Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam dunia pendidikan. Fungsi bahasa dalam
pendidikan diantaranya ialah sebagai pengantar pelajaran. Tanpa bahasa yang baik dan benar,
proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran akan sulit
dicapai. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bahasa dalam dunia pendidikan, maka perlu
adanya suatu bahasan mengenai pengaruh bahasa dalam komunikasi pendidikan.
Saat ini banyak tenaga pendidik dan peserta didik menggunakan bahasa pergaulan sehari-
hari dalam proses pembelajaran sehingga mereka mengalami kesulitan ketika menghadapi suatu
keadaan dimana mereka harus menggunakan bahasa Indonesia baku. Penggunaan bahasa
Indonesia baku dalam komunikasi pendidikan sangatlah kurang dan memprihatinkan. Oleh
karena itu, perlu adanya kesadaran dan usaha untuk mempelajari bahasa yang baik dan benar.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian bahasa?
2.    Bagaimana asal usul bahasa?
3.    Apa saja fungsi bahasa dalam kehidupan?
4.    Bagaimana pemahaman fungsi bahasa lisan dan tulisan?
5.    Bagaimana pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di sekolah?
6.    Bagaimana pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan?

C.  TUJUAN
1.    Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2.    Untuk mengetahui asal ususl bahasa.
3.    Untuk mengetahui fungsi bahasa dalam kehidupan.
4.    Untuk mengetahui pemahaman mengenai fungsi bahasa lisan dan tulisan.
5.    Untuk mengetahui pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di sekolah.
6.    Untuk mengetahui pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.

D.BATASAN MASALAH
Pembahasan maslaah pada makalah ini berbatas pada pengertian bahasa, fungsi bahasa
lisan dan tulisan, fungsi bahasa dalam kehidupan, pengaruh bahasa pergaulan terhadap
pendidikan formal di sekolah dan pengaruh bahasa dalam komunikasi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN BAHASA
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen, menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as
a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those
symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem
konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki
dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
secara sadar.
Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form
and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari
sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-
sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey.
Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi
(dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat
berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi
bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan,
maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau memberi
dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan
perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan
dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang
buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Sementara Pengabean berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan
dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01),
bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.[1]

B.  ASAL USUL BAHASA


Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal usul bahasa. Hanya
teori kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku sosial manusia.
sedangkan yang lain percaya bahwa bahasa verbal berkembang dari suara dasar (basic sound)
dan gerak gerik tubuh (gestures). Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi
melalui simbol-simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan selanjutnya,
yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka menggunakan bahasa lisan. karena Cro
Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep berburu dengan
cara yang lebih baik dan mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu
menggambarkan atau merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas
(class), jenis kelamin (gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor
sosial lainnya.[2]

C.  FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN


Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya bahasa. kita baru menyadari bahasa itu
penting ketika kita mengalami masalah atau jalan buntu dalam menggunakan bahasa.[3]
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa
resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat
nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern.
[4] Menurut Larry L. Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar, bahasa memiliki tiga
fungsi:[5]
1.    Penamaan (Naming atau Labeling)
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan dan orang,
dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Contoh: Setiap orang tahu sebuah papan kayu atau aluminium yang didesain sedemikian rupa untuk
menopang berat badan manusia ketika sedang duduk, dinamakan kursi atau bangku.
2.    Interaksi
Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati
dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Contoh: Seseorang yang sedang kehilangan anaknya akan bercerita dengan sedihnya untuk berinteraksi
dengan kawan agar kondisi hatinya dapat dimengerti oleh sang lawan bicara.
3.    Transmisi
Informasi dari orang lain yang kita terima setiap hari, baik secara langsung maupun tidak
langsung, (dari media massa), inilah yang kita sebut fungsi transmisi.
Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Book mengemukakan, agar komunikasi kita
berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:[6]
1.    Untuk mengenal dunia di sekitar kita.
2.    Berhubungan dengan orang lain.
3.    Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.

D.  MEMAHAMI FUNGSI KOMUNIKASI LISAN DAN TULISAN


Dalam hubungannya dengan ilmu bahasa maupun komunikasi dikenal pebedaan
komunikasi verbal melalui media lisan dan tulisan (oral communication dan written
communication) . Baik melalui tulisan maupun lisan, manusia tetap menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi. Komunikasi tetap menggunakan sistem simbol yang telah disepakati
dalam suatu bahasa. Sistem simbol dalam komunikasi verbal tersebut menurut Verdeber (1998)
terdiri dari: (1) ‘kata-kata’ yang diketahui (vocabularly) yang dipelajari dengan cara-cara
tertentu: (2) tata bahasa (grammar) dan sintaksis. Karenanya dalam berbagai bahasa yang sudah
memiliki sistem kebahasaan kunci sukses komunikasi verbal melalui bahasa lisan maupun
tulisan dapat dilakukan dengan regulasi tertentu.[7]
a)   Komunikasi Lisan[8]
Dalam speech communication (komunikasi lisan) yang terutama dijumpai dalam
komunikasi antar pribadi terjadi oeralihan pesan-pesan verbal dalam bentuk ‘kata-kata’ (kita
mengabaikan bahwa dalam proses iru ada pula pesan-pesan melalui saluran non verbal). Yang
pasti bahwa, unsur-unsur penting dari kounikasi tercakup di dalamnya yaitu; sumber, saluran,
pesan, code(tanda/simbol), penerima dan kerangka rujukan. Setiap unsur memberikan dukungan
pada komunikasi verbal.
Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); ada enam jenis komunikasi lisan
(verbal).
1)   Emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan aspek psikologis. Ia lebih
mengutamakan pilihan ‘kata’ yang didukung oleh pesan non verbal.
2)   Phatic speech adalah gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan hubungan sosial
sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw Malinowski dengan phatic communication, phatic speech
ini tidak dapat diterjemahkan secara tepat karena ia harus dilihat dalam kaitannya dengan
konteks di saat ‘kata’ diucapkan dalam suatu tatanan sosial suatu masyarakat.
3)   Cognitive speech merupakan jenis komunikasi verbal yang mengacu pada kerangka berpikir atau
rujukan yang secara tegas mengartikan suatu kata secara denotatif dan bersifat informatif.
4)   Rethorical speech mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan sifat konatif. Gaya bicara
ini mengarahkan pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya perilaku. Cara ini biasannya
digunakan oleh para politisi, salesman yang bersifat persuasi.
5)   Metalingual speech adalah komunikasi lisan secara verbal, tema pembicaraannya tidak mengacu
pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata melainkan tentang pembicaraan itu sendiri. Tipe
pembicaraan ini sangat berbeda dari yang lain, ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada
code/ tanda-tanda komunikasi.
6)   Poetic speech adalah komunikasi lisan yang secara verbal berkutat pada struktur penggunaan
kata yang tepat melalui perindahan pilihan kata, ketepatan ungkapan biasannya menggambarkan
rasa seni dan pandangan serta gaya-gaya lain yang khas. 
b)   Memahami Fungsi Komunikasi Verbal Tertulis[9]
Tubbs mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku mereka, yang kemudian
dikutip lagi oleh Alo Liliweri: Communication by Latters and Reparting, mengemukakan bahwa
tema-tema komunikasi verbal tertulis terletak pada faktor keterbacaan. Keterbacaan, menurut
keduannya, berkaitan dengan semantik suatu bahasa yang mempertimbangkan apakah setiap
pembaca dapat mengerti suatu tulisan dalam suatu wacana. Dua pengarang itu menekankan
perihal diksi (pemilihan kata), mendefinisikan term-term yang bersifat teknis dan metode
bersama yang dapat diterima seperti tanda baca dan bentuk kalimat.
Jollife (dikutip oleh Alo Liliweri) menggambarkan sistem yang sama dengan mengajukan
beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut: (1) apa yang anda maksudkan? (mungkinkah
‘kata-kata’ yang anda maksudkan itu akan sama dengan dimaksudkan mereka atau yang mereka
ingin katakan?); (2) Bagaimana anda bisa mengetahui? (tunjukkan pada saya beberapa contoh
dan bukti dan kwalitas kesimpulan anda). (3) Apa yang anda inginkan saya perbuat? (saya harus
memperhatikan motif anda terlebih dahulu tetapi biarkanlah saya mengetahuinnya sendiri.
Apakah hal itu ada dan dapat saya miliki?) beberapa prinsip semantik itu belum tentu diterima
seluruhnya karena kitapun mempertimbangkan siapa yang akan membaca wacana tertulis itu?
Kita mengaitkannya dengan faktor: (1) konteks; (2) kata sebagai simbol; dan (3) tingkat
abstraksi.[10]
Pertama, konteks; aspek pertama dari komunikasi verbal yang didiskusikan ini termasuk di
dalamnya adalah konteks. Komunikasi bergerak dalam suatu keadaan yang berbeda, fisik.
sosiologis, psikologis, bahkan konteks verbal. Inilah yang disebut komunikasi berada dalam
konteks yang dialami pengirim dan penerima. Komunikasi dapat terjadi dalam suatu konteks
fisik yang keluar dalam bentuk jarak fisik maupun jarak sosial. Jarak itu memungkinkan
seseorang memilih pesan verbal maupun non-verbal.
Konteks psikologis, dapat ditunjukkan melalui surat yang terkirim pada hari yang baik,
minggu yang cocok, jam yang tepat agar sesuatu wacana bisa dibaca.
Konteks verbal merupakan hambatan yang dialami setiap orang. Misalnya masalah
semantik yang dalam komunikasi di pelajari melalui studi perbedaan konteks verbal yang
dimiliki setiap orang. Aspek studi ini memberikan pengajaran bagi para penulis surat-surat bisnis
maupun laporan dinas.
Kedua, ‘kata’ sebagai simbol; ada satu prinsip dasar yang didiskusikan dalam setiap tema
semantik adalah adanya ‘kata’ yang kadang-kadang tidak mengandung makna jika tidak
dihubungkan dengan ‘kata’ yang lain. Jika ditelusuri maka ‘kata’ itu mempunyai simbol dan
konsep yang sudah diterima dan digunakan dalam masyarakat. Kata-kata seperti itu mendapat
tekanan konotasi yang bersifat personal dari pada denotasi bersama.
Banyak penelitian telah menunjukkan peta mental setiap orang berbeda terhadap ‘kata’,
meskipun mereka mempunyai penguasaan semantik yang sama. Jadi, setiap orang mempunyai
peta ‘kata’ yang mereka gunakan. Bahasa adalah suatu kenyataan seperti suatu peta sebagai
penunjuk wilayah dan bukan wilayah itu sendiri. Pertanyaan kita mana yang lebih penting, peta
atau wilayahnya; tanpa peta, anada tidak dapat memasuki suatu wilayah, demikian pula dalam
bahasa. Kedua-duanya penting.
Ketiga, tingkat abstraksi; setiap konteks (aspek kedua tersebut diatas) mengakibatkan
tingkatan abstraksi yang bebeda. Ada jenjang dari suatu konteks yang mengakibatkan perbedaan
daya abstraksi tertentu terhadap suatu wacana. Hal ini sangat menentukan pola-pola wacana baku
tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya struktur itu didekati. Ambil contoh yang sederhana
bersurat kepada orang tua tentu sangat berbeda dengan kepada teman atau adik.

E.  PENGARUH BAHASA PERGAULAN TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI


SEKOLAH
Ada beberapa indikator yang menentukan kuatnya bahasa pergaulan yang dikuasai oleh
siswa.[11]
1.    Sejak lahir, anak sudah dibiasakan menggunakan bahasa pergaulan. Proses pembiasaan ini akan
sangat mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam kemampuan berbahasa. Bagi mereka,
kesan atau pengalaman awal inilah yang sangat mempengaruhi proses perkembangannya ke
depan. Sesuatu yang sudah dibiasakan akan sangat sulit untuk ditinggalkan atau diperbaharui.
Kalau pun mungkin, proses itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
2.    Lingkungan. Lingkungan tidak hanya menjadi obyek atau tempat, namun turut mempengaruhi
perkembangan bahasa pada anak. Anak yang sudah dibiasakan dengan bahasa ibu atau bahasa
pergaulan, dan berada di lingkungan yang masyarakatnya sering menggunakan bahasa peragulan,
maka akan memunculkan daya ingat dan daya serap yang sangat kuat terhadap bahasa pergaulan
tersebut.
Kedua indikator inilah yang menimbulkan mengapa seorang anak akan sangat sulit
melupakan bahasa ibu atau pergaulan. Pengaruh bahasa pergaulan akan terlihat jelas dalam
pendidikan di sekolah sebagai proses lanjut dari pendidikan di rumah. Masalah kedekatan atau
kekentalan bahasa pergaulan siswa akan membawa kesulitan tersendiri pada kemampuan
berbahasa siswa terutama dalam kemampuan berbahasa secara baku yakni sesuai Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Kesulitan itu meliputi :[12]
1.    Kemampuan berbicara dengan menggunakan bahasa secara tepat. Kekuatan dan kemampuan
bahasa pergaulan menghipnotis siswa begitu kuat hingga siswa terus saja membawanya dalam
bahasa-bahasa resmi yang baku. Pengucapan beberapa kata akan terlihat janggal karena faktor
pembiasaan dari rumah dan lingkungan yang sudah mengeras. Contoh, menyebutkan kata
“pegang”. Siswa cenderung menyebutkan kata “pegang” dengan sebutan “pegang” dengan e
seperti menyebutkan “keju”. Padahal sebutan yang tepat adalah “pegang” dengan e seperti
menyebutkan “belajar”.
2.    Selain itu, kelekatan pada bahasa pergaulan akan sangat menyulitkan anak dalam penulisan yang
tepat. Anak cenderung menuliskan secara lurus apa yang dipikirkan termasuk kata-kata yang
diadopsi dalam bahasa pergaulan tanpa suatu proses pengolahan yang tepat.
3.    Penempatan tanda baca. Siswa yang sudah sangat kental bahasa pergaulannya, akan sulit juga
untuk menempatkan tanda baca yang tepat terutama tanda baca koma. Proses pembiasaan bahasa
pergaulan secara lisan sejak dini akan sangat sulit bagi para siswa ketika menterjemahkan bahasa
lisan ke dalam bahasa tulisan secara tepat.
Beberapa solusi untuk membiasakan anak berbahasa secara tepat:[13]
1.    Menyadarkan siswa akan perbedaan dan fungsi dari bahasa pergaulan dan bahasa yang baku.
Upaya pembedaan ini dimaksud untuk mengajak anak menyadari porsi dan tempat yang tepat
bagi penggunaan kedua bahasa tersebut. Kapan mereka harus menggunakan bahasa pergaulan
dan kapan bahasa yang baku mengambil peran.
2.    Sebagaimana bahasa pergaulan, proses berbahasa secara tepat yang sesuai dengan EYD pun
membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, anak dilatih untuk berbahasa secara tepat baik
secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di sekolah. Pembiasaan ini akan
sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa.

F.   PENGARUH BAHASA TERHADAP  KOMUNIKASI PENDIDIKAN


Salah satu fungsi bahasa Indoneisa adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi, dalam
kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia.
Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul fenomena menarik dengan adanya Sekolah Nasional
Berstandar Internasional (SNBI). Kekhawatiran sebagian orang terhadap keberadaan bahasa
Indonesia dalam SNBI muncul karena bahasa pengantar yang digunakan dalam beberapa mata
pelajaran adalah bahasa asing. Padahal kalau kembali ke fungsi bahasa Indonesia, salah satunya
adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan. Kekhawatiran seperti di atas sah-sah
saja. Apalagi kalau kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya. Dalam
berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia secara baik dan
benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka menggunakan kata-kata/bahasa yang biasa
digunakan dalam suasana tidak resmi/kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti kita ketahui bahwa
berbahasa Indonesia secara baik dan benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan
suasana/situasinya dan kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut mungkin karena sikap negatif
terhadap bahasa yang digunakan. Mereka berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat
tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah
menyampaikan informasi kepada orang lain. Perkara orang lain tahu atau tidak terhadap apa
yang disampaikan mereka tidak ambil pusing. Padahal salah satu syarat utama supaya
komunikasi berjalan dengan lancar adalah keterpahaman orang lain/mitra tutur terhadap
informasi yang disampaikan. Selain itu, tidak pada tempatnya dalam suasana yang bersifat resmi
seseorang menggunakan kata/kalimat/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tak resmi.[14]
Untuk itu, sudah selayaknyalah kalau warga negara Indonesia mempunyai sikap positif
terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi, menggunakan bahasa Indonesia
baik penutur maupun mitra tutur haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang
digunakan. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa
lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kalau kita ingin bahasa
Indonesia nantinya bisa menjadi salah satu bahasa internasional kita juga harus menghargai, ikut
merasa bangga, merasa memiliki, sehingga kita punya jatidiri. Kita, sebagai bangsa Indonesia
harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara.
Munculnya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) tidak perlu memunculkan
kekhawatiran akan hilangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.
Hal ini karena ternyata penggunaan bahasa asing sebagai pengantar ternyata tidak diterapkan
pada semua mata pelajaran. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di SNBI hanya
diterapkan pada beberapa mata pelajaran.
Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar-
mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih mengefektifkan proses
pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih
banyak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat
teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa yang aplikatif tetapi sesuai
dengan aturan berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
Pengkondisian pada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan berarti menghilangkan hal-
hal yang bersifat teoretis. Hal-hal yang bersifat teoretis tetap disampaikan tetapi porsinya tidak
begitu besar. Dengan pengkondisian seperti itu, siswa menjadi terbiasa mempergunakan bahasa
Indonesia secara baik dan benar. Dalam suasana resmi mereka menggunakan bahasa resmi dan
dalam suasana tak resmi mereka menggunakan bahasa tak resmi. Selain itu, mereka menjadi
terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.[15]

BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
1.    PENGERTIAN BAHASA
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

2.    ASAL USUL BAHASA


Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui simbol-simbol
seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan selanjutnya, yaitu antara 35.000
sampai 40.000 tahun lalu, mereka menggunakan bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir
lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik
dan mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau
merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis kelamin
(gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.
3.    FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa
resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat
nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi
modern. Menurut Larry L. Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar, bahasa memiliki tiga
fungsi:
1)   Penamaan (Naming atau Labeling)
2)   Interaksi
3)   Transmisi
Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Book mengemukakan, agar komunikasi kita berhasil,
setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1.    Untuk mengenal dunia di sekitar kita.
2.    Berhubungan dengan orang lain.
3.    Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
4.    MEMAHAMI FUNGSI BAHASA LISAN DAN TULISAN
a)   Komunikasi Lisan
Menurut De Vito, Victoria dan Robert seperti yang dikutip oleh ada enam jenis komunikasi
lisan (verbal).
1)   Emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan aspek psikologis. Ia lebih
mengutamakan pilihan ‘kata’ yang didukung oleh pesan non verbal.
2)   Phatic speech adalah gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan hubungan sosial
sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw Malinowski dengan phatic communication, phatic speech
ini tidak dapat diterjemahkan secara tepat karena ia harus dilihat dalam kaitannya dengan
konteks di saat ‘kata’ diucapkan dalam suatu tatanan sosial suatu masyarakat.
3)   Cognitive speech merupakan jenis komunikasi verbal yang mengacu pada kerangka berpikir atau
rujukan yang secara tegas mengartikan suatu kata secara denotatif dan bersifat informatif.
4)   Rethorical speech mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan sifat konatif. Gaya bicara
ini mengarahkan pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya perilaku. Cara ini biasannya
digunakan oleh para politisi, salesman yang bersifat persuasi.
5)   Metalingual speech adalah komunikasi lisan secara verbal, tema pembicaraannya tidak mengacu
pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata melainkan tentang pembicaraan itu sendiri. Tipe
pembicaraan ini sangat berbeda dari yang lain, ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada
code/ tanda-tanda komunikasi.
6)   Poetic speech adalah komunikasi lisan yang secara verbal berkutat pada struktur penggunaan
kata yang tepat melalui perindahan pilihan kata, ketepatan ungkapan biasannya menggambarkan
rasa seni dan pandangan serta gaya-gaya lain yang khas. 

b)   Memahami Fungsi Komunikasi Verbal Tertulis


Tubbs (1978) mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku mereka:
Communication by Latters and Reparting, mengemukakan bahwa tema-tema komunikasi verbal
tertulis terletak pada faktor keterbacaan. Keterbacaan, menurut keduannya, berkaitan dengan
semantik suatu bahasa yang mempertimbangkan apakah setiap pembaca dapat mengerti suatu
tulisan dalam suatu wacana. Dua pengarang itu menekankan perihal diksi (pemilihan kata),
mendefinisikan term-term yang bersifat teknis dan metode bersama yang dapat diterima seperti
tanda baca dan bentuk kalimat.
5.    PENGARUH BAHASA TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI SEKOLAH
Ada beberapa indikator yang menentukan kuatnya bahasa pergaulan yang dikuasai oleh
siswa.
1.    Sejak lahir
2.    Lingkungan
6.    PENGARUH BAHASA DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia secara
baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka menggunakan kata-kata/bahasa yang
biasa digunakan dalam suasana tidak resmi/kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti kita ketahui
bahwa berbahasa Indonesia secara baik dan benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan
suasana/situasinya dan kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut mungkin karena sikap negatif
terhadap bahasa yang digunakan. Mereka berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat
tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah
menyampaikan informasi kepada orang lain.
B.  KRITIK/SARAN
Bahasa memiliki banyak pengaruh dalam pembelajaran di sekolah karena bahasa berfungsi
sebagai suatu pengantar dalam pendidikan. Saat ini yang disayangkan adalah penggunaan bahasa
yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan ejaan yang benar. Seharusnya setiap sekolah memiliki
seorang ahli bahasa yang profesional yang bertugas memberikan pemahaman dan penjelasan
mengenai penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa menjadi sebuah identitas dari setiap
individu ataupun suatu lembaga karena bahasa sangat berpengaruh dalam pendidikan dan
pergaulan.
C.  HARAPAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional, yang artinya sebagai bahasa persatuan yang
digunakan oleh semua warga negara untuk dapat berkomunikasi secara nasional. Bahasa
Indonesia berpengaruh terhadap pendidikan di sekolah, untuk itu, perlu adanya perubahan yang
signifikan dalam upaya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar proses
pembelajaran/pendidikan dapat tercapai.

DAFTAR RUJUKAN

Fajar, Marheni. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2009.
Liliweri, Alo. Kmunikasi Verbal dan Nonverbal. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1994.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2010.
http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-
menurut-para-ahli/ Diakses pada tanggal 28/10/2011, 09:51 WIB
http://staff.undip.ac.id/sastra/mujid/2009/02/26/bahasa-indonesia-bahasa-pengantar-dunia-
1pendidikan/ diakses pada tanggal 21/10/2011, 11:32 WIB
http://puja.blog.uns.ac.id/2009/05/27/pengaruh-bahasa-pergaulan-terhadap-pendidikan-formal-
di-sekolah/ diakses pada tgl 21/10/2011, 11:00 WIB

[1] http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/ Diaks
es pada tanggal 28/10/2011, 09:51 WIB
[2] Marheni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
hlm: 111
[3] Ibid. hlm: 111
[4] http://staff.undip.ac.id/sastra/mujid/2009/02/26/bahasa-indonesia-bahasa-pengantar-dunia-1pendidikan/ diakses
pada tanggal 21/10/2011, 11:32 WIB
[5] Marheni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
hlm: 112
[6] Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm: 267
[7] Alo Liliweri, Komunikasi Verbal dan Nonverbal, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994),
hlm: 42-43
[8] Ibid, hlm: 43
[9] Ibid, hlm: 45
[10] Alo Liliweri, Komunikasi Verbal dan Nonverbal, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
1994), hlm: 42-43
[11] http://puja.blog.uns.ac.id/2009/05/27/pengaruh-bahasa-pergaulan-terhadap-pendidikan-formal-di-sekolah/ diakse
s pada tgl 21/10/2011, 11:00 WIB

[12] http://puja.blog.uns.ac.id/2009/05/27/pengaruh-bahasa-pergaulan-terhadap-pendidikan-formal-di-sekolah/ diaks
es pada tgl 21/10/2011, 11:00 WIB

[13] http://puja.blog.uns.ac.id/2009/05/27/pengaruh-bahasa-pergaulan-terhadap-pendidikan-formal-di-sekolah/ diaks
es pada tgl 21/10/2011, 11:00 WIB
[14] http://staff.undip.ac.id/sastra/mujid/2009/02/26/bahasa-indonesia-bahasa-pengantar-dunia-1pendidikan/ diakses
pd tgl 21/10/2011, 11:32 WIB

[15] http://staff.undip.ac.id/sastra/mujid/2009/02/26/bahasa-indonesia-bahasa-pengantar-dunia-1pendidikan/ diakses
pd tgl 21/10/2011, 11:32 WIB
Diposkan oleh Lia Hanifa di 1/11/2012 08:41:00 am 

Anda mungkin juga menyukai