Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 51120002
HARI/TANGGAL : SENIN/12 DESEMBER 2022
MATA KULIAH : IMUNOLOGI II
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN CROSSMATCH
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui kecocokan darah antara pendonor dan resipien
2. Untuk mengetahui prosedur memeriksaan crossmatch dengan baik
dan benar
Bahan :
1. Plasma darah
2. Sampel SDM
3. Reagen bofit albumin
4. Reagen coombs’serum / AHG
5. NaCl 10%
6. Sel control
IV. Prosedur Kerja
Proses Pencucian
1. Lakukan pengambilan darah vena, lalu masukkan kedalam tabung
EDTA. Dicentrifuge.
2. Ambil plasma nya menggunakan mikropipet, masukkan kedalam
cup plasma.
3. Ambil NaCl menggunakan mikropipet, masukkan kedalam tabung
EDTA yang berisi darah yang sudah dicentrifuge sebanyak 2 kali.
4. Jika sudah dicampurkan NaCl, centrifuge lagi. Buang cairan
atasnya.
5. Masukkan kembali NaCl dalam tabung yang berisi darah sebanyak
2000 mikron, homogenkan.
6. Centrifuge kembali selama 2 menit, 3000 Rpm.
7. Jika sudah bening plasmanya tidak usah dibuang.
Minor
1. 1 tetes (50 mikron) suspensi resipien + 2 tetes (100 mikron) plasma
donor.
2. Homogenkan kemudian centrifuge 3000Rpm selama15 -20 detik.
Autocontrol
1. 100 mikron SDM resipien + 100 mikron plasma resipien.
2. Homogenkan kemudian centrifuge 3000Rpm selama 1 menit.
3. Setelah dicentrifuge kemudian dihomogenkan apakah terjadi
aglutinasi atau tidak.
4. Tambahkan NaCl10% lalu dicentrifuge kembali untuk pencucian
sebanyak 3x selama 2 menit 3000Rpm.
5. Setelah dicentrifuge 3x buang cairan putihnya sampai abis sisakan
selnya saja.
Fase 2
1. Tambahkan 2 tetes bovin albumin 22% pada setiap tabung lalu
homogenkan. Inkubasi selama 15 menit suhu 37ᵒC.
Lanjutke CCC
1. Tambahkan 1 tetes CCC, homogenkan.
2. Centrifuge 3000Rpm selama 15 detik. Lihat aglutinasi atau
hemolisis.
V. Hasil Praktikum
VI. Pembahasan
Donor darah merupakan proses transfusi darah yang dilakukan pasa
seseorang. Orang yang mendonor disebut pendonor. Pendonor darah
harus memenuhi syarat dalam proses transfusi darah ke bank darah.
Jika syarat tersebut tidak dilakukan dengan benar maka proses donor
darah tersebut akan berakibat fatal seperti terjangkit penyakit bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Sehingga penentuan calon pendonor
menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam proses pendonor darah.
Uji silang serasi adalah reaksi silang invitro antara darah resipien
dengan darah donor sebelum ditransfusikan. Pada prinsipnya transfusi
darah merupakan suatu tindakan transplantasi organ, sehingga darah
yang diberikan dapat bertahan dalam tubuh resipien dan memberikan
manfaat klinis, serta dapat mengetahui ada tidaknya antibodi komplit
(tipe IgM) maupun antibodi inkomplit (tipe IgG) dalam serum resipien
yang disebut uji silang serasi mayor, dan dalam serum donor yang
disebut uji silang serasi minor.
Pemeriksaan uji cocok serasi dapat dilakukan dengan metode
tabung (metode konvensional) dan Gel Test. Metoda Gel Test selain
lebih akurat juga lebih efisien waktu, hasil pemeriksaannya dilihat
secara Makroskopis. Selain itu, metoda tube test juga memakan waktu
yang lebih lama dibanding dengan metoda Gel Test. Perbedaan yang
mencolok terletak pada pembacaan hasil, untuk metoda Tube Test
mengunakan Makroskopis dan Mikroskopis sehingga memeperbesar
resiko kesalahan petugas atau human error. Dalam melakukan
pemeriksaan sering ditemukan adanya pemeriksaan crossmatching
yang hasilnya incompatible. Incompatible hal yang menyebabkan
aglutinasi pada darah pasien apabila dilakukan transfusi. Sel darah
merah (packed red cell/PRC) merupakan komponen darah yang paling
sering ditransfusikan. Sel darah merah berfungsi mengalirkan oksigen
dari jantung ke seluruh tubuh serta membuang karbon dioksida dan
zat-zat sisa tubuh dan dapat dipakai dalam pengobatan anemia, ginjal,
hati, serta infeksi dan kekurangan endokrin. PRC mengandung
sejumlah besar leukosit dan trombosit tergantung metoda sentrifugasi.
Transfusi harus diberikan atas indikasi yang kuat dengan persiapan
baik. Salah satu persiapan yang harus dilakukan sebelum transfusi
adalah uji kompatibilitas, diantaranya terdiri dari pemeriksaan
golongan darah (ABO dan Rhesus), skrining antibodi, serta reaksi
silang (crossmatch). Uji kompatibilitas bertujuan untuk mencegah
reaksi transfusi hemolitik yang dimediasi imun, dibutuhkan
pemahaman yang baik tentang antigen yang diekspresikan eritrosit
pada donor dan resipien sebelum transfuse. Prinsip dasar transfusi
modern adalah memberikan manfaat sebanyak mungkin dengan risiko
minimal atau tanpa risiko terhadap resipien. Transfusi darah sebaiknya
dihindari jika tidak banyak bermanfaat. Crosmatch (dilambangkan
dengan XM) merupakan tahap pretransfusi yang sangat penting dan uji
terakhir terhadap kompatibilitas ABO antara eritrosit donor dan plasma
resipien untuk memastikan tidak ada antibodi yang terdapat dalam
plasma resipien.
Golongan darah yang berbeda meghasilkan antibodi yang berbeda-
beda. Ketika golongan darah yang berbeda tercampur, suatu respon
kekebalan tubuh terjadi dan antibodi terbentuk untuk menyerang
antigen asing didalam darah. Transfusi merupakan suatu proses
pemindahan darah dari donor ke resipien yang paling sederhana yang
biasa dilakukan saat urgensi dan dapat menimbulkan berbagai akibat
fatal salah satunya adalah reaksi hemolitik.
Golongan darah A memiliki antigen A dan antibodi anti-B,
golongan darah B memiliki antigen B dan antibodi anti-A. golongan
darah AB memiliki antigen A dan antigen B tetapi tidak memiliki
antibodi pada serumnya. Golongan darah 0 tidak memiliki antigen
pada permukaan eritrositnya tapi memiliki antibodies anti-A dan
antibodi anti-B. pengecekan golongan darah berfungsi untuk mencegah
reaksi transfusi yang dapat menyebabkan inkompabilitas ABO antara
pasien dan pendonor. Inkompabilitas ABO dapat disebabkan karena
interaksi antara antigen dan antibodi yang menimbulkan aglutinasi.
Aglutinasi berapa perlekatan antara antigen yang terdapat pada
permukaan RBCs dan antibodi pada plasma sehingga menyebabkan
suatu anyaman yang menyebabkan sel-sel darah terjerat dan
mengelompok. Aglutinasi ini terjadi melalui 2 tahap yaitu perlekatan
antigen dan antibodi saat pertama bertemu. Pada tahap ini aglutinasi
belum terjadi, tetapi hanya menyelubungi sel. Tahap kedua berupa
terbentuknya anyaman menimbulkan gumpalan (aglutinasi).
VII. Kesimpulan
Pemeriksaan uji cocok serasi dapat dilakukan dengan metode
tabung (metode konvensional) dan Gel Test. Metoda Gel Test selain
lebih akurat juga lebih efisien waktu, hasil pemeriksaannya dilihat
secara Makroskopis. Selain itu, metoda tube test juga memakan waktu
yang lebih lama dibanding dengan metoda Gel Test. Perbedaan yang
mencolok terletak pada pembacaan hasil, untuk metoda Tube Test
mengunakan Makroskopis dan Mikroskopis sehingga memeperbesar
resiko kesalahan petugas atau human error. Dalam melakukan
pemeriksaan sering ditemukan adanya pemeriksaan crossmatching
yang hasilnya incompatible. Incompatible hal yang menyebabkan
aglutinasi pada darah pasien apabila dilakukan transfusi. Sel darah
merah (packed red cell/PRC) merupakan komponen darah yang paling
sering ditransfusikan. Sel darah merah berfungsi mengalirkan oksigen
dari jantung ke seluruh tubuh serta membuang karbon dioksida dan
zat-zat sisa tubuh dan dapat dipakai dalam pengobatan anemia, ginjal,
hati, serta infeksi dan kekurangan endokrin. PRC mengandung
sejumlah besar leukosit dan trombosit tergantung metoda sentrifugasi.
VIII. Referensi
Akbar, TIS. dkk. 2019. Inkompatibilitas ABO Pada Neonatus Di UTD
PMI Kota Banda Aceh Tahun 2018. Jurnal Averrous. 5 (2) : 59 –
75.
Coastera, FF. dkk. 2017. Analisis Performa Algoritma Naive Bayes
Untuk Penentuan Kelayakan Pendonor Darah. Jurnal
Laboratorium Kesehatan. 2 (1) : 37 - 46.
Fatmasari, L dan Ni’mah, HL. 2021. Gambaran Kasus Incompatible
Mayor Pada Permintaan Darah Packed Red Cell (PRC) Di Unit
Donor Darah (UDD) PMI Kota Surakarta Pada Bulan Januari
Maret Tahun 2020. Journal of Health Research. 04 (1) : 15 – 23.
Geni, L. dkk. 2019. Gambaran Frekuensi Incompatible Auto Control
Pada Penderita Talasemia Dengan Transfusi Berulang <10 dan
≥10 Di Rumah Sakit Hermina Jatinegara. Jurnal Ilmiah Analis
Kesehatan. 5 (2) : 112 – 119.
Purwati, D. dkk. 2020. Karakteristik Pasien Transfusi Darah dengan
Inkompatibilitas Crossmatch di UTD RSUP Dr M Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas. 9 (3) : 308 – 312.
Rachmawati, Fauziah. 2019. Kepastian Hukum Transplantasi Organ
Yang Mencerminkan Nilai Kemanusiaan. Jurnal Hukum Media
Bhakti. 3 (1) : 79 – 87.
Strobel, E. 2017. Hemolytic Transfusion Reactions. Transfusion
Medicine and Hemotherapy. 35 (5) : 346 – 353.