Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FONOLOGI BAHASA INDONESIA

(JENIS-JENIS FONETIK, ALAT UCAP:AKTIF DAN PASIF DAN


MACAM-MACAM ARTIKULASI)

DOSEN PENGAMPUH: IBU DESI AYU ANDHIRA , S. Pd, M. Pd

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
 ANDI ANRIANI RISAL (105331102722)
 HUSNULFATIMAH (105331104622)
 BAHARUDDIN (105331103822)
 RISDA REGINA PUTRI (105331104522)
 ACHMAD ZULFIKAR FAUZY(105331102522)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022/2023

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt karna berkat curahan rahmat dan nikmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan materi “Jenis-jenis fonetik, alat
ucap:aktif dan pasif dan macam-macam artikulasi” dengan tepat pada waktunya.makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah fonologi Bahasa Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna perbaikan pada
masa mendatang. Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi
para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 15 Oktober 2022

DAFTAR ISI
2
Sampul ........................................................................................................................................
.......i

Kata pengantar
.................................................................................................................................ii

Daftar
isi ............................................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar
belakang ........................................................................................................................4
B. Rumusan
masalah ...................................................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................................
.......5

Bab II Pembahasan

1. Jenis-jenis fonetik ..........................................................................................................6


2. Identifikasi alat ucap aktif dan pasif...............................................................................7
3. Macam-macam artikulasi ............................................................................................9
4. Proses fonetik...............................................................................................................9

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ......................................................................................................................
.....10
B. Saran ................................................................................................................................
.....10

Daftar Pustaka

BAB I
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari yang pernah kita lihat masih banyak masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya masih terbawa kedalam
ucapan bahasa indonesia. Tidak sedikit seorang yang berbicar dalam bahasa indonesia, akan
tetapi dengan ucapan atau intonasi jawa, batak, sunda dan lain-lain.. Hal ini dikarenakan
sebagian besar bangsa Indonesia masih memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua. Sedangkan bahasa daerah masing-masing telah menjadi bahasa pertama mereka.
Bahasa Indonesia masih banyak digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam
kegiatan-kegiatan resmi maupun berbicara dengan orang yang tidak pernah kita kenal.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di SD istilah yang diekenal
tentang fonem digunakan guru adalah istilah huruf walaupun yang dimaksud adalah fonem.
Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran , tentu
perlu adanya penyesuaian dalam segi penerapannya.
Oleh karena itu untuk mecapai suatu yang dimaksud bunyi dalam bahasa indonesia sudah
seharusnya intonasi khas daerah masing-masing itu dikurangi jika untuk menghilangkan
masih susah. Sebagai seorang guru pemahaman mengenai fonologi bahasa Indonesia selain
dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat untuk pelatihan kemampuan berbahasa untuk
siswa.
Setiap manusia diberikan kemampuan berbicara atau berucap, kecuali bagi orang yang
mempunyai “keterbatasan”, misalnya orang bisu atau tuli. Kemampuan untuk berbicara
secara bertahap sesuai dengan tingkat usianya, yaitu sejak bayi, anak-anak, remaj, dan
dewasa.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan jenis-jenis fonetik?


2. Mengidentifikasi alat ucap aktif dan alat ucap pasif
3. Jelaskan macam-macam artikulasi?
4. Menjelaskan proses fonetik

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis fonetik


2. Untuk mengetahui apa itu alat ucap aktif dan pasif
3. Untuk mengetahui macam-macam artikulasi
4. Untuk mengetahui proses fonetik

4
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Jenis-Jenis Fonetik

Berdasarkan di mana beradanya bunyi bahasa itu sewaktu dikaji, fonetik dibedakan
atas tiga macam yaitu fonetik fisiologis atau fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik
auditoris.
A.    Fonetik Fisiologis atau Artikulatoris
Fisiologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fungsi
fisiologis manusia (Liberman, 1977: 3, dalam Masnur, 2013: 8). Sebagaimana manusia yang
normal tentu mampu menghasilkan berbagai bunyi bahasa dengan menggerakkan atau
memanfaatkan organ-organ tuturnya, misalnya lidah, bibir, dan gigi bawah (yang digerakkan
oleh rahang bawah). Dengan demikian, seseorang yang ingin mengkaji bunyi-bunyi bahasa
harus mengetahui juga berbagai struktur mekanisme pertuturan, memahami fungsi setiap
mekanisme tersebut, dan peranannya dalam menghasilkan berbagai bunyi bahasa (Singh dan
Singh, 1976: 2 dalam Masnur, 2013: 9). Dalam hal ini, fonetik fisiologis yaitu bidang fonetik
yang mengkaji tentang penghasilan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan fungsi mekanisme
biologis organ tutur manusia.
Fonetik fisiologis atau artikulatoris sering pula disebut fonetik organis yaitu
mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia. Fonetik
fisiologis paling berkaitan dengan ilmu linguistik, karena fonetik ini sangat berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi atau dihasilkan. Fonetik organis (fonetik
artikulatoris atau fonetik fisiologis) ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara (alat-alat ucap) yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa.
Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa
diklasifikasi berdasarkan artikulasinya.

B.    Fonetik Akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisiknya. Kajian
fonetik akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana alat
pendengaran manusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima
(Malmberg, 1963: 1 dalam Masnur, 2013: 9). Fonetik akustik, yang objeknya adalah bunyi
bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta
frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas
bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran
akustik itu.
Dalam rangka pengkajian fonetik akustik, fonetisi berusaha menguraikan berbagai hal
tentang bagaimana suatu bunyi bahasa ditanggapi dan dihasilkan oleh mekanisme pertuturan
manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi bahasa itu dalam ruang udara, yang seterusnya
bisa merangsang proses pendengaran manusia. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada

5
kajian fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan
didalamnya.

C.    Fonetik Auditoris
Fonetik auditoris adalah kajian terhadap respons sistem pendengaran terhadap
rangsangan gelombang bunyi yang diterima. Fonetik auditoris mengarahkan kajiannya
kepada persoalan bagaimana manusia menentukan pilihan bunyi-bunyi yang diterima alat
pendengarannya. Dengan arti kata, kajian ini meneliti bagaimana seorang pendengar
menanggapi bunyi-bunyi yang diterimanya sebagai bunyi-bunyi yang perlu diproses sebagai
bunyi-bunyi bahasa bermakna, dan apakah ciri bunyi-bunyi bahasa yang dianggap penting
oleh pendengar dalam usahanya untuk membeda-bedakan setiap bunyi bahasa yang didengar
(Singh dan Singh, 1976: 5 dalam Masnur, 2013: 9-10). Dalam hal ini tentunya pembahasan
mengenai struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kiranya
kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.

2. Identifikasi Alat Ucap Aktif dan Alat Ucap Pasif

Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi
bahasa. Organ-organ yang terlibat antara lain adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung,
rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan uvula.
Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator aktif. Artikulator pasif adalah
organ-organ yang tak bergerak sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi atas dan
alveolum. Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif untuk menghasilkan berbagai
bunyi bahasa dengan berbagai cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang
bawah (termasuk gigi bawah dan bibir bawah).
Berikut penjelasan rinci terkait fungsi dan cara kerja alat bicara menurut Marsono
(2008:8-15).

a. Paru-paru
Fungsi pokok paru-paru adalah untuk pernafasan. Arus udara pernapasan itulah yang
menjadi sumber syarat mutlak terjadinya bunyi.

b. Pangkal tenggorok (larynx)


Pangkal tenggorok atau laring adalah rongga pada ujung pipa pernafasan , terdiri dari
empat komponen, yaitu: tulang rawan krikoid, dua tulang rawan aritenoid, sepasang pita
suara, dan tulang rawan tiroid. Sistem otot aritenoid dapat bergerak mengatur gerakan pada
sepasang pita suara yang dapat membuka lebar, membuka, menutup, dan menutup rapat. 
Dengan membuka dan menutupnya pita suara, maka terbentuklah suatu celah atau ruang
di antara sepasang pita suara (glotis). Glotis terbuka dalam menghasilkan bunyi tak bersuara,

6
glotis tertutup dalam menghasilkan bunyi bersuara, sedang glotis tertutup rapat dalam
menghasilkan bunyi hamzah.

c. Rongga kerongkongan (pharynx)


Rongga kerongkongan atau faring ialah rongga ynang terletak di antara pangkal pangkal
tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah sebagai saluran
makanan dan minuman. Dalam pembentukan bunyi bahasa peranannya terutama hanyalah
sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar.

d. Langit-langit lunak (soft palate, velum )


Dalam keadaan bernafas normal maka langit-langit lunak beserta ujung anak tekak
menurun, sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung. Dalam kebanhakan
pembentukan bunyi bahasa, yaitu bunyi non-nasal, atau pada waktu kita menguap, langit-
langit lunak beserta anak tekaknya terangkat ke atas menutup rongga hidung.

e. Langit-langit keras (hard palate, palatum)


Langit-langit keras merupakan susunan bertulang. Pada bagian depan mulai langit-langit
melengkung cekung ke atas dan bagian belakang berakhir dengan bagian yang terasa lunak
bila diraba. Dalam pembentukan bunyi bahasa langit-langit keras ini sebagai artikulator pasif,
sedangkan artikulator aktifnya adalah ujunng lidah atau tengah lidah.

f. Gusi dalam (alveola, alveolum)


Gusi dalam (gusi belakang, ceruk gigi, lengkung kaki gigi, lekuk gigi) adalah bagian gusi
tempat letak akar gigi depan atas bagian belakang, terletak tepat di atas serta di belakang gigi
yang melengkunng ke dalam menghadap lidah. Dalam pembentukan bunyi bahasa gusi ini
sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah.

g. Gigi ( teeth, denta)


Gigi terbagi menjadi dua, yaitu gigi bawah dan atas. Walapun gigi bawah dapat
digerakkan ke bawah dan ke atas namun namun dalam pembentukan bunyi bahasa tidak
banyak berperan, hanya bersifat membantus saja. Yang berfungsi penuh sebagai artikulator
atau dasar artikulasi adalah gigi atas bekerja sama dengan bibir bawah atau ujung lidah.

h. Bibir (lip, labia)


Bibir terbagi menjadi dua, yaitu bibir bawah dan bibir atas. Fungsi pokok kedua bibir
adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut. Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas
adalah sebagai artikulator pasif bekerja sama dengan bibir bawah sebagai artikulator aktifnya.
Dapat juga bibir bawah sebagai artikulator aktif itu bekerja sama dengan gigi atas, hasilnya
ialah bunyi labio-dental.

i. Lidah

7
Dalam pembentukan bunyi bahasa lidah sebagai artikulator aktif mempunyai peranan
yang amat penting. Lidah dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: akar lidah (root), daun
lidah (lamina), dan ujung lidah (upex). Akar lidah bekerja sama dengan rongga kerongkongan
menghasilkan bunyi radiko-faringal. 
Pangkal lidah bekerja sama dengan langit-langit lunak menghasilkan bunyi dorso-velar.
Tengah lidah bekerja sama dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi medio-palatal.
Ujung lidah bekerja sama dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi apiko-palatal.
Ujung lidah dapat pula bekerja sama dengan gusi (apiko-alveolar) dan gigi atas (apiko-
dental).

3. Macam-Macam Artikulasi

Artikulasi diambil dari istilah 'articulation', yakni pengucapan bunyi bahasa yang polanya
sesuai standar sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Selain itu, artikulasi juga dimaknai
sebagai gerakan otot saat berbicara. Termasuk saat mengucapkan huruf vokal 'a,i, u, e, o' dan
pola-pola bunyian lainnya. Dai huruf A sampai Z, bahasa Indonesia memiliki polanya sendiri.
Begitu juga saat mengucapkan bunyian yang tersambung dan menjadi rangkaian kalimat
yang bermakna dan dipahami orang lain. Berikut macam-macam artikulasi:
1. hubungan sinartrosis, yaitu tidk memungkinkan adanya gerakan.
2. hubungan amfiartrosis, yaitu menimbulkan sedikit gerakan.
3. hubunagn diartrosis, yaitu yang memungkinkan adanya gerakan atau yang memungkinkan
gerakan yang banyak.

4. Proses Fonetik

Sejarah fonetik
Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke-5 SM di India Kuno oleh Pāṇini, sang
resi yang mempelajari bahasa Sanskerta. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai
sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini ini, termasuk beberapa aksara Nusantara.
Tulisan Yunani Kuno dinobatkan sebagai dasar pertama penulisan lambang alfabet. Fonetika
modern diawali oleh Alexander Melville Bell melalui bukunya Visible Speech (1867) yang
memperkenalkan suatu sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa secara teliti dan teratur.
Ilmu fonetik kemudian berkembang dengan pesat di akhir abad ke-19 akibat
ditemukannya fonograf, yang membantu perekaman bunyi-bunyi bahasa. Berkat alat tersebut,
fonetisi dapat mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan lebih baik, mudah, dan akurat dari
sebelumnya karena alat tersebut dapat mengulang-ulang tuturan yang direkamnya sampai
fonetisi dapat menganalisisnya dengan akurat. Dengan menggunakan fonograf
Edison, Ludimar Hermann  menyelidiki sifat-sifat spektral dalam bunyi vokoid dan kontoid.
Dalam karya ilmiahnya, istilah forman diperkenalkan. Hermann juga memutar-mutar bunyi-
bunyi vokoid menggunakan fonograf Edison dalam berbagai kecepatan dalam rangka
menguji teori Robert Wills dan Charles Wheatstone mengenai produksi bunyi vokoid.

8
Pengertian fonetik
Fonetik adalah cabang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi tersebut dapat membedakan arti atau tidak (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 29).
Bunyi semacam itu disebut dengan bunyi netral atau tidak terikat pada bahasa tertentu.
Tentunya bunyi yang dimaksud adalah bunyi bahasa berupa ujaran. Seperti yang
dikemukakan oleh Muliastuti (2014, hlm. 19) fonetik adalah bagian dari linguistik yang
mempelajari proses ujaran.

Contoh Fonetik
Lalu seperti apa contoh konkret dari fonetik? Hal ini sangat bergantung pada ruang
lingkup fonetik yang sedang kita bicarakan. Contohnya, kita akan memebicarakan cara kerja
alat ucap manusia dan bagaimana bunyi-bunyi yang dihasilkannya diklasifikasikan jika kita
bicara masalah fonetik organis (artikulatoris). Fonetik juga dapat membicarakan masalah
peristiwa fisis yang menyelidiki bunyi dari segi frekuensi getaran, amplitudo intensitas, dan
volumenya. Namun dmeikian karena kita tengah membicarakan mengenai bunyi pula, maka
penerimaan bunyi-bunyi tersebut melalui telinga juga akan dibahas. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah pemaparan mengenai ruang lingkup yang dipelajari dari fonetik.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fonetik atau fonetika adalah ilmu yang mempelajari mengenai bunyi yang berperan
sebagai sarana atau media bahasa manusia. Ruang lingkup keilmuan fonetik meliputi
pembentukan bunyi oleh pembuat bunyi hingga pemaknaan pesan dari bunyi oleh pendengar
bunyi. Fonetik termasuk ke dalam ilmu linguistik yang mempelajari tentang bunyi
bahasa Ilmu fonetik menyelidiki bunyi dari sudut pandang tuturan atau ujaran. Fonetik
merupakan bagian dalam fonologi, yaitu ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem)
bahasa dan distribusinya. Dalam tataran linguistik, unit terkecil dalam bahasa merupakan fon
atau bunyi bahasa, sedangkan fonem merupakan bentuk abstrak dari bunyi-bunyi bahasa.
Secara khusus, fonetik mempelajari pelafalan bunyi-bunyi bahasa. Lebih lanjut, fonetik
merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah bagaimana manusia
menghasilkan bunyi-bunyi ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang
dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk
dianalisis oleh otak manusia.
Asosiasi Fonetik Internasional telah mengamati lebih dari 100 bunyi manusia berbeda
yang dapat ditemukan dalam bahasa alami dan mentranskripsikannya dengan Alfabet Fonetik
Internasional.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun dengan semaksimal mungkin, semoga dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita terkait dengan jenis, jenis fonetik, alat ucap,
dan macam-macam artikulasi. Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009.Fonologi Bahasa Indonesia.Jakarta:Rineka Cipta


Heryadi,Dedi 2016. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran. Tasikmalaya:
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Roji, Fahrul, Azis Bahasa Indonesia Universitas Siliwangi

11

Anda mungkin juga menyukai