Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN BENCANA TEMU 13

PERMASALAHAN DAN PENANGANAN TANAH LONGSOR DAN BANJIR

OLEH

Kelompok 3 :

1. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini ( 193213020 )

2. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari ( 193213037 )

3. Ni Putu Cintya Dewi ( 193213038 )

4. Ni Putu Eka Cintya Parwita ( 193213040 )

5. Putu Riska Pramuditha Dewi ( 193213049 )

KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Permasalahan Dan
Penanganan Tanah Longsor dan Banjir”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa
dalam mempelajari mata kuliah Keperawatan Bencana. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah
ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan bencana secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi
pengembang wawasan pembaca.

menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan
serta penyempurnaan, penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. pembahasan.
Oleh sebab itu penulis penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Demikianlah, semoga makalahini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Denpasar, 14 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................2
BAB II ........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .........................................................................................................................3
2.1 Permasalahan dan Penanggulangan Banjir .........................................................................3
2.2 Permasalahan dan Penanggulangan Tanah Longsor............................................................9
2.3 Data Kejadian, Korban Banjir dan Tanah Longsor ........................................................... 16
BAB III ..................................................................................................................................... 18
PENUTUP ................................................................................................................................ 18
3.1 Simpulan ......................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik dua musim yaitu musim
panas dan musim hujan yang ditandai dengan perubahan ekstrim cuaca, suhu dan arah angin.
Kondisi ini memiliki potensi untuk menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan
kekeringan. Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama
pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang
menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur.
Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan sendirinya membutuhkan
ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat secara tidak
langsung merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir merupakan
kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa,
kerugian harta, dan benda. Bencana memiliki sifat tidak dapat diprediksi serta dapat
menimbulkan jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat,
mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Menurut
BNPB selama tahun 2011 bencana di Indonesia terjadi sekitar 1.598 kejadian, dimana sekitar
89% adalah bencana hidrometerologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, puting
beliung dan gelombang pasang, dimana yang paling banyak adalah banjir (403 kejadian).
Korban jiwa yang meninggal akibat banjir adalah 160 orang dan jumlah orang yang mengungsi
akibat banjir mencapai 279.523 orang (www.centroone.com , 2011).
Kerentanan tanah longsor menurut Paimin, Sukresno, & Pramono (2009) terjadi pada
kondisi: 1) lereng curam, 2) adanya bidang luncur (kedap air) di lapisan bawah permukaan
tanah, dan 3) terdapat air tanah diatas lapisan kedap jenuh air. Selain itu, Paimin et al., (2009)
juga menambahkan terdapat 2 variabel/ faktor penentu kerentanan longsor, yaitu: faktor alami
dan faktor manajemen. Faktor alami diantaranya: 1) curah hujan harian kumulatif 3 hari
berturutan, 2) kemiringan lahan, 3) geologi/ batuan, 4) keberadaan sesar/ patahan/ gawir, 5)
kedalaman tanah sampai lapisan kedap; sedangkan dari faktor manajemen diantaranya: 1)
penggunaan lahan, 2) infrastruktur, 3) kepadatan permukiman. Rahman, Purwanto, &
Suprihatin (2014) menyampaikan bahwa selain iklim dan geotektonik, faktor manusia yaitu

1
aktivitas manusia di atas lahan yang membebani lereng juga berkontribusi dalam terjadinya
tanah longsor.
Secara umum, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2015) menyampaikan
bahwa tanah longsor memiliki beberapa gejala yang dapat diamati secara visual diantaranya:
terjadi setelah hujan, timbul retakan-retakan pada lereng yang sejajar dengan arah tebing,
bangunan yang mulai retak, pohon atau tiang listrik yang miring, serta muncul mata air baru.
Meskipun indikasi kerentanan longsor dapat diamati, namun jarang dapat diantisipasi dengan
tepat, sehingga korban jiwa masih terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja permasalahan bencana banjir dan apa saja penanggulangan bencana banjir?
2. Apa saja permasalahan bencana tanah longsor dan apa saja penaggulangan bencana tanah
longsor?
3. Bagaimana data kejadian dan korban bencana banjir dan tanah longsor tahun 2022?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui permasalahan dan penanggulangan bencana banjir.
2. Untuk mengetahui permasalahan dan penanggulangan bencana tanah longsor.
3. Untuk mengetahui data kejadian dan korban bencana banjir dan tanah longsor di tahun
2022.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan dan Penanggulangan Banjir
A. Definisi Banjir
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di areal tertentu sebagai
akibat meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian baik materi
maupun non-materi terhadap manusia dan lingkungan. Banjir bisa terjadi perlahan-
lahan dalam waktu lama atau terjadi mendadak dalam waktu yang singkat yang disebut
banjir bandang.
Indonesia memiliki lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil, 30% dian- taranya melewati
kawasan padat penduduk, yang tentunya mempunyai potensi terhadap terjadinya banjir
pada wilayah permukiman yang dilalui oleh aliran sungai tersebut.
B. Jenis-Jenis Banjir
Ada 3 jenis banjir yang umum nya terjadi, ketiga jenis tersebut adalah :
1. Banjir Bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya
sesaat. banjir bandang umum nya terjadi hasil dari curah hujan berintensitas tinggi
denga durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat.
Dari sekia banyak kejadian, sebaian besar diawali oleh adanya longsorang dibagian
hulu sungai, kemudian material lonsoran dan pohon-pohon menyumbat sungai dan
menimbulkan bendungan-bendungan alami. Selanjutnya bendungan alami tersebut
ambrol dan mendatangkan iar bah dalam volume yang besar dan waktu yang sangat
singkat. penyebab timbulnya banjir bandang adalah kondisi geologi, morfologi, dan
tutupan lahan.
2. Banjir Sungai
Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran sungai
(DAS) secara luas dan berlangsung lama. Selanjurnya air sungai yang ada meluap dan
menimbulkan banjirdan menggenangi daerah disekitarnya. Tidak seperti banjir
bandang, banjir sungan biasanya akan menjadi besar secara perlahan-lahan, dan sering
kali merupakan banjir musiman dan bisa berlanjut sampai berhari-hari atau berminggu-
minggu.

3
3. Banjir Pantai
Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang surut air laut. Bnajir
besar yang terjadi dari hujan sering diperburuh oleh gelombang badai yang diakibatkan
oleh angin yang terjadi disepanjang pantai. Pada banjir ini air laut membanjiri daratan
karena satu atau kombinasi pengaru-pengaruh dari air pasanga yang tinggi atau
gelombang badai. Seperti halnya banjir sungai, hujang yang turun dengan lebat di atas
daerah yang luas akan mengakibatkan banjir yang hebat pada muara sungai.
C. Faktor Terjadinya Banjir
Penyebab timbunya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor,
yaitu:
1. Pengaruh aktifitas manusia, seperti :
a) Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan industri.
b) Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan
meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa
menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai kemudian menggangu
jalannya air.
c) Pemukiman didataran banjir dan pembangunan didaerah dataran banjir dengan
mengubah saluran-saluran yang tidak direncanakan dengan baik. bahkan tidak
jarang alur sungai diurung untuk dijadikan pemukiman. Kondisi demikian
banyak terjadi diperkotaan di indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai pada
saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir
d) membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air,
terutama di perumah-perumahan.
2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperi :
a) kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau siklon,
misalnya beberapa kawasan di bangladesh
b) Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan daratan banjir, seperti kota
bandung yang berkembang pada cekungan bandung.
c) Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berbelok-
belok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol, dan adanya
sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai).

4
3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti :
a) Curah hujan yang tinggi
b) terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi dimuara sungai
atau pertemuan sungai besar
c) Penurunan muka tanah atau amblesan, misalnya disekitar pantai utara jakarta
yang mengalami amblesan seriap tahun akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan sehinga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah
d) Pendangkalan dasar sungai karna sedimentasi yang cukup tinggi
D. Tahap Penanggulangan Banjir
1. Tahap Pencegahan & Mitigasi
a. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali
atau mengurangi ancaman. Misalnya :
1) Pencegahan penebangan liar
2) Melakukan Reboisasi
3) Tidak membuang sampah sembarangan
b. Mitigasi
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam
risiko. Yaitu dengan membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan
banjir, pembangunan tanggul sungai dan lainnya.
1) Kenali Penyebab Banjir
a) Curah hujan tinggi
b) Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut
c) Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan
pengaliran air keluar sempit
d) Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang sungai
e) Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta bangunan di
pinggir sungai.
f) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2) Tindakan untuk mengurangi dampak banjir
a) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan

5
b) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir
c) Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai
d) Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan
program pengerukan sungai
e) Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut
f) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan,
dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai rawan banjir
3) Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
a) Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat, membersihkan
lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau selokan, dari timbunan
sampah
b) Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW
c) Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim penanggulangan banjir di
tingkat warga, salah satunya mengangkat penanggung jawab posko
banjir
d) Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat, dan LSM
untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan pelampung guna
evakuasi
e) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan
mencari informasi, meminta bantuan, atau melakukan konfirmasi
f) Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga
tentang curah hujan dan kondisi air
g) Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio baterai,
senter, korek gas, dan lilin
h) Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih
i) Siapkan obat-obatan darurat
j) Amankan dokumen penting
4) Yang harus dilakukan saat banjir

6
a) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
b) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi
c) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus
banjir, serta segera amankan barang-barang berharga ketempat yang
lebih tinggi
d) Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait
5) Yang harus dilakukan setelah banjir
a) Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai, lalu gunakan
antiseptik untuk membunuh kuman
b) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit
diare yang sering mewabah setelah kejadian banjir
c) Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang penyebar
penyakit
d) Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan
2. Tahap Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah serangkaian
kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi
ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta
mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini
bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi
bencana. Kesiapsiagaan meliputi, Penilaian Risiko (risk assessment), Perencanaan
Siaga (Contingency planning), Mobilisasi sumber daya (Resouce mobilization),
Pendidikan dan pelatihan Tuminting dalam penanganan banjir. Tindakan
kesiapsiagaan:
a. Pembuatan sistem peringatan dini, misalnya dengan dibuat tanda antisipasi
siaga 1 penanda bencana
b. Menyediakan obat-obatan dan p3k
c. Menyediakan matras, pos pengungsian

7
d. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman, misalnya Simak informasi
terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim warga tentang curah hujan dan
posisi air pada pintu air
e. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: senter, selimut, tikar, jas
hujan, ban karet bila ada
f. Pembuatan rencana evakuasi
g. Membuat tempat dan sarana evakuasi
h. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
i. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini jika diperlukan
3. Tahap Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk
mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda. Tindakan
tanggap darurat:
a. Pencarian
b. Evakuasi dan penggolongan korban (sesuai tingkat keparahan)
c. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
d. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan
e. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan,
kesehatan, konseling
f. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik,
pasokan air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat
g. Rehabilitasi
4. Tahap Pasca Darurat

a. Tahap Rehabilitatif ( Pemulihan )

1) Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan,


kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana
transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur
penanggulangan bencana di pemerintahan.

b. Tahap Rekonstruksi ( pembangunan berkelanjutan )

8
1) Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata
ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan
faktor risiko bencana.
2) Pemulihan psiko-sosial
3) Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan

2.2 Permasalahan dan Penanggulangan Tanah Longsor


A. Definisi Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat di terangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi
licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
B. Jenis-Jenis Tanah Longsor

Ada enam jenis tanah longsor, yakni longsoran tranlasi, rongsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang
paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi

9
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini di sebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu

10
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergeraklambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenistanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang
telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah danmampu mencapai ratusan
meter jauhnya. Di beberapa tempatbisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran
sungai disekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

11
C. Karakteristik Tanah Longsor
Karakteristik tanah longsor adalah gerakan tanah dan batuan yang terseret kebawah
pada bagian yang miring, dapat terjadi secara tiba- tiba ( tidak bisa di prediksi), dapat
menghancurkan bangunan, jalan, dan peralatan umum lainnya. Selain itu disebabkan
karena gempa dan lereng yang sudah gundul.
D. Faktor Terjadinya Tanah Longsor
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke
bagian yang retak sehingga tanahdengan cepat mengembang kembali. Pada awal
musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga
kandungan air padatanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada
awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air
akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah
karena airakan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi
mengikat tanah.
2. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, airlaut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220.Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah
ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan
pecah ketika hawa terlalu panas.

12
4. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis Tata Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoranyang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut Muka Air Danau atau Bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya di ikuti oleh retakan.
8. Adanya Beban Tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan
retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan atau erosi
Pengikisan banyak di lakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut

13
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asliyang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi
patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memiliki ciri:
a) Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuktapal kuda.
b) Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
c) tanahnya gembur dan subur.
d) Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
e) Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
f) Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil
pada longsoran lama.
g) Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran
kecil.
h) Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
a) Bidang perlapisan batuan
b) Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
c) Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
d) Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan
e) yang tidak melewatkan air (kedap air).
f) Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat
13. Penggundulan Hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul di mana
pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi di tambah dengan guyuran
hujan.

14
E. Manajemen Penanggulangan Tanah Longsor
a. Manajemen Pra Bencana ( Tanah Longsor )
1. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.
2. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
3. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
4. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
5. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.
b. Manajemen Bencana
Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Kondisi medan
b. Kondisi bencana
c. Peralatan
15
d. Informasi bencana
c. Manajemen Pasca Bencana
1. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi,
dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan
teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan
relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
2. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan- bangunan yang dibangun
pada jalur tanah longsor hampir100%. Ada beberapa tindakan perlindungan dan
perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
a) Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
b) menyerap).
c) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-bangunan).
d) Vegetasi kembali lereng-lereng.
e) Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi
hunian.

2.3 Data Kejadian, Korban Banjir dan Tanah Longsor


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, ada 2.788 bencana
alam yang melanda Indonesia sejak 1 Januari-12 Oktober 2022. Berdasarkan jenisnya,
banjir menjadi bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia, yakni 1.118
kejadian. Cuaca ekstrem juga melanda Indonesia dengan 885 kejadian pada periode yang
sama. Kemudian, ada 499 kejadian tanah longsor yang melanda Indonesia sepanjang tahun
ini. Indonesia juga mengalami 499 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ada pula 22
kejadian gempa bumi dan 21 kejadian gelombang pasang/abrasi. Bencana kekeringan
terjadi sebanyak empat kali. Sedangkan, belum ada bencana gunung meletus yang melanda
tanah air pada tahun ini. Adapun, seluruh bencana alam tersebut menyebabkan 3,36 juta
orang menderita dan mengungsi. Lalu, ada 166 orang yang meninggal, 804 orang luka-
luka, dan 28 orang dinyatakan hilang. Bencana alam juga mengakibatkan 613.337 rumah

16
terendam air. Sebanyak 21.336 rumah mengalami rusak ringan, 5.505 rumah rusak sedang,
dan 5.138 rumah rusak berat.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan
respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Bencana terbagi menjadi
dua jenis yaitu bencana alam seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung
meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya dan bencana ulah manusia
(man made disaster) seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.

3.2 Saran
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan masyarakat untuk
menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut berkontribusi dalam
memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa.

18
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Banjir. Diakses dari http://www.bnpb.go.id/

Gultom, AB. 2012. Penananganan Bencana Banjir. Universitas Sumatra Utara.

Paidi. 2012. Pengelolaan manajemen risiko bencana alam di Indonesia. STIE Dharma Bumiputera,
Jakarta. No 321 juli-agustus.

Sebastian, L. 2008. Pendekatan Pencegahan Dan Penanggulangan Banjir. Dinamika TENIK


SIPIL, volume 8, Nomor 2

19

Anda mungkin juga menyukai