Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI

PENGGANTI TANAH LIAT PADA CAMPURAN BATA


TERHADAP KUAT TEKAN BATA
Hendro Suseno, Prastumi, Lilya Susanti,Desy Setyowulan

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya


Jl. MT. Haryono 167, Malang 651

ABSTRAK

Bottom ash merupakan residu pembakaran batu bara yang selama ini digunakan sebagai sumber energi Melalui
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU adalah salah satu sumber energi utama di Indonesia, oleh sebab itu
volume bottom ash terus bertambah. Keberadaan bottom ash selama ini dianggap sebagai limbah yang dapat
mencemari lingkungan dan mengganggu masyarakat sekitar.Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan
pengkajian untuk memanfaatkan material sisa tersebut.Bata merupakan bahan bangunan yang sering digunakan
dkonstruksi.Bata terbuat dari tanah liat dimana kandungan utamanya adalah silika dan alumina, sedangkan pada
bottom ash juga terkandung silika.Maka dari itu, perlu dilakukan pengujian tentang pengaruh bottom ash sebagai
pengganti tanah liat terhadap kuat tekan bata.Pengujian dilakukan dengan membuat benda uji bata dengan variasi
prosentase tanah liat dan bottom ash.Kemudian dilakukan uji tekan untuk mengetahui kekuatan tekan bata serta
pengaruh dari pemakaian bottom ash. Dari pengujian, diketahui bahwa penggunaan bottom ash sebagai pengganti
tanah liat dengan prosentase maksimum 45% dapat menghasilkan batu bata yang memiliki kuat tekan yang sama
dengan atau lebih dari batu bata yang menggunakan tanah liat 100%.

Kata kunci :bottom ash, bata, kuat tekan

PENDAHULUAN harapan bahan-bahan tersebut dapat


Dewasa ini banyak dilakukan menggantikan fungsi batu bata dan juga
penelitan yang berhubungan dengan menekan biaya produksi. Walaupun
pemanfaatan limbah sebagai bahan demikian, mayoritas pekerjaan konstruksi
bangunan.Hal ini didasari oleh di Indonesia masih menggunakan batu
pembangunan fisik yang terus bertambah bata sebagai bahan utama dari konstruksi
seiring dengan pemerataan pembangunan bangunan mereka.
di Indonesia.Selain itu perkembangan Bottom ash merupakan limbah hasil
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembakaran batu bara, dimana jumlahnya
hal material bangunan juga terus akan terus bertambah selama industri
berkembang, terutama ke arah konsep terus berproduksi. Di Indonesia sendiri,
pembangunan hijau atau green pembangkit listrik yang menggunakan
construction.Oleh sebab itu, limbah yang bahan baku batu bara setiap tahunnya
selama ini dianggap mengganggu meningkat sebesar 13,00% (Pusat Litbang
lingkungan dan masyarakat sekitar, dikaji Teknologi Mineral dan Batubara 2006).
dan diteliti pemanfaatannya agar tidak Saat ini penanganan limbah hanya
sekedar menjadi bahan sisa atau bahan dilakukan dengan cara menimbunnya di
buangan. lahan kosong. Apabila volume limbah
Saat ini banyak inovasi baru semakin bertambah maka semakin luas
mengenai bahan baku bangunan pengganti pula area yang diperlukan untuk
batu bata untuk dinding bangunan, dengan menimbunnya. Penanganan limbah

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 272
dengan cara penimbunan dapat berpotensi (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi
bahaya bagi lingkungan dan masyarakat oksida (Fe2O3), kapur (CaO), magnesium
sekitar, seperti logam-logam dalam abu oksida (MgO).
bata bara yang terekstrak dan terbawa ke Berdasarkan pada pengujian
perairan, abu batu bara tertiup angin kandungan kima bottom ash PLTU
sehingga mengganggu pernafasan, dan Rembang, diketahui bahwa terdapat
lain-lain. kandungan silika rata-rata sebesar
Untuk menekan jumlah residu batu 41,73%. Dengan adanya persamaan
bara tersebut, selama ini bottom ash kandungan silika pada bottom ash dan
digunakan sebagai salah satu alternatif senyawa penyusun batu bata, maka
filler dalam pembuatan aspal beton. Dari terdapat potensi untuk menggunakan
penelitian sebelumnya, dapat diketahui bottom ash sebagai bahan pengganti tanah
bahwa bottom ash memiliki kandungan liat pada batu bata.Prosentase
silika dan kadar oksida yang merupakan penggantian tanah liat dengan bottom ash
mineral dasar yang dapat digunakan merupakan permasalahan yang perlu
dalam pembuatan campuran tanah liat. diteliti, sehingga nantinya mampu
Dari segi ekonomi, material ini dapat menghasilkan komposisi yang optimal
memperkecil biaya produksi karena harga untuk mendapatkan batu bata yang
material tanah liat dapat ditekan dengan memenuhi persyaratan kuat tekan.
menggantinya menggunakan material Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
bottom ash. disampaikan beberapa tujuan penelitian
Sementara itu, bata adalah bahan sebagai berikut:
bangunan yang digunakan sebagai 1. Untuk mengetahui pengaruh bottom
dinding yang merupakan bangunan non ash sebagai pengganti tanah liat pada
struktural yang tidak memikul beban campuran batu bata terhadap kuat
secara langsung. Bata terbuat dari tanah tekan batu bata
liat dengan atau tanpa campuran bahan 2. Untuk mengetahui komposisi
lain. Bata yang baik sebagian besar terdiri optimum prosentase penggunaan
dari silika dan alumina, sedangkan pada bottom ash sebagai pengganti tanah
bottom ash juga terdapat kandungan liat.
silika. Maka sehubungan dengan uraian Untuk mengkerucutkan hasil akhir
diatas, peneliti ingin mengetahui dari penelitian ini, maka ditetapkan beberapa
pengaruh bottom ash sebagai pengganti batasan masalah sebagai berikut:
tanah liat terhadap kuat tekan bata. 1. Bottom ash sebagai pengganti tanah liat
Dalam penelitian ini, digunakan pada batu bata adalah bottom ash yang
bottom ash yang berasal dari limbah berasal dari PLTU 1 Rembang, Jawa
PLTU Rembang, Jawa Tengah.Bottom ash Tengah
tersebut sebelumnya diteliti kandungan 2. Komposisi bottom ash yang digunakan
kimianya di Laboratorium Jurusan Kimia untuk campuran pembuatan batu bata
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya adalah 0%, 10%, 20%, 30%, 35%, 40%,
Malang. Dari pemeriksaan tersebut 45%, 50%, 55%, dan 60% dari berat
diketahui bahwa bottom ash milik PLTU tanah liat
Rembang mengandung silika dengan 3. Faktor luar seperti cuaca, kelembaban,
prosentase rata-rata 41,73%. Dari dan sebagainya diabaikan
referensi yang ada diketahui bahwa 4. Tanah liat yang dipakai yaitu tanah liat
terdapat kandungan senyawa kimia yang yang berasal dari pabrik batu bata yang
hampir sama antara bottom ash dan batu ditinjau
bata (tanah liat) yaitu silikon oksida

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 273
Bottom ash adalah bahan buangan maksimum dry density dari dry bottom ash
dari proses pembakaran batubara pada umumnya lebih rendah 10-25 %
pembangkit listrik (PLTU) yang dibandingkan material granular biasa seperti
mempunyai ukuran partikel lebih besar pasir, akan tetapi kelembapan optimumnya
dan lebih berat dari fly ash, sehingga lebih besar daripada materi granular lainnya.
bottom ash akan jatuh pada tungku Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
pembakaran dan terkumpul pada friable partikel (umumnya pada dry bottom
penampung debu (ash hopper) di bagian ash). Partikel ini mudah hancur dan sangat
bawah, lalu dikeluarkan dari tungku berpori sehingga akan banyak menyerap air,
dengan cara disemprot dengan air untuk dimana hal ini akan meningkatkan jumlah
kemudian dibuang atau digunakan air yang digunakan.
(Indriani Santoso, et. al. Dimensi Teknik Batu bata merupakan unsur bangunan
Sipil Vol.5 : 76). yang diperuntukkan untuk pembuatan
Komponen utama dari bottom ash konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah
adalah oksida-oksida/mineral yang liat dengan atau tanpa campuran bahan-
mengandung silika, alumunium, besi, bahan lain, yang dicetak dan kemudian
kalsium, natrium dan magnesium. dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak
Komponen-komponen tersebut sangat dapat hancur lagi bila direndam air. Jadi
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan dapat dikatakan juga suatu batu-batuan yang
sekitar. Oleh sebab itu diperlukan digunakan untuk pembuatan dinding
penanganan terhadap limbah bottom ash bangunan dan dapat dipakai juga untuk
ini (Hartanto, Widiastuti, Ulfin, 2010). pembuatan pondasi apabila tidak ada bahan
Bottom ash didominasi pasir lain. (Widjojo & Prabowo, 1977).
berukuran sedang, biasanya 50%-90% lolos Batu bata memiliki beberapa
saringan 4,75 mm (no.4), 10%-60% lolos kelebihan serta kekurangan jika
saringan 0,42 mm (no.40), 0%-0% lolos dibandingkan dengan bahan bangunan
saringan 0,075 mm (no.200), dan untuk lainnya, khususnya batako dan batu.
ukuran di bagian atas biasanya berkisar dari Kelebihan batu bata antara lain adalah:
19 mm (3/4 in) sampai dengan 38,1 mm (1- 1. Tahan terhadap bahaya api, terutama
1/2 in). (http://www. pada saat kebakaran
fhwa.dot.gov/publications/research/infrastru 2. Tidak dibutuhkan keahlian khusus
cture/structures/97148/cbabs1.cfm, diakses dalam memasang batu bata
tanggal 30 Mei 2012). 3. Merupakan bahan bangunan yang
Bottom ash mempunyai beberapa tergolong murah dan cukup mudah
unsur kimia antara lain Si, Al, Fe, Ca, Mg, ditemukan
S, Na dan beberapa unsur kimia yang lain. Sedangkan kekurangan batu bata jika
Berdasarkan penelitian yang telah dibandingkan dengan bahan bangunan lain,
dilakukan, bottom ash dapat menimbulkan antara lain:
sifat korosi pada tulangan baja karena 1. Mudah menyerap air dan mudah rusak
bottom ash memiliki nilai pH yang cukup bila mengabsorbsi air garam, sehingga
rendah.Selain itu pada bottom ash terdapat tidak cocok untuk struktur bawah air
kandungan iron sulfide yang besar dimana 2. Mudah menyerap panas pada saat
sebelum bottom ash digunakan, kandungan musim kemarau dan mudah menyerap
iron sulfide harus dihilangkan dengan dingin pada saat musim hujan sehingga
menggunakan elektromagnet. menjadikan sulit untuk mendapatkan
Mengenai sifat mekanis bottom ash, suhu ruangan yang stabil jika
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menggunakan dinding batu bata
oleh beberapa peneliti sebelumnya, nilai

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 274
3. Jika terjadi perubahan suhu yang ukuran standard untuk batu bata merah
ekstrim, maka akan mengakibatkan sebagai berikut:
retak-retak rambut pada plesteran 1. Panjang 240 mm, lebar 115 mm, tebal
Bahan dasar dari batu bata terdiri dari 52 mm
lempung (tanah liat) yang berkisar antara 2. Panjang 230 mm, lebar 110 mm, tebal
50-65%, pasir yang berkisar antara 35-50% 50 mm
dan air secukupnya, sampai diperoleh Penyimpangan yang diijinkan adalah
campuran yang bersifat plastis sehingga maksimum 3% untuk sisi panjang,
mudah dicetak. Keberadaan lempung di maksimum 4% untuk sisi lebar, dan
alam biasanya sudah tercampur dengan maksimum 5% untuk sisi lebar (Frick,
pasir, sehingga sebelumnya harus diuji dulu 1980).
kandungan pasirnya agar prosentasenya Berdasarkan mutu, batu bata dapat
tidak melebihi kebutuhan. diklasifikasikan menjadi tiga kelas sebagai
Lempung atau tanah liat terdiri dari berikut:
silikon oksida (SiO2), aluminium oksida 1. Bata merah mutu I dengan kuat tekan
(Al2O3), besi oksida (Fe2O3), kapur (CaO), rata-rata lebih dari 100 kg/cm2 dan
magnesium oksida (MgO) dan senyawa ukurannya tidak ada yang menyimpang
kimia lainnya, sedangkan pasir terbentuk 2. Bata merah mutu II dengan kuat tekan
dari silikon oksida (SiO2). Oksida-oksida rata-rata antara 80-100 kg/cm2 dan
lempung ini tersusun dalam bentuk mineral- ukurannya menyimpang satu buah dari
mineral lempung seperti kaolinit, illit, dan sepuluh benda percobaan
montmorillonit serta akan memberikan sifat 3. Bata merah kelas III dengan kuat tekan
plastis dan kohesif bila ditambahkan air rata-rata antara 60-80 kg/cm2 dan
serta akan memberikan kekerasan dan ukurannya menyimpang dua buah dari
kekuatan pada hasil akhir setelah sepuluh benda percobaan
pembakaran. Sedangkan jika dilihat dari nilai kuat
Pasir digunakan untuk menghindari tekannya, batu bata dapat diklasifikasikan
penyusutan, retak-retak dan pelengkungan menjadi enam kelas, yaitu kelas 25, 50, 100,
dimensinya pada saat pengeringan dan 150,200, 250.Kelas kekuatan itu
pembakaran. Kapur dan oksida besi menunjukkan kekuatan tekan rata-rata
berperan sebagai fluks yang membantu maksimum (dalam kg/cm2) dari paling
butiran pasir meleleh dan mengikat partikel sedikit 30 buah bata contoh yang diuji.
lempung secara bersamaan pada saat Besarnya kuat tekan dari benda uji dapat
pembakaran, oksida besi juga memberikan dicari dengan menggunakan rumus:
warna merah pada bata yang bersamaan
dengan oksida magnesium akan memberikan
warna kuning (Suseno,Hendro. 2010).
P
Menurut H. Frick & Ch Koesmartadi
σb =
(1999), batu bata yang baik memiliki ciri-
A
dimana:
ciri antara lain permukaannya kasar, 2
σb= kuat tekan batu bata (kg/cm )
warnanya merah seragam (merata), jika P= besarnya gaya tekan hancur bata (kg)
dipukul bunyinya nyaring serta tidak mudah A= luas penampang benda uji (cm2)
hancur atau patah. Selain itu batu bata juga Dalam persyaratan peraturan tahan
mempunyai ukuran yang bermacam-macam gempa Indonesia, disyaratkan kekuatan
tergantung dari kegunaan dan pesanan. tekan bata merah minimal adalah sebesar 30
Standard batu bata merah di Indonesia kg/cm2, dan dalam Peraturan Umum Bahan
oleh Yayasan Dana Normalisasi Indonesia Bangunan Indonesia Tahun 1982 kekuatan
(YDNI) nomor NI-10 menetapkan suatu

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 275
tekan bata merah untuk dinding pasangan METODE PENELITIAN
adalah 25 kg/cm2. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli
Pada penelitian yang telah dilakukan 2012 sampai dengan September 2012 dan
oleh peneliti di Laboratorium Jurusan Kimia bertempat di Laboratorium Bahan
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Fakultas
diketahui bahwa tanah liat mengandung Teknik Universitas Brawijaya Malang.
silika (Si), magnesium (Mg), kalsium (Ca), Sedangkan produksi sampel batu bata
besi (Fe), dan Aluminium (Al). Komposisi dilakukan di pabrik batu bata daerah Pakis,
kimia penyusun lempung secara umum Malang.
dapat dilihat pada Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini meliputi:
Tabel 1. Komposisi Senyawa Kimia Pada a. Peralatan produksi batu bata (pabrik
Lempung batu bata)
Unsur Senyawa Lempung (%) b. Timbangan
SiO2 75,40 c. Nampan
CaO 0,70 d. Hydraulic press
MgO 0,71 e. Proving ring
Fe2O3 0,01 f. Jangka sorong
Al2O3 14,10 g. Stopwatch
Sumber: Laboratorium Kimia FMIPA USU, h. 8. Oven
2011 i. Alat pengukur defleksi (Dial gauge) dan
Dial holder
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa j. Sendok adukan
bottom ash memiliki senyawa kimia yang k. Perendam bata
hampir sama dengan lempung. Maka l. Mesin uji kuat tekan
terdapat peluang untuk menggantikan
lempung dengan bottom ash.Selanjutnya Sementara bahan-bahan yang
dapat ditabulasikan perbandingan sifat kimia digunakan dalam penelitian ini adalah
bottom ash dan tanah liat sebagaimana sebagai berikut:
terlihat pada Tabel 2. a. Bottom ash yang telah di uji kimia (dari
PLTU 1 Rembang, Jawa Tengah)
Tabel 2. Perbandingan Sifat Kimia Bottom ash b. Tanah liat dari pabrik pembuatan batu
dan Tanah Liat bata yang ditinjau
Hasil analisa Bottom Hasil Analisa c. Semen Portland tipe I produksi
Para-
ash Tanah Liat
meter
Kadar Satuan Kadar Satuan
PT.Semen Gresik
41,73 ± 25,29 ± d. Air bersih yang berasal dari PDAM
Si % % e. Pasir pasang
0,06 0,28
3183,456 ± 703,42 ±
Mg ppm ppm
0,238 0,20 Tabel 3. Perbandingan Tanah Liat dengan
17,32 ± 18,765 ± Bottom ash
Ca ppm ppm
0,616 0,237 Perbandingan Jumlah
282,294
432,625 ± Sampel Tanah Bottom Benda
Fe ppm 6± ppm
0,023 liat (%) ash (%) Uji
0,03371
0,0146 ± 18,6067 A 40 60 3
Al % ppm B 45 55 3
0,0000 ± 0,0564
Sumber: Penelitian Tanah Liat di Laboratorium C 50 50 3
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas D 55 45 3
Brawijaya, 2012 E 60 40 3
F 65 35 3

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 276
G 70 30 3 deformasi aksial dan lateral dengan
BM 100 0 3 menggunakan dial gauge untuk
mendapatkan nilai poisson ratio dari batu
Penelitian ini dimaksudkan untuk bata sampel tersebut. Gambar 3
mendapatkan nilai kuat tekan batu bata memperlihatkan benda uji saat dibebani
dengan komposisi normal seperti pembuatan gaya aksial.
batu bata normal, namun diberi bahan
Mulai
tambahan berupa bottom ash sebagai
pengganti tanah liat dengan prosentase
tertentu.Komposisi batu bata dibuat dengan
tanah liat dan untuk variasi penambahan Bottom ash Tanah liat
bottom ash dengan jenis variasi yang
terdapat pada Tabel 3, dimana setiap variasi
penambahan bottom ash untuk pengujian Pengujian kimia
kuat tekan dibuat 3 benda uji setiap
variasinya.
Diagram alir yang digunakan dalam Perencanaan campuran
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Variabel-variabel penelitian yang akan Pembuatan benda uji
digunakan terbagi menjadi dua sebagaimana
diuraikan berikut ini: Pembakaran dengan temperatur ± 800o C
1. Variabel bebas (independent variable),
yaitu variabel yang perubahannya bebas Pengujian kuat tekan bata dengan
ditentukan oleh peneliti. Dalam Compression Testing Machine.

penelitian ini yang menjadi variabel


bebas adalah variasi penggunaan bottom
ash sebagai pengganti tanah liat Analisis data

2. Variabel terikat (dependent variable),


yaitu variabel yang perubahannya Pembahasan hasil analisis

tergantung dari variabel bebas. Dalam


penelitian ini yang menjadi variabel
Kesimpulan
terikat adalah nilai kuat tekan
Selesai
Skema pembebanan untuk benda uji
batu bata dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam analisis, maka dilakukan
pengujian terhadap benda uji yang telah
dibuat sesuai dengan rancangan
percobaan.Alat yang digunakan untuk
pengujian batu bata adalah alat uji tekan
enerpack (Compression Testing Machine)
yang dilengkapi dengan proving ring
sebagai acuan pembacaan pembebanan.
Selain menghitung kuat tekan batu bata,
dalam pengujian juga dilakukan pengukuran

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 277
Gambar 2. Skema Pembebanan Benda Uji kuat tekan tersebut jauh di atas nilai kuat
Batu Bata tekan benda uji benchmark (bottom ash 0%).
Selanjutnya terjadi penurunan nilai kuat
tekan batu bata kubus yang berbanding

Kuat Tekan Batu Bata Kubus


14

13

Nilai Kuat Tekan Rerata (kg/cm2 )


12

11
benchmark kuat tekan

10

8
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Gambar 3. Pembebanan Batu Bata Prosentase Penggunaan Bottom Ash

Tabel 4 menunjukkan rekapitulasi Gambar 4. Grafik Hubungan Prosentase


nilai beban maksimum (p maksimum) untuk Penggunaan Bottom ash Dan
Nilai Kuat Tekan Batu Bata
tiga benda uji batu bata kubus yang
Kubus
memiliki prosentasi bottom ash sebesar 0%.
Kemudian beban maksimum tersebut
dikonversi menjadi nilai kuat tekan
lurus dengan penambahan prosentase
maksimum dan digunakan sebagai
penggunaan bottom ash dalam batu bata.
benchmark penelitian.
Namun terdapat hasil yang tidak wajar
Dari pengujian terhadap kuat tekan
yang diperoleh dari benda uji yang
batu bata kubus dengan variasi
menggunakan perbandingan bottom ash dan
perbandingan penggunaan bottom ash
tanah liat sebesar 60% : 40 %. Nilai kuat
sebagai pengganti tanah liat, selanjutnya
tekan pada benda uji tersebut tidak
dapat dibuat grafik perbandingan antara
mengikuti trend yang terjadi, dan malah
prosentase bottom ash dan nilai kuat tekan
meningkat hingga 10.09 kg/cm2. Ada
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.
beberapa kemungkinan penyebab terjadinya
Tabel 4. Nilai Kuat Tekan Batu Bata Kubus - hasil yang tidak sesuai dengan trend
Bottom ash 0% tersebut, antara lain adalah kesalahan pada
Kuat Tekan saat pembuatan/penakaran penggunaan
Benda P Maksimum
Maksimum bottom ash dan tanah liat, kesalahan
Uji No. (kg)
(kg/cm2) penomoran benda uji, ataupun kesalahan
1 190.41 9.60 pembacaan proving ring pada saat
2 203.10 10.49 pengujian.
3 224.26 11.29 Walaupun demikian, jika melihat pada
Rata-rata 10.46 perilaku batu bata secara umum, didapatkan
batu bata kubus yang memiliki mutu dan
Dari grafik pada Gambar 4 dapat kuat tekan yang memenuhi kuat tekan
terlihat bahwa pengujian terhadap batu bata benchmark selama pergantian tanah liat
yang menggunakan bottom ash sebesar 40% dengan bottom ash dilakukan dengan
memiliki nilai kuat tekan rerata yang paling prosentase maksimum 40%.
tinggi, yaitu sebesar 12,88 kg/cm2. Nilai

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 278
Pada setiap pengujian benda uji, selain Berdasarkan pada grafik hubungan
dilakukan pengamatan terhadap beban prosentase penggunaan bottom ash dan nilai
maksimum, juga dilakukan pengamatan kuat tekan pada setengah batu bata di atas,
deformasi ke arah aksial dan lateral dengan dapat dilihat bahwa penggunaan bottom ash
menggunakan dial gauge sepanjang sumbu pada batu bata sebagai pengganti tanah liat
horizontal dan vertikal. dapat meningkatkan nilai kuat tekan batu
Hal tersebut dilakukan untuk bata selama prosentase penggantian tidak
mengamati perilaku batu bata yang lebih dari 45%.
menggunakan bottom ash dalam Walaupun demikian, hasil pengamatan
hubungannya dengan nilai poisson dengan metode uji setengah batu bata
ratio.Diharapkan, dari nilai poisson ratio memperlihatkan ketidakstabillan trend
selanjutnya dapat diketahui nilai kelenturan peningkatan nilai kuat tekan.Pada saat 30%
dari batu bata tersebut. tanah liat digantikan oleh bottom ash, kuat
Akan tetapi, hasil analisis nilai poisson tekan rerata yang diperoleh meningkat jauh
ratio dari benda uji batu bata tidak sesuai di atas nilai kuat tekan benchmark (bottom
dengan kajian pustaka, karena didapatkan ash 0%). Namun kemudian nilai kuat tekan
nilai poisson ratio yang lebih besar dari 0,5 menurun pada prosentase penggunaan
(nilai poisson ratio untuk material karet). bottom ash 35% dan 40%, dan meningkat
Tidak terpenuhinya nilai analisis lagi untuk benda uji dengan penggunaan
tersebut diakibatkan kondisi pengujian yang bottom ash 45%.
tidak ideal. Pengukuran deformasi pada arah
aksial dapat diamati dengan relatif mudah Tabel 5. Nilai Kuat Tekan Setengah Batu
karena dial gauge ditempelkan pada pelat Bata - Bottom ash 0%
baja. Namun hasil pengamatan deformasi di Benda P Maksimum
Kuat Tekan
arah lateral tidak dapat digunakan karena Maksimum
Uji No. (kg)
perubahan dimensi batu bata (perilaku (kg/cm2)
retak/pecah) pada arah tersebut tidak 1 1347.0 11.5668
seragam di sepanjang penampang batu bata, 2 1347.0180 11.5668
sementara dial gauge hanya diletakkan pada 3 1522.7160 12.1529
satu titik pengamatan. Kesulitan dalam Rata-rata 11.76
mengamati deformasi di arah lateral juga
disebabkan oleh perilaku retak pada batu Selanjutnya, nilai kuat tekan juga
bata yang terjadi secara spontan. menurun pada saat prosentase penggunaan
Selain pengujian terhadap benda uji bottom ash ditingkatkan.Walaupun pada
kubus, pada penelitian ini juga dilakukan prosentase penggunaan bottom ash 55%
pengujian terhadap benda uji setengah batu terdapat peningkatan nilai kuat tekan, namun
bata.Pada uji tekan bata ini ditentukan nilai kuat tekan rerata yang didapatkan dari
bahwa luasan bidang kontak bata minimal pengujian terhadap benda uji tersebut masih
90.3 cm2 (ASTM C67-07).Sehingga pada di bawah nilai kuat tekan benchmark.
pengujian ini menggunakan ± separuh Sebagaimana yang terjadi pada
ukuran batu bata. penelitian dengan menggunakan batu bata
Tabel 5 menunjukkan rekapitulasi kubus, pada pengujian setengah batu bata
nilai beban maksimum (p maksimum) untuk juga terjadi ketidakstabilan hasil
tiga benda uji setengah batu bata yang pengamatan.Walau demikian, trend
digunakan sebagai benchmark (kadar bottom perubahan nilai kuat tekan dapat dilihat
ash 0%), sedangkan hasil pengujian dengan cukup jelas. Dan dengan mengacu
terhadap benda uji setengah batu bata adalah pada nilai kuat tekan benchmark, maka
sebagaimana terlihat pada Gambar 5. dapat ditentukan prosentase penggantian

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 279
tanah liat dengan bottom ash yang tidak Saran yang dapat diberikan untuk
efektif. penelitian-penelitian selanjutnya,
diantaranya adalah:
1. Pengukuran deformasi aksial dan
lateral perlu dilakukan dengan
Kuat Tekan Setengah Batu Bata
16
metode yang lebih teliti, seperti
15 penggunaan strain gauge, karena
tingkat ketelitian dari dial gauge tidak
Nilai Kuat Tekan Rerata (kg/cm 2)

14

13 dapat diandalkan untuk mengamati


benchmark kuat tekan
12 perubahan dimensi batu bata terkait
11
dengan karakteristik material
10
tersebut.
9
2. Perlu dilakukan penelitian terhadap
8
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 kuat geser, absorbs, porositas, dan
Prosentase Penggunaan Bottom Ash
kuat lekat batu bata yang
menggunakan bottom ash sebagai
Gambar 5. Grafik Hubungan Prosentase pengganti tanah liat.
Penggunaan Bottom ash Dan Nilai 3. Karena sifat kimia bottom ash sangat
Kuat Tekan Setengah Batu Bata
dipengaruhi oleh batu bara yang
Dari kedua jenis pengujian (batu bata
digunakan, maka perlu dilakukan
kubus dan setengah batu bata), dapat dilihat
pengujian kimia jika sumber bottom
bahwa prosentase penggunaan bottom ash
ash berbeda.
yang menghasilkan batu bata yang
memenuhi nilai kuat tekan benchmark
DAFTAR PUSTAKA
berkisar antara 30% hingga 45%. Anonim. 2008. Coal Bottom ash / Boiler Slag –
Material Description.
KESIMPULAN DAN SARAN http://www.rmrc.unh.edu/tools/uguidelines/c
Beberapa hal yang dapat diangkat babs1.asp . (diakses 23 Mei 2012).
sebagai kesimpulan dari penelitian ini, Anonim. 2011. Porositas Batuan (Part 1).
http://chadsquarepants.wordpress.com/2011/
diantaranya adalah: 02/05/porositas-batuan-part-1/ . (Diakses 24
1. Bottom ash memiliki komposisi kimia Agustus 2012)
yang hampir sama dengan tanah liat, Arya,Chanakya. 1994. Design of Structural
sehingga dapat digunakan untuk Elements. London: E&FN Spon.
menggantikan tanah liat pada ASTM International. 2003. ASTM C 67-03.
Standard Test Methods for Sampling and
pembuatan batu bata. Testing Brick and Structural Clay Tile,
2. Penggunaan bottom ash untuk United States : ASTM International.
menggantikan tanah liat sebesar 30% Endriani, Debby. 2012. Pengaruh Penambahan
hingga 40% dapat memberikan nilai Abu Cangkang Sawit Terhadap Daya
kuat tekan yang optimum. Dukung Dan Kuat Tekan Pada Tanah
Lempung Ditinjau Dari Uji UCT Dan CBR
3. Nilai kuat tekan batu bata menurun pada Laboratorium.Tesis.Tidak diterbitkan.Medan
saat bottom ash digunakan untuk : Fakultas Teknik Universitas Sumatera
menggantikan tanah liat lebih dari 45%. Utara.
4. Bottom ash, dalam kondisi dan Frick, H dan Koesmatardi Ch. 1980. Ilmu
prosentase tertentu, dapat digunakan Konstruksi Bangunan I. Yogyakarta :
Kanisius dan Soegijapranata Universitas
sebagai pengganti tanah liat dalam Perss.
pembuatan batu bata tanpa mengurangi Frick, H dan Koesmatardi Ch. 1999. Ilmu Bahan
kekuatan tekan dari batu bata tersebut. Bangunan. Yogyakarta : Kanisius dan
Soegijapranata Universitas Perss.Maria.
2009. Pemanfaatan Limbah (Oil Sludge)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 280
Sebagai Bahan Utama Dalam Pembuatan Ruringtyas, Rizal. Pengaruh Porositas Dan
Bata Konstruksi Paving Block.Skripsi tidak Komposisi Mortar Terhadap Kuat Lekatan,
diterbitkan.Medan : Magister Ilmu Fisika Kuat Tekan Prisma Dan Kuat Geser Batu
SPs USU. Bata Dari Tiga Daerah Di Kabupaten
Hartanto,Djoko.,Widiastuti,Nurul., Ulfin,Ita. Malang. Skripsi tidak
2010. Pemanfaatan Limbah Abu Dasar dipublikasikan.Malang; Universitas
(Bottom ash) Sebagai Bahan Penyerap Brawijaya.
Multifungsi Untuk Ammonia dan Organik Santoso, Indriani.,Roy Kumar, Salil. 2003.
Pada Air Tambak Udang Sertya Penyerapan Pengaruh Bottom ash Terhadap Karakteristik
Logam Berat Dari Limbah Industri Pelapisan Campuran Aspal Beton. Dimensi Teknik
Logam. Research Report, Research Sipil Vol 5, No.2 2003:76.
Institutions and Community Service, ITS Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan Untuk
541.335 Djo p,2009. Teknik Sipil. Malang : Bargie Media.
Nurlina, Siti. 2008. Teknologi Bahan. Malang: Widjojo B, Prabowo dan Sutopo Edi. 1977. Ilmu
Bargie Media. Bahan Bangunan. Jakarta Pusat :PT. Intisa.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 – 2012 ISSN 1978 - 5658 281

Anda mungkin juga menyukai