Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena
tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992
memberikan batasan : kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) yang paling baru yaitu bahwa kesehatan merupakan keadaan
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit
dan cacat. Pada dasarnya kesehatan mencakup tiga aspek yaitu fisik, mental dan
sosial, tetapi menurut Undang-undang No. 23/1992, kesehatan mencakup empat
aspek yaitu fisik, mental, sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007:3). Jadi,
kesehatan merupakan suatu gejala dimana kondisi tubuh maupun jiwabdalam
kondisi yang produktif baik fisik, mental, sosial maupun ekonomi, di mana
kesehatan suatu kondisi tubuh yang sangat penting dalam menjalani aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kesehatan akan menhambat aktivitas dalam
kehidupan baik rohani maupun jasmani. Keshatan tubuh sangat berperan dalam
menjalani aktivitas-aktivitas baik dari segi fisik maupun pikiran di mana
kesehatan merupakan modal utama dalaam melakukan aktivitas dalam menjalani
kehidupan.
Pengobatan merupakan suatu tindakan nyata dari keputusan ilmiah yang
dilakukan oleh dokter yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dari resiko
sekecil mungkin bagi pasien.Tindakan pengobatan ini dilakukan berdasarkan
temuan-temuan atau diagnosis yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
oleh dikter.Terapi dengan obat biasanya terwujudkan pada penulisan suatu resep
sebagai tindakan terakhir konsultasi penderita dengan dokter. Terapi obat bisa

1
sangat efektif dalam mencegah penyakit atau memperlambat perkembangan
penyakit.Namun, seringkali ada ketidaksesuaian antara pedoman penggunaan obat
dan pelaksanaanya pada kondisi medistertentu atau komplikasi penyakit yang
ditemukan oelh pasien. Misalnya pasien dewasa dengan beberapa kondisi
penyakit, pelaksanaan sejumlah rekomendasi pengobatan yang berdasarkan
pedoman mungkin tidak rasional, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya
efek atau reaksi obat yang tidak diinginkan (Departemen Kesehatan RI, 2008;
Scottish government, 2015).
Asuhan kefarmasian didefinisikan sebagai penyediaan terapi obat secara
bertanggungjawab yang ditujukan untuk memperoleh hasil nyata untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil-hasil tersebut antara lain penyembuhan
penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala-gejala penyakit yang dialami
pasien, menahan atau memperlambat proses penyakit, serta mencegah penyakit
atau gejala-gejala. Secara spesifik farmasis memilki tiga tanggung jawab utama
yaitu (jones, 2008) ;
a. Memastikan bahwa terapi obat pasien diindikasikan secara tepat, paling
efektif, paling aman, paling nyaman digunakan, dan paling ekonomis,
b. Megidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan-permasalahan
terapi obat,
c. Memastikan bahwa tujuan terapi obat pasien terpenuhi dan hasil-hasil yang
optimal terkait kesehatan tercapai.
Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung
kepada masyarakat yang bersifat komprehensif dengan kegiatannya terdiri dari
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,
1997/1998).Muninjaya (2004) menjelaskan bahwa puskesmas merupakan unit
teknis yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di satu atau sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai funsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan

2
fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan bidang kesehatan
(Alamsyah, 2011).
Keputusan Menteri Kesehatan Tahun 2004 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Apotek, menetapkan bahwa semua tenaga kefarmasian dalam
melaksanakan tugas profesinya di apotek agar mengacu pada standar sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan ini. Standar pelayanan kefarmasian ini di maksudkan
untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional, melindungi
farmasisi dari tuntutan masyarakat yang kurang wajar, sebagai pedoman dalam
pengawasan praktek tenaga farmasi dan untuk pembinaan serta meningkatkan
mutu pelayanan farmasi di apotek. Sebagai wujud dalam pelaksanaan standar
pelayanan kefarmasian ini, tenaga farmasi di tuntu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain melakukan
pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan
akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Tenaga farmasi harus
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan dalam
proses pelayanan. Oleh karena itu, tenaga farmasi dalam menjalankan profesinya
sebagai tenaga kesehatan harus sesuai standar yang ada untuk menghindari
terjadinya hal tersebut.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Puskesmas


1. Tujuan umum :
Mampu memahami tugas dan peranan tenaga farmasi di puskesmas sesuai
dengan etika dan ketentuan yang berlaku di dalam setiap pelayanan kesehatan.

2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti praktik kerja di puskesmas, mahasiswa Farmasi (DIII) FIK
UNW Mataram :

3
a. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab tenaga farmasi
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di puskesmas
b. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di puskesmas
c. Memahami dan mampu melakukan pelayanan berdasarkan standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas
d. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi tenaga farmasi yang
professional.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Puskesmas


Adanya PKL Puskesmas ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
yaitu :
1. Bagi mahasiswa
Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang dunia kerja serta
kemampuan dalam melakukan pekerjaan kefarmasian khususnya di
puskesmas termasuk melaksanakan pelayanan kefarmasian dalam kondisi
pandemic.
2. Bagi program studi :
a. Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja program studi khususnya
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instans tempat PKL.
b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL.
3. Bagi instansi tempat PKL :
Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan di
masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan analisis yang
dilakukan mahasiswa selama PKL.

1.4 Waktu dan tempat PKL Puskesmas


1. Waktu kerja di Puskesmas Narmada, yaitu :
Senin-kamis : 07:30 – 14:00 WITA
Jumat : 07:30 – 11;30 WITA

4
Sabtu : 07:30 – 12:30 WITA
2. Lama PKL
Kegiatan PKL berlangsung selama 3 minggu dari tanggal 21 Desember 2020-
13 Januari 2021
3. Tempat PKL
Puskesmas Narmada, jl. Raya sembung, dusun karang kates, desa mekarsari,
kecamatan narmada, lombok barat

5
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelengarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang di tinjau dari Sistem
Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (Depkes RI,
2009).
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah siatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehaatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (Permenkes, 2016).
2.2 Tugas dan fungsi puskesmas
a. Tugas puskesmas
Tugas Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 pasal 4 yaitu: Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
b. Fungsi dan wewenang puskesmas
Fungsi puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4, puskesmas menyelenggarakan fungsi:

6
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas mempunyai kewenangan,
diantaranya :
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya :
 Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
 Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
 Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
 Menggerakkan masyarakat untuk menggidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tinggkat perkembanganmasyyarakat
yyang bekerjasama dengan sektor lain.
 Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
 Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
 Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
 Melaksakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan.
 Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulanggan penyakit.
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya :
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.

7
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsiip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi.
 Melaksanakan rekam medis.
 Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan.
 Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
 Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
 Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.

2.3 Tujuan Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan puskesmas yang
tertera pada peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 pasal 2 yang mana tujuan tersebut untuk mewujudkan masyarakat yang
memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat, untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu, untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan
sehat, untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehata yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

8
2.4 Pengelolaan/Manajemen Puskesmas
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Perencanaan
Perencanaan pembekalan farmasi merupakan salah satu fungsi yang
menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di puskesmas.
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusus
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pendoman atas dasar
konsep kegiatan yang sistemmatis dengan urutan yang logis dalam
mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan kebutuhan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di puskesmas setiap
priode, di laksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)
pengelola ruang farmasi.Perencanaan obat yang baik dapat mencegah
kekosongan atau kelebihan stok obat dan menjaga ketersedian obat di
puskesmas. Tahapan perencanaan kebutuhan obat dan BMHP meliputi tahap
pemilihan dan tahap perhitungan kebutuhan. Fungsi dari tahap pemilihan
adalah untuk menentukan perbekalan farmasi yang benar-benar diperlukan
sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di puskesmas.
Dasar-dasar pemilihan obat meliputi :
 Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis.
 Hindari obat kombinasi, kecuali obat kombinasi mempu yai efek yang
lebih baik di bandingkan obat tunggal.
 Apabila jenis obat banyak, maka di pilih berdasarkan obat pilihan.
Sedangakan tahap perhitungan kebutuhan berfungsi untuk menghindari
masalah kekosongan atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat di harapkan obat yang dapat tepat jenis,
tepat jumlah dan tepat waktu. Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi
merupakan tantangan tenaga farmasi. Masalah kekosongan atau kelebihan

9
perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-
mata hanya berdasarkan teoritis saja. Pendekatan perencanaan kebutuhan
dapat dilakukan melalui beberapa metode :
1) Metode konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi di dasarkan pada real
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi. Langkah perhitungan rencana kebutuhan obat
menurut pola konsumsi adalah :
 Pengumpulan dan pengolahan data
 Analisa data untuk informasi dan evaluasi
 Perhitungan periraan kebutuhan obat
 Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
2) Metode epidemiologi
Perencanaan dengan metode epidemiologi di dadarkan pada data jumlah
kunjungan, frekuensi penyakit, dan standar pengobatan yang ada.
Langkah-langkah pokok metode ini :
 Pengumpulan dan pengolahan data (menentukan jumlah penduduk
yang dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus yang akan
dilayani).
 Menyediakan standar atau pedoman pengobattan yang digunakan
untuk perencanaan.
 Menghitung perkiraan kebutuhan obat.
 Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di
puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari
pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor atau
pedagang besar farmasi. Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan

10
dan tindakan dalam menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga yang
harus dibayar, dan kualitas obat-obat yang diterima. Proses pengadaan
dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup
sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat
diperlukan. Pengadaan obat di puskesmas dilakuakan dengan dua cara yaitu
dengan melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupateen/Kota dan
pengadaan mandiri (pembelian). Pengadaan obat secara mandiri oleh
Puskesmas dilakukan sesuai ketentuan Peraturan perundang-undangan.
Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke distributor. Dalam hal
terjadi kekosongan persediaan dan kelangkaan di fasilitas distribusi,
puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke apotek. Pembelian obat
dapat dilakukan dengan dua mekanisme :
1) Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi kebutuhan obat
yang di resepakan dokter.
2) Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat menggunakan SP
(Surat Pesanan), dimana obat yang tidak tersedia di fasilitas distribusi
dapat di beli sebelumnya, sesuai dengan stok yang dibutuhkan.
c. Permintaan
Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang di sediakan di Puskesmas harus sesuai dengan
Formularium Nasional (FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota dan
Formularium Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan oleh Kepala
puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO. Permintaan obat dari sub unit ke Kepala
puskesmas dilakukan secara periodic menggunakan LPLPO sub unit.
Permintaan terbagi menjadi dua, yaitu :

11
1) Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang di susun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing
Puskesmas.
2) Permintaan khusus
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin. Proses permintaan khusus sama
dengan proses permintaan rutin. Permintaan khusus dilakukan apabila :
 Kebutuhan meningkat
 Terjadi kekosongan obat
 Ada kejadian luar biasa (KLB/Bencana)
Dalam menentukan jumlah permintaan obat, perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini :
 Data pemakaian obat periode sebelelumnya.
 Jumlah kunjungan resep.
 Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
 Sisa stok.
d. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, atau sumbangan.Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan
oleh petugas yang bertanggung jawab, harus terlatih baik, serta harrus
mengerti sifat penting perbekalan farmasi. Tujuan penerimaan adalah untuk
menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi
utuh, jumlah maupun waktu kedatangan. Semua perbekalan farmasi harus
ditempatkan dalam tempat lain yang aman. Penerimaan sediaan farmasi dan
BMHP dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan sumber lainnya
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian (TTK) penanggungjawab ruang farmasi di

12
puskesmas.Apoteker dan TTK penanggungjawab ruang farmasi
bertanggungjawab untuk memeriksa kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat
pada dokumen penerimaan.Pemeriksaan mutu meliputi pemeriksaan label,
kemasan dan jika diperlukan bentuk fisik obat.Setiap obat yang diterima
harus dicatat jenis, jumlah dan tanggal kadaluwarsanya dalam buku
penerimaan dan kartu stok obat. Bila terjadi keraguan terhadap mutu obat
dapat dilakukan pemeriksaan mutu di laboratorium yang ditunjuk pada saat
pengadaan dan merupakan tanggung jawab pemasok yang menyediakan dan
dicantumkan dalam perjanjian jual beli.Petugas penerimaan obat
bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik dan kelengkapan dokumen yang
menyertai.Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap
obat yang diserahterimakan sesuai dengan isi dokumen dan ditandatangani
oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas. Petugas
penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan kerusakan
obat.Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan
obat dan kartu stok.
e. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan penyimpanan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak obat.
Adapun tujuan penyimpanan, yaitu :
1) Memelihara mutu sediaan farmasi
2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3) Menjaga ketersediaan
4) Memudahkan pencarian dan pengawasan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alphabet dengan menerapakan prinsip FIFO dan FEFO
serta sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan. Aspek khusus yang perlu diperhatikan:

13
1) Obat High Alert adalah obat yang diwaspadai karena dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan serius (sentifel event) dan berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome). Obat
yang perlu diwaspadai terdisi atas :
 Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti insulin, atau obat
antidiabetik oral.
 Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi ucapan sama (sound
alike) biasa di sebut LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa
Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin da tetrakain.
Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi
label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM.
 Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau
lebih.
2) Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika,
Psikotropika dan Prekursor farmasi harus sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran,
penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan Narkotika, psikotropika dan
precursor Farmasi. Narkotika, psikotropika dan precursor farmasi harus
disimpan dalam lemari khusus dan menjadi penanggungjawab apoteker
penanggung jawab.
3) Obat kegawatdaruratan medis
Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi
kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi

14
kegawatdaruratan.Obat kegawatdaruratan medis digunakan hanya pada
saat emergensi dan ditempatkan di ruang pemeriksaan, kamar suntik, poli
gigi, ruang imunisasi, ruang bersalin dan Instalasi Gawat Darurat (IGD).
f. Pendistribusian
Pendustrian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
puskesmas untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjung pelayanan medis. Tujuan
pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit
pelayanan secara tepat waktu jenis ddan jumlah. Kegiatan pendistribusian
adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan BMHP
dari puskesmas induk untuk memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan
puskesmas.
g. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untk memastikan
ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi
kelebihan atau kekosongan obat dan BMHP di jaringan pelayanan
puskesmas.
h. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan semua kegiatan
pelayanan kefarmasian di puskesmas.
1. Pencatatan (dokumentasi)
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
keluar dan masuknya obat di puskesmas.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan.

15
2.5 Pelayanan kefarmasian di pukesmas
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
kefarmasian di Puskesmas harus mendukung 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehattan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Tujuan dari pelayanan kefarmasian yaitu untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang behubungan
dengan kesehatan. Ruang lingkup pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2
kegiatan, yaitu :
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan , permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuan adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaandan keterjangkauan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan
tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
2. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat Dan Pemberian Informasi Obat
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
c. Konseling
d. Ronde/Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap)

16
e. Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
f. Pemantauan Terapi Obat(PTO)
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Dua kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya kefarmasian yaitu
sumber daya manusia dan sarana prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga apoteker
(Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan) sebagai
penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
sesuai kebutuhan. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda
registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di Puskesmas melipti sarana yang memiliki fungsi :
a. Ruang Penerimaan
b. Ruang Pelayanan Resep Dan Peracikan
c. Ruang Penyerahan Obat
d. Ruang Konseling
e. Ruang Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
f. Ruang Arsip

2.6 Peraturan dan perundang-undangan Puskesmas


1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 TAhun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

17
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Sistem Informasi Puskesmas
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044

18
BAB III
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

3.1 Sejarah Puskesmas


Puskesmas Narmada merupakan Puskesmas yang sudah terakreditasi
paripurna dengan pengelolaan keuangan BLUD (Badan Layanan Umum daerah).
Puskesmas Narmada merupakan Puskesmas Rawat Inap dengan 16 tempat tidur.
Kondisi gedung Puskesmas yang dibangun tahun 2016 sangat baik dan
representative sebagai tempat pelayanan. Demikian juga untuk Puskesmas
Pembantu dari 5 Pustu yang ada sudah sangat baik sebagai tempat pelayanan.
Untuk Poskesdes dari 11 yang ada, masih dalam kondisi yang baik.
Selain itu di wilayah kerja Puskesmas Narmada terdapat juga beberapa
sarana pelayanan kesehatan swasta yaitu rumah bersalin/praktek Bidan lebih dari
10 unit, balai pengobatan/klinik pratama 2 unit dan lebih dari 10 tempat praktek
Dokter perorangan serta 8 apotek, 1 Rumah sakit umum daerah.
Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal menuju masyarakat Narmada
yang mandiri untuk hidup sehat.
2. Misi
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen kesehatan
b. Peningkatan kesehatan keluarga khususnya ibu, bayi dan balita serta
pencegahan penyakit menular dan kesehatan lingkungan
c. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam rangka
meningkatkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat serta
mendukung pembangunan berwawasan kesehatan.

19
Keadaan Geografis Puskesmas Narmada

Puskesmas Narmada merupakan Puekesmas perawatan yang terletak di Desa


Mekarsari, Kecamatan Narmada, Kabupatrn Lombok Barat dengan luas wilayah
kerja 49.15 km2, dengan batas-batas wilayah :
 Sebelah Timur : wilayah kerja Puskesmas Sedau, Kecamatan Narmada
 Sebelah Barat : wilayah kerja Puskesmas Cakranegara, Kota Mataram
 Sebelah Utara : wilayah kerja Puskesmas Lingsar, Kecamatan Lingsar
 Sebelah Selatan : wilayah kerja Puskesmas Kediri, Kecamatan Kediri
Secara administratif Wilayah Kerja Puskesmas Narmada terdiri atas 11 Desa
dengan 69 Dusun.Desa terluas adalah Desa Gerimax indah dengan Luas mencapai
8.26 km2 dan Desa yang mempunyai wilayah terkecil adalah Desa Dasan Tereng
dengan luas hanya 1.98 km2. Berikut adalah Desa-Desa tersebut :
 Desa Dasan Tereng dengan luas wilayah : 1.98 km2
 Desa Gerimax indah dengan luas wilayah : 8.26 km2
 Desa Sembung engan luas wilayah : 4.22 km2

20
 Desa Badrain dengan luas wilayah : 4,06 km2
 Desa Tanak Beak dengan luas wilayah : 8.19 km2
 Desa Batu kuta dengan luas wilayah : 4.19 km2
 Desa Kramajaya dengan luas wilayah : 2.59 km2
 Desa lembuak dengan luas wilayah : 4.35 km2
 Desa Nyurlembang dengan luas wilayah : 4.68 km2
 Desa Narmada dengan luas wilayah : 4.1 km2
 Desa Mekarsari dengan luas wilayah : 2. 55 km2
Jumlah penduduk di wilayah Kerja puskesmas Narmada pada Tahun 2018
mencapai 47.925 jiwa dengan 24.543 diantaranya laki-laki dan 23.382
perempuan. Jumlah KK 13.568 dan kepadatan penduduk 975 jiwa/km2. Sebagian
besar penduduk bekerja dalam bidang pertanian (44%), sedangkan sisanya terbagi
dalam beberapa bidang diantaranya : pedagang, angkutan, jasa, industri, PNS dan
lainnya.

3.2 Tata Ruang


Tata Ruang Puskesmas Narmada, antara lain :
1. Ruang UGD 24 jam yang dilengkapi dengan pelayanan one day care
2. Ruang pelayanan rawat jalan yang terdiri dari poli anak, poli umum, poli gigi,
poli KIA/KB, poli lansia
3. Ruang rawat inap yang terdiri dari Rawat Inap Umum
4. Ruang Poned
5. Ruang Konseling
6. Ruang Laboratorium
7. Ruang Farmasi
8. Gudang Obat
9. Gudang Alat-Alat Kesehatan
10. Ruang perpustakaan

21
11. Aula
12. Ruang program
13. Dapur umum
14. Ruang Kepala Puskesmas
15. Ruang Tata Usaha
Selain itu, dalam operasionalnya Puskesmas Narmada ditunjang oleh 5
Puskesmas Pembantu, yaitu :
1. Puskesmas Pembantu Tanak Beak di Desa Tanak Beak
2. Puskesmas Pembantu Krama Jaya di Desa Batu Kuta
3. Puskesmas Pembantu Sembung di Desa Sembung
4. Puskesmas Pembantu Dasan Tereng di Desa Dasan Tereng
5. Puskesmas Pembantu Nyurlembang di Desa Nyurlembang
Dan 11 Poskesdes, diantaranya :
1. Poskesdes Nyurlembang
2. Poskesdes Narmada
3. Poskesdes Lembuak
4. Poskesdes Tanak Beak
5. Poskesdes Batu Kuta
6. Poskesdes Keramajaya
7. Poskesdes Badrain
8. Poskesdes Sembung
9. Poskesdes Mekarsari
10. Poskesdes Dasan Tereng
11. Poskesdes Gerimax Indah

22
3.3 Struktur organisasi

3.4 Sumber daya manusia


Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Narmada yang tercatat pada tahun
2020 sebanyak 94 orang yang terdiri dari 4 dokter Umum, 1 Dokter Gigi, Perawat
Puskesmas/Pustu 19/5, Bidan Puskesmas/Poskesdes 12/11, 2 Perawat Gigi, 2
Kesmes, 2 Sanitarian, 3 Laboratorium, 5 Petugas gizi, 1 Apoteker, 2 Tenaga
Teknis Kefarmasian, 1 Rekam Medik, 2 Asisten Rekam Medik, 1 Akuntan, 2
Bendahara, 1 Petugas SIK, 5 Tenaga Administrasi, 2 Jurim, 2 Sopir, 3 Tenaga
Kebersihan, 1 Tukang Kebun, 1 Penjaga malam, 1 Satpam, 1 Bendahara Material,
2 Juru Masak.
Bila dilihat dari jumlah dan kuualifikasi Tenaga Kesehatan yang ada,
kebutuhan Tenaga di Puskesmas Narmada boleh dikatakan cukup memadai untuk
melakukan pelayanan yang sesuai dengan prosedur yang ada.

23
3.5 Kegiatan puskesmas
1. Jam kerja Puskesmas Narmada
Waktu kerja di Puskesmas Narmada, yaitu :
Senin – Kamis : 07:30 – 14:00 WITA
Jum’at : 07:30 – 11:30 WITA
Sabtu : 07:30 – 12:30 WITA
2. Pengelolaan perbekalan farmasi
a. Pemesanan barang
 Dikes
 IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten)
 PBF
b. Pengiriman barang
Pengiriman barang dilakukan ke Pustu, Poskesdes
c. Penerimaan barang
Penerimaan merupakan kegiatan penerimaan obat maupun alat kesehatan
yang sudah di pesan.
d. Penataan barang
Penataan barang merupakan kegiatan pengaturan barang maupun alat
kesehatan di gudang obat . Sistem penyimpanan obat di Gudang Farmasi
menggunakan gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO. Metode
FIFO (First In First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di
belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO (First Expired First
Out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (Expired
Date) lebih lama di letakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED
lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO,
baru kemudian dilakukan metode FIFO. Barang yang ED-nya paling dekat
diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya belakangan.

24
Sistem penyimpanan dikelompokkan berdasarkan jenis dan macam
sediaan, yaitu :
 Bentuk sediaan obat (tablet, kapsul, sirup, drop, salep/krim, injeksi dan
infus).
 Bahan baku
 Nutrisi
 Alat-alat kesehatan
 Gas medik
 Bahan mudah terbakar
 Bahan berbahaya
 Reagensia
 Film Rontgen
Sumber : Jurnal Kesehatan MAS UAD Vol. 4 No. 1 September 2010
e. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Narmada merupakan pelayanan
secara langsung kepada pasien. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas
Narmada meliputi :
 Pengkajian resep
 penyerahan obat
 pemberian informasi obat kepada pasien
 Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

25
BAB IV
ANALISA RESEP

Skrining Resep 1 Hamil +Anemia ringan

A. Persyarataan Administratif

No Administratif Ada Tida Keterangan


k
1 Nama Dokter √ Tidak di tuliskan nama dokter
2 SIP Dokter √ Tidak terdapat SIP dokter
3 Alamat Dokter √ Tidak terdapat alamat dokter
pada resep

26
4 Tgl Penulisan Resep √ Terdapat tanggal penulisan
resep
5 Tanda Tangan Dokter √ Terdapat tanda tangan dokter
6 Nama Pasien √ Terdapat nama pasien pada
resep
7 Alamat Pasien √ Terdapat nama pasien pada
resep
8 Umur √ Dituliskan umur pasien pada
resep
9 Jenis Kelamin √ Tidak dituliskan jenis kelamin
pasien pada resep
10 Berat Badan √ Tidak dituliskan berat pasien
pada resep
11 Nama Obat √ Terdapat nama obat pada
resep
12 Potensi/kebutuhan sediaan √ Tiidak ada potensi/kebutuhan
sediaan
13 Dosis √ Tidak dituliskan dosis obat
pada pasien
14 Jumlah yang di minta √ Terdapat jumlah obat yang
diminta pada resep
15 Frekuensi Penggunaan √ Terdapat frekuensi
penggunaan obat pada resep

B. Kesesuaian Farmasetik
No Farmasetik Ada Tidak Seharusnya
1 Bentuk sediaan √ Tablet
2 Aturan pakai √

27
3 Jumlah sediaan √

C. Pertimbangan Klinis
No Klinis Ya Tida Keterangan
k
1 Ada indikasi tidak ada obat √
2 Ada obat tidak ada indikasi √
3 Over dosis √
4 Under dosis √
5 Interaksi obat √
6 Duplikasi √
7 Obat pilihan tidak tepat √
8 Alergi obat √
9 Efek samping obat √
10 Kontraindikasi √

D. Pemerian
1. SF
 Komposisi : Ferrous Fumarate 60 mg, Asam Folat 400 mg
 Indikasi : membantu memenuhi zat besi dan asam folat tubuh serta
mengatasi anemia mengaloblastik
 Dosis : dewasa 1 tablet 1x sehari
 Efek samping : mual, muuntah, hingga gangguan hati.
2. Vitamin C
 Komposisi : vitamin C (Ascorbic Acid) 250 mg
 Indikasi : suplementasi vitamin C
 Dosis : 1x sehari 1 tablet / atau sesuai anjuran dokter
 Efek samping : mual, muntah, perut kembung, diare.

28
Sumber : Anonim. 2017. Informasi Spesialite Obat (ISO).Volume 51.Jakarta :
PT. Isfi.

Skrining Resep 2 Gastritis

A. Persyaratan Administratif

No Administratif Ada Tidak Keterangan


1 Nama dokter √ Ada nama dokter pada resep
2 SIP dokter √ SIP dokter ada

29
3 Alamat dokter √ Tidak dicantumkan alamat
dokter pada resep
4 Tgl penulisan resep √ Terdapat tanggal penulisan
resep
5 Tanda tangan dokter √ Ada tanda tangan dokter pada
resep
6 Nama pasien √ Dicantumkan nama pasien
pada resep
7 Alamat pasien √ Alamat pasien dituliskan
pada resep
8 Umur √ Umur pasien ada dalam resep
9 Jenis kelamin √ Tidak ada ditulikan jenis
kelamin pasien
10 Berat badan √ Berat badan pasien tidak
dituliskan
11 Nama obat √ Tterdapat nama obat dalam
resep
12 Potensi/kekuatan sediaan √ Tidak ada potensi/kekuatan
sediaan obat
13 Dosis √ Tidak dicantumkan dosis
obat
14 Jumlah yang diminta √ Jumlah yng diminta terdapat
pada resep
15 Frekuensi penggunaan √ Frekuensi penggunaan ada
pada resep

B. Kesesuaian Farmasetik
No Farmasetik Ada Tidak Seharusnya

30
1 Bentuk sediiaan √
2 Aturan pakai √
3 Jumlah sediaan √

C. Pertimbanggan Klinis
No Klinis Ya Tida Keterangan
k
1 Ada indikasi tidak ada obat √
2 Ada obat tidak ada indikasi √
3 Over dosis √
4 Under dosis √
5 Indikasi obat √
6 Duplikasi √
7 Obat pilihan tidak tepat √
8 Alergi obat √
9 Efek samping obat √
10 Kontraindikasi √

D. Pemerian
1. Antasida sirup
 Komposisi : Aluminium Hidroksida 200 mg, Magnesium Hidroksida 200
mg
 Indikasi : mengurangi kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung,
tukak usus dua bbelas jari, gejala mual, muntah, nyeri lambung dan nyeri
uulu hati.
 Dosis : dewasa 1-2 sendok the 3-4x sehari, 6-12 tahun ½-1 sendok the 3-4x
sehari

31
 Efek samping : sembelit, diare, mual, muntah, dan gejala tersebut akan
hilang bila pemakaian obat dihentikan.
2. Omeprazole
 Komposisi : Omeprazole 20 mg
 Indikasi : pengobatan jangka pendek tukak usus dan tukak lambung, refluksi
esophagitis yang eerosif.
 Dosis : 1x 20-40 mg sehari
 Efek samping : omeprazole dapat ditoleransi, sakit kepala, diare, konstipasi
dan fflatulense jarang terjadi.
3. Vitamin BC
 Komposisi : vitamin B1 2 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 2 mg, Calcium
Pantothenate 10 mg, Nicotinamide 20 mg.
 Indikasi : mencegah dan mengobati kekurangan vitamin BC
 Dosis : pencegahan dan pengobatan 1-2 tablet sehari
 Efek samping : sakit kepala, pusing, mual, muntah dan diare.
Sumber : Anonim. 2017. Informasi Spesialite Obat (ISO).Volume 51.Jakarta :
PT. Isfi.

32
Skrining resep 3 DM +HT

A. Persyaratan Administratif
No Administratif Ada Tidak Keterangan
1 Nama dokter √ Tidak ada nama dokter pada
resep
2 SIP dokter √ Tidak Ada SIP dokter pada
resep
3 Alamat dokter √ Tidak dicantumkan alamat
pasien

33
4 Tgl penulisan resep √ Terdapat tanggal penulisan
resep
5 Tanda tangan dokter √ Terdapat tanda tangan dokter
6 Nama pasien √ Ada nama pasien pada resep
7 Alamat pasien √ Alamat pasien juga
diyulidkan pada resep
8 Umur √ Terdapat umur pasien pada
resep
9 Jenis kelamin √ Tidak dituliskan jeni kelamin
pasien
10 Berat badan √ Tidak ada berat pasien pada
resep
11 Nama obat √ Terdapat nama obat pada
resep
12 Potensi/kekuatan obat √ Tidak dituliskan
potensi/kekuatan obat
13 Dosis √ Dosis obat dicantukan pada
resep
14 Jumlah yang diminta √ Jumlah obat yang diminta
dituliskan pada resep
15 Frekuensi penggunaan √ Frekuensi penggunaan obat
dituliskan pada resep

B. Kesesuaian Frekuensi

No Farmasetik Ada Tidak Seharusnya


1 Bentuk sediaan √
2 Aturan pakai √

34
3 Jumlah sediaan √

C. Pertimbangan Klinis
No Klinis Ya Tida Keterangan
k
1 Ada interaksi tidak ada obat √
2 Ada obat tidak ada interaksi √
3 Over dosis √
4 Under dosis √
5 Interaksi obat √
6 Duplikasi √
7 Alergi obat √
8 Obat pilihan tidak tepat √
9 Efek samping obat √
10 Kontraindikasi √

D. Pemerian
1. Amlodipine 5 mg
 Komposisi : amlodipine tablet 5 mg
 Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi dan angina
 Dosis : awal 1x 5 mg sehari, maksimal sehari 1x 10 mg
 Efek samping : sakit kepala, kelelahan, mengantuk, mual, nyeri abdomen
dan pusing.
2. Metformin 500 mg
 Komposisi : Metformin 500 mg
 Indikasi : DM tipe 2 yang kadar gula darahnya tidak terkontrokl dengan diet
dan aktifitas fisik.

35
 Dosis : dosis awal 1x 500 mg per hari, dosis maksimum 2000 mg dalam
dosis terbagi
 Efek samping : diare, mual, muntah, batuk, demam dan menggigil, nafsu
makan menurun.
3. Dexamethasone
 Komposisi : dexamethasone 500 mcg, deksklorfeniramin maleat 2 mg tiap
tablet
 Indikasi : demam parah karena radang pada selaput lendir hidung dan
tenggorokan, asma saluran nafas yang parah dan kronik, peradangan kornea.
 Dosis : sehari 4x 1-2 tablet, anak sehari 3-4x ½ tablet
 Efek samping : pusing, susah bunag air kecil.
4. Paracetamol
 Komposisi : paracetamol 500 mg
 Indikasi : meringankan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam.
 Dosis : dewasa 1 tablet 3-4x sehari, 6-12 tahun ½-1 tablet 3-4x sehari
 Efek samping : reaksi hipersensitifitas, penggunaan jangka lama dan dosis
besar menyebabkan kerusakan hati.
Sumber : Anonim. 2017. Informasi Spesialite Obat (ISO).Volume 51.Jakarta :
PT. Isfi.

36
skerining resep 4 DM+HT

A. Persyaratan Farmasetis

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


1 Nama Dokter √ Tidak tertulis nama
dokter di resep
2 SIP Dokter √ Tidak tertulis SIP dokter
di resep
3 Alamat Dokter √ Tidak tertulis alamat
dokter di resep

37
4 Tanggal Penulisan Resep √ Tertulis tamggal pada
penulisan resep
5 Tanda Tangan Dokter √ Tidak terdapat tanda
tangan dokter pada resep
6 Nama Pasien √ Tertulis nama pasien
pada resep
7 Alamat Pasien √ Tertulis nama pasien
pada resep
8 Umur √ Tertulis umur pasien
pada resep
9 Jenis Kelamin √ Tertulis jenis kelamin
pasien dalam resep
10 Berat Badan √ Tidak tertulis berat
badan pasien pada resep
11 Nama Obat √ Amlodipine,
glimepiride,
metformine, vitamin Bc
12 Potensi/Kekuatan Obat √ Tidak terdapat potensi
kekuatan obat
13 Dosis √ Amlodipene = 10mg,
Glimepiride = 2mg
Metformine = 500mg
Vitamine Bc
14 Jumblah Yang Diminta √ Amlodipine = 60
Glimepiride = 30
Metformine =90
Vitamine Bc =10

15 Frekuensi Penggunaan √ Amlodipine = 1x1 tablet


Glimepiride = 1x1 tablet
Metformine = 3x1 tablet

38
Vitamine Bc = 1x1
tablet

B. Kesesuaian Frekuensi

No Frekuensi Ada Seharusnya


1 Bentuk Sedian Tablet
2 Aturan Pakai √
3 Jumblah Sediaan √

C. Pertimbangan Klinis

No Klinis Ya Tidak Cara Mengatasi


1 Ada Indikasi Tidak Ada Obat √
2 Ada Obat Tidak Ada Indikasi √
3 Over Dosis √
4 Under Doses √
5 Indikasi Obat √
6 Duplikasi √
7 Obat Pilihan Tidak Tepat √
8 Alergi Obat √
9 Efek Samping Obat √
10 Kontrak Indikasi √

D. Pemerian
 Amlodipine 10 mg

39
 Komposisi : Amlodipine 10 mg
 Dosis : Dosis lazim adalah 5 mg diberikan 1x sehari, dewasa 5-10 mg per
hari.
 Indikasi : Amlodipine diindikasikan untuk terapi hipertensi dan dapat
digunakan sebagai obat pengontrol tekanan darah.
 Efek samping : pusing, mual muntah
 Glimepiride tab 2 mg
 Komposisi : Glimepiride 2 mg
 Dosis : dosis awal 1-2 mg per hari
 Indikasi : obat ini digunakan untuk Diabetes Melitus type II dimana kadar
glukosa darah tidak dapat hanya di control dengan diet dan olahraga saja.
 Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, diare pusing
 Metformin tab 500 mg
 Komposisi : Metformin HCL 500 mg
 Dosis : dosis awal : sehari 2x 500 mg atau 2x 850 mg.
 Indikasi : terapi awal untuk diabetes dengan keadaan kelebihan berat badan
serta kadar gula darah yang tidak dapat dikendalikan hanya dengan diet saja.
 Efek samping : batuk, demam, diare, sakit perut, mual, muntah dan nafsu
makan menurun
 Vitamin BC
 Komposisi : vitamin B1 2 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 2 mg,
Calcium Pantothenate 10 mg, Nicotinamide 20 mg.
 Indikasi : mencegah dan mengobati kekurangan vitamin BC
 Dosis : pencegahan dan pengobatan 1-2 tablet sehari
 Efek samping : sakit kepala, pusing, mual, muntah dan diare.

skerining resep 5 dramatis kontak iritan

40
A. Persyaratan Administrasi

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


1 Nama Dokter √ Tidak tertera nama doter di
resep
2 SIP Dokter √ Tidak tertera SIP dokter di
resep
3 Alamat Dokter √ Tidak tedapat alamat dokter
di resep
4 Tanggal Penulisan Resep √ Tertulis tanggal pada
penulisan resep
5 Tanda Tangan Dokter √ Tidak terdapat tanda tangan
dokter pada resep
6 Nama Pasien √ Tertulis nama pasien pada
resep

41
7 Alamat Pasien √ Tertulis alamat pasien pada
resep
8 Umur √ Tertulis umur pasien pada
resep
9 Jenis Kelamin √ Tertulis jenis kelamin
pasien pada resep
10 Berat Badan √ Tidak terdapat berat badan
pasien pada resep
11 Nama Obat √ Tertulis nama obat di resep
12 Potensi/Kekuatan Obat √ Tidak terdapat potensi
kekuatan obat
13 Dosis √ Bethametahsone valerate =
0,1% krim
14 Jumblah Yang Diminta √ Bethametahsone valerate =
1
15 Frekuensi Penggunaan √ Bethametahsone = 2x1

B. Kesesuaian Frekuensi

No Frekuensi Ada Seharusnya


1 Bentuk Sedian Krim
2 Aturan Pakai √
3 Jumblah Sediaan √

C. Pertimbangan Klinis

No Klinis Ya Tidak Cara Mengatasi


1 Ada Indikasi Tidak Ada Obat √
2 Ada Obat Tidak Ada Indikasi √
3 Over Dosis √

42
4 Under Dosis √
5 Interaksi Obat √
6 Duplikasi √
7 Obat Pilihan Tidak Tepat √
8 Alergi Obat √
9 Efek Samping Obat √
10 Kontra Indikasi √

D. Pemerian
1. Beta SK
 Komposisi : Betamethasone 0.1%
 Dosis : dioleskan 3-4 kali sehari
 Indikasi : obat ini digunakan untuk mengurangi peradangan atau alergi kulit
 Efek samping : resiko infeksi dan alergi

43
skrining resep 6 ispa

A. Persyaratan administratif

No Kriteria Ada Tidak Keterangan


Ada
1 Nama Dokter √ Tidak terdapat nama dokter
di resep
2 SIP Dokter √ Tidak terdapat SIP doter
pada resep
3 Alamat Dokter √ Tidak terdapat alamat dokter
pada resep
4 Tanggal Penulisan Resep √ Tertulis tanggal penulisan
resep

44
5 Tanda Tangan Dokter √ Tidak terdapat tanda tangan
dokter pada resep
6 Nama Pasien √ Tertulis alamat pasien pada
resep
7 Alamat Pasien √ Tertulis alamat pasien pada
resep
8 Umur √ Tertuli umur pasien pada
resep
9 Jenis Kelamin √ Tertulis jenis kelamin pasien
pada resep
10 Berat Badan √ Tertulis berat badan pasien
pada resep
11 Nama Obat √ Tertulis nama obat pada
resep
12 Potensi/Kekuatan Obat √ Tidak terdapat potensi
kekuatan obat
13 Dosis √ Abroxol siyrup = ½ sendok
Cetirizine tablet = 1 tablet
14 Jumblah Yang Diminta √ Ambroxsol siyrup = 1
Cetirizine tablet = 1 tablet
jadi 4 bungkus
15 Frekuensi Penggunaan √ Ambroxsol siyrup = 3x1/2
sendok
Cetirizine tablet = 1x1
bungkus

B. Kesesuaian Farmasetik

No Farmasetik Ada Seharusnya


1 Bentuk Sediaan Syrup dan tablet

45
2 Aturan Pakai √
3 Jumblah Sediaan √

C. Pertimbangan Klinis

No Klinis Ya Tidak Cara Mengatasi


1 Ada Indikasi Tidak Ada Obat √
2 Ada Obat Tidak Ada Indikasi √
3 Over Dosis √
4 Under Dosis √
5 Interaksi Obat √
6 Duplikasi √
7 Obat Pilihan Tidak Tepat √
8 Alergi Obat √
9 Efek Samping Obat √
10 Konta Indikasi √

D. Pemerian
1. Ambroxol Syr
 Komposisi : per 5ml : Ambroxol HCL 15 mg
 Dosis : dosis dewasa dan usia lebih dari 12 tahun : 3x sehari 3 sendok takar
dan untuk dosis anak usia lebih dari 3 tahun : 2x sehari 1 sendok takar
 Indikasi : pengobatan saluran pernapasan akut dan kronis dengan sekresi
brronkial yang abnormal terutama serangan akut bronkhitis kronis, asma
bronkial, bronkhitis asmatik.
 Efek samping : mual, muntah, sakit perut, perut kembung.
2. Cetirizine
 Komposisi : cetirizine HCL 10 mg
 Dosis : dewasa dan anak diatas 12 thn 1 tablet per hari.
 Indikasi : kondisi alergi seperti rhinitis perennial, rhinitis alergi dan urtikaria
idiopatik kronik.

46
Resep Racikan 1

Perhitungan

1. Amoxicillin
Dosis : 10 mg – 15 mg / kg BB
BB : 10,6 kg
Sediaan Amoxicillin : 500 mg
10 mg x 10,6 kg = 106 mg (1x minum)
Pemberian 3x1 selama 5 hari = 15 bungkus

47
106 mg x 15 bungkus = 1.590
1.590 ÷ 500 mg = 3,18
= 3 tab
Di resep di tuliskan sediaan Amoxicillin syrup, tetapi Amoxicillin syrup
kosong maka di gantikan dengan Amoxicillin tablet kemudian dipuyerkan
sesuai dengan dosis dan berat badan pasien.
2. Ambroxol
Dosis untuk anak 2-5 tahun : 7,5 mg
BB : 10,6 kg
Sediaan Ambroxol : 30 mg
7,5 mg x 10,6 kg = 79,5 mg (1x minum)
79,5 mg ÷ 30 mg = 2,65
= 2,5 tab
3. CTM
Dosis untuk anak 2-5 tahun : 1 mg – 6 mg / kg BB
BB : 10,6 kg
Sediaan CTM : 4 mg
1 mg x 10,6 kg =10,6 mg (1x minum)
10,6 mg ÷ 4 mg = 2,65
= 2,5 tab
Untuk Dexamethasone tidak di berikan karena berat pasien 10 kg, di Puskesmas ada
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) itu ada dalam pedoman pengobatan.
Sedangkan untuk Vitamin B Complex tidak diberikan karena pasien diare. Pasien
diare tidak boleh diberikan Vitamin B Complex karena akan memperparah diarenya.
Untuk sediaan Dexamethasone dan Vitamin B complex tidak digunakan pada resep
tersebut. Jika ada tanda # pada obat dalam resep maka obat tersebut tidak digunakan.

48
resep racikan 2

Perhitungan
1. Amoxicillin
Dosis : 10 mg – 15 mg / kg BB
BB : 10,5 kg
Sediaan Amoxicillin : 500 mg
10 mg x 10,5 kg = 105 mg (1x minum)
Pemberian 3x1 selama 5 hari = 15 bungkus
105 mg x 15 bungkus = 1.575

49
1.575 ÷ 500 mg = 3,15
= 3 tab
Di resep di tuliskan sediaan Amoxcillin syrup, tetapi Amoxicillin syrup
kosong maka di gantikan dengan Amoxicillin tablet kemudian dipuyerkan
sesuai dengan dosis dan berat badan pasien.

2. CTM
Dosis CTM untuk anak 2-5 tahun : 1 mg – 6 mg / kg BB
BB : 10,5 kg
Sediaan CTM : 4 mg
1 mg x 10,5 kg = 10,5 mg (1x minum)
10,5 mg ÷ 4 mg = 2,6
= 2,5 tab
3. Dextamethasone
Dosis untuk anak 1-5 tahun : 0,25 mg – 1 mg / kg BB
BB : 10,5 kg
Sediaan Dexamethasone : 0,75 mg
0,25 mg x 10,5 kg = 2,625 mg (1x minum)
2,625 mg ÷ 0,75 mg = 3,5 tab

50
BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan selama 3 minggu 3 hari di Puskesmas Narmada
yang dimulai dari tanggal 21 Desember 2020 sampai 13 Januari 2021,banyak
pengalaman baru yang didapatkan. Dengan adanyya Praktek Kerja Lapangan ini juga
kami dapat menerapkan teori yang sudah diterima secara langsung. Mulai dari
pelayanan resep, penyampaian informasi obat kepada pasien, penyimpanan obat,
mencatat penggunaan obat yang keluar per hari, sehingga dapat mengetahui berapa
pemakaian obat.
5.1 Pengelolaan Obat di Gudang Puskesmas Narmada
1. Perencanaan
Perencanaan obat di Gudang Puskesmas Narmada melakukan kegiatan
perencanaan dengan cara melihat kartu stock dan banyaknya permintaan dari
tiap unit serta banyaknya obat yang diresepkan.
2. Permintaan atau pengadaan
Pada tahap permintaan atau pengadaan obat di Puskesmas Narmada dilakukan
dengan cara permintaan obat ke IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten), namun
permintaan atau pengadaan obat dapat juga di lakukan ke PBF (Pedagang
Besar Farmasi).
3. Penerimaan
Pada tahan ini Puskesmas Narmada melakukan penerimaan obat yang sudah di
pesan yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap obat yang datang.
Apakah sudah sesuai dengan surat pesanan atau tidak. Jika terdapat kerusakan
atau kesalahan terhadap obat yang datang maka obat tersebut dapat
dikembalikan.
4. Penyimpanan
Pada tahap ini Puskesmas Narmada melakukan penyimpanan obat dengan cara
memisahkan tempat penyimpanan. Misalnya obat tablet disimpan dengan obat

51
tablet, kapsul Untuk sirup disimpan pada lemari yang berbeda dan untuk obat-
obat tertentu misalnya seperti suppositoria disimpan pada suhu kulkas.
5. Pendistribusian
Pada tahap ini Puskesmas Narmada melakukan pendistribusian dengan cara
unit kesehatan lainnya meminta obat pada apoteker. Kemudian apoteker
menyiapkan obat yang diminta.Pendistribusian obat dilakukan ke ruang TB,
UGD dan rawat inap.
6. Pencatatan dan pelaporan
Pada tahap ini Pueskesmas Narmada melakukan pencatatan dan pelaporan
dengan cara Apoteker mencatat dan merangkum semua permintaan obat.

5.2 Pelayanan Obat di Ruang Farmasi


1. Pelayanan sediaan farmasi di ruang farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehattan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti dan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan resep di
Ruang Farmasi Puskesmas Narmada, hari Senin-Kamis dimulai dari pukul
08:00 sampai dengan pukul 12:30 WITA, hari Jum’at dimulai dari pukul 08:00
sampai dengan 10:30 WITA dan untuk hari Sabtu dimulai dari pukul 08:00
sampai dengan 11:30 WITA. Jumlah resep per hari rata-rata 50-80 lembar
resep. Pelayanan resep yang masuk ke apotek melalui prosedur sebagai
berikut :

Petugas Menerima Resep Pasien menyerahkan resep

Ya
Apakah Sudah Konsultasi Ke Dokter
Sesuai ??
52

Tida
k
Penyiapan dan Peracikan
Penyerahan Obat Disertai
Pemberian Inormasi Obat

a. Penerimaan resep
Resep dibawa oleh pasien ke ruang Farmasi, kemudian pasien
menyerahkan resep di tempat yang sudah disediakan.
b. Skrining resep
Resep yang sudah diterima oleh petugas apotek, kemudian dilakukan
skrining administratif, farmasetis dan klinis. Apabila obat yanga da di
resep tidak jelas atau terdapat kekeliruan nama pasien maka petugas
apotek menanyakkan kepada dokter yang bersangkutan tentang kebenaran
pada resep. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat ke pasien.
c. Penyiapan obat
Setelah skrining resep dilakukan, selanjutnya yaitu penyiapan
obat.Penyiapan obat racikan maupun non racikan.
 Apabila resep racikan maka kita harus menghitung dosis terlebih
dahulu, supaya tidak terjadi over dosis pada pasien.
 Untuk resep non racikan maka kita harus menggambil obat sesuai
dengan jumlah yang di minta pada resep.
 memasukkan obat pada kliip obat berdasarkan jenis obat.
 Beri etiket putih untuk sediaan obat yang melalui selauran pencernaan,
sedangkan etiket biru untuk obat yang tidak melalui sistem pernapasan.

53
d. Pemeriksaan obat
Obat yang sudah dimasukkan kedalam klip obat dan sudah di berikan
etiket, maka harus dilakukan pemeriksaan kembali obat yang sudah
disiapkan, apakah sudah sesuai dengan resep yang diminta atau ada obat
yang belum disiapkan.
e. Penyerahan obat
Setelah obat sudah siap, maka dilakukan penyerahan obat kepada pasien
maupun keluarga yang bersangkutan dan harus memastikan apakah sesuai
nama pasien yang mengambil obat dengan nama yang ditulis diresep, agar
tidak terjadi pertukaran obat dengan pasien yang lain. Selanjutkan
memberikan informasi tentang penggunaan obat pada pasien.
2. Pemberian informasi obat
Menurut WHO pemberian informasi obat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses terapi rasional. Pemberian informasi obat adalah salah
satu tahap pada pelayanan resep untuk menghindari masalah yang berkaitan
dengan terapi obat.Pemberian informasi obat memiliki peran yang penting
dalam rangka memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan
yang bermutu bagi pasien (Umi Athiyah, 2014). Tujuan pemberian informasi
obat, antara lain :
a. Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan
b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
Menurut Permenkes Nomor 74 Tahun 2016, pemberian informasi obat terdiri
dari :
a. Nama obat
b. Sediaan obat
c. Dosis
d. Cara memakai obat
e. Penyimpanan obat
f. Indikasi obat

54
g. Kontraindikasi
h. Interaksi obat
i. Stabilitas
j. Efek samping obat
k. Etiket obat

55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa dapat mempraktekkan teori secara langsung di lapangan
2. Dapat mengetahui dan memahami cara-cara pelayanan di Puskesmas maupun
kegiatan yang dilakukan di puskesmas
3. Dapat mengetahui cara pengelolaan obat di Puskesmas
4. Dapat mengetahui alur pelayanan resep di Puskesmas

6.2 Saran
1. Dalam penulisan resep, alangkah baiknya memperhatikan dosis obat yang
akan di berikan kepada pasien. Karena kadang-kadang lupa menuliskan dosis
pada resep sehingga tenaga kefarmasian harus memastikan dosis tersebut
kepada dokter.
2. Mempertahankan budaya 5R, yaitu Ringkas (pilih dan pisahkan barang yang
tidak perlu), Rapi (lakukan penataan ditempat kerja), Resik (jaga kebersihan
di tempat kerja), Rawat (pelihara kondisi Ringkas Rapi Resik di tempat
kerja), dan Rajin (biasakan Ringkas Rapi Resik setiap saat).

56
DAFTAR PUSTAKA

AA Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan Kedokteran.Jakarta :EGC


Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan.Bantul : Nuha
Medika.
Anonim. 2017. Informasi Spesialite Obat (ISO).Volume 51.Jakarta : PT. Isfi
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007.Jakarta :
Depkes RI Jakarta.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Depkes RI. Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit.Jakarta : Departemen Kesehatan RI ; 1998.
Epuskesmas Narmada
Jones, David. (2008). FASTTrack : Pharmaceutics – Dosage Form and
Design.Pharmaceutical Press : London
Jurnal KES MAS UAD Vol.4 No.1 September 2010
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014.Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
Jakarta
Kementerian Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :
Rineka Cipta

57
LAMPIRAN
Resep

58
Resep Racikan

59
Copy Resep

60
Etiket

61
62
Denah Lokasi

Kegiatan PIO

63
Penulisan Etiket

Penyiapan Resep Racikan

64
Kartu stok

65
Rak obat

66
67
Rak penyimpanan infus set

68
Meja racik

69
Rak sirup dan krim

70
Lemari obat khusus

71
KASUS PENYAKIT TERBANYAK DI

PUSKESMAS NARMADA

TAHUN 2020-2021

2,500
2164
2,000

1,500
1024
1,000 892 804
692 551 580 531
500 491 415 338
440 242 290 379 273 188 209
271 179 LAKI-LAKI
0 PEREMPUAN
I K I I IK E
NS IFI P SIA K UT K AS K AS SIF AR GI
A M
A
TE ES E A LI LI E DI IA
L AS
R SP SP S P
OM SP
PE DI ITI M M
HI ISP A
NG K O
A
K O N
RI S+ NP A
N
FA U A ISP
LIT T
EL D M
SM
E TE
AB
DI

72
PENGGUNAAN OBAT TERBANYAK

DI PUSKESMAS NARMADA

160,000
142,036
140,000
120,000
100,000 94,466 90,394
86,031
80,000
60,113
60,000 51,487
43,688
40,000 36,901
29,651 24,353 22,799
20,000
0
ol g g s t g
en
g at g g
a m 0
m
5
m
plek al ea 2
m o 0
m
am 5
m
,5
m
t
ce 50 ril
2 m
eM
e aD ol
3 en in 2
ara hcl p B
co in ir id sid o x ef iste r il1
to p ta M S
P in ap in m e
An br am op
r m C a m n ir a G lim A m s ty lN apt
o t A
etf Vi pe Ac
e C
M lor
Ch

73
Pertanyaan Seminar

1. Pertanyaan dari Saprina dan Delia


Seperti apa ruang PONED yang di maksud di Puskesmas Narmada ?
Jawab :
Ruang PONED (Pelayanan Obstetric Neonatal Dasar) merupakan
pelayanan untuk menaggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan
obstetric neonatal dan buka pelayanan 24 jam. Ruang PONED
bersebelahan dengan ruang persalinan.
2. Pertanyaan dari Erika Galuh Rizky
Bagaimana cara pemusnahan obat Narkotika dan Psikotropika yang telah
kadaluwarsa di Puskesmas Narmada ?
Jawab :
Pemusnahan obat Narkotika dan Psikotropika yang sudah
kadaluwarsa yaitu pemusnahan obat dilakukan di IFK (Instansi
Farmasi Kabupaten). Untuk prosedur pemusnahan tetap sama dengan
obat lain yaitu :
a. Ada nama dan jumlah obat satuan terkecil, keterangan ED dan
No. Batch.
b. Ada saksi dari Dikes dan polisi
c. Membuat laporan.
3. Pertanyaan dari Diyah dan Aini
Bagaimana prosedur untuk permintaan khsusus, apakah sama dengan
permintaan rutin ?
Jawab :
Prosedur permintaan khusus dan permintaan rutin sama yaitu
menggunakan LPLPO dan surat khusus. Jika kita mengajukan
permintaan khusus biasanyya meminta persetujuan dari IFK / Dikes.
Permintaan khusus di luar permintaan rutin, seperti :

74
a. Malaria
b. Obat kososng IFK
c. Kasus emergensi
4. Pertanyaan dari Siti Uluhiah
Bagaimana sistem pendistribusian obat ke ruangan IGD dan ruang rawat inap
di Puskesmas Narmada ?
Jawab :
Sistem pendistribusian obat ke UGD (obat terbatas hanya kasusnya
emergensi) dngan menggunakan LPLPO, sedangkan untuk
pendistribusian obat ke ruang rawat inap hanya menyediakan
injeksi/cairan/bahan medis habis pakai (spuit) dll, sedangkan untuk
obat minum tetap di resepkan dan di ambil ke apotek.
5. Pertanyaan dari Khotifa Nur Pratiwi
Bagaimana kegiatan pengabdian masyarakat di Puskesmas Narmada selama
masa pandemi ?
Jawab :
pengabdian masyarakat era masa pandemic memang berkurang,
tetapi sejauh mungkin untuk penyuluhan obat / home visitte tetap di
lakukan bila perlu dengan protokol kesehatan.
6. Pertanyaan dari Hasanah
Bagaimana penanganan obat rusak dan ED di Puskesmas Narmada ?
Jawab :
penanganan obat rusak dan ED di lakukan di IFK, setiap bulan
dilakukan stok op, obat yang akan ED disisihkan disimpan tersendiri,
dicatat jumlah, ED, No.Batch untuk segera dikembalikan ke IFK
7. Pertanyaan dari Erlin Meidayanti
Bagaimana cara penyimpanan obat Psikotropika yang sudah ED di Puskesmas
Narmada ?
Jawab :

75
tetap disimpan dalam lemari Psikotropika, tetapi disisihkan dan
diusahakan untuk segera dikembalikan ke IFK.
8. Pertanyaan dari Saprina dan Delia
Bagaimana alur pendistribusian obat kepada pasiien rawat inap ?
Jawab :
alur pendistribusian obat kepada pasien rawat inap yaitu rawat inap
hanya menyediakan injeksi/cairan/bahan medis habis pakai (spuit)
dll, sedangkan untuk obat minum tetap di resepkan dan diambil di
apotek.
9. Pertanyaan dari Husnul azrun syakir
Kenapa di resep tidak di cantumkan atau dituliskan alamat dokter, alasannya
kenapa ?
Jawab :
di Puskesmas Narmada Dokter tidak di haruskan untuk
mencantumkan alamat, tetapi untuk resep keluar maka Dokter harus
mencantumkan alamatnya.
10. Pertanyaan dari Anisatun Ramadhan
Bagaimana waktu tunggu pasien saat obat racikan, berapa menit seharusnya
sesuai dengan peratuuran yang berlaku ?
Jawab :
Waktu tunggu pasien untuk obat racikan biasanya lebuh lama
dibandingkan dengan resep non racikan.
Menurut Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Maksimal 15 menit untuk obat
non racikan dan 30 menit untuk obat racikan.
11. Pertanyaan dari Pak Rauhul Kurniawan
Di salah satu contoh resepnya tadi ada tertulis Amoxicillin Syrup, tetapi ada
tulisan dalam lingkaran Amox 3 tab. Apakah ada lc atau bagaimana ?
Jawab :

76
di Puskesmas Amoxicillin tidak ada sediaan syrup, sehingga di
puyerkan dengan dosis berat badan.
10 mg – 15 mg / kg BB
12. Pertanyaan dari Erlin Meidayanti
Bagaimana alur pelayanan untuk pasien yang membutuhkan obat psikotropika
dan OOT di Puskesmas Narmada ?
Jawab :
alur pasien yang membutuhkan obat Psikotropika dan OOT antara
lain :
a. Pasien daftar di loket (sama seperti pasien lain)
b. Menunggu di poli khusus (poli jiwa)
c. Pasien dilayani oleh programmer jiwa dan dokter
d. Diberikan resep untuk di berikan ke ruang farmasi.
Di layani hanya khusus untuk wilayah Narmada. Untuk umum
dilayani hanya 2 minggu sedangkan untuk BPJS dilayani untuk 1
bulan. Terapi yang diberikan berdasarkan rujuk balik dari dr.
spesialis jiwa (RS Mutiara Sukma).

77
78

Anda mungkin juga menyukai