Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
itu masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengupayakan
tumbuh kembang.1 Masa emas berada pada masa paling kritis yaitu usia 0 sampai 2 tahun,
karena 80 % pertumbuhan otak terjadi pada masa usia emas tersebut. Disebut usia emas
karena apabila pada usia 0 sampai 2 tahun tidak ada penanganan yang baik maka pada
usia selanjutnya tidak bisa diperbaiki terutama pada kerusakan otak.2
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur 0 sampai 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini. 1
Secara umum dipahami bahwa gizi terbaik untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Khusus
bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dianjurkan diberi ASI eksklusif. Pemberian ASI
3
eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi di Indonesia. Jumlah bayi yang
meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 orang.4
Manfaat menyusui dengan ASI yaitu menghentikan perdarahan di rahim bekas proses
persalinan, mencegah kanker, sebagai alat kontrasepsi alami dan berat badan ibu lebih
cepat kembali keberat badan semula seperti sebelum hamil. 5Walaupun manfaat ASI begitu
besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan seperti yang disarankan WHO. Sentra Laktasi di Indonesia mencatat bahwa
berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, hanya 15 %
ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan
ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula
meningkat 3 kali lipat.3
Meskipun ASI ekslusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya, namun kecendrungan
pada ibu untuk menyusui bayi secara eksklusif masih rendah. Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI esklusif secara nasional
sebesar 54,3 %. 6Lebih dari 7 diantara 10 anak umur 4-5 bulan menerima makanan
tambahan (44 %), air putih (8 %), susu atau cairan tambahan lainnya (8 %) sebagai
tambahan dari ASI atau sepenuhnya sudah disapih (13 %). 6
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 persentase pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 60,7%, meningkat
bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar (52,99%). Persentase pemberian
ASI eksklusif tertinggi terdapat di Kab. Wonosobo sebesar 83,3%, diikuti oleh Kab.
Magelang sebesar 82,9%, dan Kab. Temanggung sebesar 81,7%. Sedangkan
persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Kab. Pekalongan sebesar 37,
3%, diikuti oleh Kab. Banyumas sebesar 42,9%, Kab. Kudus sebesar 43,3%, dan Kota
Salatiga sebesar 43,4%. Kabupaten Wonogiri sebesar 55,5%.7Mengacu pada target
renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara nasional cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 55,7% telah
mencapai target.8
Rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh
faktor internal, eksternal dan penguat (reinforcing). Faktor internal: pengetahuan ibu, status
pekerjaan ibu, fisiologis ibu, tingkat ekonomi, demografi. Faktor eksternal yaitu: sosial
budaya, informasi dan promosi peran petugas kesehatan. Faktor penguat (reinforcing):
peranan dari pemerintah, tokoh masyarakat, masyarakat, peraturan/UU. Penelitian
Ambarwati di Surabaya berkaitan dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif, disimpulkan
bahwa responden yang tingkat ekonominya rendah lebih banyak yang memberikan ASI
eksklusif dibandingkan responden yang tingkat ekonominya tinggi. Hal tersebut
dikarenakan harga susu formula yang relative mahal sehingga responden yang tingkat
ekonomi rendah lebih memilih untuk memberikan ASI eksklusif. Rahayu juga menjelaskan
dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan orang
tua dengan lama pemberian ASI eksklusif. 9
Seiring perkembangan zaman, banyak ibu-ibu yang sudah berumahtangga juga ikut
bekerja dalam mencari nafkah yang menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan
lamanya menyusui. Seringkali ibu yang bekerja sulit untuk mempunyai waktu memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Kembali bekerja setelah cuti melahirkan dijadikan sebagai
alasan utama untuk keputusan berhenti menyusui.10

2
Ibu bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya meskipun
sebenarnya ibu tahu manfaat dan keunggulan ASI, tetapi sulit untuk mempraktekkannya.
Waktu bekerja yang banyak diluar rumah dan di tempat bekerja. Tidak ada upaya
penyediaan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI ibu yang bekerja
sehingga tidak bisa merawat bayi sepenuhnya.10
Hasil penelitian Ratna Malitasari di Surakarta yang meneliti hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusui dini dan status pekerjaan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian membuktikan, banyak ibu-ibu yang bekerja
menghentikan pemberian ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak waktu. 11
Berdasarkan dari data-data yang didapat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini
adalah “seberapa besar Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Girimarto Kabupaten
Wonogiri 2016”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Girimarto Kabupaten
Wonogiri 2016
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Girimarto
Kabupaten Wonogiri 2016.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016.
d. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat ekonomi keluarga yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016.
e. Diketahuinya distribusi frekuensi pelayanan kesehatan di Puskesmas Girimarto
Kabupaten Wonogiri 2016.

3
f. Diketahuinya distribusi frekuensi penyakit infeksi pada bayi di Puskesmas
Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016.
g. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi lingkungan (PHBS) di Puskesmas
Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016
h. Diketahuinya hubungan pendapatan dengan asi eksklusif di Puskesmas Girimarto
Kabupaten Wonogiri 2016
i. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan asi eksklusif di Puskesmas Girimarto
Kabupaten Wonogiri 2016
j. Diketahuinya hubungan pelayanan kesehatan dengan asi eksklusif di Puskesmas
Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016
k. Diketahuinya hubungan status gizi dengan asi eksklusif di Puskesmas Girimarto
Kabupaten Wonogiri 2016

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pengembangan kemampuan di
bidang penelitian tentang Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Girimarto Kabupaten
Wonogiri 2016.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan untuk
memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi S1 Gizi Transfer
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan untuk
mengetahui Cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Girimarto Kabupaten Wonogiri 2016.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Karakteristik Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi
(Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada
perawatan dan pemberian makan oleh ibunya. Nursalam, dkk (2005) mengatakan
bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus
dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan.
Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami
adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya
organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
a. Pertumbuhan Bayi
Supariasa (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun
individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, yang
dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat

5
badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik seksual (Perry & Potter, 2005).
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik
dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematangan pertumbuhan
tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara
berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan
bagian bawah akan bertambah secara teratur (Nursalam dkk, 2005).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Keadaan gizi adalah hasil interaksi dan semua aspek lingkungan termasuk
lingkungan fisik, biologik dan faktor kebudayaan. Secara umum faktor-faktor yang
menentukan keadaan gizi masyarakat adalah pendidikan orang tua, keadaan
ekonomi, tersedianya cukup makanan serta aspek-aspek kesehatan. Tiap-tiap faktor
tersebut dapat berpengaruh pada pada keadaan gizi masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung, Imunisasi, infeksi konsumsi makanan, pemberian
susu botol dan faktor keluarga yang meliputi pendapatan keluarga, jarak kelahiran,
urbanisasi serta lingkungan dan kepadatan penduduk, jarak melahirkan, usia orang
tua dan fasilitas kesehatan (Nursalam, 2005).
Sedangkan menurut Perry & Potter (2005) faktor yang mempengaruhi status gizi
antara lain konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhan sehingga tubuh
kekurangan zat gizi. Keadaan kesehatan, pengetahuan pendidikan orang tua
tentang kesehatan. Pemberian ASI, kondisi sosial ekonomi, pada konsumsi
keluarga, faktor sosial keadaan penduduk, paritas, umur, jenis kelamin, dan
pelayanan kesehatan.
3. Cara Pengukuran Status Gizi
a. Antropometri
Pengukuran-pengukuran antropometrik adalah pengukuran kasar dari massa
sel tubuh dan meliputi ukuran-ukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Bobot,
tinggi, dan rasio bobot-tinggi merupakan yang paling sering digunakan untuk
mengkaji pertumbuhan. Ukuran-ukuran tambahan untuk pertumbuhan meliputi
lingkar kepala, panjang badan posisi telentang dan berdiri, tinggi lutut, lebar siku
dan indeks rangka, yaitu ukuran rangka tubuh (Rospond, 2008).

6
Dalam antropometri gizi digunakan indeks antropometri sebagai dasar
penilaian status gizi, beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu
Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).Perbedaan penggunaan indeks
tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. Berat
badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi–balita. Pada masa bayi–balita, berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Di antara
bermacam – macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang paling
umum digunakan. Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk
air, lemak, tulang, dan otot (Supariasa dkk, 2002).
Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini
tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun
akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan
(Kemenkes RI, 2011).
Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight
(gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk ). Indikator BB/U pada bayi
usia 0-60 bulan akan menghasilkan kategori berikut ini:
1) Gizi buruk: <- 3 SD
2) Gizi kurang : -3 SD sampai dengan <-2 SD
3) Gizi baik : -2 SD sampai dengan 2 SD
4) Gizi lebih : > 2 SD (Kemenkes RI, 2011).

4. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama
bayi baru lahir tanpa adanya makan tambahan yang diberikan. Makanan pertama
dan paling utama bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan
yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, baik
karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, kandungan mineral dan vitamin yang banyak,
perbandingan kalsium fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi

7
penyerapan kalsium, kandungan yang lebih utama lagi ASI mengandung zat anti
infeksi yang terdapat dalam kolostrum (Supariasa, 2006).

a. Kandungan ASI
Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI tersebut tidak boleh
dilewatkan. Kandungan yang terdapat dalam ASI, antara lain : (Yuliarti, 2010)

1) ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI yang diminum bayi selama
pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi. Bayi baru lahir
yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum) tidak memerlukan
tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan didalam
tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar
pada hari ketiga atau keempat (Yuliarti, 2010).
2) Asi mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari
3,8 % lemak, 0,9 % protein, 7 % laktosa, dan 0,2 % bahan-bahan lain. Salah
satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut
melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya: sodium, potassium,
nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang
pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu
mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga
keseimbangan kimiawi didalam tubuhnya. (Yuliarti, 2010)

b. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, biasanya sudah ada sekresi dari
ASI yang disebut Colostrum, yang dikeluarkan kira-kira 1 minggu setelah
persalinan. Ketika bayi mulai menyusu pertama kali, ASI cukup banyak tersedia
(pada keadaan normal volume ASI pada hari kedua ± 100 cc, dan jumlahnya
akan bertambah sampai 500 cc sampai pada minggu kedua. Yang paling efektif
produksi ASI tercapai 10-14 hari setelah persalinan (Kemenkes RI, 2010).
Selama beberapa bulan, bayi yang sehat akan mendapatkan ASI ±
700-800 cc perhari. Tapi keadaan ini bagi ibu dan bayi mempunyai variasi yang
besar. Seorang bayi dapat menghabiskan 600 cc ASI, bahkan ada yang hampir
1000 cc dalam sehari (Kemenkes RI, 2010).

8
Besarnya payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu.
Goncangan emosi akibat kecemasan dan ketegangan, merupakan faktor penting
yang mempengaruhi produksi ASI selama minggu pertama atau masa-masa
awal dari laktasi. Para ibu yang kurang gizi, produksi air susunya 500-700 cc
perhari selama 6 bulan pertama, 400-600 cc per hari pada 6 bulan berikutnya,
dan 300 -500 cc pada tahun kedua. Para ibu yang menderita Kekurangan Kalori
Protein(KKP), makan bayi mereka akan menderita marasmus pada umur
dibawah 6 bulan (Kemenkes RI, 2010).

c. Manfaat Menyusui dengan ASI Eksklusif


Manfaat menyusui dengan ASI eksklusif adalah:
1) Menghentikan Perdarahan
Jika ibu dilanda kecemasan, akibatnya hormon oksitosin ibu tidak keluar.
Padahal hormon ini berperan dalam proses produksi ASI. Sebaliknya kalau ibu
tenang, hormon oksitosin bisa keluar dan bekerja dengan baik. Oksitosin
berpengaruh dala proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu. Adanya hormon ini
akan membuat otot saluran ASI berkontraksi, sehingga ASI dalam kelenjar susu
bisa keluar ke ujung saluran untuk kemudian diisap oleh bayi dengan mudah
(Kemenkes RI, 2010).
Manfaat oksitosin bagi ibu, selain mengerutkan otot-otot saluran
pengeluaran ASI, hormon ini juga membuat otot-otot polos rahim berikut
pembuluh darahnya mengkerut.Efek ini bekerja maksimal jika setelah
melahirkan, si ibu langsung menyusui bayinya.Dengan begitu, penyempitan
pembuluh darah yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat. Hal ini jelas
berdampak positif, karena perdarahan di rahim bekas proses persalinan cepat
terhenti. Kalau otot-otot dirahim mengkerut, otomatis pembuluh darah yang
terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera terhenti (Kemenkes
RI, 2010).
2) Mencegah Kanker

Selain keberhasilan menyusui, manfaat hormon oksitosin adalah


menurunkan resiko kanker pada ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif.Mekanisme pemberian ASI ini bisa sampai mengurangi resiko kanker

9
memang belum bisa dipahami secara pasti. Tetapi dari penelitian yang dilakukan,
didapat kenyataan yang jelas bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif
memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25 % lebih kecil
dibanding mereka yang tidak menyusui secara eksklusif. (Kemenkes RI, 2010).

3) Sebagai Alat Kontrasepsi Alamiah


Dengan pemberian ASI eksklusif, kemungkinan untuk mencegah
kehamilan bisa mencapai 99 %.Namun, untuk itu ibu harus betul-betul
memberikan ASI-nya secara eksklusif. Maksudnya, ASI diberikan kepada bayi
secara murni, tidak dicampur-campur atau bayi tidak diberi tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan lain seperti
pisang, bubur susu, biskuit, dan lainnya (Kemenkes RI, 2010).
Fungsi kontrasepsi ini baru efektif bila selama memberikan ASI eksklusif
si ibu juga belum mengalami menstruasi. Jika kedua persyaratan itu terpenuhi,
berlangsung mekanisme dimana terjadi perubahan hormon reproduksi pada ibu
mengakibatkan terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur kea rah
rahim. Jika tak ada sel telur yang dilepaskan, proses pembuahan oleh sel
sperma dari pasangan tak akan bisa terjadi (Kemenkes RI, 2010).

4) Ibu Lebih Cepat Pulih


Ibu yang menyusui secara eksklusif, lebih mudah dan lebih cepat kembali
ke berat badan semula seperti sebelum hamil.Pada saat hamil, badan bertambah
berat, karena ada janin dan penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini
sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi
ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi,
sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan
terpakai. Jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke
keadaan seperti sebelum hamil (Kemenkes RI, 2010).

5) Cara Pemberian ASI yang Baik


Cara pemberian ASI yang baik adalah : (Hubertin, 2009)
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai dan nyaman.

10
b) Untuk menjaga bayi gunakan bantal atau selimut.
c) Gendong bayi setinggi payudara, gunakan bantal untuk menyangga
punggung lengan bayi.
d) Ibu mengatur posisi bayi sehingga tubuh bayi miring menghadap ibu
serta perut bayi menempel pada perut ibu.
e) Siku dengan lengan bawah ibu menyangga kepala, leher dan
punggung bayi, tangan ibu memegang bokong atau paha atas bayi.
f) Lengan bayi lebih dekat ke ibu, diusahakan melingkari tubuh ibu agar
tidak menghalangi mulut bayi ketika menhisap.
g) Tangan ibu yang sebelah memegang payudara dengan bentuk C
yaitu ibu jari berada diatas dan keempat jari lainnya berada dibawah,
hal ini bertujuan untuk menyangga payudara dan akan lebih mudah
dalam mengarahkan dan memasukkan putting susu keluar dari mulut
bayi dan menekan dagu bayi.
h) Sentuh bibir bayi dengan putting susu, gerakan putting susu keatas
dan kebawah untuk merangsang bibir bayi sampai bayi membuka
lebar mulutnya.
i) Mulut bayi terbuka lebar agar putting dan areola payudara bisa masuk
ke mulut bayi.

5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan seseorang melakukan sesuatu yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan mempunyai peranan dalam
pengetahuan seseorang. Seseorang yang bekerja akan mempunyai lebih banyak
kesempatan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dibanding dengan
seseorang yang tidak bekerja dan lebih banyak berada dirumah (Oktora, 2013).
Namun, untuk mengaplikasikannya para ibu cenderung sangat sulit karena
para ibu yang bekerja diluar rumah cenderung lebih memilih untuk memberikan susu
formula karena dirasa lebih praktis, begitupun para ibu rumah tangga walaupun
mereka memberikan ASI pada bayi mereka tetapi mereka juga memberikan
makanan pendamping lain pada bayi (Oktora, 2013).
Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli
keluarga, akan tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama

11
dalam hal waktu untuk bekerja diluar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah
tangga serta mengasuh anak. Peran ganda ibu ini menuntut disatu pihak perlu
curahan waktu penuh untuk mengasuh anak, bersamaan dengan itu perlu sisipan
waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang untuk mengatasinya adalah
anak diasuh oleh pembantu atau keluarga yang ada dirumah (Malitasari, 2013).
Pemberian ASI yang tidak bisa dilakukan secara penuh biasanya akan
didampingi dengan susu formula. Padahal sebenarnya ibu yang bekerjapun tetap
bisa memberikan ASI eksklusif.Pada prinsipnya, pemberian ASI dapat diberikan
secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian secara langsung sudah jelas
dengan cara menyusui, sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung dilakukan
dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian
diberikan pada bayi (Malitasari, 2013).

6. Tingkat Ekonomi
Salah satu indikator yang dapat mencerminkan tingkat ekonomi penduduk
adalah komposisi penduduk menurut pengeluaran, besarnya komposisi penduduk
pada golongan pengeluaran yang lebih tinggi mencerminkan tingkat ekonomi
masyarakat yang lebih baik (Ambarwati, 2014).
Pengeluaran adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk semua
barang atau jasa yang di peroleh secara pembelian baik baik tunai maupn kredit oleh
rumah tangga tersebut, tetapi tidak untuk keperluan usaha maupun investasi. Oleh
karena itu pengeluaran untuk tabungan, asuransi jiwa, kontribusi dana pensiunan,
investasi dan pemberian kepada pihak lain tidak termasuk dalam konsumsi rumah
tangga (Ambarwati, 2014).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga di bedakan menjadi 2 yaitu
pengeluaran berupa makanan dan bukan makanan. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga berupa makanan yang di maksud dalam penelitian ini antara lain :
(Ambarwati, 2014).
Pengeluaran runah tangga untuk bahan makanan, seperti: padi-padian,
umbi-umbian, daging, ikan laut, ikan air tawar/tambak, kacang-kacangan,
bumbu-bumbuan, lemak dan minyak

12
Pengeluaran rumah tangga untuk makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau seperti: makanan jadi, bahan minuman/minuman tidak beralkohol,
tembakau dan minuman beralkohol.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga bukan makanan yang di maksud


dalam penelitian ini antara lain : (Ambarwati, 2014).

a. Pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar seperti: sewa
rumah, kontrak rumah, upah pembantu rumah tangga, semen, cat, air minum
pikulan atau PAM, listrik, kipas angin, gas elpiji, sabun cuci dan lain-lain.
b. Pengeluaran sandang, seperti: kemeja, celana, pembalut wanita, emas
perhiasan yang sifatnya bukan investasi.
c. Pengeluaran konsumsi kesehatan, seperti: obat-obatan, biaya dokter, pasta
gigi, sabun mandi, sampo, biayagunting rambut dan lain-lain.
d. Pengeluaran komsumsi pendidikan, rekreasi dan olahraga seperti: uang
sekolah, buku tulis, penggaris, koran, majalah, bioskop, sepeda anak, TV dan
lain-lain.
e. Pengeluaran konsumsi transportasi dan komunikasi, seperti: sepeda, motor,
mobil, bensin, solar, busi, ban, HP dan lain-lain.

Bagi keluarga yang kemampuan ekonominya tinggi cenderung lebih


mudah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan makan akan
lebih diperhatikan dengan makanan yang bergizi. Demikian pula dalam
pemenuhan kebutuhan akan pendidikan, orang tua akan berusaha memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Setiap keluarga memiliki
pengeluaran yang berbeda satu sama lain tergantung pada pendapatan yang
diperolehnya. Semakin besar pendapatan bisaanyasemakin besar pula
pengeluaran yang dikeluarkannya (Badan Pusat Statistik, 2015).

Pada golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi bisa dengan


mudah memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan bisa untuk ditabung ataupun
untuk diinvestasikan sebagai tabungan masa depan. Sebagai keluarga
berpenghasilan tinggi, akan mampu melakukan apa saja dalam pengeluaran,
karena pendapatannya lebih dari cukup untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

13
Dalam hal pengeluaran, keluarga berpenghasilan sedang lebih terarah karena
pendapatan yang mereka peroleh cukup untuk mencukupi kebutuhan dan
apabila sisa bisa ditabung untuk hari esok. Sedangkan pada golongan keluarga
berpenghasilan rendah hanyabisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
keluarga, bahkan terkadang kurang (Badan Pusat Statistik, 2015).

7. Pengetahuan ibu
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan,
kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek. Pengetahuan merupakan hasil
stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari
berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan
harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman
hidup lainnya (Simon-Morton et al., 1995). Pengetahuan merupakan proses
kognitif dari seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan,
sehingga masing-masing individu akan memberikan arti sendiri-sendiri terhadap
stimuli yang diterima walaupun stimuli itu sama (Winardi,1996).
Pengetahuan merupakan fungsi dan sikap. Menurut fungsi ini manusia
mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk
mengorganisasikan pengalamannya. Unsur-unsur pengalaman yang semula
tidak konsisten dengan yang diketahui individu akan disusun, ditata kembali atau
diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu pengetahuan yang konsisten.
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat enam tingkatan
yakni:
1) Tahu (now) artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya,
2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya);

14
4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menggunakan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain;
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya
dengan rumusan-rumusan yang telah ada;
6) Evaluasi (evaluation), Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 1997).

Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting
dalam kesuksesan proses menyusui. Thaeb et al dalam Abdullah et al (2004)
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan
jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekwensi dan pola
pemberian ASI.

Hasil penelitian Meyskey (2007) di Kelurahan Pahandut wilayah kerja


Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya menunjukkan bahwa faktor yang
berkaitan dengan praktik pemberian ASI secara eksklusif adalah tingkat
pengetahuan, peran petugas kesehatan dan peran keluarga.

B. Kerangka Teori

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal,
internal dan penguat (reinforcing):

15
Sumber : Moehji (2003), Notoatmojo (2003), Briawan (2004)

C. Kerangka Konsep

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

16
A. JENIS PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode
observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional merupakan
penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu
yang diobservasi pada saat yang sama (Pratiknya, 2010).

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Giri Marto, Kabupaten
Wonogiri pada tanggal 16 November 2016.

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian / objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Populasi responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang memiliki bayi usia dibawah 6 bulan sebanyak 30 orang yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Giri Marto, Kabupaten Wonogiri.

2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu dan bayi usia dibawah 6 bulan di wilayah kerja puskesmas Girimarto,
Kabupaten Wonogiri, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Ibu dari bayi usia di bawah 6 bulan (0-5 bulan 29 hari) bersedia untuk diteliti.
b. Kriteria ekslusi
1) Balita yang tidak datang saat wawancara
2) Balita yang sedang sakit saat wawancara

17
D. JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA
1. Jenis-jenis data
a. Data Primer
Data penelitian diperoleh sendiri melalui proses wawancara, observasi, kuesioner
dan pengukuran fisik.
b. Data Sekunder
Data penelitian diperoleh dari sumber kedua, yaitu dokumen Puskesmas.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Kuesioner
b. Observasi
c. Wawancara
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Kuesioner
2. Dacin, sarung
3. Software SPSS

F. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:
1. Variabel Terikat
Variabel terikat (Dependen) variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005).
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu asi eksklusif bayi usia di bawah 6 bulan.

2. Variabel Bebas
Variabel bebas (independen) yaitu variable yang yang menjadi sebab timbulnya
atau adanya variabel terikat (Sugiyono, 2005). Variabel bebas pada penelitian ini
yaitu pengetahuan, phbs, penyakit infeksi, pendapatan, pelayanan kesehatan, dan
status gizi.
G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data, yaitu :
a. Editing

18
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
1) Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
2) Jelas : jawaban pertanyaan, apakah tulisannya cukup jelas terbaca
3) Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan
4) Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
jawaban konsisten.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Coding digunakan untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
c. Processing
Pemrosesan data yang dilakukan dengan cara meng-entry data dari
kuesioner ke paket program komputer. Pemrosesan dilakukan agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisis.
d. Cleaning
Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan distribusi frekuensi variabel
untuk kategori masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel terikat maupun
variabel bebas.
b. Analisis Bivariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa bivariat
yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan (Notoatmodjo,
2010). Analisis yang dilakukan untuk menganalisa hubungan masig-masing
variabel terikat dengan variabel bebas menggunakan uji statistic chi square, uji
signifikasi antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan
dalam batas kepercayaan 95% (α= 0,05) yang artinya apabila diperoleh nilai P <
0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel
yang terikan dan bila nilai P>0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan.

19
Bila pada perhitungan uji Chi Square ditemukan jumlah nilai harapan kurang
dari 5 sebanyak lebih dari 20% jumlah seluruh sel, maka dilakukan uji Fisher
Exact. Untuk mengetahui derajat hubungan pada desain penelitidigunakan
ukuranan Cross Sectional digunakan untuk ukuran Odds Ratio (OR), dengan
membandingkan odds pada kelompk terekspos dengan kelompok tidak terekspos
(Budiman, 1996 dalam Anggraeni, 2008). Apabila OR = 1 artinya tidak ada
hubungan, apabila OR <1 artinya efek perlindungan (efek protektif), dan apabila
OR > 1 artinya sebagai penyebab.
Analisis uji statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan
Chi Square yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel tidak
terikat dan variabel terikat dengan uji statistik menggunakan perangkat lunak
Komputer. Dipilihnya uji Chi square sebagai uji analisis penelitian karena data
yang akan diperoleh merupakan data yang berbentuk kategorik, maka dari itu untk
mengetahui hubungan antara data kategorik dengan data kategorik digunakanlah
uji Chi Square.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Geografis
a. Peta wilayah serta fasilitas pelayanan kesehatan

b. Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Girimarto adalah :


Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari dataran tinggi.
Daerah Binaan UPT Puskesmas Girimarto berbatasan
dengan:
- Sebelah Timur : Kecamatan Jatipurno
- Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar

21
- Sebelah Selatan : Kecamatan Sidoharjo
- Sebelah Barat : Kecamatan Jatiyoso
2. Demografis
Wilayah kerja UPT Puskesmas Girimarto adalah :
a. Desa Girimarto
b. Desa Jendi
c. Desa Nungkulan
d. Kalurahan Gemawang
e. Desa Giriwarno
f. Desa Jatirejo
g. Desa Waleng
h. Desa Doho
i. Kalurahan Sidokarto
j. Desa Tambakmerang
k. Desa Bubakan
l. Desa Sanan
m. Desa Semagar
n. Desa Selorejo
3. Kependudukan
Adapun jumlah penduduk baik yang laki-laki maupun yang perempuan
pada tahun 2015 di wilayah kerja UPT Puskesmas Girimarto sebagai berikut :

Tabel 2
Jumlah Penduduk di UPT Puskesmas Girimarto Tahun 2015

NO DESA/KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH


1 Girimarto 1.775 1.776 3.551
2 Jendi 1.900 1.831 3.731
3 Nungkulan 1.579 1.490 3.069
4 Gemawang 1.757 1.700 3.457
5 Giriwarno 1.765 1.684 3.449
6 Jatirejo 1.902 1.864 3.766
7 Waleng 1.827 1.752 3.579
8 Doho 1.291 1.271 2.562
9 Sidokarto 1.766 1.606 3.372
10 Tambakmerang 1.910 1.842 3.752
11 Bubakan 2.429 2.257 4.686
22
12 Sanan 1.475 1.511 2.986
13 Semagar 1.913 1.774 3.687
14 Selorejo 1.897 1.784 3.681
Jumlah 25.186 24.142 49.328
Sumber Data : Laporan Data Kecamatan Girimarto

4. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Girimarto

Tabel 3
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KEGIATAN FASILITAS PELAYANAN JENIS PELAYANAN

DALAM BP Umum - Pemeriksaan pasien


GEDUNG - Penetapan diagnose
- Koordinasi lintas
program (Lab)
- Rujukan

MTBS (Manajemen Terpadu - Pemeriksaan pasien


Balita Sakit) - Penetapan diagnose
- Koordinasi lintas
program (Lab)
- Rujukan

BP Gigi - Pemeriksaan pasien


- Penetapan diagnose
- Koordinasi lintas
program
- Rujukan

KIA/ KB - Pemeriksaan Ibu


Hamil
- Pemeriksaan Ibu dan
Anak

23
- Pelayanan KB (
Pemasangan
/Pengangkatan IUD/
Alat kontrasepsi
lainnya

- Koordinasi lintas
program (Lab)
- Konseling
- Rujukan

Ruang Gizi - Konsultasi Gizi


- Penimbangan BB
- Pengukuran TB
- Pelayanan kesehatan
balitas gizi buruk
- Koordinasi lintas
program (lab)
- Rujukan

Unit Gawat Darurat (UGD) - Melakukan


pelayanan kegawat
daruratan
- Tindakan heating
- Medikasi luka
- Melayani rujukan

Klinik Sehat (Klinik Konseling) - Pojok Gizi


- Sanitasi (PHBS)
- Kesehatan Jiwa
- Kesehatan
Reproduksi/PKPR
- TB Paru , Kusta
- Harm Reduction
(HIV)

Laboratorium - Pemeriksaan
specimen darah,
urine, sputum

24
- Koordinasi lintas
program
- Rujukan

Ruang Obat - Melayani obat bagi


pasien rawat jalan ,
UGD.
- Menyediakan
keperluan obat bagi
pelayanan kesehatan
di Pusling dan Pustu

Rujukan - Pembuatan surat


rujukan

LUAR - Puskesmas Pembantu Melayani masyarakat yang


GEDUNG (Pustu) tinggal jauh dari Puskesmas
- Puskesmas Keliling dan membutuhkan
- Polindes pelayanan kesehatan
- Posyandu
- Posbindu
- UKS
- UKK

Sumber Data : Laporan Data Kecamatan Girimarto

5. Data Asi Eksklusif tahun 2015


Data Asi Eksklusif

12

25
10

Tahun 2015
10

10

11

12

Jumlah 120

Persentase 23,1% Asi Eksklusif

Sumber Data : Laporan Data Kecamatan Girimarto

B. Karakteristik Sampel dan Responden


1. Karakteristik Sampel

26
a. Jenis kelamin
Sampel dalam penelitian ini adalah anak bayi usia di bawah 6 bulan di posyandu
melati berjumlah 30 anak, yang terdiri dari 13 anak balita laki-laki (43,3%) dan 17
anak balita perempuan (56,7%). Distribusi jenis kelamin sampel dapat dilihat pada
tabel 5.

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %
Laki – laki 13 43,3
Perempuan 17 56,7
Total 30 100,0

b. Usia
Usia bayi yang dijadikan sebagai sampel yaitu bayi berusia di bawah 6
bulan. distribusi usia sampel dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia Bayi

Usia Balita N %
0 1 3,3

1 3 10,0
2 7 23,3
3 4 13,3
4 6 20,0
5 9 30,0
Total 30 100,0

Dari tabel 6 diatas, usia sampel terbanyak berada di usia 5 bulan .

27
2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi
berusia di bawah 6 bulan dan telah menyatakan kesediaannya menjadi responden.
a. Usia Ibu
Pada penelitian ini usia ibu yang menjadi responden berkisar antara 17
tahun sampai lebih dari 35 tahun. Adapun distribusi usia ibu dapat dilihat
pada tabel 7.

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu

Usia Ibu N %
17 – 35 tahun 22 73,3
> 35 tahun 8 26,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 7 , sebanyak 73,3 % ibu balita berusia 17– 35 tahun.


b. Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu yang menjadi responden teridiri dari SD sampai
Perguruan Tinggi. Distribusi pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Ibu n %
SD 4 13,3
SMP 16 53,3
SMA 7 23,3
Diploma/PT 3 10,0
Total 30 100,0

28
Berdasarkan tabel 8 diatas sebagian besar responden tingkat pendidikan
terkahir SMP.

c. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu yang menjadi responden pada penelitian ini bermacam
macam, seperti ibu rumah tangga, wiraswasta, PNS dan lainnya. Distribusi
pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan N %
IRT 18 60,0
Wiraswasta 9 30,0
Lainnya 2 6,7
PNS 1 3,3
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 9 diatas sebagian besar pekerjaan ibu yang menjadi


responden bekerja sebagai ibu rumah tangga.

C. Analisa Statistik
1. Uji Univariat
a. Asi Eksklusif
ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan
pertama bayi baru lahir tanpa adanya makan tambahan yang diberikan. Distribusi
Asi Eksklusif dapat di lihat pada tabel 10.
Tabel 10

29
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Asi Eksklusif

Asi Eksklusif N %
Asi Eksklusif 10 33,3
Tidak asi eksklusif 20 66,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 10 diatas sebagian besar sampel tidak Asi Eksklusif.


b. Status Gizi
Status gizi adalah status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Distribusi frekuensi status
gizi balita terdapat pada tabel 11.

Tabel 11
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status Gizi (BB/U)

Status Gizi N %
Gizi normal 29 96,7
Gizi tidak normal 1 3,3
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita memiliki


status gizi yang baik.
c. Pendapatan
Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pola pengeluaran konsumsi
keluarga. Tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan
kualitas makanan yang diperoleh. Distribusi frekuensi pendapatan ibu balita terdapat
pada tabel 12.
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan N %

30
Pendapatan rendah 8 26,7
Pendapatan tinggi 22 73,3
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang


berpendapatan tinggi lebih banyak dari pada responden yang berpendapatan rendah.
d. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam
kesuksesan proses menyusui. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu terdapat pada
tabel 13.
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan n %
Kurang 16 53,3
Baik 14 46,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden


mempunyai pengetahuan yang kurang akan gizi khususnya tentang Asi Eksklusif.
e. Pelayanan Kesehatan
Status gizi anak berkaitan dengan keterjangkauan terhadap pelayanan
kesehatan dasar. Distribusi frekuensi pelayanan kesehatan balita terdapat pada
tabel14.

Tabel 14
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan N %
Kesehatan
Tidak Sesuai 1 3,3
Sesuai 29 96,7
Total 30 100,0

31
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai pelayanan kesehatan yang lengkap.

f. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan fakor penyebab terjadinya gangguan gizi.
Distribusi frekuensi penyakit infeksi terdapat pada tabel 15.

Tabel 15
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Penyakit Infeksi

Penyakit Infeksi N %
Pernah 12 40,0
Tidak pernah 18 60,0
Total 30 100,0
Berdasarkan tabel 15 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden tidak pernah terkena penyakit infeksi.

g. Hygine dan sanitasi


Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih,
ketersediaan jamban, jenis lantai rumah, dinding rumah dan atap rumah.
Distribusi frekuensi hygine dan sanitasi terdapat pada tabel 16.

Tabel 16.
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Hygine dan Sanitasi

Hygine & Sanitasi N %


Tidak Baik 21 70,0
Baik 9 30,0
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 16 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar


responden mempunyai hygine dan sanitasi yang tidak baik.

32
2. Uji Bivariat
a. Hubungan Pendapatan dengan Asi Eksklusif
Berdasarkan tabel 16 dapat disimpulkan responden dengan pendapatan
rendah yang tidak memberikan Asi Eksklusif sebanyak 4 responden (13,3%).
Sedangkan responden dengan pendapatan tinggi yang yang memberikan Asi
Eksklusif sebanyak 6 responden (20,0%). Hubungan pendapatan dengan
pemberian Asi Eksklusif dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17
Hubungan Pendapatan dengan Asi Eksklusif

Asi Eksklusif
Tidak Asi Total
Pendapatan Asi Eksklusif
Eksklusif
n % n % N %
Rendah 4 13,3 4 13,3 8 26,7
Tinggi 16 53,3 6 20,0 22 73,3
Total 20 66,7 10 33,3 30 100

Hasil analisis menggunakan uji chi square di peroleh nilai p value adalah 0,384
yang artinya p value > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara
pendapatan dengan pemberian Asi Eksklusif.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ida (2012) dimana dari hasil statistik juga tidak
di dapatkan perbedaan bermakna prilaku pemberian asi eksklusif dengan tingkat
pendapatan keluarga. Sedangkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2010
tentang pemberian Asi Eksklusif menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang jelas
antara pemberian Asi Eksklusif dan tingkat pengeluaran perkapita. Semakin tinggi
pengeluaran perkapita rumah tangga, semakin menurun pemberian asi eksklusif.
Penelitian purnamawati (2002) yang dikutip oleh jaljuli (2007) menunjukkan
adanya pengaruh dominan, sosial ekonomi terhadap pemberian asi eksklusif yaitu ibu
dengan sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali memberikan asi eksklusif
dibanding dengan sosial ekonomi tinggi.
b. Hubungan Pengetahuan dengan Asi Eksklusif

33
Berdasarkan tabel 17 dapat disimpulkan responden dengan pengetahuan kurang
yang tidak Asi Eksklusif sebanyak 13 responden (43,3%). Sedangkan responden
dengan pengetahuan baik yang tidak Asi Eksklusif sebanyak 7 responden (23,3%).
Hubungan pengetahuan dengan pemberian Asi Eksklusif dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18
Hubungan Pengetahuan dengan Asi Eksklusif

Asi Eksklusif
Tidak Asi Total
Pengetahuan Asi Eksklusif
Eksklusif
N % N % N %
Kurang 13 43,3 3 10,0 16 53,3
Baik 7 23,3 7 23,3 14 46,7
Total 20 66,7 10 33,3 30 100

Hasil analisis menggunakan uji chi square di peroleh nilai p value adalah 0,122
yang artinya p value > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan pemberian Asi Eksklusif.
Menurut amirudin dan rostia (2007), kurangnya dukungan dari keluarga
merupakan salah satu faktor terhambatnya pemberian asi eksklusif sehingga alaupun
ibu pernah menerima atau tidak pernah menerima informasi asi eksklusif dari petugas
kesehatan tidak akan mempengaruhi tindakan ibu untuk memberikan asi eksklusif.
Menurut roesli (2000), sering kali ibu yang bekerja mengalami dilema dalam
memberikan asi esklusif pada bayinya. Meskipun kelompok ini tahu manfaat dan
keunggulan asi namun sulit untuk mempraktekkannya. Selain itu, gencarnya promosi
dan penjualan susu formula juga menjadi pemicu rendahnya pemberian asi eksklusif
pada bayi.
c. Hubungan Pelayanan kesehatan dengan Asi Eksklusif
Berdasarkan tabel 18 dapat disimpulkan responden dengan pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai, tidak Asi Eksklusif hanya 1 responden (3,3%).
Sedangkan responden dengan pelayanan kesehatan yang sesuai, pemberian Asi
Eksklusif sebanyak 10 responden (33,3%). Hubungan pelayanan kesehatan dengan
pemberian Asi Eksklusif dapat dilihat pada tabel 19.

34
Tabel 19
Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Asi Eksklusif

Asi Eksklusif
Pelayanan Tidak Asi Total
Asi Eksklusif
Kesehatan Eksklusif
N % n % N %
Tidak Sesuai 1 3,3 0 0,0 1 3,3
Sesuai 19 63,3 10 33,3 29 96,7
Total 20 66,7 10 33,3 30 100

Hasil analisis menggunakan uji chi square di peroleh nilai p value adalah 1,000
yang artinya p value > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara
pelayanan kesehatan dengan pemberian Asi Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
responden dengan pelayanan kesehatan yang sesuai dan tidak asi eksklusif lebih
banyak dibandingkan yang Asi Eksklusif.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ajeng (2016) yang
menyatakan Peran yang diberikan petugas kesehatan sangat dibutuhkan, maka
mereka harus mampu memberikan kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku
positif terhadap kesehatan, salah satunya pada ibu-ibu dalam pemberian ASI
eksklusif. Pengaruh tersebut tergantung pada komunikasi persuasif yang ditujukan
pada ibu, yang meliputi perhatian, pemahaman, ingatan penerima dan perubahan
perilaku. Interaksi tersebut akan tercipta suatu hubungan yang baik untuk mendorong
atau memotivasi ibu dalam melakukan ASI eksklusif. Peran yang diberikan petugas
kesehatan akan mempengaruhi pola pikir responden yang nantinya akan
menanamkan motivasi dalam pemberian ASI eksklusif kepada balitanya.

d. Hubungan status gizi dengan Asi Eksklusif


Berdasarkan tabel 19 dapat disimpulkan responden dengan status gizi tidak
normal yang tidak Asi Eksklusif hanya 1 responden (3,3%). Sedangkan responden
dengan status gizi normal dan Asi Eksklusif sebanyak 10 responden (33,3%).
Hubungan status gizi dengan pemberian Asi Eksklusif dapat dilihat pada tabel 20.

35
Tabel 20
Hubungan Status Gizi dengan Asi Eksklusif

Asi Eksklusif
Tidak Asi Total
Status gizi Asi Eksklusif
Eksklusif
n % N % N %
Tidak normal 1 3,3 0 0,0 1 3,3
Normal 19 63,3 10 33,3 29 93,7
Total 20 66,7 10 33,3 30 100

Hasil analisis menggunakan uji chi square di peroleh nilai p value adalah
1,000 yang artinya p value > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan
antara status gizi dengan pemberian Asi Eksklusif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Aisyah 2015 didapatkan tidak adanya
hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan status gizi bayi di wilayah
kerja Puskesmas Padang Pasir. Hal ini dikarenakan pemberian ASI ekslusif
bukan merupakan faktor mutlak penentu status gizi bayi. Adanya faktor lain
yang mempengaruhi status gizi bayi tidakditeliti dalam penelitian ini. Hal ini
yang kemungkinan membuat hasil penelitian menjadi tidak bermakna

D. IDENTIFIKASI MASALAH

No. Identifikasi Masalah Standar

1. Tingkat Asi Eksklusif masih rendah yaitu ≥ 80% Asi Eksklusif


33,3 %.

36
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang Asi ≥ 80% Pengetahuan
Eksklusif masih rendah yaitu 46,7%. baik tentang Asi
Eksklusif

3. Tingkat pendidikan ibu masih rendah ≥ 70 % (SMA)


yaitu 46,7% (SMP).
4. Tingkat pola hidup sehat yang tidak baik ≥ 80% PHBS
atau tidak PHBS cukup tinggi yaitu 70%

E. ANALISIS KERANGKA LOGIS


1. Analisis Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah menggunakan metode PSCM. Metode PSCM
merupakan metode yang mudah dibandingkan dengan metode lainnya. Dalam metode
PSCM penentuan prioritas masalah dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. P (Prevalence) yaitu menyatakan besarnya sasaran yang terkena masalah gizi.
b. S (Seriousness) yaitu menyatakan tingkat kegawatan masalah gizi yang terjadi
c. C (Community Concern) yaitu komitmen masyarakat terhadap penanganan masalah
gizi.
d. M (Managebility) yaitu kemampuan managerial (SDM, Dana, sarana, prasarana, dll)
untuk menangani masalah gizi

Cara penilaian dengan menggunakan metode PSCM :


Nilai skor antara 1 (tidak) sampai 5 (sangat) untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas
masalah adalah jumlah skor tertinggi dari seluruh masalah yang ada.
Masalah yang akan di prioritaskan:
a. Tingkat pendidikan ibu
b. Tingkat pengetahuan ibu
c. Tingkat PHBS atau sanitasi lingkungan
d. Asi Esksklusif

Tabel 22.
Prioritas Masalah

37
No Masalah P S C M Skor Total
.
1. Tingkat Pendidikan ibu 3 4 2 3 12 3
2. Tingkat pengetahuan ibu 4 4 3 3 14 2
3. Tingkat PHBS 2 3 3 3 11 4
4. Asi Eksklusif 5 5 4 4 18 1

2. Analisis Pohon Masalah

38
3. Analisis Pohon Sasaran

39
4. Analisis Pohon Alternatif

No Masalah Alternatif
.

1. Pengetahuan ibu rendah - Penyuluhan Asi Eksklusif


- Demonstrasi pemberian Asi yang baik dan
benar
- Konsultasi Asi Eksklusif

2. Pendapatan keluarga - Demonstrasi pemanfaatan pekarangan


rendah rumah untuk peningkatan pendapatan
keluarga dan demonstrasi pemanfaatan
sumber daya tepat guna

3. Dukungan keluarga - Konsultasi manfaat pemberian Asi


Eksklusif kepada keluarga

5. Matriks Kegiatan
Matriks Perencanaan Kegiatan :
o Penyuluhan tentang ASI Ekslusif
o Konsultasi tentang ASI Ekslusif
o Demontrasi tentang cara memberian ASI Ekslusif yang baik dan benar
o Demonstrasi tentang pemanfaatan pekarangan rumah dan pemanfaatan sumber
tepat guna
Tabel 24
Matriks Kegiatan

ASPEK INDIKATOR SUMBER PELAKSANA WAKTU/ DANA


RENCANA BUKTI TEMPAT
Penyuluhan
ASI Ekslusif
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa Saat Rp.
Meningkatkan tujuan kegiatan gizi UMS diadakanny 500.000,0
pengetahuan dengan a Posyandu 0
ibu menyusui optimal
dan ibu hamil sebesar 80
tentang ASI %
Ekslusif

40
Sasaran 80% dari Daftar hadir Mahasiswa
Ibu yang jumlah ibu penyuluhan gizi UMS
memiliki bayi yang tentang ASI
usia 0-6 bulan, mempunyai Ekslusif
ibu hamil dan bayi, ibu
pengasuh bayi hamil dan
pengasuh
bayi yang
akan
diberikan
penyuluhan/
pendidikan
gizi hadir.
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM, sarana, seluruh alat daftar alat gizi UMS
Alat: leaflet, yang yang
poster, food dibutuhkan dibutuhkan
model, PPT untuk
penyuluhan.
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Pengetahuan menyusui, pretest dan gizi UMS
ibu menyusui, ibu hamil dan posttest
ibu hamil, dan pengasuh
pengasuh bayi bayi memiliki
membaik pengetahuan
yang baik
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Penyuluhan penyuluhan ibu menyusui gizi UMS
tentang ASI ASI Ekslusif dan ibu hamil
Ekslusif gizi berjalan mengikuti
mengenai dengan penyuluhan
kelebihan ASI lancar tinggi.
ekslusif , dengan
manfaat untuk respon yang
ibu dan anak . baik.
Penyuluhan
Gizi Seimbang
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa Saat Rp.
Meningkatkan tujuan kegiatan gizi UMS diadakanny 500.000,0
pengetahuan dengan a Posyandu 0
ibu menyusui optimal
dan ibu hamil sebesar 80
tentang Gizi %
Seimbang
Sasaran 80% dari Daftar hadir Mahasiswa
jumlah ibu penyuluhan gizi UMS

41
Ibu yang yang tentang Gizi
memiliki bayi mempunyai Seimbang
usia 0-6 bulan bayi dan ibu
dan ibu hamil hamil yang
akan
diberikan
penyuluhan/
pendidikan
gizi hadir.
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM, sarana, seluruh alat daftar alat gizi UMS
Alat: leaflet, yang yang
poster, food dibutuhkan dibutuhkan
model, PPT untuk
penyuluhan.
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Pengetahuan menyusui pretest dan gizi UMS
ibu menyusui dan ibu hamil post test
dan ibu hamil memiliki
mengenai gizi pengetahuan
seimbang yang baik
membaik tentang gizi
seimbang
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Penyuluhan penyuluhan ibu menyusui gizi UMS
tentang Gizi gizi dan ibu hamil
seimbang seimbang yang
mengenai berjalan mengikuti
manfaat gizi dengan penyuluhan
seimbang untuk lancar tinggi.
produksi Asi . dengan
respon yang
baik.
Penyuluhan
KADARZI
(Keluarga
Sadar Gizi)
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa Saat Rp.
Meningkatkan tujuan kegiatan gizi UMS diadakanny 500.000,0
pengetahuan dengan a Posyandu 0
ibu menyusui optimal
dan ibu hamil sebesar 80
tentang %
KADARZI
Sasaran 80% dari Daftar hadir Mahasiswa
jumlah ibu penyuluhan gizi UMS

42
Ibu yang yang tentang Gizi
memiliki bayi mempunyai Seimbang
usia 0-6 bulan bayi dan ibu
dan ibu hamil hamil yang
akan
diberikan
penyuluhan/
pendidikan
gizi hadir.
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM, sarana, seluruh alat daftar alat gizi UMS
Alat: leaflet, yang yang
poster, PPT dibutuhkan dibutuhkan
untuk
penyuluhan.
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Pengetahuan menyusui pretest dan gizi UMS
ibu menyusui dan ibu hamil post test
dan ibu hamil memiliki
mengenai pengetahuan
KADARZI yang baik
membaik tentang
KADARZI
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Penyuluhan penyuluhan ibu menyusui gizi UMS
tentang KADARZI dan ibu hamil
KADARZI berjalan yang
mengenai dengan mengikuti
manfaat lancar penyuluhan
KADARZI. dengan tinggi.
respon yang
baik.
Penyuluhan
PHBS
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa Saat Rp.
Menigkatkan tujuan kegiatan gizi UMS diadakanny 500.000,0
pengetahuan dengan a Posyandu 0
ibu menyusui optimal
tentang sebesar 80
pentingnya %
hidup dengan
prinsip PHBS
Sasaran 80% dari Daftar hadir Mahasiswa
Ibu yang jumlah ibu penyuluhan gizi UMS
memiliki bayi yang tentang PHBS
usia 0-6 bulan mempunyai

43
bayi yang
akan
diberikan
penyuluhan/
pendidikan
gizi hadir.
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM, sarana, seluruh alat daftar alat gizi UMS
Alat: leaflet, yang yang
poster, PPT dibutuhkan dibutuhkan
untuk
penyuluhan.
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Pengetahuan menyusui pretest dan gizi UMS
ibu menyusui memiliki post test
mengenai pengetahuan
PHBS membaik yang baik
tentang
PHBS
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Penyuluhan penyuluhan ibu menyusui gizi UMS
tentang PHBS PHBS yang
mengenai berjalan mengikuti
manfaat PHBS . dengan penyuluhan
lancar tinggi.
dengan
respon yang
baik.
Konsultasi Gizi
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa 1 hari Rp.
Menigkatkan tujuan kegiatan gizi UMS dalam 1 500.000,0
pengetahuan dengan bulan, 0
ibu menyusui optimal Dibalaidesa
tentang ASI sebesar 80
Ekslusif %
Sasaran 80% dari Daftar hadir Mahasiswa
Ibu yang jumlah ibu ibu bayi gizi UMS
memiliki bayi yang
usia 0-6 bulan mempuyai
bayi yang
akan
diberikan
konseling
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
seluruh alat daftar alat gizi UMS
yang

44
SDM, sarana, dibutuhkan yang
Alat: leaflet, untuk dibutuhkan
food model, penyuluhan.
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Pengetahuan menyusui pretest dan gizi UMS
ibu menyusui memiliki posttest
membaik pengetahuan
yang baik
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Konsultasi gizi/ Proses ibu menyusui gizi UMS
informasi konsultasi/ mengikuti
mengenai ASI informasi konsultasi
Ekslusif mengenai tinggi
ASI Ekslusif
berjalan
dengan
lancar
dengan
respon yang
baik.
Demonstrasi
ASI Ekslusif
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa 1 hari Rp.
Menigkatkan tujuan kegiatan gizi UMS selama 1 500.000,0
pengetuhuan dengan bulan, 0
ibu menyusui optimal Dibalaidesa
tentang cara sebesar 80
pemebrian ASI %
yang baik dan
benar
Sasaran 100% ibu Daftar hadir Mahasiswa
Ibu menyusui menyusui ibu menyusui gizi UMS
yang hasir
saat
demonstrasi
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM,sarana, seluruh alat daftar yang gizi UMS
alat : boneka yang dibutuhkan
bayi dan dibutuhkan
payudara,
poster
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Pengetahuan menyusui pretest dan gizi UMS
ibu menyusui memiliki posttest
membaik pengetahuan
yang baik

45
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Demontrasi Proses ibu menyusui gizi UMS
tentang cara demonstrasi mengikuti
pemberian ASI tentang cara demonstrasi
Ekslusif pemberian tinggi
ASI Ekslusif
berjalan
dengan
lancar
dengan
respon yang
baik.
Demonstrasi
pemanfaatn
pekarangan
dan
pemanfaatan
sumber tepat
guna
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa 1 hari di Rp.
Menigkatkan tujuan kegiatan gizi UMS salah 100.000,0
kreatifitas ibu dengan pekarangan 0
menyusui dalam optimal rumah
memanfatkan sebesar 80 warga
pekarangan dan %
sumber daya
yang di daerah
nya
Sasaran 100% ibu Daftar hadir Mahasiswa
Ibu menyusui menyusui ibu menyusui gizi UMS
yang hasir
saat
demonstrasi
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM,sarana, seluruh alat daftar yang gizi UMS
alat : bibit yang dibutuhkan
tanaman, dibutuhkan
cangkul dan
pupuk
Output 80% Ibu Nilai hasil Mahasiswa
Kreatifitas ibu menyusui pretest dan gizi UMS
meningkat memiliki posttest
dalam kreatifitas
pemanfaatan dalam
pekarangan dan memanfaatk
an

46
sumber tepat pekarangann
guna ya
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
Demontrasi Proses ibu menyusui gizi UMS
tentang cara demonstrasi mengikuti
pemanfaatan tentang cara demonstrasi
pekarangan dan pemanfaatan tinggi
sumber tepat pekarangan
guna dan sumber
tepat guna
berjalan
dengan
lancar
dengan
respon yang
baik.
Pelatihan
Kader
Posyandu
Tujuan Tercapainya Laporan Mahasiswa 1 hari Rp.
Menigkatkan tujuan kegiatan gizi UMS puskesmas 500.000,0
pengetahuan dengan 0
dan optimal
keterampilan sebesar 80
kader dalam %
kegiatan
posyandu
Sasaran 100% ibu Daftar hadir Mahasiswa
kader posyandu kader yang kader gizi UMS
hadir saat
pelatihan
Input Tersedianya Check list Mahasiswa
SDM, sarana, seluruh alat daftar yang gizi UMS
Alat: dacin, yang dibutuhkan
buku KMS dibutuhkan
Output 80% kader Mampu Mahasiswa
Pengetahuan memiliki mempraktekan gizi UMS
kader pengetahuan cara
meningkat, yang baik menimbang
kemampuan tentang dan mengisi
menimbang dan kegiatan KMS dengan
mengisi KMS posyandu benar dan
membaik. tepat.
Aktivitas Proses Antusiasme Mahasiswa
pelatihan cara pelatihan kader yang gizi UMS
penimbangan berjalan mengikuti

47
dan pengisian dengan pelatihan
KMS pada lancar tinggi.
kader posyandu dengan
respon yang
baik.

48
BAB V
PERENCANAAN DAN INTERFENSI

A. JENIS KEGIATAN
Jenis kegiatan yang akan dilakukan untuk intervensi masalah yaitu penyuluhan Asi
Eksklusif, demonstrasi pemberian asi, konseling tentang Asi Eksklusif, demonstrasi
pemanfaatan pekarangan dan pemanfaat sumber tepat guna.

49
B. FORM POA

Proyek Tujuan Target Kegiatan Strategi pelaksanaan Temp Waktu Sum


dan at
deskripsi Instan Personil Sasara Estim
proyek si penduk n asi
Langs ung dana
ung
Penyuluh Tujuan umum Ibu 1. Registrasi Posyan Mahasis Ibu Balai 60 Rp
an ASI Meningkatkan hamil peserta du wa, menyu desa menit 1.000
eksklusif pengetahuan dan 2. Persiapan bidan sui dan 000
dan kesadaran menyu materi desa, ibu
ibu menyusui sui dan hamil
dan
dan ibu hamil kader
media
tentang posyand
pentingnya penyuluha u
ASI Esklusif n
3. Pelaksan
Tujuan khusus aan
1. Meningkatka penyuluha
n n
pengetahuan 4. Post test
ASI Eksklusif
5. Monev
pada ibu
menyusui
dan ibu hamil
2. Meningkatka
n
pengetahuan
jenis dan
jumlah
makanan ibu
menyusui.
3. Meningkatka
n
pengetahuan
manfaat ASI
Eksklusif
pada bayi
dan ibu
menyusui

50
Penyuluh Tujuan umum Ibu 1. Posyan Mahasis Ibu Balai 60 Rp
an Gizi Meningkatkan hamil Registras du wa, menyu desa menit 1.000
Seimbang pengetahuan dan i peserta bidan sui dan 000
dan kesadaran menyu 2. desa, ibu
ibu menyusui sui Persiapa dan hamil
dan ibu hamil n materi kader
tentang dan posyand
pentingnya media u
Gizi Seimbang penyuluh
an
Tujuan khusus 3.Pelaksana
1. Meningkatkan an
pengetahuan penyuluh
Gizi an
Seimbang 4. Post test
pada ibu 5. Monev
menyusui
dan ibu hamil
2. Meningkatkan
pengetahuan
jenis dan
jumlah
makanan
seimbang
bagi ibu
menyusui
dan ibu hamil
3. Meningkatka
n
pengetahuan
tentang
manfaat gizi
seimbang
bagi
kesehatan
dan produksi
asi pada
bayi
menyusui

Demonstr Tujuan Umum Ibu 1. Registras Posyan Mahasis Ibu Balai 60 Rp


asi Meningkatkan hamil ipeserta du wa, menyu desa menit 700.0
pemberia pengetahuan dan 2. Persiapa bidan sui 00
n ASI n materi desa,

51
dalam menyusui menyu dan alat dan
bayi. sui peraga kader
3. Pelaksan posyand
Tujuan Khusus aan u
1.Meningkatkan
demonstr
ketrampilan
asi
ibu menyusui
4. Monev
dalam
menyusui
bayi.
2.Meningkatkan
pengetahuan
ibu tentang
cara menyusui
yang baik dan
benar
3.Meningkatkan
pengetahuan
ibu cara
penyimpanan
Asi yang baik
dan benar
4.Meningkatkan
pengetahuan
ibu cara
pelekatan bayi
yang baik dan
benar pada
saat menyusui
5.Meningkatkan
pengetahuan
ibu tentang
bahaya
pemberian
susu formula
6.Meningkatkan
pengetahuan
ibu dalam
memberikan
solusi terbaik
untuk tetap
memberika asi

52
eksklusif
kepada bayi
bagaimana
pun
kondisinya.

Konseling Tujuan Umum 30 ibu 1. Registra Posyan Mahasis Ibu Ruma 3 hari Rp
tentang Memberikan menyu si du wa, menyu h ibu 1.500
ASI konseling sui peserta bidan sui dan menyu 000
Eksklusif kepada ibu dan 2. Pencaria desa, keluarg sui
menyusui dan keluar dan a
n alamat
keluarga ganya kader
respond
tentang ASI posyand
Eksklusif er u
3. Pelaksa
Tujuan Khusus naan
1. Memberikan kegiatan
konseling 4. Monev
kepada ibu
menyusui dan
keluarganya
tentang
pentingnya
dukungan
keluarga
dalam
pemberian
ASI Eksklusif
2. Memberikan
konseling
kepada ibu
menyusui dan
keluarganya
tentang
pemberian
makanan
yang baik
untuk
produksi ASI

53
Penyuluh Tujuan umum Ibu 1. Posyan Mahasis Ibu Balai 60 Rp
an Meningkatkan hamil, Registras du wa, menyu desa menit 1.000
KADARZI pengetahuan menyu i peserta bidan sui, ibu 000
dan kesadaran sui 2. desa, hamil
ibu menyusui, dan Persiapa dan dan ibu
ibu hamil, dan ibu n materi kader balita
ibu balita balita dan posyand
tentang media u
pentingnya penyuluh
KADARZI an
4. Pelaksan
Tujuan khusus aan
1. Meningkatkan penyuluh
pengetahuan an
KADARZI
5. Post test
pada ibu
6. Monev
menyusui,
ibu hamil dan
ibu balita
2.Menumbuhka
n partisipasi
ibu untuk
menjadi
keluarga
Kadarzi
3. Meningkatka
n
pengetahuan
tentang
manfaat
KADARZI
bagi
kesehatan
balita dan
keluarga.

Penyuluh Tujuan umum Ibu 1. Posyan Mahasis Ibu Balai 60 Rp


an PHBS Meningkatkan hamil, Registras du wa, menyu desa menit 1.000
pengetahuan menyu i peserta bidan sui, ibu 000
dan kesadaran sui 2. desa, hamil
ibu menyusui, dan Persiapa dan dan ibu
ibu hamil, dan ibu n materi kader balita
ibu balita balita dan posyand
tentang media u

54
pentingnya penyuluh
PHBS an
8. Pelaksan
Tujuan khusus aan
1. Meningkatkan penyuluh
pengetahuan an
PHBS pada
9. Post test
ibu
10.
menyusui,
ibu hamil dan Monev
ibu balita
2.Menumbuhka
n partisipasi
ibu untuk
menjadi
keluarga
yang hidup
dengan pola
hidup sehat
7. Meningkatka
n
pengetahuan
tentang
manfaat
PHBS bagi
kesehatan
balita dan
keluarga.

Demonstr Tujuan Umum Seluru 1. Registras Posyan Mahasis Ibu Balai 1 hari Rp
asi Menigkatkan h Ibu ipeserta du wa, menyu desa 300.0
pemanfaa pengetahuan 2. Persiapa bidan sui dan 00
tn ibu menyusui n materi, desa, keluarg
pekarang dalam dan a
alat
an dan memanfatkan kader
peraga
pemanfaa pekarangan dan posyand
tan sumber daya dan u
sumber yang di daerah bahan
tepat nya yang
guna banyak
Tujuan Khusus ditemui di
1. Meningkatkan desa
kreativitas ibu 3. Pelaksan
dalam aan

55
memanfaatka demonstr
n sumber asi
daya tepat 4. Monev
guna.
2. Meningkatkan
penghasilan
keluarga
dengan
memanfaatka
n sumber
daya yang
ada

Pelatihan Tujuan Umum Kader 1. Posyan Mahasis Kader Balai 1 hari Rp


kader Meningkatkan posya Registras du wa, posyan desa 300.0
posyandu pengetahuan ndu i peserta bidan du 00
dan 2. desa,
keterampilan dan
Persiapa
kader dalam kader
n materi
pelaksanaan posyand
kegiatan pelatihan u
posyandu dan alat
3.Pelaksana
Tujuan khusus an
1. Meningkatkan pelatihan
pengetahuan
dan 4. Monev
keterampilan
kader dalam
menimbang
2. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
kader dalam
pengisian
KMS

56
57
c. Form HIPOPOC

Proyek Input Proses Output


Kegiatan
Penyuluhan Waktu: 20 November 2016 1. Pembukaan 90% ibu menyusui da
ASI eksklusif Dana : Rp 1.000.000 2. Penyuluhan ibu hamil telah
Tenaga: 7 orang mahasiswa 3. Tanya-Jawab menghadiri penyuluha
Fasilitas: Balai desa, Posyandu 4. Doorprize
Peralatan: Leaflet, Poster, food model, PPT,
5. Penutup
pengeras suara
Penyuluhan Waktu: 26 November 2016 1. Pembukaan 90% ibu menyusui da
Gizi seimbang Dana : Rp 1.000.000 2.Penyuluhan ibu hamil telah
Tenaga: 7 orang mahasiswa 3. Tanya-Jawab menghadiri penyuluha
Fasilitas: Balai desa, Posyandu 4. Doorprize
Peralatan: Leaflet, Poster, food model, PPT,
5. Penutup
pengeras suara
Penyuluhan Waktu: 27 November 2016 1. Pembukaan 90% ibu menyusui, ib
KADARZI Dana : Rp 1.000.000 2.Penyuluhan hamil, dan ibu balita
Tenaga: 7 orang mahasiswa 3. Tanya-Jawab telah menghadiri
Fasilitas: Balai desa, Posyandu penyuluhan
Peralatan: Leaflet, Poster, PPT, pengeras suara 4.Doorprize
5. Penutup

Penyuluhan Waktu: 28 November 2016 1. Pembukaan 90% ibu menyusui, ib


PHBS Dana : Rp 1.000.000 2.Penyuluhan hamil, dan ibu balita
Tenaga: 7 orang mahasiswa 3. Tanya-Jawab telah menghadiri
Fasilitas: Balai desa, Posyandu penyuluhan
Peralatan: Leaflet, Poster, PPT, pengeras suara 4.Doorprize
5.Penutup
Demonstrasi Waktu: 21 November 2016 1. Pembukaan 90% ibu menyusui
pemberian ASI Dana : Rp 700.000 2. Demonstrasi telah menghadiri
Tenaga: 7 orang mahasiswa 3. Tanya-Jawab penyuluhan
Fasilitas: Balai desa, Posyandu 4. Doorprize
Peralatan: Alat peraga (boneka bayi dan
5. Penutup
payudara), leaflet, poster, pengeras suara

58
Konseling tentang Waktu: 22-24 November 2016 1. Datang dari 30 ibu menyusui dan Pe
ASI Eksklusif Dana : Rp 1.500.000 rumah ke rumah keluarga mendapatkan ibu
Tenaga: 7 orang mahasiswa 2. Perkenalan konseling tentang ASI ke
Fasilitas: Rumah responden 3. Konsultasi Eksklusif pe
Peralatan: Leaflet dan food
4. Penutup
model
Demonstrasi Waktu: 25 November 2016 1. Pembukaan 100% ibu menyusui Pe
pemanfaatn Dana : Rp 300.000 2. Demonstrasi telah menghadiri da
pekarangan dan Tenaga: 7 orang mahasiswa 3. Tanya-Jawab demonstrasi su
pemanfaatan Fasilitas: Rumah responden 4. Doorprize
sumber tepat guna Peralatan: Leaflet dan food
5. Penutup
model
Pelatihan Kader Waktu: 30 November 2016 1. Pembukaan 100% kader telah Pe
Posyandu Dana : Rp 200.000 2. Pelatihan menghadiri pelatihan pe
Tenaga: 7 orang mahasiswa 3.Games ke
Fasilitas: Balai desa 4.Tanya-Jawab ke
Peralatan: dacin dan KMS pe
5.Doorprize
pe
6.Penutup

59
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian Manajemen Analisis Program Gizi tahun 2016 yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada 30 ibu menyusui yang memiliki bayi usia di baah 6 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Girimarto.
2. Distribusi frekuesnsi cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Girimarto
yaitu sebesar 33,3% dan yang tidak ASI eksklusif sebanyak 66,7% di wilayah kerja
Puskesmas Girimarto.
3. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu yaitu 46,7% baik dan 53,3% pengetahuan ibu
kurang di wilayah kerja Puskesmas Girimarto.
4. Distribusi frekuensi tingkat ekonomi keluarga yang memiliki pendaatan di atas UMR
yaitu 73,3% dan yang di bawah UMR yaitu 26,7% di wilayah kerja Puskesmas
Girimarto.
5. Cakupan pelayanan kesehatan yang baik sebanyak 96,7% dan yang kurang yaitu
3,3% di wilayah kerja Puskesmas Girimarto.
6. Cakupan penyakit infeksi pada bayi yaitu 40% dan yang tidak pernah mengalami
infeksi yaitu 60% di wilayah kerja Puskesmas Girimarto.
7. Cakupan kondisi lingkungan yang termasuk PHBS yaitu 70% dan yang tidak PHBS
yaitu 30% di wilayah kerja Puskesmas Girimarto.
8. Hasil uji hubungan antara variabel pendapatan dengan asi eksklusif yaitu tidak
terdapat hubungan, dengan nilai p value 0,384.
9. Hasil uji hubungan antara variabel pengetahuan dengan asi eksklusif yaitu tidak
terdapat hubungan, dengan nilai p value 0,122.
10. Hasil uji hubungan antara variabel pelayanan kesehatan dengan asi eksklusif yaitu
tidak terdapat hubungan, dengan nilai p value 1,000.
11. Hasil uji hubungan antara variabel status gizi dengan asi eksklusif yaitu tidak
terdapat hubungan, dengan nilai p value 1,000.

60
B. KRITIK DAN SARAN
1. Kritik

Berdasarkan data yang diperolah, diketahui bahwa di Puskesmas Girimarto terdapat

masalah gizi seperti masih rendahnya cakupan pemberian ASI Ekslusif, rendahnya

pengetahuan ibu tentang asi eksklusif, dan masih rendahnya sanitasi lingkungan.

2. Saran

Petugas kesehatan di Puskesmas Girimarto (seperti petugas gizi, bidan, kader, dll)

diharapkan untuk lebih menekankan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan,

khususnya yang berkaitan dengan gizi terutama tentang Asi Ekslusif dan lebih aktif

untuk melakukan kegiatan kesehatan seperti penyuluhan tentang Asi Eksklusif, serta

mengajak masyarakat untuk memelihara kesehatan dengan menjaga sanitasi

lingkungan agar status kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

61
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. Dalam Wulansari S, Pramono S. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi


Keluarga. Surabaya: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan; 2014.
Amiruddin R, Rostia. 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 6 – 11 Bulan di Kelurahan Pa’Baeng-Baeng
Makassar Tahun 2006.(Jurnal)
Azwar A. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Jakarta: Warta Kesehatan
Masyarakat; 2003. Edisi 6 Juni.
Bagian Gizi Puskesmas Air Dingin. Laporan Tahunan 2014 Edisi 2015.
Badan Pusat Statistik. Data Sensus: Jakarta; (dikutip 29 November 2015)
www.bps.go.id
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2006.
Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan Tahunan Tahun. Padang: Dinas Kesehatan
Kota Padang; 2014.
Fahriani R, Rinawati & Aryono. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Cukup Bulan Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Jakarta: Sari
Pedriati; 2014. Vol 15
Halimah , Tahir A & Leo P. Faktor Determinan ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja. Pare
pare: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan; 2013.
Hubertin, S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku Kebidanan; 2009.
Jajuli, A.2007. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelangsungan Pemberian ASI
Eksklusif di Tiga kabupaten (Cirebon, Cianjur, dan Ciamis) Provinsi jawa Barat
Tahun 2003 (Analisis Survey Data Dasar Asuh-KAP 2). Tesis. FKM-UI.
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

62
Kementrian Kesehatan RI Indonesia. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.
Kementrian Kesehatan RI Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia;2013.
Malitasari, Ratna. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusui Dini
dan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif [Tesis].
Surakarta:2013.
Mutia, Eka. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Puskesmas Kelurahan Koto Baru. Bekasi; 2009. (www.skripsipedia.com)
Diakses pada 5 Mei 2015
Nainggolan, R. Jasa Kurir ASI, Solusi Ibu Pekerja: Jakarta; Diakses pada 8 Mei 2016
(http://asiku.wordpress.com)
Nilakesuma, Aisyah Hubungan Status Gizi Bayi dengan Pemberian ASI Ekslusif, Tingkat
Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Pasir; 2015. Kesmas, Jurnal Kesehatan AndalasVol. 9, No. 2, Diakses
pada 23 Desember 2016
Nursalam, Siti Pariani. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan. Salemba Medika. Jakarta.
Oktora, Rasti. Gambaran Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Bekerja. Tangerang
Selatan:Jurnal Kesehatan Reproduksi; 2013.Vol. 4
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik
ed. vol.1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Rahmi, fajria. Hubungan Status Pekerjaan Ibu, Peranan Keluarga dan Perolehan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Air Tawar
Barat Kota Padang Tahun 2012. Poltekkes Kemenkes RI Padang; 2012
Rospond, R. M. 2008. Penilaian staus nutrisi. Dari: http://lyrawati.files. wordpress. Com
/2008/07/ penilaian-status-nutrisi.pdf
Retnani, Ajeng. Hubungan peran petugas kesehatan dengan Motivasi ibu dalam
pemberian asi eksklusif di desa wonorejo kecamatan kencong kabupaten jember
[Skripsi]. Jember: 2016.
Rahmi, fajria. Hubungan Status Pekerjaan Ibu, Peranan Keluarga dan Perolehan Inisiasi

63
Menyusui Dini (IMD) Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Air Tawar
Barat Kota Padang Tahun 2012. Poltekkes Kemenkes RI Padang; 2012
Supariasa, I Dewa Nyoman. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC; 2006.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia; 2012. Hal 161
Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI.Yogyakarta: C.V Andi Offset; 2010.

Yohana, dkk. Kehamilan & Persalinan.Jakarta: Garda Media; 2011.

Walyani, Elisabeth. Perawatan Kehamilan & Menyusui Anak Pertama. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press; 2015.
Wulansari, S Dan Pramono, S. Huubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding
Surabaya. Surabaya: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan; 2014. Vol 17

64

Anda mungkin juga menyukai