Anda di halaman 1dari 24

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL SULAWESI BARAT

METODE KERJA

PAKET PEMBANGUNAN JALAN


MAMUJU ARTERIAL RING ROAD (MARR)

PPK 1.1 PROVINSI SULAWESI BARAT

SATUAN KERJA PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I


PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN ANGGARAN 2022
1. Pekerjaan Aspal
Pekerjaan Aspal terbagi 2 yaitu :
a. Laston Lapis Aus Asbuton Butir (AC-WC Asb Butir),
Asphalt Concrete -Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan yang
terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non
struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu
sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.
AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lainnya.
b. Laston Lapis Antara Asbuton Butir (AC-BC Asb Butir)
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (wearing
course) dan di atas lapisan pondasi (base course). Lapisan ini tidak berhubungan
langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup
untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan
ke lapisan di bawahnya yaitu base dan sub grade (tanah dasar). Karakteristik yang
terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
Ilustrasi pekerjaan pengaspalan dapat digambarkan seperti ini :

Gambar 1.1 Ilustrasi Proses Pengamparan dan Pemadatan Aspal


A. Persiapan dan Proses Produksi Hot mix

Gambar 1.2 Flowchart Persiapan dan Proses Produksi Hot mix

1. Pastikan Request Pekerjaan Aspal telah tersedia, berikut hasil pengecekan formula
disain (DMF) dan formula rumusan kerja (JMF)
2. Cek stock Asmin cukup untuk produksi, dan di panaskan pada suhu yang
memadai.
3. Cek Stock Additif cukup untuk produksi (2a).
4. Additif ditakar sesuai kebutuhan produksi (JMF) (2b).
5. Jika menggunakan modifikasi asbuton Stock Asbuton harus pada kemasan,
dengan jumlah yang mencukupi untuk produksi saat itu
6. Suplai Asbuton ke Filler Bin dengan jumlah kg / Menit sesuai kebutuhan, dan
hindari over suplai Rujuk hasil kalibrasi. (3a)
7. Jumlah Asbuton butir harus sesuai kebutuhan berdasarkan RCK (JMF) (3b).
8. Suplai aggregate pada masing-masing Cold Bin harus sesuai dengan kalibrasi Cold
Bin, untuk mencegah penyimpangan gradasi dan overflow (4)
9. Filler ditakar sesuai kebutuhan prosuksi (JMF). (4a)
10. Pemanasan aggregate pada Drier harus memenuhi, untuk mendapatkan suhu
campuran yang di syaratkan. (5)
11. Jumlah berat aggregate masing masing Hot Bin sesuai dengan RCK (JMF) yang
telah disetujui. (6)
12. Pencampuran aggregate dengan waktu yang cukup untuk mendapatkan
homogenitas yang baik. (7)
13. Timbang Asmin sesuai jumlah kebutuhan, rujuk RCK (JMF). (8)
14. Tuang Asbuton pada campuran aggregate (campuran kering). (9)
15. Catat waktu pencampuran Asmin+Additif pada aggregate. (10)
16. Loading ke DT, gunakan DT yg telah ditimbang(12) ambil sample untuk Marshal
tes (15)
17. Timbang DT Kosong. (12)
18. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan,
jika tidak memenuhi, maka lakukan rekomendasi penolakan dan buang produk ).
(13)
19. Hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan (13), yang
direkomendasikan untuk Diangkut kelokasi penghamparan. (14)
20. Ambil Sampel (Marshal Tes). (15)
21. Hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan (16)
22. Rekomendasi Pembayaran (17)
23. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan,
jika tidak memenuhi, maka lakukan Rekomendasi penolakan dan buang produk
(18)
24. Ketidaksesuaian dari hasil pengecekan visual pada verifikasi maupun, hasil
Marshal test harus ditindak lanjuti dgn pengendalian Produk Tidak Sesuai
sebagaimana yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Hasil Pekerjaan Tidak
Sesuai. (19)
25. Harus ada bukti telah dilakukan tindakan perbaikan atas produk tidak sesuai,
dengan meng- gunakan tatacara yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan HPTS
Daftar Simak Laporan Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai (HPTS). (20)
B. Proses Penghamparan Produksi Hot mix

Gambar 1.3 Flowchart Proses Penghamparan Hot Mix


1. Persiapan
 Pelaksanaan pekerjaan hanya boleh dilakukan pd saat cuaca cerah.
 Cek kesiapan lapangan pada Daftar Simak Kesiapan Lapangan
2. Pengangkutan
 Pastikan alat pengangkut (D. Truck) menggunakan penutup terpal.
 Menerima tiket pengiriman.
3. Cek Kesesuaian
 Cocokkan data no kendaraan, catat waktu penerimaan (amati selisih waktu)
 Cek suhu diatas Dump Truck (suhu pasokan ke Finisher)130OC-150OC Aspal Pen,
dan 135OC-155OC bitumen asbuton murni atau modifikasi.
 Amati visual tampilan campuran, apakah rata?
 Jika tidak memenuhi ketentuan suhu diatas, campuran ditolak dan buang (4)
4. Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai
 Catat HPTS
 Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa.
5. Cek Berulang
 Amati apakah kejadian berulang, baik saat itu maupun pada pelak sanaan
pekerjaan dihari yang lain.
 Jika berulang, evaluasi penyebab dan lakukan tindakan perbaikan.
6. Loading dan dumping ke Asphalt Finisher (AF)
 Pastikan dumping Asphalt Finisher tidak dalam posisi mendorong D.Truck.
 Dumping dilakukan tahap demi tahap, pada kondisi D.Truck dan Asfhalt Finisher
bergerak searah dengan kecepatan sama
7. Penghamparan
 Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar.
 Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik.
 Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui pada sisi hamparan.
 Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
 Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.
 Lakukan pengamatan pada pengukuran suhu campuran yang dihampar
(minimal 1x pada jarak 100 meter).
 Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai dengan standar yang
telah ditentukan, untuk menghindari timbulnya koyakan pada penghamparan.
 Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan penghamparan dan sampai
ditemukan penyebabnya hamparan dilanjutkan.
 Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan sempurna/ baik, penebaran
merata.
 Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan yang telah
dihampar rapi.
 Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter toleransi
masing-masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan binder dan 6 mm untuk
lapisanPondasi.
8. Pemadatan awal (Breakdown Rolling)
 Suhu pemadatan awal antara 125OC-145OC (Aspal Pen), dan 130OC-150OC
(Asbuton Murni atau Modifikasi)
 Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem Roller).
 Roda penggerak saat pemadatan berada didepan.
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
 Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat sambungan
memanjang sebagai media sepanjang (60-100) cm lebar gilasan 15 cm pada
campuran yg belum dipadatkan, lalu padatkan sambungan melintang dengan lebar
area 15 cm yg dipa datkan.
 Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan.
9. Prosedur Pemadatan ;
Jika lajur berdampingan dengan lajur lain yg telah dihampar padat.
 Pemadatan sambungan melintang.
 Pemadatan sambungan memanjang.
 Pemadatan tepi luar.
 Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke yang
lebih tinggi.
 Pemadatan kedua sesuai prosedur (4).
 Pemadatan akhir Break Down Rolling.
Jika lajur tidak berdampingan dengan lajur lain.
 Pemadatan sambungan melintang.
 Pemadatan tepi luar.
 Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke yang
lebih tinggi.
 Pemadatan kedua sesuai prosedur (3).
 Pemadatan akhir Break Down Rolling.
a. Pemadatan antara (Intermediate Rolling)
 Suhu pemadatan antara 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk
bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan instruksi direksi.
 Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller (PTR)
 Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui.
 Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang dicampur
sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan.
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam.
 Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.
b. Pemadatan akhir
 Suhu pemadatan 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk bitumen
asbuton murni atau modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel
wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan instruksi direksi
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
 Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui.
10. Peralatan yang digunakan
 Aspalt Mixing Plant + Laboratorium
 Generator set
 Whell Loader
 Dump Truck
 Aspal Sprayer
 Compressor
 Tandem Roller
 Asphalt Finisher
 Pneumatic Tire Roller
 Alat pendukung lainnya
11. Materal:
 Semen
 Agregat
 Bahan Anti Pengelupasan
12. Personil
 Pelaksana
 Operator
 Petugas K3
 Tenaga Kerja
13. Sasaran Mutu
 Permukaan yang rata sesuai spesifikasi
 elevasi sesuai dengan yang direncanakan
 Ketebalan sesuai spesifikasi dan gambar serta toleransi yang diijinkan.

2. Pekerjaan Beton
Pelaksanaan Pekerjaan beton ini biasanya digunakan untuk Pekerjaan jalan dan
Jembatan, Digunakan untuk lantai kerja pada jembatan / box culvert dan juga pada
struktur pada seksion tertentu yang membutuhkan penanganan menggunakan Beton.
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Beton (fc’ 30 MPa, fc’ 20 Mpa, fc, 15 MPa, fc’10 MPa):
A. Toleransi dimensi :
- Panjang Keseluruhan sampai 6 m + 5 mm
- Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
- Panjang balok, pelat dek, kolom dinding 0 dan + 10 mm
atau antara kepala jembatan
B. Toleransi Bentuk :
untuk panjang s/d 3 m
- Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
- Kelurusan atau lengkungan 12 mm (penyimpangan dari garis
yang dimaksud)
- Keseluruhan atau lengkungan untuk panjang 3 m-6 m 15 mm
- Kelurusan atau lengkungan untuk panjang >6 m 20 mm

C. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan)


- Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm
- Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
- Kedudukan permukaan vertical dari rencana ± 20 mm
D. Toleransi Alinyemen Vertikal
- Penyimpangan ketegakkan kolom dan dinding ± 10 mm
Toleransi Ketinggian (elevasi)
- Puncak lantai kerja di bawah fondasi ± 10 mm
- Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm
- Puncak kolom, tembok kepala, balok dinding ± 10 mm
E. Toleransi Alinyemen Horisontal
- Toleransi Alinyemen horizontal = 10 mm dalam 4 m panjang mendatar
Toleransi untuk Penutup/Selimut Beton Tulangan
- Selimut beton sampai 30 mm 0 dan + 5 mm
- Selimut beton 30 mm – 50 mm 0 dan + 10 mm
Selimut beton 50 mm – 100 mm ± 10 mm
F. Pengajuan Kesiapan Kerja :
1. Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan dalam pasal 7.1.2 dari spesifikasi.
2. Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk masing-
masing mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran dimulai,
lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran
beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari,
kecuali ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh direksi pekerjaan. Kecuali
ditentukan lain rancangan campuran harus memiliki standar deviasi rencana (S)
antara 2,5 MPa sampai 8,5 MPa. Proporsi bahan dan berat penakaran hasil
perhitungan harus memenuhi criteria teknis utama, kecelakaan (workability),
kekuatan (strength), dan keawetan (durability). Untuk jenis pekerjaan beton yang
lain, sifat-sifat mekanik beton selain kuat tekan juga penting untuk diketahui.
Penyedia jasa wajib menyerahkan data tersebut kepada Direksi Pekerjaan.
3. Campuran Percobaan, Sebelum dilakukan pengecoran, Penyedia Jasa harus
membuat campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan
campuran serta bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,
yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan
digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan
dll). Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan
(nilai slump) yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari
hasil campuran percobaan harus mencapai kekuatan minimum 90 % dari nilai kuat
tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix
design) umur 7 hari. Bilamana hasil pengujian beton berumur 7 hari dari campuran
percobaan tidak menghasilkan kuat tekan beton yang diisyaratkan, maka Penyedia
Jasa harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak
sesuaian tersebut.
4. Penyedia jasa harus mengirim gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari direksi Pekerjaan sebelum
setiap pekerjaan perancah dimulai.
5. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit
24 jam, sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran
setiap jenis beton, seperti yang diisyaratkan dalam pasal 7.1.4.1

G. Penyiapan Tempat Kerja


1. Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton
yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan syarat yang disyaratkan.
2. Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan,
dan agar membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang
cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan
kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa
seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan aman.
3. Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur
atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di
dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.
4. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
5. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan.
6. Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton
dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke
dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi.
7. Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau ke dalaman dari
pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak,
memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

H. Acuan
1. Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
2. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan. kerkuse.id
3. Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata
harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut
tajam Acuan harus dibulatkan.
4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

I. Pengecoran
1. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.
2. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis
maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi Pekerjaan.
3. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
4. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
5. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau
dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
6. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
7. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar
dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin
dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran
yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
8. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran
dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
9. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
10. Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam
waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi
atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus
digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran.
11. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh
terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-
Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah
dicor sebelumnya.

12. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton yang baru.
13. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran
beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan
semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
14. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton
dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
J. Sambungan Konstruksi (Construction Joint)
1. Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan
konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus
diletakkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak
boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan
demikian.
2. Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
3. Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
4. Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk
pelat yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan
sedemikian sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2 , dengan
dimensi yang lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
5. Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang
diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
6. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat digunakan
untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
7. Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka
air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.

K. Pemadatan
1. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam
cetakan.
2. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
3. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada
agregat.
4. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
5. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran
per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau
kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
6. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar
beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada
bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar
tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan
untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh
tulangan beton.

L. Pembongkaran Acuan
1. Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertical, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang
ditopang oleh perancah dibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton telah dicapai.
2. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
ornament, sandaran (railing), dinding pemisah (prapet), dan permukaan vertical
yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah
pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.

M. Perawatan
1. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperature yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperature
yang relative tetap dalam watu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
2. Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan
penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua
bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat
kebawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara.
3. Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada
setiap saat sampai dibongkar, utuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan
dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan
beton dalam 7 hari setelah beton dicor atau setelah beton mencapai kekuatan
minimum yang diisyaratkan.
4. Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaanya mulai mengeras
dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama
21 hari atau beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
5. Beton yang dibuat dengan semen mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau
beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambahan (aditif)
harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari atau setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
N. Pengendalian Mutu dilapangan
1. Penerimaan Bahan
- Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahan bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa
bukti tertulis yang menunjukan bahwa bahan-bahan tersebut telah sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pasal 7.1.2
- Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak dengan
pengiriman yang terus menerus, maka dengan perintah Direksi Pekerjaan, untuk
agregat kasar dan agregat halus Penyedia Jasa harus melakukan pengujian
bahan secara berkala selama pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m3
untuk gradasi dan 5000 m3 untuk abrasi, sedangkan untuk bahan semen
dengan interval setiap maksimum pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut
Direksi Pekerjaan terdapat indikasi perubahan mutu atau sifat bahan yang akan
digunakan, maka Penyedia Jasa harus segera melakukan pengujian bahan
kembali sebelum bahan tersebut digunakan.
2. Pengujian untuk kelecakkan
- Satu pengujian ‘’slump’’ atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan
dilakukan sesat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan. Campuran beton yang
tidak memenuhi ketentuan kelecakkan seperti yang diusulkan tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal
menyetujui penggunaannya secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap
bias dijaga.
- Kelecakkan dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga udara atau
gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.

3. Pengujian Kuat tekan


- Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji
beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata
dari dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3buah
benda uji) yang selisih nilai antara keduanya ≤ 5% untuk satu umur, untuk
setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor
terisah pada tiap hari pengecoran.
- Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan
benda uji beton berupa selinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
atau kubus 150 x 150 x 150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-
1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang
akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan
di laboratorium.
- Untuk keperluan evaluasi mutu sebagai dasar pembayaran harus menggunakan
data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam
kontrak. Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam
kontrak hanya boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu
beton sebagai dasar pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang
digunakan untuk keperluan ini harus sesuai dengan grafik perkembangan kuat
tekan campuran sebagai fungsi waktu.
- Untuk pencampuran manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
masing-masing mutu beton ≤ 60 m3 harus di peroleh satu hasil uji untuk setiap
maksimum 5 m3 beton dengan minimum satu hasil uji tiap hasil uji tiap hari.
Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil
untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3
, maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3
tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
- Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing-masing mutu ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap
maksimal 15 m3 beton secara acak, dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila
pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3 , maka untuk setiap maksimum 20
m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil
uji.
- Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.6.(1) atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

3. Pekerjaan Pasangan Batu


Pasangan batu biasa digunakan pada talud penahan jalan, Opret Jembatandan pada
lokasi tertentu yang mebutuhkan penanganan dengan menggunakan talud atau dinding
penahan.
Pekerjaan ini meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan seluruh
pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini
dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

Gambar 3.1. Contoh Gambar Pasangan Batu

Berikut Tahapan Pelaksanaan pekerjaan Pasangan Batu tersebut :


1. Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
Galian.
2. Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus
terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau
bertangga yang juga horisontal.
3. Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus disediakan
bilamana disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam Drainase Porous.
4. Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan,
suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi
ketentuan.
5. Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi
yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan
pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut.
Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan batu yang
berukuran sama.
6. Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak
harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
7. Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu
yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan
atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
8. Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam
waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya
landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu
yang akan dipasang.
9. Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu
yang dipasang terisi penuh.
10. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.
11. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu
ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
12. Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka delatasi
harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm
lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan
untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk
sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.
13. Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar
dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak
dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati
sambungan.
14. Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
15. Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu harus
dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan dikerjakan
sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin
pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus
dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
16. Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
17. Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.
18. Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu
yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan,
penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan yang berkaitan
dengan Timbunan, atau Drainase Porous.
19. Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga
akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan
pasangan batu.
Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check
bersama. Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda
tangani bersama.
Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan M3.

4. Pekerjaan Mortar Busa


a. Persiapan lantai kerja
1. Penyiapan kondisi lapangan yaitu meliputi kebersihan lahan dan semua kerusakan
termasuk ketidakrataan telah diperbaiki. Lantai kerja atau lean mixed concrete
telah siap, semua peralatan dan operator sudah siap dan laik kerja.
2. Lahan yang akan dihamparan harus ditutup agar tidak terkena sinar matahari,
hujan atau angin secara langsung.
b. Pemasangan Bekisting
Papan bekisting harus dipasang tegak dan lurus. Untuk memastikan posisi
pemasangan tegak dan lurus maka harus dilakukan pengukuran dengan bantuan alat
ukur.

c. Campuran Material
Campuran material ringan dengan mortar-busa (pasir, semen, air dan busa) untuk
konstruksi jalan yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Kekuatan tekan minimum (umur 14 hari ) material ringan

Bahan material pembentuk Material ringan dengan mortar busa

]]]]]
Agregat Semen Busa Air
d. Penghamparan
1. Penghamparan harus dilakukan pada saat cuaca yang cerah, karena air hujan yang
masuk pada adukan material ringan akan menyebabkan material ringan tidak
mengeras dengan sempurna.

B
2. Tinggi jatuh penghamparan maksimum 1 meter. – Mortar-busa dihampar dengan
menuangkan mortar-busa dari alat pengangkut sesuai dengan batas bekisting.
3. Mortar-busa harus dihampar per lapisan (50 cm) dengan takaran yang cukup untuk
menghampar seluruh lebar mortar-busa yang bekerjanya sedemikian rupa sehingga
tidak akan timbul segregasi atau pemisahan material-material pembentuk mortar-
busa sendiri.
4. Pengangkutan material ringan yang dicampur di batching plant, ke lokasi
penghamparan harus menggunakan antara lain tipping trucks, truck mixer, transit
mixers, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlah material ringan yang
diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga mortar material ringan tetap
homogen, tidak segregasi dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi material
ringan.

e. Perawatan
Material ringan yang telah selesai dihampar segera ditutup dengan bahan penutup
f. Pembukaan Bekisting

g. Pengecekan kuat tekan bebas (UCS)


Setelah pembukaan bekisting material ringan mortar-busa harus di uji kuat tekan
bebas batas lapangan sesuai SNI/ASTM C 403 menggunakan alat pocket penetrometer
dan harus memenuhi persyaratan
5. Pemasangan Gelagar Beton Pratekan Pracetak Tipe I
a. Penyimpanan
- Pastikan Penyedia Jasa telah menyiapkan areal penyimpanan material, dan
peralatan pekerja yang diperlukan untuk pemindahan dari alat pengangkut dan
penyimpanan unit-unit pracetak.

- Pastikan dan periksa bahwa Penyedia Jasa telah memeriksa unit-unit serta
membuat laporan tertulis kepada Direksi Pekerjaan perihal penerimaan paling
lambat 7 hari setelah penerimaan.

- Pastikan unit-unit ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras dan bebas
dari kontak langsung dengan permukaan tanah.

- Pastikan penyangga dipasang pada jarak tidak lebih dari 20% dari ukuran
panjang unit, yang diukur dari setiap ujung.

- Penyusunan gelagar di tempat penyimpanan tidak boleh saling bersentuhan satu


sama lain, dan harus dalam posisi tegak.

b. Pelaksanaan Penyambungan Balok Beton Pratekan Segmental

- Kendalikan penyambungan segmen pracetak sebagai berikut :


o Operasi penyambungan balok pracetak segmental harus sesuai dengan
ketentuan spesifikasi.
o Penyedia Jasa harus menyerahkan detail rancangan stresssing,
metode penyambungan dan perakitan, paling sedikit 4 minggu sebelum
tanggal memulai perakitan segmen-segmen beton pracetak.
o Segmen-segmen harus dirakit pada permukaan perkerasan yang datar
(stressing bed), atau pada penyangga di atas tanah lapang.
o Untuk menghindari rusaknya beton waktu penarikan tendon, maka operator
harus selalu berpedoman pada urutan pekerjaan ( point b ),
memperhatikan panjang stroke dongkrak, dan mengukur camber yang
dibentuk setiap penarikan tendon dilakukan.

c. Persiapan Peralatan Instalasi Gelagar Beton Pratekan Pracetak Tipe I.


- Pemasangan gelagar dapat/bisa dilakukan dengan crane, dengan
launcher, atau gabungan antara crane dengan launcher.
- Pemilihan metoda dan alat instalasi gelagar ditetapkan berdasarkan analisa
teknis yang memenuhi persyaratan K-3, dan telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
- Penyedia Jasa wajib memastikan kesiapan dan kesesuaian peralatan dan
operator yang meliputi:
o Tipe dan kapasitas peralatan angkat berikut aksesoris sling angkat, transport
balok dan atau perangkat launcher gelagar yang digunakan dalam
kondisi baik dan sesuai dengan yang diajukan pada dokumen rencana
pemasangan gelagar yang sudah disetujui Direksi Pekerjaan. Peralatan
crane wajib memiliki sertifikat laik operasi yang dikeluarkan instansi yang
berwenang.

o Operator yang mengendalikan peralatan crane wajib memiliki sertifikat


pengoperasian sesuai peralatan yang dioperasikan dan dalam kondisi yang
sehat serta memahami tahapan pekerjaan pemasangan gelagar sesuai yang
direncanakan. Operator memiliki SIM dan SKA yang dikeluarkan instansi yang
berwenang.

d. Persiapan Dudukan Elastomer/BearingPad pada Abutment/Pier


Penyedia Jasa wajib memastikan kesiapan bearing pad pada abutment/pier :
o Pastikan mutu mortar sudah mencapai kekuatan yang disyaratkan.
o Pastikan posisi dan level dudukan elastomer sesuai dengan posisi dan
Spesifikasi pada Gambar Kerja.
o Pastikan aksesories angkur pada abutment/pier untuk pemasangan
temporary bracing saat balok sudah duduk pada elastomer sudah
terpasang dan kuat menopang beban angin (jika menggunakan pengaman
dengan anchor belt fasteners/Chain Block).
e. Pengangkutan Segmen Pracetak dari Areal Stressing ke Lokasi Jembatan
/Langsir Balok
Pastikan Penyedia Jasa telah mengajukan detail metode
pengangkutan dan pemasangan serta peralatan yang akan digunakan untuk
pemasangannya.
Periksa selama pengangkutan unit-unit dari areal penyimpanan ke lokasi
jembatan, harus disiapkan penyangga (bracing) untuk menghindari tergulingnya
unit-unit.
Jika terdapat cacat atau kerusakan, buat laporan tertulis kepada Direksi
Pekerjaan. Penyedia Jasa wajib memastikan pengaman proses langsir balok dari
lokasi stressing bed ke area pemasangan balok meliputi:
o Pastikan akses jalan dan rute yang sudah direncanakan akan dilalui oleh
boggie trailer relatif rata dan memiliki alinyemen vertikal maksimum
10% dan alinyemen horizontal maksimum 2%.
o Angkat gelagar menggunakan lifting belt yang dikalungkan pada ujung
balok dengan posisi titik pengangkatan dekat dengan rencana posisi
perletakan gelagar.
o Pastikan posisi balok saat pengangkatan dalam kondisi vertikal dan rata
untuk level horizontal antar kedua ujung.
o Pastikan balok diatas boggie trailer dalam kondisi tegak dan bertumpu pada
kayu ganjal dan diikat kencang dengan rantai/sling untuk menjaga posisi dan
kestabilan balok saat proses langsir.
o Pastikan safety plan dilaksanakan oleh semua pekerja yang terlibat. Sebelum
Pemasangan / Instalasi Gelagar.
o Pastikan Gelagar sudah di stressing dan angkur sudut ditutup.
 Pastikan panjang perletakan sesuai dengan Spesifikasi pada Gambar Kerja dan
sesuai dengan panjang gelagar.

 Pasang dudukan elastomer/bearingpad dengan luasan lebih besar dari dimensi


elastomer.
 Pastikan elevasi mortar/bearingpad sesuai dengan rencana elevasi lantai jembatan
dikurangi tinggi total gelagar.
 Pastikan kekerasan mortar/bearingpad sudah 100 % / sesuai Spesifikasi.
 Pastikan angkur-angkur untuk elastomer yang menggunakan plat baja sudah
terpasang.
 Apabila menggunakan metode crane maka pastikan waktu pelaksanaan pekerjaan
memadai dan kondisi lingkungan sekitar seperti cuaca dan kecepatan angin
kondusifuntuk pekerjaan pemasangan gelagar.

f. Instalasi Gelagar
1. Instalasi gelagar dengan dua crane angkat (Pilihan)
a. Pastikan waktu pelaksanaan pekerjaan memadai dan kondisi lingkungan
sekitar seperti cuaca dan kecepatan angin kondusifuntuk pekerjaan pemasangan
girder.
b. Pastikan crane sudah di posisi yang direncanakan dan kapasitas alat
angkat minimal 2 (dua) kali beban kerja yang diangkat untuk variasi
kemiringan / jangkauan boom crane.
c. Angkat girder menggunakan lifting belt yang dikalungkan pada ujung
balok dengan posisi titik pengangkatan dekat dengan rencana posisi perletakan
girder.
d. Pastikan posisi balok saat pengangkatan dalam kondisi tegak dan rata untuk
level horisontal antar kedua ujung.
e. Pastikan gelagar bertumpu sempuma pada elastomer dengan posisi
vertikal di posisi sesuai dengan Gambar Kerja.
f. Jaga kestabilan balok gelagar ke-1 diatas abutment/pier dengan mengekang
posisi balok pada kedua ujung balok dengan cara mengencangkan
rantai/chain block yang dikaitkan pada titik angkat segmen balok dan temporary
angkur pada abutment/pier (ditunjukkan dalam Gambar - 1 ).
g. Pastikan tahapan pemasangan gelagar ke-2 pada posisi sesuai Gambar
Kerja dengan proses yang sama seperti pemasangan gelagar ke-1
(ditunjukkan dalam Gambar- 1).
h. Segera pasang pengaku antara gelagar ke-1 dan ke-2 menggunakan kayu
dengan jarak per 6m sebagai batang tekan dan koneksi antar balok dengan
bracing dari besi beton. Pastikan pemasangan bracing sementara dilaksanakan
sampai semua gelagar sudah terpasang (ditunjukkan dalam Gambar - 1 ).
f. Instalasi Gelagar dengan launcher (Pilihan)
o Pasang portal dan launcher diatas kepala jembatan atau pilar.
o Letakkan segmen gelagar diatas stroller launcher, dorong satu persatu
segmen gelagar ke ujung sebelah dengan menggunakan stroller.
o Lakukan stressing gelagar (Pilihan), girder dapat di-stressing sebelumnya,
atau di- stressing diatas launcher.
o Angkat gelagar.
o Geser gelagar ke posisi tepat diatas perletakan/tumpuan/elastomer.
o Turunkan gelagar hingga menumpu tepat pada perletakan dan berikan
penyokong ujung sementara agar gelagar tidak terguling.
o Pasang semua gelagar, berikan koneksi sementara antar gelagar, lalu
launcher diturunkan.
o Portal dilepas, diapragma dipasang, dan penyokong ujung dilepas.

Anda mungkin juga menyukai