Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KULIAH

AUDIT SEKTOR PUBLIK

PROSEDUR AUDIT DAN PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT

M. HAYKAL DADITULLAH I (1702114765)

RIZALDI ANGGA WISNU (1702110019)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2020
Statement of Authorship

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas
pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah : AUDIT SEKTOR PUBLIK

Judul RMK/ Makalah/Tugas : Prosedur Audit dan Pengembangan Program Audit

Tanggal : 11 Oktober 2020

Dosen : Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA

Nama : M. Haykal Daditullah Indrapraja

NIM : 1702114765

Tanda tangan :

Nama : Rizaldi Angga Wisnu

NIM : 1702110019

Tanda tangan :
PROSEDUR AUDIT SEKTOR PUBLIK

prosedur audit sektor publik adalah metode dan teknik yang dipergunakan untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. prosedur dapat diklasifikasi menjadi tiga bagian:

1) prosedur untuk memperoleh pemahaman lingkungan pengendalian internal.


2) pengujian pengendalaian merupakan pengujian yang ditujukan terhadap rencana dan
pelaksanaan suatu kebijakan untuk mencegah dan menemukan salah saji material dalam
suatu lapoaran keuangan.
3) pengujian substantif merupakan pengujian rinci dan prosedur analitis yang dilakuakn
untuk menemukan salah saji material dalam saldo rekening, golongan transaksi dan unsur
pengungkapan laporan keuangan.

Indikator pelaksanaan audit yang baik.


Indikator pelaksanaan audit sektor publik yang baik adalah yang dilakukan sesuai dengan
standar seperti yang telah ditetapkan, baik standar internasional maupun standar yang ditetapkan
di dalam Negara yang bersangkutan. Prinsip dasar audit sektor publik internasional harus
dipertimbangkan auditor sebelum dimulainya dan selama proses audit. Berikut adalah prinsip
pelaksanaan proses audit:
1) Terkait kegiatan pelaksanaan audit
Audit harus memastikan bahwa prosedur audit memberikan bukti audit yang cukup tepat
untuk mendukung tujuan audit
2) Kegiatan yang berkaitan dengan mengevaluasi bukti audit menyimpulkan dan pelaporan
hasil audit
a. Auditor harus mengevaluasi bukti audit dan menarik kesimpulan
b. Auditor harus menyiapkan laporan tertulis berdasarkan kesimpulan yang diambil

Sebagai contoh di Indonesia, indikator pelaksanaan audit sektor publik yang baik adalah yang
dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan Negara (SPKN). Di dalam SPKN
memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan (pelaksanaan) yang diterapkan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai berikut:
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas pengedalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit yang kompoten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan audit.

Selain itu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) juga menetapkan standar pelaksanaan
tambahan sebagai berikut:
a. Komunikasi pemeriksa
“Pemeriksa harus mengkonfirmasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, taat, lingkup
pengujian pelaporan yang direncanakan dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang
diperiksa dan pihak yang meminta pemeriksaan”.
Standar tambahan ini mensyaratkan pemeriksa untuk memperoleh pemahaman mengenai
entitas yang diperiksa dan melakukan komunikasi dengan entitas yang diperiksa.standar
pemeriksaan member kesempatan untuk memperluas pihak yang akan diajak berkomunikasi
tentang hal yang
berkaitan dengan informasi tertentu selama perencanaan pemeriksaan termasuk kemungkinan
adanya pembatasan dalam pelaporan untuk mengurangi risiko slah interpretasi atas hasil laporan
pemeriksaan.
b. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
“Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas
rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan”.
Hal ini mensyaratkan pemeriksa harus memperoleh informasi dari entitas yang diperiksa
untuk mengidentifikasi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,pemeriksaan dengan tujuan
tertentu atau studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan dan berkaitan dengan tujuan
pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.
c. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan.
d. Pengembangan temuan pemeriksaanPemeriksa harus merencanakan dan melasanakan
prosedur pemeriksaan untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.
e. Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam
bentuk kerja kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan harus berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan
pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi
bukti yang mendukung pertimbangandan simpulan pemeriksa.

Prosedur Audit Secara Umum


Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang digunakan:
1. Prosedur Analitis (analytical procedurs)
Prosedur ini terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantara data. Prosedur ini
meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal atau laporan
persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran,
serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.

2. Inspeksi (inspecting)
Prosedur ini meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan
sumberdaya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing terutama dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk menentukan ketetapatan persyaratan
dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian.

3. Konfirmasi (confirming)
Prosedur ini adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien.
4. Permintaan keterangan (inquiring)
Prosedur ini meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor.
Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan,
umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur
analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keuangan persediaan atau
piutang yang dapat ditagih.

5. Penghitungan (counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah perhitungan fisik sumberdaya
berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan yang kedua yaitu akuntansi
seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak.

6. Penelusuran (tracing)
Pada prosedur ini auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi
dilaksananakan, dan menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut
telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi.

7. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)


Prosedur ini meliputi pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan mendapatkan
serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk
menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.

8. Pengamatan (observing)
Prosedur ini berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa
kegiatan atau proses yang dapat berupa pemrosesan rutin jenis transasksi tertentu seperti
penerimaan kas, untuk melihat penerapan kebijakan dan prosedur perusahaan.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming)


Prosedurini adalah perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual diskon atau premi
obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan
serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi.

10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)


Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor
dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.

Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem komputer berjalan
semestinya. Tujuh langkah proses audit:
1) Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen risiko serta control practice
yang dapat disepakati semua pihak.
2) Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci.
3) Gunakan fakta/bahan bukti yang cukup, handal, relevan, serta bermanfaat.
4) Buatlah laporan beserta kesimpulannya berdasarkan fakta yang dikumpulkan.
5) Telaah apakah tujuan audit tercapai.
6) Sampaikan laporan kepada pihak yang berkepentingan.
7) Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen risiko serta control
practice.

Siklus Audit Keuangan Sektor Publik


1. Perencanaan audit keuangan
2. Penetapanperaturan audit keuangan
3. Penyusunan perencanaan audit tahunan oleh lembaga auditor
4. Temu rencana audit tahunan
5. Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan
6. Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit
7. Survei awal karakter industri / organisasi yang akan diaudit
8. Pembuatan program audit
9. Penerbitan surat tugas audit
10. Pelaksanaan audit keuangan
11. Pembuatan daftar temuan
12. Pembicaraan awal tentang daftar temuan
13. Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan
14. Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang diaudit
15. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan
16. Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan
17. Penerbitan laporan hasil pemeriksaan

PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT

Setiap program kerja audit biasanya mengandung 4 hal pokok , yaitu:


1. Informasi Pendahuluan
a) Informasi latar belakang mengenai program/ aktivitas yang diaudit yang berguna
bagi para auditor dalam memahami dan melaksanakan program kerja auditnya.
Bagian ini harus disajikan seringkas mungkin.
b) Komentar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan tujuan audit, termasuk
komentar auditor sendiri.

2. Pernyataan tujuan audit, menyajikan tentang:


a) Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan
perbaikan yang diharapkan dapat tercapai.
b) Cara pendekatan audit yang dipilih
c) Pola pelaporan yang dikehendaki

3. Instruksi-instruksi khusus

4. Langkah-langkah kerja Langkah-langkah kerja memuat tentang pengarahan-pengarahan


khusus pelaksanaan tugas audit, sesuai dengan tahap auditnya, yaitu:
a) Audit pendahuluan meliputi:
 Pembicaraan pendahuluan dengan objek yang diaudit
 Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi prosedur kerja,
dan system operasional.
 Test pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna identifikasi tujuan audit
sementara.
 Pembuatan ikhtisar hasil audit pendahuluan
b) Review dan pengujian pengendalian manajemen.
 Pengujian pengendalian manajemen
 Pembuatan ikhtisar hasil temuan pengujian pengendalian manajemen.
c) Audit Lanjutan
 Pengembangan temuan hasil pengujian pengendalian manajemen.
 Penyajian hasil audit lanjutan (daftar temuan)
 Pembahasan temuan dengan penanggung jawab audit
 Pembahasan hasil audit lanjutan dengan objek audit
 Penyusunan rekomendasi

Mengembangkan Program Audit Untuk Pengujian Substantif

a. Penggunaan Teknologi Informasi Untuk Mendukung Pengujian Substantif


Pada saat klien menggunakan teknologi informasi untuk aplikasi akuntansi yang signifikan,
auditor mempunyai kesempatan untuk menggunakan paket perangkat lunak audit untuk membuat
audit lebih efektif dan lebih efisien.

b. Hubungan antara asersi, tujuan audit khusus, dan pengujian substantif


Adalah biasa untuk mengembangkan sejumlah tujuan audit khusus untuk setiap akun
berdasarkan lima kategori dalam asersi laporan keuangan. Dalam perancangan pengujian
substantive, auditor harus menentukan bahwa pengujian yang sesua tela diidentifikasi untuk
mencapai tujuan audit khusus yang ada salam setiap asersi. Jika hal tersebut dilakukan untuk
setiap akun, tujuan menyeluruhnya akan terpenuhi. Dalam beberapa kasus, suatu pengujian
didaftar lebih dari sekali karena bukti dari pengujian tersebut berhubungan dengan lebih dari satu
tujuan audit khusus atau asersi.
c. Program Audit Ilustratif Untuk Pengujian Substantif
Keputusan auditor mengenai pada rancangan pengujian substantive diperlukan untuk
pendokumentasian pada kertas kerja dalam bentuk program audit tertulis. Program audit
merupakan daftar prosedur audit yang akan dilakukan. Prosedur tersebut umumnya tidak didaftar
dengan asersi atau tujuan audit spesifik untuk menghindari daftar ganda prosedur yang akan
diterapkan pada lebih dari satu asersi atau tujuan.
Selain untukdaftar prosedur audit, setiap program audit harus mempunyai kolom untuk (1)
referensi silang kertas kerja lainnya yang berisi bukti yang diperoleh dari setiap prosedur,(2) titik
awal auditor yang melakukan setiap prosedur, dan (3) tampilan tanggal pada prosedur yang telah
diselesaikan. Dalam praktik, auditor mempunyai sudut pandang yang berbeda tentang luasnya
rincian yang ditunjukkan dalam program audit. Sebagai ontoh, rincian tertentu dari rancangan
sampel, termasuk didalamnya ukuran sampel, untuk berbagai pengujian dapat ditunjukkan pada
program audit itu sendiri dalam kertas kerja pendukung yang dapat dilakukan referensi silang
dengan program audit.

d. Kerangka Kerja Umum Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif


Pemahaman mengani signifikansi kelompok transaksi dan pemicu ekonomi yang mendasari
kelompok transaksi tersebut, memberikan konteks paling penting untuk melakukan dan
mengevaluasi pengujian substantive. Sebagai contoh, pengetahuan tentang proses perakitan
computer, perputaran persediaan dalam pabrik, harga pokok suku cadang, dan pengembangan
teknologi yang bersaing, memberikan sebuah konteks untuk menguji kuantitas persediaan yang
dapat direalisasi. Akhirnya, auditor menggunakan pemahaman tentang bisnis dan industri
tersebut untuk mengevaluasi kewajaran bukti yang mendukung asersi manajemen dalam laporan
keuangan.
Karena pengujian substantive berikutnya sering dilakukan pada catatan-catatan buku
pembantu, skedul pendukung, atau sampel-sampel yang ditarik darinya, maka merupakan hal
yang logis untuk memulai dengan memastikan bahwa catatan pendukung dikerjakan sesuai
dengan buku besar. Ketika diterapkan, adalah logis untuk menetapkan kesesuaian saldo awal
dengan jumlah yang di audit dalam kertas kerja tahun-tahun sebelumnya, sehingga pengujian
yang dilakukandalam audit saat ini dapat difokuskan pada pengaruh transaksi yang terjadi dalam
periode berjalan dan saldo akhir. Dua contoh tambahan mengenai langkah-langkah tersebut di
bidang audit lain adalah sebagai berikut: (1) verifikasi jumlah total dan penentuan kesesuaian
akun pengendali buku besar piutang usaha dan buku pembantu piutang usaha serta (2)
pemverifikasian total dan pnentuan kesesuaian akun buku besar investasi portofolio dengan
daftar kertas kerja atau spreadsheet rinci dari investasi yang berkaitan.
Spesifikasi prosedur analitis dipertimbangkan berikutnya karena ketersediaan prosedur
yang efektif dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan pengujian rincian yang lebih
mahal. Pengujian rincian atas transaksi biasanya dilakukan berikutnya karena dalam beberapa
kasus hal tersebut akan lebih murah untuk dilakukan daripada pengujian rincian atas
saldo.auditor kemudian harus melakukan pengujian rincian atas saldo untuk memperoleh
bukti secara langsung tentang kewajaran penyiapan saldo yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Pada akhirnya, program ini harus menspesifikasikan persyaratan khusus yang
sebelumnya tidak ada dan prosedur untuk menentukan bahwa penyajian dan pengungkapan yang
ada dalam asersi tersebut dikupas oleh program yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Program Audit Dalan Perikatan Awal


Dalam perikatan awal, spesifikasi rinci dari pengujian substantive dalam program audit
umumnya tidak sempurna hingga penulis memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry di
mana perusahaan beroperasi, studi dan evaluasi pengendalian intern telah sempurna, dan tingkat
resiko deteksi yang dapat diterima telah ditentukan untuk setiap asersi sebagaimana dijelaskan
sebelumnya. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang program audit
untuk audit awal adalah (1) menentukan ketepatan saldo-saldo akun pada periode awal audit, dan
(2) memastikan prinsip akuntansi yang digunakan dalam periode awal sebelumnya sebagai dasar
untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip semacam itu dalam period berjalan.

f. Program Audit Dalam Perikatan Berulang


Dalam perikatan berulang, auditor mempunyai akses ke program audit yang digunakan dalam
periode sebelumnya dan kertas keja yang berkaitan dengan program tersebut. Dalam kasusu ini,
strategi audit pendahuluan auditor sering didasarkan pada asumsi awal bahwa tingkat risiko dan
program audit untuk pengujian substantive yang digunakan dalam periode sebelumnya akan
sesuai dalam periode berjalan. Dengan demikian, program audit untuk perikatan saat ini sering
dipersiapkan sebelum auditor menyelesaikan penelitian dan evaluasinya terhadap struktur
pengendalian intern. Jika informasi yang diperoleh dalam periode berjalan menunjukkan asumsi
awal tingkat risiko dan program yang dibuat tidak sepenuhnya sesuai, akan dilakukan modifikasi
Program.
DAFTAR PUSTAKA

https://studylibid.com/doc/4296096/prosedur-audit-sektor-publik
https://www.coursehero.com/file/26197814/MAKALAH-PROSEDUR-AUDIT-SEKTOR-
PUBLIK/

Anda mungkin juga menyukai