pembelajaran ini dapat benar – benar
mendapatkan hasil dan tujuan sesuai dengan apa yang dicita – citakan oleh
pendidikan nasional.
Begitu juga dengan adanya pembelajaran yang inovatif, akan menjadi
nuansa pendidikan yang akan lebih mengena pada sasaran (obyek), yaitu
peserta didik dengan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Oleh karena itu, peneliti akan menyampaikan saran – saran untuk
dapat meningkatkan aktivitas dalam pengembangan kegiatan pembelajaran di
lingkungan sekolah (kelas) lebih efektif, agar dapat menghasilkan pendidikan

61
yang lebih baik, berkualitas yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Saran – saran yang peneliti sampaikan antara lain,
1. Untuk dapat menciptakan proses dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, agar menghasilkan apa yang telah ditargetkan (dicapai) dalam
pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan nasional, maka
diharapkan pemerintah dan lembaga – lembaga pendidikan harus
menekankan pada sertifikasi seorang guru sebagai out put yang mapan dan
profesional.
2. Disarankan kepada guru – guru umum atau guru PAI, agar melakukan
lengkah – langkah pendekatan dengan sistem baru, yakni dengan
mempergunankan rencana unit.
3. Diharapkan guru – guru berbapcu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus
lebih kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri
sebagai,
a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didik
b. Sebagai teman (teman curahan hati) tempat mengadu dan
mengutarakan perasaan bagi peserta didik
c. Sebagai fasilitator
d. Sebagai motivator
e. Sebagai pembimbing
f. dan lain - lain
4. Guru hendaknya senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan
yang tinggi dan harus mempunyai keterampilan – keterampilan mengajar
yang kreatif, profesional dan menyenangkan.
5. Diharapkan para pelaku pengembang pendidikan yakni para pendidik
dalam menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran, hendaknya
menggunakan metode – metode, prinsip – prinsip, dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan atau kemajuan zaman yang

62
pada saat ini sedang berlangsung agar aktiviats pendidikan di Indonesia
lebih efektif dan efisien.
C. Penutup
Dengan rasa rendah hati peneliti menghaturkan rasa syukur kepada
Allah Swt dengan iringan do’a Alhamdulillahirobil’alamin, atas segala
anugerah dan karunia-Nya. Berkat usaha, dao’a dan kerja keras peneliti
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun banyak cobaan rintangan
yang menghadang. Sekali lagi peneliti ucapkan Al-tahmid syukur
alhamdulillah, karena semua itu sebagai ujian dan tantangan bagi peneliti.
Tidak lupa bahwa sudah menjadi kodrat manusia yang tidak pernah
lepas dari salah dan kekurangan, peneliti menyadari hal tersebut, besar
kemungkinan penulis lakukan dalam penyusunan skrispi ini. Untuk itulah
penulis dengan hati yang terbuka atau menerima setiap saran dan kritik yang
bersifat konstruktif demi perbaikan dan koreksi ini.
Akhirnya mudah – mudahan skrispi ini membawa manfaat bagi
penulis khususnya, pembaca pada umumnya.

Semarang, Juni 2011


Penulis

KUSWADI
NIM. 093911268

63
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Dr. dan Dr. Mujiono., Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta Jakarta,
2006

Asri Budiningsih, Dr.C., Belajar dan Pembelajaran pada Karakteristik


Siswa dan Budayanya, Rineka Cipta Jakarta, 2004

Abdul Majid, S.Ag., Dian Andayani, S.Pd., Pendidikan Agama Berbasis


Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,
Rosda, Bandung, 2005

Moh. Shofan (ED), The Realistic Educational Menuju Masyarakat Utama,


IRCisoD, Yogyakarta 2007.

Ramayulis, Prof. Dr., Metode Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta,
2005.

Slameto, Drs., Belajar dan Faktor – factor yang mempengaruhinya, Rineke Cipta,
Jakarta, 2003.

Soenarjo, Prof. R. H.A., S.H., dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Thoha
Putra, Semarang, 1971.

Syaiful Bahri Djamarah, Dr., M.Ag., Guru dan Anak Didik, Rineke Cipta,
Jakarta, 2005.

Muhaimin, Drs., M.A., et.al., Paradigma Pendidikan Agama Islam Upaya


Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Rosda
Karya, Bandung, 2004.

Muhibbin Syah, Dr., M.Ed., Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru,


Rosda, Bandung, 1996.

Mulyasa, Dr. E., M.Pd., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pemelajaran


KBK, Rosada, Bandung, 2006.

______________, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan


Implementasi, Rosda, Bandung, 2005.

______________, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Setrategi dan


Implementasi, Rosda Karya, Bandung, 2002.

______________, Kurikulum yang Disempurnakan, Rosda Karya, Bandung,


2006.

64
______________, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Yang
Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung.

Nana Sudjana, Dr., Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Sinar Baru, Bandung, 1998.

Oemar Hamalik, Dr., Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.

Syaiful Bahri Djamarah, Drs., Psikologi Belajar, Rineke Cipta, Jakarta, 2003.

Thohirin, Drs. M.S., M.Pd, Psikologi Pembelajaran PAI, Rajawali Press, Jakarta,
2005.

W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineke


Cipta, Jakarta, 2003.

Wina Sanjaya, Dr., M.Pd., Setrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2007.

Zakiah Derajat, Dr., dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996.

Prof. R. H. A Soenarjo. SH. Dkk., Al Qur’an dan terjemah, CV. Thoha Putra,
Semarang, 1971

65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1. Nama : KUSWADI
2. Jenis Kelamin : Laki – laki
3. Tempat/Tgl. Lahir : 10 April 1964
4. Alamat : Desa Candigugur RT. 05/02 Bawang – Batang

B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Bawang 01 Lulus Tahun 1977
2. SLTP Bawang Lulus Tahun 1981
3. SMEA Veteran Pekalongan Lulus 1984
4. D.II Tarbiyah Universitas Wahid Hasyim Semarang Tahun 2005
5. S.1 Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2011

Demikian riwayat hidup pendidikan yang dibuat dengan sebenar – benarnya.

Semarang, Agustus 2011


Penulis

KUSWADI
NIM : 093911268

66

Anda mungkin juga menyukai