Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
Ayu Mutmainah, S.Farm. 1904026122
Chanan, S.Farm. 1904026123
Dewi Pratiwi, S.Farm. 1904026132
Diah Oktasari, S.Farm. 1904026133
Eva Muvawaseh, S.Farm. 1904026141
Farhatus Solehah, S.Fram. 1904026146
Nia Khairani Sholeh, S.Farm. 1904026183
Novita Devi Noor. S, S.Farm. 1904026190
Selviyana, S.Farm. 1904026207
Virza Astami, S.Farm. 1904026221
Disetujui oleh :
apt. Hikmah Khairun Nisa, S.Si Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Abe Farma yang diselenggarakan pada
tanggal 3-15 Agustus 2020 sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Apoteker pada Progam Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
2. Ibu apt. Ani Pahriyani, M.Sc. selaku Ketua Progam Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
3. Ibu apt. Hikmah Khairun Nisa, S.Si selaku Pembimbing Lapangan yang telah
memberi bimbingan serta arahan selama pelaksanaan PKPA di Apotek Abe
Farma dan penyusunan laporan ini.
4. Bapak Drs. apt. Ika Persada, MM selaku Pembimbing dari Fakultas Farmasi
dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan laporan PKPA.
5. Seluruh karyawan Apotek Abe Farma.
6. Seluruh dosen pengajar dan staf Progam Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA yang telah
membantu kelancaran dalam perkuliahan dan segala yang terkait penyusunan
laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan ini, maka dengan segala kerendahan hati, kami menerima segala kritik dan
saran untuk meyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menambah wawasan kepustakaan Progam Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
HAMKA
Jakarta, Agustus 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan PKPA di Apotek......................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TENTANG APOTEK.................................................................................3
A. Apotek...................................................................................................................3
1. Definisi...............................................................................................................3
2. Tugas dan Fungsi Apotek(1)..............................................................................3
B. Alur Perizinan Praktik di Apotek.......................................................................4
C. Persyaratan Pendirian Apotek............................................................................5
D. Tata Cara Pemberian Izin Apotek(1)...................................................................6
E. Apotek Abe Farma...............................................................................................8
F. Struktur Organisasi Apotek Abe Farma............................................................8
G. Pengelolaan Apotek............................................................................................10
1. Pengelolaan Obat Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai,............................................................................................................10
2. Pelayanan Farmasi Klinis..............................................................................14
3. Administratif...................................................................................................16
4. Perhitungan Harga Jual Obat.......................................................................16
5. Sumber Daya Manusia...................................................................................16
H. Evaluasi Apotek..................................................................................................16
BAB III............................................................................................................................18
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN.............................................................18
A. Kegiatan Harian.................................................................................................18
B. Pembahasan........................................................................................................19
1. Pengelolaan Obat............................................................................................19
2. Pelayanan Kefarmasian di Apotek................................................................23
BAB IV............................................................................................................................27
KESIMPULAN...............................................................................................................27
iii
A. Kesimpulan............................................................................................................27
B. Saran.......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
LAMPIRAN....................................................................................................................30
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker. Perubahan mendasar pada peraturan pemerintah
mengenai pekerjaan kefarmasian dapat di lihat pada PP No.25 tahun 1980 tentang
perubahan dari PP No. 26 tahun 1965 dimana pertanggungan jawab atas pekerjaan
teknis farmasi dari sebuah apotek terletak pada seorang apoteker, kemudian
berubah dimana pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang
apoteker (drug oriented). Pada Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009
menjelaskan mengenai pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Kemudian pekerjaan kefarmasian juga didasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien
(patient oriented).
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Dalam hal ini standar pelayanan kefarmasian apotek di atur dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016. Tujuannya sebagai
pedoman apoteker dalam menjalankan profesi, melindungi masyarakat dari
pelayanan yang tidak profesional dan melindungi profesi dalam praktek
kefarmasian di apotek sehingga diharapkan pelayanan kefarmasian yang
diselenggarakan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Peran apoteker harus
mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi, menempatkan diri sebagai
pemimpin dalam situasi multidisipliner, mampu mengelola sumber daya secara
efektif, selalu belajar sepanjang karir, serta membantu memberikan pendidikan
dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
1
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan
yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai
pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan
pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional,
monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan. Dalam hal ini dapat di lihat betapa pentingnya
peran apoteker tersebut, sehingga sebagai calon apoteker perlu dibekali dengan
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam menjalankan peran profesinya
di apotek. Untuk itu Progam Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA bekerja sama dengan Apotek Abe
Farma menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
berlangsung sejak 3 Agustus – 15 Agustus 2020 sebagai bekal pengetahuan dan
pemahaman yang komprehensif antara teori yang diperoleh dari perkuliahan
dengan praktek secara langsung di dunia kerja.
B. Tujuan PKPA di Apotek
1. Mempelajari peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab Apoteker di apotek
dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Calon apoteker dapat memahami tentang pengelolaan perbekalan farmasi dan
penerapan pelayanan farmasi klinis di apotek.
3. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker sebagai tenaga farmasi yang profesional
2
BAB II
TINJAUAN TENTANG APOTEK
A. Apotek
1. Definisi
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker(1). Praktik kefarmasian yang dimaksud adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahanobat dan obat
tradisional. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan mutu perlu
mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi(2).Salah satu praktek
kefarmasian yang dapat dilakukan di Apotek yaitu pelayanan kefarmasian dimana
pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (3).
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek harus menjamin ketersediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau. Pelayanan kefarmasian di apotek diselenggarakan
oleh apoteker. Apoteker adalahsarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Dalam pelaksanaannya
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping (Aping) dan atau Tenaga
Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi Dan Surat Izin
Praktek(2).
2. Tugas dan Fungsi Apotek(1)
Tugas dan Fungsi Apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau
bahan obat.
3
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
d. Sarana pelayanan farmasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat
dan tenaga kesehatan lainnya.
B. Alur Perizinan Praktik di Apotek
Berdasarkan Permenkes No 31 tahun 2016 terkait perubahan pada
Permenkes No 889/Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan kerja
tenaga kefarmasian, disebutkan bahwa :
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin
bagi tenaga kefarmasian (Pasal 17):
1. SIPA bagi apoteker
2. SIPTTK bagi tenaga teknis kefarmasian
SIPA atau SIPTTK sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat tenaga kefarmasian menjalankan praktiknya
(Pasal 19) (4).
4
APOTEKER
habis
dan tempat kerja
masih sesuai dgn yg
tercantum dlm SIPA
Registrasi Ulang dan SIKA
5
Adapun persyaratan lain yang juga harus diperhatikan yaitu :
1. Lokasi, dimana Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
mengaturpersebaran apotek di wilayahnya dengan memperhatikan
aksesmasyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan, dimana apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta bersifat permanen.
3. Sarana, Prasarana dan Peralatan
a. Paling sedikit memiliki sarana ruang : penerimaan resep, pelayanan resep
dan peracikan, penyerahan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi, dan
arsip.
b. Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas : instalasi air bersih, instalasi
listrik, sistem tata udara, sistem proteksi kebakaran.
c. Peralatan apotek, Peralatan meliputi semua peralatan yang
dibutuhkandalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
4. Ketenagaan (SDM)
Apoteker pemegang Surat Izin Apotek (SIA) dalam menyelenggarakan
kegiatan di apotek dapat dibantu oleh apotekerlain, Tenaga Teknik Kefarmasian
(TTK) dan/atau tenagaadministrasi.
D. Tata Cara Pemberian Izin Apotek(1)
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri. Menteri
melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah
DaerahKabupaten/Kota. Izin yang dimaksud berupa Surat Izin Apotek (SIA).
SuratIjin Apotek (SIA) berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selamamemenuhi persyaratan. Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotekeradalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh Surat Ijin Apotek (SIA), Apoteker harus
mengajukanpermohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
denganmenggunakan Formulir 1.
2. Permohonan tersebut harus ditandatangani oleh Apoteker disertai
dengankelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli.
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
6
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker.
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan.
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
3. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerimapermohonan dan
dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumenadministratif, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menugaskan timpemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan
Formulir 2.
4. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur Dinas Kesehatan kabupaten/kotayang
terdiri atas: tenaga kefarmasian, dan tenaga lainnya yang menangani bidang
sarana dan prasarana.
5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksaditugaskan,
tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaansetempat yang dilengkapi.
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepadaPemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan menggunakan Formulir 3.
6. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai
POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi
dengan menggunakan Formulir 4.
7. Jika hasil pemeriksaan dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan
Formulir 5.
8. Terhadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan,
pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu)
bulan sejak surat penundaan diterima.
9. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan, maka
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan
menggunakan Formulir 6.
7
10. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA
melebihi jangka waktu yang seharusnya, Apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti
SIA.
11. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA, penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA
mengikuti masa berlaku SIPA.
E. Apotek Abe Farma
Apotek Abe Farma beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantoro RT 001/01 No.14-
15, Kelurahan ketapang, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Kode
pos 15147. Didirikan pada tahun 2015 dengan SIA
449.1/Kep.012/SIA.BPMPTS/2018. Pemilik Sarana Apotek (PSA) sekaligus
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bernama Ibu apt. Hikmah Khairun Nisa, S.Si
yang memiliki nomor STRA 19880403/STRA-UNPAD/2012/225146 dan nomor
SIPA 446/Apt.205/SIPA.I/DPMPTSP/2017.
Selain itu Apotek Abe Farma, juga memiliki visi misi, diantaranya :
Visi :
Menjadikan apotek pilihan utama dengan menerapkan pelayanan
kefarmasian yang bermutu dan melayani sepenuh hati di semua kalangan untuk
meningkatkan mutu kesehatan pasien.
Misi :
1. Apotek menyediakan perbekalan kefarmasian untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
2. Berkomitmen menjalankan pekerjaan kefarmasian yang bermutu dengan
mengedepankan Pharmaceutical care oleh apoteker langsung.
3. Efektif, cepat, tepat, dan ramah dalam menjalankan tugas kefarmasian kepada
pasien.
F. Struktur Organisasi Apotek Abe Farma
Struktur organisasi di apotek bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja
apotek dalam pelayanan dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek
maka setiap pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
8
Apotek Abe Farma memiliki karyawan yang berjumlah 6 orang. Terdiri
dari 1 orang Pemilik Sarana Apotek (PSA) sekaligus APA. 3 orang asisten
apoteker dan 2 orang kasir yang bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja
yang telah dibagi dalam 2 shift, yaitu shift 1 pukul 08.00-15.00 WIB dan shift 2
pukul 15.00-22.00 WIB. Libur karyawan dilakukan secara bergantian setiap satu
minggu sekali di hari kerja. PSA (pemilik sarana apotek) berkewajiban
menyediakan bangunan perlengkapan apotek dan perbekalan kesehatan di bidang
farmasi.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil di Apotek Abe Farma
adalah :
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
a. Mengelola dan memantau seluruh kegiatan operasional di apotek,meliputi
pelayanan kefarmasian maupun non-kefarmasian.
b. Memastikan kegiatan operasional apotek berjalan sesuai prosedurdan
ketentuan yang berlaku.
c. Memastikan penataan produk dan ketersediaan barang di apotekdapat
memenuhi kebutuhan pelanggan.
d. Mengelola kegiatan pemasaran apotek (melalui marketingpromotion)
mengelola kegiatan pengembangan usaha apotek(melalui penambahan dan
pengembangan pelanggan serta kerjasamadengan pihak luar), untuk
memastikan pencapaian target penjualandan pelayanan yang ditetapkan.
e. Mengelola kegiatan perencanaan, pengadaan dan pengendalian persediaan
di apotek untuk memastikan tingkat ketersediaan produk di apotek secara
optimal.
f. Mengelola kegiatan pemberdayaan dan peningkatan potensikaryawan
untuk memastikan tercapainya produktivitas karyawan yang optimal di
apotek.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
a. Menyiapkan, meracik, mengubah bentuk, mengemas, dan memberi etiket
sesuai permintaan resep.
9
b. Memeriksa kebenaran dan kelengkapan obat sesuai resep yang diterima
meliputi nama obat, bentuk sediaan, jumlah obat, kekuatan sediaan, nama
pasien, dan cara penggunaan obat.
c. Membuat kwitansi pembayaran dan salinan resep untuk obat yangtidak
ditebus atau ditebus sebagian oleh pasien, dan obat yang diulang.
d. Mengontrol, mengatur, dan menyimpan sediaan farmasi, alatkesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai denganbentuk dan jenis barang.
e. Memeriksa kesesuaian barang yang datang dari distributor denganfaktur.
f. Melayani penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat herbal,alat
kesehatan, dan BMHP disertai pemberiaan informasi yangdibutuhkan
kepada pasien.
g. Memastikan ketersediaan barang-barang apotek untuk kebutuhanpenjualan
bebas.
G. Pengelolaan Apotek
Berdasarkan PMK RI No 73 tahun 2016, Pelayanan Kefarmasian di
Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia, sarana dan prasarana(3)
1. Pengelolaan Obat Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.
1) Pola penyakit, yaitu dengan memperhatikan dan mencermati
polapenyakit yang timbul disekitar masyarakat sehingga apotek
dapatmemenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk
penyakittersebut.
10
2) Pola konsumsi, yaitu berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu.
Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam kelompok fastmoving
(cepat beredar) maupun yang slow moving.
3) Budaya dan kemampuan masyarakat, dimana pandangan
masyaratterhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat
memengaruh dalam hal pemilihan obat-obatan khususnya obat-obatan
tanpa resep,dan obat-obatan yang sering diresepkan dokter.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Proses pengadaan barang dimulai dari tahap persiapan dengan cara
mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defekta,
termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok.Pembelian obat bebas,
narkotika, psikotrokpika, dan prekursor berdasarkan prinsip pengadaan
sediaan farmasi di Apotek Abe Farma yaitu berasal dari sumber yang jelas dan
distributor resmi, macam dan jumlah barang disesuaikan dengan kebutuhan
barang, fast moving atau slow moving serta dengan mempertimbangkan
kondisi yang paling menguntungkan (mengenai harga, diskon, syarat
pembayaran, kelengkapan obat dan ketepatan barang datang). Dalam
pemesanan barang pada Pedagang Besar Farmasi (PBF), apotek memastikan
bahwa PBF tersebut sudah memiliki sertifikat CDOB.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Saat barang datang dari
PBF, karyawan apotek melakukan pengecekan kesesuaian jumlah, jenis,
bentuk, no batch dan tanggal kadaluarsa serta kondisi fisik terhadap SP (Surat
Pesanan) dan faktur. Apabila barang yang datang sesuai dengan pesanan,
maka faktur tersebut ditandatangani oleh karyawan apotek disertai dengan
nama lengkap, tanggal penerimaan, dan stempel apotek. Apabila obat yang
dikirim tidak sesuai dengan SP atau obat sudah mendekati tanggal kadaluarsa,
maka barang akan diretur. Faktur dan surat pesanan yang asli diberikan
11
kepada distributor, sedangkan untuk copy atau salinan faktur dan surat
pesanan disimpan di Apotek sebagai arsip. Jika sudah sesuai, faktur dan data-
data penerimaan barang di input ke komputer kemudian didokumentasikan.
d. Penyimpanan
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada
kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. Tempat
penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi. Sistem penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out).
Apotek Abe Farma dalam penyimpanan obat bebas dan bebas terbatas
disimpan pada lemari bagain luar, sedangkan untuk obat kerang baik yang
berbebtuk sirup, tablet, maupun semi padat disimpan dalam lemari bagian
dalam dan untuk obat yang disimpan disuhu khusu seperti suhu dingin
disimpan dalam lemari pendingin. Obat disimpan secara alfabetis selain itu
juga untuk sirup bebas dan bebas terbatas disusun berdasarkan pola penyakit,
seperti pada baris pertama lemari untuk obat maag, baris kedua untuk obat
batuk pilek, batuk berdahak, batuk tidak berdahak anak, dan lain sebagainya.
e. Pemusnahan dan penarikan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lainyang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Resep yang telah
12
disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan
lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan (BAP) . Pemusnahan
dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakandengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi yang tidak
memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukanoleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM(mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilikizin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Sedangkan
penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan,kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok, log book penjualan barang
dengan cara manual atau elektronik (melalui sistem komputer). Kartu stok
memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran, dan sisa persediaan. Selain itu, dapat juga dilakukan stock
opname dalam periode tertentu.
g. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan dan pengeluaran (log book dan sistem
komputer),penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnyadisesuaikan dengan kebutuhan.Pencatatan di apotek abe farma
dilakukan secara komputerisasi, diantaranya untuk menginput barang datang
dari PBF dan menginput penjualan barang. Pelaporan juga dilakukan pada
13
obat-obat narkotika dan psikotropika serta berita acara pemusnahan. Seluruh
dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau
dokumen penyerahan termasuk Surat Pesanan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasiwajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
Pelaporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulan melalui
aplikasiSIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)
yangdapat diakses di website http:// www. sipnap.kemkes.go.id.
2. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untukmeningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinis meliputi :
a. Pelayanan
Pelayanan obat di Apotek Abe Farma meliputi pelayanan resep dokter,
penjualan bebas, dan penjualan OWA (Obat Wajib Apotek). Pelayanan obat
kepada pasien tanpa resep dokter merupakan pelayanan obat-obatan yang
dapat dijual bebas, seperti obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat
bebas terbatas, kosmetika, dan alat kesehatan tertentu.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat.
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
a) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
b) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) Warna putih untuk obat dalam/oral;
b) Warna biru untuk obat luar dan suntik;
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
14
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien padaetiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep),
kemudian memanggil nama dan nomor tunggu pasien, memeriksa ulang
identitas dan alamat pasien, menyerahkan obat yang disertai pemberian
informasi obat, memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat.
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(apabila diperlukan), menyimpan resep pada tempatnya.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidakmemihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi;
5) Melakukan penelitian penggunaan obat;
6) Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7) Melakukan program jaminan mutu.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
15
3. Administratif
a. Penyimpanan Resep
Resep disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu lima tahun.
Penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk
mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan baik untuk kepentingan
pasien maupun untuk pemeriksaan. Resep yang mengandung narkotika dan
pikotropika disimpan terpisah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
dalam pembuatan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.
b. Penyimpanan Faktur
Faktur disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu lima tahun.
Penyimpanan disusun berdasarkan tangggal dan bulan faktur untuk
mempermudah penelusuran apabila diperlukan. Faktur yang mengandung
narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk mempermudah dalam
pembuatan laporan narkotika dan psikotropika.
c. Pelaporan Penjualan (Omset PerShift/Perhari)
Pelaporan penjualan dilakukan per shift nya dan nantinya akan digabung
menjadi satu laporan penjualan per harinya. Selain itu apotek abe farma ada
kerja sama juga menggunakan aplikasi “Halodoc”, untuk hasil penjualan
menggunakan aplikasi ini dimasukkan juga kedalam laporan penjualan per
harinya.
4. Perhitungan Harga Jual Obat
Untuk obat keras perhitungan harga jualnya ditambahkan 25%, sedangkan
obat bebas 15%, dan vitamin atau suplemen ditambahkan 20%.
5. Sumber Daya Manusia
Apotek Abe Farma memiliki karyawan yang berjumlah 6 orang. Terdiri
dari 1 orang Pemilik Sarana Apotek (PSA) sekaligus APA. 3 orang asisten
apoteker dan 2 orang kasir yang bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja
yang telah dibagi dalam 2 shift, yaitu shift 1 pukul 08.00-15.00 WIB dan shift 2
pukul 15.00-22.00 WIB.
16
H. Evaluasi Apotek
Evaluasi apotek dilakukan untuk memantau jalannya bisnis Apotek Abe
Farma. Evaluasi ini dilakukan terhadap manajerial dan mutu pelayanan. Proses
evaluasi dilakukan dengan cara inspeksi diri oleh PSA dan APA dengan
melakukan stock opname, peninjauan kembali omset, dan keuntungan setiap
tahunnya.
BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan Harian
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Abe Farma
dilaksanakan pada tanggal 3-15 agustus 2020. Jam kerja PKPA terdiri dari shift
pagi dan shift siang. Shift pagi dimulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB.
Sedangkan shift siang dimulai pukul 15.00 sampai pukul 22.00 WIB. Kegiatan
dilakukan selama praktik kerja profesi apoteker di apotek abe farma sebagai
berikut :
Tabel 1. Daftar kegiatan harian PKPA Apotek Abe Farma
Tanggal Kegiatan
Minggu ke 1 1. Bertemu dengan apoteker Apotek Abe Farma
menyampaikan maksud PKPA dan mendapat
arahan dari apoteker
2. Perkenalan dengan karyawan Apotek Abe Farma
3. Mempelajari tata letak penyimpanan obat
4. Melakukan pelayanan resep, swamedikasi, dan
pelayanan informasi obat
5. Menyiapkan obat-obat resep umum
6. Membantu melayani pasien
7. Menerima barang datang dari PBF dan
memberikan label harga pada barang/obat yang
diterima
8. Observasi cara pembayaran tagihan obat
9. Mempelajari bagaimana tes pemeriksaan asam
urat, kolesterol, tensi darah, dan gula darah
10. Observasi terkait administrasi sistem komputer
11. Diskusi dengan apoteker
Minggu ke 2 1. Menata barang yang datang
2. Melakukan pelayanan obat-obatan
3. Melakukan pengecekan expired date obat
17
4. Diskusi dengan apoteker
5. Mempelajari tata cara pemesanan dan pembelian
obat
6. Melakukan pelayanan obat-obatan
7. Melakukan diskusi bersama dengan apoteker
mengenai apa yang di dapat selama praktek di
apotek
8. Mempelajari pelaporan narkotik dan psikotropik
melalui sistem SIPNAP
B. Pembahasan
Kegiatan yang dilakukan di Apotek Abe Farma diantaranya adalah
pengelolaan apotek, meliputi pengelolaan obat, pengelolaan resep, administrasi
dan sumber daya manusia (SDM). Selain itu, apoteker juga harus melakukan
pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care. Berikut kegiatan yang dilakukan di
Apotek Abe Farma :
1. Pengelolaan Obat
a. Perencanaan
Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan
wewenang APA, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketersediaan barang
maka dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian (TTK). Perencaan
pengadaan barang di abe farma menggunakan metode konsumsi. Metode
perencanaan obat ini didasarkan pada data penggunaan obat pada periode lalu.
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di apotek abe
farma dilakukan berdasarkan stok obat kosong di komputer, selain itu
melakukan pengecekan secara langsung mengenai barang apa saja yang habis
(terutama obat fast moving) atau barang mencapai stok minimal. Selanjutnya
akan dicatat dalam buku defekta yang digunakan sebagai acuan untuk
melakukan pembelian
b. Pengadaan
Kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek Abe Farma
dikelompokkan menjadi :
1) Pembelian rutin
18
Pembelian rutin dilakukan setiap hari berdasarkan daftar barang yang
kosong atau mencapai stok minimal. Pemesanan dilakukan dengan
memberikan Surat Pesanan (SP) kepada salesman PBF yang datang,
melalui aplikasi online (Whats’app), melalui telepon, atau sms untuk
salesman yang tidak datang. Dimana SP menyusul bersamaan dengan
pengiriman barang. Biasanya pembelian barang dilakukan pada hari Senin
dan Kamis.
2) Pembelian cito
Pembelian cito yakni pembelian barang segera dikarenakan ada
permintaan dari pasien sedangkan barang di apotek sudah habis.
Pengadaan cito sebenarnya sama dengan pengadaan rutin namun sifatnya
harus segera atau urgent sehingga pengantaran barang akan lebih cepat.
3) Konsinyasi
Konsinyasi adalah penitipan barang untuk dijual di apotek dimana
biasanya barang tersebut merupakan produk baru dan belum dikenal oleh
konsumen. Setiap periode tertentu, suplier akan memeriksa dan melakukan
penagihan untuk barang-barang yang sudah terjual, contohnya barang
konsinyasi di Apotek Abe Farma adalah produk-produk baru yang akan
dipromosikan atau di iklankan di televisi, seperti madu atau suplemen
vitamin.
4) Pembelian narkotika, psikotropika dan prekursor
Saat ini apotek abe farma sudah tidak melakukan pemesanan obat
narkotika dan psikotropik karena tidak ada kebutuhan. Sedangkan untuk
pembelian obat prekursor masih dilakukan.
Metode pembayaran di Apotek Abe Farma yaitu kredit dan Cash Order
Delivery (COD). Sebagian besar barang yang dibeli menggunakan metode
kredit, yaitu pembayarannya sesuai perjanjian jatuh tempo pembelian
masing-masing PBF, lamanya pembayaran berkisaran antara 14-30 hari.
c. Penerimaan
19
Penerimaan obat yang datang selanjutnya diterima oleh karyawan apotek
dan diperiksa kesesuaiannya dengan daftar obat yang ada di surat pesanan.
Pengecekan dengan cara mencocokan antara barang yang datang dengan
faktur pembelian yang meliputi nama barang, merek, ukuran sediaan, jumlah,
harga satuan, jumlah harga per jenis barang, nomor batch, expired date dan
jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur. Jika sudah sesuai
maka faktur ditandatangani dan di cap oleh karyawan apotek. Jika ditemukan
ketidaksesuaian pesanan, seperti rusak atau tanggal kadaluarsanya terlalu
dekat, maka obat tersebut dikembalikan kepada PBF dan mencantumkan
keterangan di faktur bahwa obat tersebut di retur karena tanggal kadaluarsanya
terlalu dekat, obat rusak ataupun obat yang datang tak sesuai pesanan. Obat
yang telah diterima selanjutnya dihitung harga jualnya dengan
mempertimbangkan besarnya pajak dan presentase keuntungan. Obat yang
sudah dihitung harga jual, diberikan label pada kemasan obat untuk
selanjutnya ditempatkan pada posisi masing-masing obat. Jika sudah sesuai,
faktur dan data-data penerimaan barang di input ke komputer kemudian
didokumentasikan.
d. Penyimpanan
Sistem penyimpanan obat di abe farma dibedakan antara obat generik, obat
bebas, dan obat ethical. Disimpan berdasarkan bentuk sediaan obat padat,
semi padat, obat cair. Disusun berdasarkan alfabetis sehingga memudahkan
dalam mencari obat, serta mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.
Sedangkan untuk produk-produk termolabil seperti suppositoria disimpan
dalam lemari pendingin. Penyimpanan obat-obatan di apotek abe farma
disusun secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
Untuk obat-obatan yang termasuk dalam kategori Look Alike Sound Alike
(LASA) diletakkan tidak berdampingan satu sama lainnya. Penataan obat
bebas dan obat bebas terbatas disusun dalam lemari yang berada di bagian
depan, sedangkan lemari untuk penyimpanan obat psikotropika dan narkotika
berada di ruang racik dan diletakkan terpisah dari obat yang lainnya. Lemari
ini terbuat dari kayu yang memiliki 2 pintu dan 2 kunci dan menempel di
20
dinding . Hal ini dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan terhadap obat
(5)
21
mendekati stock minimal atau yang akan kosong. Apoteker terus memantau
stock barang yang ada dikomputer. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan, serta pengembalian pesanan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan di apotek abe farma ada yang dilakukan secara komputerisasi
(seperti input data faktur pesanan barang, pelaporan penjualan serta pelaporan
narkotika psikotropika) dan untuk manual (seperti surat pesanan, faktur
pembayaran ke PBF, kwitansi, buku resep kredit). Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eskternal, dimana pelaporan internal meliputi laporan
keuangan, laporan pembayaran faktur, laporan penjualan sedangkan
pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika, pelaporan pemusnahan resep, obat rusak dan
kadaluarsa. Laporan penjualan dilakukan per shift dan nantinya akan digabung
menjadi satu sehingga didapat laporan penjualan per hari nya, sedangkan
untuk pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan ditunjukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala BPOM. Pelaporan dapat
dilakukan secara online di situs Sipnap.binfar.depkes.go.id. Kedua laporan
tersebut dilakukan sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Apotek abe farma
belum melayani penjualan narkotika dan psikotropika tetapi pelaporan tetap
dilakukan dengan diberi keterangan “nihil”.
2. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
a. Pelayanan Non Resep
Pelayanan obat tanpa resep yaitu penjualan obat yang di dapat dibeli tanpa
resep dokter, seperti penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek (OWA), alat kontrasepsi, kosmetika, obat herbal, madu, dan allkes.
Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan langsung dari
pasien atau disebut Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Pelayanan UPDS
dilakukan dengan menggunakan metode WWHAM, yaitu :
1) Who, siapa pengguna obat?
2) What, gejala apa yang dirasakan?
22
3) How long, berapa lama gejala telah dirasakan pasien?
4) Action, tindakan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut?
5) Medication, obat-obat apa saja yang selama ini dikonsumsi oleh pasien?
Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan UPDS adalah
pemberian informasi obat. Apoteker berkewajiban untuk memberikan
penjelasan mengenai obat tersebut, baik cara pakai maupun dosis penggunaan
serta verifikasi akhir terhadap pemahaman pasien. Selain itu, hal-hal yang
perlu diinformasikan adalah tujuan pengobatan, lama pengobatan, efek
samping yang mungkin terjadi dan hal-hal yang harus dilakukan maupun yang
harus dihindari oleh pasien dalam menunjang pengobatan.
b. Pelayanan Resep
Pelayanan resep dilakukan dengan alur sebagai berikut :
1) Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) menerima resep yang
dibawa oleh pasien dan memeriksa kelengkapan resep (skrining resep) dan
ketersediaan obat yang diminta. Kegiatan skrining atau pengkajian resep
meliputi administrasi, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuian dari hasil pengkajian maka apoteker
menghubungi dokter penulis resep.
2) Jika resep telah absah maka informasikan kepada pasien harga obat
tesebut, serta meminta keputusan pasien untuk menebus semua resep atau
separuhnya dulu setelah mengetahui harga tersebut. Untuk obat yang stock
nya kosong atau tidak dimiliki apotek, maka apoteker akan memberikan
rekomendasi obat yang memiliki nama yang berbeda namun kandungan
zat aktif obat dan khasiat sama. Jika pasien setuju maka resep akan
dilayani. Tindakan apoteker telah memenuhi ketentuan yang tercantum
dalam Persaturan Pemerintah no 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, pasal 24 yaitu dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas pelayanan kefarmasian apoteker dapat mengganti obat merek
dagang dengan obat generik yang sama komponen zat aktifnya atau obat
merk dagang lain atas persetujuan dokter atau pasien. Untuk obat yang
tidak ingin diganti maka petugas akan memberikan salinan resep.
23
3) Jika pasien setuju maka resep diberi nomor resep, setelah pasien
membayar selanjutnya obat disiapkan. Penyiapan dan peracikan obat
dilakukan, jika resep tersebut racikan maka dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu oleh apoteker baik dari segi dosis obat, penimbangan dan
pencampuran yang sesuai dengan resep. Jika telah disetujui maka
peracikan dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian. Kemudian akan
divalidasi kembali oleh apoteker sebelum dilakukan peracikan.
4) Pengemasan obat dimasukkan kedalam wadah yang sesuai. Di apotek abe
farma untuk obat racikan berbentuk puyer, kapsul dan racikan salep
dikemas dalam pot plastik dan untuk sediaan obat jadi langsung
dimasukkan kedalam plastik yang beretiket. Penulisan etiket pada obat
yang telah disediakan, terdapat 3 jenis etiket di apotek abe farma
diantaranya adalah etiket plastik untuk sediaan oral bentuk sediaan jadi,
etiket kertas berwarna putih untuk sediaan oral berbentuk sediaan cair,
kapsul, dan puyer serta etiket kertas berwarna biru untuk semua sediaan
yang penggunaanya selain oral. Dalam masing-masing etiket
mencantumkan :
a) Nama, alamat, dan nomor telepon apotek
b) Nama, dan nomor SIPA apoteker pegelola apotek
c) Nomor dan tanggal penyiapan resep
d) Nama pasien
e) Aturan penggunaan obat yang jelas
f) Informasi kondisi tertentu, misalnya “kocok dahulu”
5) Pemeriksaan akhir, yaitu kesesuaian hasil penyiapan atau peracikan
dengan resep (nama obat, bentuk, jenis obat, dosis, jumlah, aturan pakai,
nama pasien, umur, alamat dan nomor telepon). Keseuaian salinan resep
dengan resep asli (jika diperlukan salinan resep). Kebenaran kwitansi (jika
diperlukan kwitansi atas obat yang dibeli).
6) Penyerahan obat dan pemberian informasi obat
7) Pengisian nota informed consent bagi pasien
c. Pelayanan Informasi Obat
24
Kegiatan pelayanan informasi obat (PIO) di apotek abe farma dilakukan
oleh apoteker tetapi jika apoteker tidak ada ditempat maka PIO dilakukan oleh
TTK. Kegiatan PIO kepada pasien harus disampaikan dengan jelas dan mudah
di mengerti. Informasi yang diberikan meliputi indikasi, dosis, bentuk sediaan,
rute dan cara pemberian, efek samping, dan harga obat. Pemberian informais
obat dapat dilakukan dengan menanyakan informasi yang diberikan oleh
dokter mengenai penyakit yang diderita pasien, agar terjadi kesesuaian antara
diagnosis dokter dengan informasi yang akan disampaikan oleh apoteker.
d. Konseling Obat
Kegiatan konseling bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
dan agar pasien dapat terhindar dari bahaya penyalahgunaan obat atau
penggunaan obat yang salah. Pelayanan konseling obat di Apotek umumnya
bersamaan dengan pasien yang melakukan swamedikasi atau ketika
penyerahan obat kepada pasien. Di apotek Abe Farma kegiatan kosenling
belum dilakukan secara optimal, karena belum tersedianya fasilitas ruangan
untuk konseling dan resep yang di layani masih sedikit.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan
di Apotek Abe Farma, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Seorang apoteker memiliki peranan penting dalam pelayanan kefarmasian.
Peranan dan tanggung jawab apoteker meliputi pelayanan yaitu pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengelolaan obat, pembuatan, termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pelayanan obat atas resep dokter atau
obat bebas.
2. Peranan apoteker di apotek tidak hanya sebagai penanggung jawab kegiatan
kefarmasian yang harus bertanggung jawab dalam mendukung peningkatan
kualitas hidup pasien, melainkan juga berperan dalam manajemen apotek
sebagai suatu unit bisnis dalam menjamin kelangsungan hidup apotek.
25
3. Pelayanan kefarmasian di Apotek Abe Farma dapat dilakukan oleh apoteker,
hal ini sesuai dengan KepMenkes RI No 73/Menkes/SK/VII/2016, hanya
pengkajian resep dan dispensing yang baru berjalan, tetapi secara bertahap
sudah dilakukan konseling pada pasien saat melakukan pengecekkan darah
seperti test kolesterol, diabetes, dan asam urat, untuk PIO (Pelayanan
Informasi Obat) dan swamedikasi pun sudah berjalan kepada pasien. Tetapi
pelayanan kefarmasian lainnya seperti MESO, dan Home Pharmacy Care
belum dilakukan.
B. Saran
1. Perlu adanya tempat atau gudang khusus untuk obat-obatan yang baru saja
dipesan dari PBF sehingga tidak tercampur dengan barang yang sudah ada di
etalase.
2. Terkait pengendalian stok obat, adanya pembagian tugas pengecekan stok
obat untuk masing-masing karyawan dengan membagi per rak obat yang
dilakukan setiap minggunya. Sudah diterapkan adanya log book (opname
harian) yang dilakukan setiap akhir shiftnya dengan mencocokkan stock fisik
dengan komputer dengan ini perlu ditingkatkan dan dioptimalkan.
3. Sebaiknya perlu adanya penambahan penandaan pada tempat penyimpanan
obat-obat LASA agar untuk mengurangi kesalahan dalam pengambilan obat.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Lampiran 1. Struktur Organisasi di Apotek Abe Farma
PSA
(Pemilik Sarana Apotek)
Atau
APA
(Apoteker Pengelola Apotek)
28
Lampiran 2. Alur Pelayanan
Obat
Skrining Cek
ketersediaan
Cek
ketersediaan Pembayaran
Penyerahan
Pasien tidak Pasien setuju dengan PIO
setuju
Pembayaran
Resep
dikembalikan
29
ke pasien Penyiapan
Penyerahan
Lampiran 3. Apotek Abe Farma
30
Lampiran 4. Surat Pesanan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
31
Lampiran 5. Surat Pesanan OOT
32
Lampiran 6. Surat Pesanan Prekursor
33
Lampiran 7. Faktur Penjualan
34
Lampiran 8. Lembar Salinan Resep
35
Lampiran 9. Kwitansi Pembayaran Obat
36
37
Lampiran 10. Nota Pembelian Obat
38
Lampiran 12. Etiket Obat Dalam dan Luar
39
(Etiket obat luar)
40
Lampiran 13. Buku Defecta, Pesanan Konsumen, Opname Harian.
41
Lampiran 14. Buku Halodoc dan Aplikasinya
42
Lampiran 15. Nota Informed Consent
43