Anda di halaman 1dari 13

FATOFISIOLOGI

“Gangguan Metabolisme Akibat Infeksi Penyakit

Salmonella & Hemaphilus”

Disusun Oleh :
Hidayatullah (2220273097)

Dosen Pembimbing :
Nurhamidah, SKM. M.Biomed

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


PROGRAM STUDI S1 GIZI JALUR B PERINTIS PADANG
2022/2023
BAB 1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Salmonella

Salmonella adalah bakteri gram negatif dan terdiri dari famili Enterobacteriacea.
Salmonella merupakan bakteri patogenik enterik dan penyebab utama penyakit bawaan dari
makanan (foodborne disease). Antigen salmonella terdiri dari tiga yakni antigen terluar O,
flagella H dan kapsul Vi (virulensi). Terdapat lebih dari 2500 serotipe salmonella yang dapat
menginfeksi manusia. Namun serotipe yang sering menjadi penyebab utama infeksi pada
manusia adalah Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C,
Salmonella cholerasius, Salmonella typhi (Kuswiyanto, 2017).
Spesies Salmonella dapat dibagi kepada dua yakni spesies typhoidal dan non typhoidal.
Bagi kelompok typhoidal bisa menyebabkan demam tifoid dan untuk spesies non typhoidal
bisa menyebabkan diare atau disebut enterokolitis. Spesies typhoidal adalah bakteri
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi dan bakteri Salmonella enteriditis.
Salmonellosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella pada saluran usus.
Penyakit Salmonellosis ini merupakan penyakit yang umum terjadi. Penyakit ini dapat
menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella. Penyakit ini
sangat terkait dengan kondisi higienitas perorangan dan lingkungan.
Organisme ini bisa kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil. Hilangnya antigen O
dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus menjadi kasar. Antigen Vi juga
dapat hilang sebagian atau seluruhnya. Antigen ini dapat diperoleh atau hilang pada proses
transduksi (Brooks, 2005).

B. Morfologi

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang pertumbuhannya anaerob


fakultatif. Berukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm. Salmonella
mempunyai flagela peritrika yang dapat memberikan sifat motil pada salmonella tersebut.
Flagela mengandung protein yang disebut flagellin yang memberi signal bahaya kepada
sistem kekebalan tubuh. Salmonella adalah organisme yang mudah tumbuh pada medium
sederhana, namun hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa dan sukrosa. (Kuswiyanto,
2017).
Taksonomi Salmonella sp (Kuswiyanto, 2017), kingdom Bacteria, divisi Proteobacteria,
kelas Gamma proteobacteria, ordo Enterobacteriales, famili Enterobacteriaceae, genus
Salmonella, spesies Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyhphi B,
Salmonella choleraesius, Salmonella enteriditis.
Demam tifoid ini disebabkan oleh infeksi bakteri S. typhi yang merupakan bakteri gram
negatif, motil dan tidak menghasilkan spora. Bakteri ini dapat hidup pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70ºC ataupun oleh
antiseptik.

S. typhi mempunyai 3 macam antigen yaitu (Kuswiyanto, 2017) :

 Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatik. Serupa dengan antigen O pada kuman
Enterobacteriaceae lainnya. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100ºC, alkohol, dan
asam. Antibodi yang dibentuk terutama adalah IgM.
 Antigen H = Hauch, terdapat pada flagela dan bersifat termolabil. Antigen H rusak
pada pemanasan di atas 60ºC, alkohol, dan asam. Antibodi yang dibentuk bersifat IgG.
 Antigen Vi = Kapsul = Merupakan polimer dari polisakarida yang bersifat asam,
terdapat pada bagian paling luar badan kuman. Antigen ini dapat rusak dengan
pemanasan 60ºC selama 1 jam, juga pada penambahan fenol dan asam. Kuman yang
mempunyai antigen Vi ternyata lebih virulen, baik terhadap binatang maupun manusia.
Antigen Vi juga menentukan kepekaan kuman terhadap bakteriofaga.

C. Gejala
Orang yang terinfeksi oleh bakteri Salmonella dapat mengalami gejala-gejala, antara
lain: 

 Diare

 Mual dan muntah

 Demam dan menggigil

 Keram perut

 Sakit kepala
 Terdapat darah dalam tinja.

 Lemah dan lelah

 Nyeri otot

 Hilang nafsu makan

D. Tanda Umum
 Diare,
 Demam
 Kram perut dalam waktu delapan sampai 72 jam

E. Etiologi

Salmonellosis disebabkan oleh bakteri Salmonella. Salmonellosis terjadi karena bakteri


Salmonella yang terdapat pada makan makanan dan minuman yang tercemar masuk kedalam
saluran cerna dan menginfeksi usus sehingga menyebabkan berbagai gejala-gejala terkait
pencernaan.

a. Masa inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.
Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, seperti gejala influenza,
berupa : anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor, dan nyeri
perut. (Parry et al, 2002).

b. Minggu pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu
setinggi 39ºC hingga 40ºC, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual , muntah,
batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tidak enak, sedangkan diare
dan sembelit dapat terjadi bergantian. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi.
Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
beradang. Jika penderita 12 ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam
dengan 19 gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam
kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi
dan tidak merata, bercakbercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan
sempurna (Brusch, 2011). Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu
berupa makula merah tua ukuran 1-5 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit
perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan (Soedarmo et al,
2010).

c. Minggu kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu,
pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi/demam
(Kemenkes, 2006).

d. Minggu ketiga

Pada minggu ketiga, demam semakin memberat dan terjadi anoreksia dengan
pengurangan berat badan yang signifikan. Konjungtiva terinfeksi, dan pasien mengalami
takipnu dengan suara crakcles di basis paru. Jarang terjadi distensi abdominal. Beberapa
individu mungkin akan jatuh pada fase toksik yang ditandai dengan apatis, bingung, dan
bahkan psikosis. Nekrosis pada Peyer’s patch mungkin dapat menyebabkan perforasi saluran
cerna dan peritonitis (Kemenkes, 2006).

e. Minggu keempat

Pada minggu ke empat demam turun perlahan secara lisis, kecuali jika fokus infeksi
terjasi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam akan menetap (Soedarmo et al,
2010). Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu
yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan
gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang
tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps (Supriyono, 2011).
F. Patogenesis

Mekanisme patogenesis demam tifoid yaitu bakteri menginvasi kedalam saluran intestinal
manusia kemudian menembus mukosa usus namun tidak menimbulkan lesi dan berhenti di
nodus limfe mesenterika. Dinodus limfe mesenterika bakteri menetap dan melakukan
pembelahan diri. Selain itu, bakteri mengeluarkan LPS yang merupakan endotoksin ke aliran
darah. Endotoksin yang ada di aliran darah di fagositosis oleh makrofag, hal tersebut
membuat pelepasan sitokin meningkat seperti IL-1, IL-6, dan TNF α yang akan
mempengaruhi hipotalamus yang akan menimbulkan demam (Yuswananda, 2015). Setelah
berkembang biak pada nodus limfe, bakteri juga berkembang biak pada nodus limfe, bakteri
juga berkembang biak di organ lain seperti hepar. Di hepar bakteri masuk kedalam kandung
empedu kemudian berkembang biak dan bersama cairan empedu di ekskresikan secara
intermiten kedalam usus. Pada plak peyer juga terjadi hiperplasia yang diakibatkan oleh
hiperaktifnya makrofag. Masa inkubasinya adalah selama 10-14 hari, setelah masa inkubasi
muncul gejala seperti demam yang berkisar 39-41ºC yang khas terjadi demam tinggi pada
sore hingga malam hari, malaise, sakit kepala, sembelit, dan mialgi (Yuswananda, 2015).

G. Epidemiologi
Beberapa ciri Salmonella antara lain :
a. Batang gram negative
b. Terdapat tunggal
c. Tidak berkapsul
d. Tidak membentuk spora
e. Peritrikus
f. Aerobik
g. Anaerobik fakultatif
h. Patogenik
i. Menyebabkan Gastroenteritis
Menurut reaksi biokimiawinya, salmonella dapat diklasifikasikan menjadi tiga
spesies, yaitu :
1. Salmonella Typhi
2. Salmonella Choleraesuis
3. Salmonella Enteriditis.
H. Diagnosa Medis
a. Seperti mendiagnosis penyakit pada umumnya, dokter akan mengawali proses
diagnosis dengan wawancara medis.
b. Di sini dokter akan bertanya seputar gejala yang dialami pasien atau makanan dan
minuman yang telah dikonsumsi dalam waktu dekat. 
c. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.
d. Jika dokter mencurigai adanya gejala infeksi Salmonella, maka dokter akan
melakukan pemeriksaan penunjang. Tujuannya untuk membantu menegakkan
diagnosis Salmonellosis. 
e. Pemeriksaan penunjang ini bisa berupa menyelisik atau menyelidiki tinja pasien
lewat pemeriksaan laboratorium.
f. Jika dokter mencurigai infeksi Salmonella dalam aliran darah pasien, maka ia
mungkin menyarankan untuk menguji sampel darah.
g. Selain kedua pemeriksaan di atas, ada pula pemeriksaan serologis. Tujuannya
untuk memeriksa antigen dalam darah terhadap kuman Salmonella.

I. Penatalaksanaan

Istirahat dan Perawatan

Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring


dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan
BAB/BAK. Posisi 23 pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik
serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

Diet dan Terapi Penunjang

Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat, yaitu berupa:

a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus, dan
diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari
komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar
meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.

b. Cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
c. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan
dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak
mengalami mual lagi.

Pemberian Antimikroba

Pada demam tifoid, obat pilihan yang digunakan dibagi menjadi lini pertama dan lini
kedua. Kloramfenikol, kotrimosazol, dan amoksisilin/ampisilin adalah obat demam tifoid lini
pertama. Lini kedua adalah kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak dibawah 18 tahun),
sefiksim, dan seftriakson. Kloramfenikol dengan dosis 4 x 24 500 mg per hari dapat diberikan
secara oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Kloramfenikol
bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman salmonella, menghambat pertumbuhannya
dengan menghambat sintesis protein. Sementara kerugian penggunaan kloramfenikol adalah
angka kekambuhan yang tinggi (5-7%), penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali
menyebabkan timbulnya karier. Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid
sama dengan kloramfenikol yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata-rata menurun pada hari ke-5
sampai ke-6.
Komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol. Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk
menurunkan demam lebih rendah dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150
mg/kgBB selama 2 minggu. Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMPSMZ) dapat digunakan
secara oral atau intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800 mg SMZ dua
kali tiap hari pada dewasa. Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu seftriakson dengan dosis 3-4
gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama
3-5 hari. Golongan Flurokuinolon (norfloksasin, siprofloksasin). Secara relatif obat – obatan
golongan ini tidak mahal, dapat ditoleransi dengan baik, dan lebih efektif dibandingkan obat
– obatan lini pertama sebelumnya (kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin dan trimethoprim-
sulfamethoxazole). Flurokuinolon memiliki kemampuan untuk menembus jaringan yang
baik, sehingga mampu membunuh S.thypi yang berada dalam stadium statis dalam
monosit/makrofag dan dapat mencapai level 25 obat yang lebih tinggi dalam kantung empedu
dibanding dengan obat yang lain. Obat golongan ini mampu memberikan respon terapeutik
yang cepat, seperti menurunkan keluhan panas dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari.
Penggunaan obat golongan flurokuinolon juga dapat menurunkan kemungkinan kejadian
karier pasca pengobatan.
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan tertentu seperti toksik
tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik. Pada wanita hamil, kloramfenikol tidak
dianjurkan pada trimester ke-3 karena menyebabkan partus prematur, kematian fetus
intrauterin, dan grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester
pertama karena memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin,
amoksisilin, dan seftriakson (Santoso, 2009).
PENYAKIT HEMAPHILUS

A. Pengertian

Haemaphilus influenza adalah bakteri kokobasil gram negative yang pleomorfik, yang
dapat menyebabkan infeksi yang berat, kecacatan seumur hidup atau kematian penderita.
Bakteri ini terutama menyerang bayi dan anak berumur dibawah lima tahun (balita) dan
orang lanjut usia diatas 65 tahun. Penyakit Hib disebabkan oleh infeksi dengan bakteri
Haemophilus influenzae tipe b. Infeksi dapat mengakibatkan :

a. infeksi telinga
b. infeksi pada aliran darah
c. Pneumonia (infeksi paru-paru)
d. Meningitis (infeksi selaput keliling otak dan saraf punggung)
e. Epiglotitis (bengkak parah epiglotis di belakang tenggorok)
f. Osteomielitis (infeksi tulang dan sendi)
g. Selulitis (infeksi jaringan di bawah kulit, biasanya pada muka)

Penyakit-penyakit ini dapat terjadi dengan cepat, dan meningitis serta epiglotitis
adakalanya membawa maut (kuman lain juga dapat mengakibatkan penyakit-penyakit ini).
Ada jenis bakteri H. influenzae yang lain (selain tipe b, tetapi tidak dikaitkan dengan wabah).
Infeksi Hib kini agak jarang. Sebelum vaksinasi Hib mulai, penyakit Hib merupakan
penyebab utama meningitis di kalangan anak-anak di bawah usia lima tahun.
Penularan terjadi melalui paparan langsung dengan titik cairan pernafasan dari
nasofaring dari penderita atau carier. Haemophilus influenza ada yang berkapsul dan tidak
berkapsul, dan 6 Type (a-f) yang bebeda Polisakarida. tetapi yang sering menyebabkan
penyakit pada manusia adalah Haemaphilus type b atau Hib.
Jika bakteri menyerang bagian tubuh yang bebas mikroorganisme/steril seperti cairan
spinal dan darah, keadaan ini disebut penyakit invasive yang merupakan penyakir berat dan
dapat menyebabkan kematian.
Jenis penyakit invasive Hib yang sering terjadi adalah pneumonia, bakterimia,
meningitis, epiglottitis, arthritis infektif, dan selulitis pada kulit. Penyakit-penyakit ini dapat
terjadi dengan cepat, dan meningitis serta epiglotitis adakalanya membawa maut (kuman lain
juga dapat mengakibatkan penyakit-penyakit ini). Ada jenis bakteri H. influenzae yang lain
(selain tipe b, tetapi tidak dikaitkan dengan wabah). Infeksi Hib kini agak jarang. Sebelum
vaksinasi Hib mulai, penyakit Hib merupakan penyebab utama meningitis di kalangan anak-
anak di bawah usia lima tahun.

B. Tanda/ Gejala

Gejala bergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi.

1. Meningitis – demam, sakit kepala, kekejangan leher, mual, muntah dan


mengantuk
2. Pneumonia – sesak napas, demam, kurang berdaya, hilang nafsu makan, sakit
kepala, sakit dada dan batuk.
3. Epiglotitis – sulit bernapas dan menelan, pucat dan demam
4. Ostemielitis – bengkak, radang dan sakit pada tulang yang terinfeksi.

C. Etiologi
Bakteria Hib dapat hidup tanpa berbahaya dalam tenggorok orang sehat. Bakteri ini
ditularkan melalui kontak dengan tetesan dari hidung atau tenggorok orang yang
terinfeksi, di tempat seperti di rumah. Seseorang tidak harus menderita gejala untuk
menularkan bakteri ini.
Orang yang paling menghadapi risiko infeksi termasuk:
1. Anak-anak di bawah usia lima tahun
2. Anak-anak Aborijin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres
3. Orang yang menderita penyakit medis lain seperti penyakit sel sabit, HIV/AIDS,
limpa yang tidak berfungsi, transplantat sumsum tulang atau sedang dirawat
karena kanker.

D. Pencegahan
Empat dosis vaksin Hib direkomendasikan di NSW untuk semua bayi yang berusia dua,
empat, enam dan dua belas bulan.

E. Diagnosis Medis
Dokter dapat mendiagnosis penyakit Hib dari gejala Anda, pemeriksaan dan melakukan
beberapa tes, yang mungkin termasuk mengambil sampel darah untuk mendeteksi bakteri
di bagian tubuh Anda yang terinfeksi (mis. darah atau cairan otak).
F. Pengobatan
Perawatan melibatkan antibiotik, obat untuk mengurangi demam dan rasa sakit (seperti
parasetamol) dan cairan untuk mencegah dehidrasi.

G. Kesimpulan
Rumah sakit dan laboratorium harus melaporkan kasus penyakit Hib kepada Unit
Kesehatan Umum setempat secara rahasia. Staf Unit Kesehatan Umum akan bekerja sama
dengan dokter, pasien atau keluarga pasien untuk menentukan kontak dekat yang
menghadapi risiko infeksi dan mengatur agar orang yang menghadapi risiko menerima
informasi tentang penyakit ini, dan antibiotik khusus seperlunya.

DAFTAR PUSTAKA

 JURNAL KESEHATAN, KEANEKARAGAMAN GENETIK Salmonella typhi


Darmawati, S.' Analis Kesehatan FIKKES UNIMUS
 Simanjuntak, C. 1993. Demam TYPoid. Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.
Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 3:52'53
 Punjabi, N.H. 2004. Demam Tifoid dan Imunisasi Terhadap Penyakit ini. U.S.
NAMRU-2, Jakarta. http://www.papdi. Or.id/Imunisasi/demam typhoid dan imunisasi
terh.htrn

Anda mungkin juga menyukai