“MODAL SAHAM”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
KELAS C
BADUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Modal Saham”.
Penulisan tugas makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas dalam perkuliahan
mata kuliah Akuntansi Keuangan II. Kami menyadari bahwa, tugas karya ilmiah ini tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh
rasa hormat, melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penyelesaian tugas karya ilmiah ini. Salah satunya adalah Dra. Ni Ketut Masih,
MM selaku Dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan II Politeknik Negeri Bali.
Kami menyadari bahwa tugas karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca guna
menyempurnakan tulisan ini. Semoga tugas karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan modal asing terutama hutang jangka panjang, akan merubah struktur modal
suatu perusahaan. Struktur modal dapat didefinisikan sebagai pembelanjaan permanen dimana
menceminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Gallager,
2003). Untuk memaksimalkan kekayaan share holders, manajer keuangan harus dapat menilai
struktur modal perusahaan dan memahami hubungannya dengan resiko dan pengembalian yang
diharapkan perusahaan.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatka n trade off antara resiko dan tingkat
pengembalian. Penambahan hutang memperbesar resiko perusahaan tetapi sekaligus juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (Bringham dan Houston, 2001).
Resiko yang makin tinggi akibat meningkatnya hutang cenderung menurunkan harga
saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikan harga saham
tersebut. Struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian
sehingga memaksimalkan harga saham disebut dengan struktur modal optimal (Bringham dan
Houston, 2001).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal,
yang pertama adalah resiko bisnis perusahaan apabila menggunakan hutang. Tingkat hutang
yang relatif tinggi akan menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga, sehingga akan
meningkatkan resiko bisnis perusahaan. Kedua, pajak perusahaan dimana alasan utama untuk
menggunakan hutang adalah karena biaya bunga dapat mengurangi perhitungan pajak
(deductible) sehingga menurunkan biaya pajak yang sesungguhnya. Ketiga, fleksibilitas
keuangan atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal
dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Modal yang mantap diperlukan untuk mendukung
kestabilan kegiatan operasi perusahaan.
Pada prinsipnya, manajemen perusahaan menuntut agar dalam memperoleh maupun
mengalokasikan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Efisiensi
penggunaan dana berarti bahwa setiap dana yang tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan
seefisien mungkin sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas
yang maksimal. Sedangkan efektivitas dalam penggunaan dana perusahaan adalah bahwa
manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahan dapat memperoleh dana yang diperlukan
dengan biaya minimal dan syarat yang paling menguntungkan.
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan.
Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham. Penggunaan hutang
diharapkan mampu menambah tingkat pengembalian perusahaan sehingga pada akhirnya mampu
meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Pada titik tertentu peningkatan hutang akan
menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil
daripada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan lebih suka perusahaan
menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikan nilai perusahaan. Agar harapan
pemilik dapat tercapai, perilaku manajer dan komisaris harus dapat dikendalikan melalui
keikutsertaan dalam pemilikan saham perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan sebagai berikut:
8. Untuk memahami perhitungan dan pencatatan modal saham dengan membeli perusahaan
10. Untuk memahami bagaiamana Perhitungan dan Pencatatan Perubahan Nilai Nominal
(Rekapitalisasi) serta Pemecahan Saham (Stock Split-Ups)
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan untuk
menentukan kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal sehingga dapat menghasilkan
struktur modal optimal yang pada akhirnya mampu memaksimalkan nilai perusahaan.
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan informasi mengenai pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan.
3. Bagi investor.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi
secara tepat
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Modal Saham Modal Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat berharga tersebut.
1. Sapto Raharjo
Sapto Raharjo menjelaskan bahwa pengertian saham adalah sebuah surat berharga
yang berisi bukti kepemilikan ataupun penyertaan dari seorang atau instansi perusahaan.
2. Swadidji Widoatmodjo
3. Nofie Iman
Nofie Iman berpendapat bahwa pengertian saham adalah surat berharga yang
didalamnya mampu memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun memiliki risiko
yang juga tinggi.
Kedua ahli ekonomi diatas menerangkan bahwa pengertian saham adalah surat bukti
atau tanda bukti kepemilikan individu atau instansi pada suatu perusahaan perseroan
terbatas. Saham tersebut memiliki bentuk lembaran surat berharga yang berisi bahwa
pemilik dari surat berharga tersebut adalah pemilik perusahaan yang mengeluarkan surat
berharga.
Jika diperhatikan berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih dan juga klaimnya, maka
saham bisa dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu:
1) Saham Biasa
Pengertian saham biasa atau common stocks adalah suatu saham yang bisa diklaim
berdasarkan dari keuntungan dan kerugian yang ada pada suatu perusahaan. Apabila prosedur
likuidasi dilakukan, maka para pemegang saham biasa akan memiliki prioritas terakhir dalam
hal pembagian dividen dari penjualan aset suatu perusahaan.
Dalam suatu saham biasa, maka para pemegang saham memiliki kewajiban yang sifatnya
terbatas. Artinya, saat perusahaan yang didanainya tersebut dinyatakan bangkrut, maka nilai
kerugian yang ditanggung oleh para pemegang saham adalah sebesar nilai modal yang sudah
disetorkannya.
a) Setiap pemegang saham mempunyai hak suara yang sama dalam hal memilih dewan
komisaris.
b) Setiap hak pemegang saham akan diprioritaskan saat perusahaan akan mengeluarkan
saham baru.
c) Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab yang sifatnya terbatas, yakin sebesar
nilai saham yang sudah disetorkannya.
Pengertian saham preferen atau preferred stock suatu saham yang mana nilai pembagian
labanya tergolong tetap, dan saat perusahaan menderita kerugian, maka para pemegang
saham preferen tersebut akan diberikan prioritas utama dalam hal pembagian hasil penjualan
aset perusahaan.
Saham preferen ini mungkin akan terlihat sama dengan obligasi, yang mana adanya klaim
terhadap laba serta aktiva sebelumnya, dividen yang tetap selama saham masih berlaku,
mempunyai hak tebus, dan juga bisa ditukarkan dengan saham yang biasa.
a) Memiliki beberapa tingkatan yang bisa diterbitkan dengan bentuk karakteristik yang juga
berbeda.
b) Adanya tagihan atas suatu pendapatan dan aktiva, serta memiliki prioritas yang tinggi
dalam hal pembagian nilai dividen.
c) Saham preferen juga bisa ditukarkan dengan saham biasanya dengan adanya kesepakatan
yang terjalin antara perusahaan dengan pemilik saham.
Pengertian saham blue chip atau blue chip stocks adalah suatu perusahaan besar yang sudah
dipercaya di kalangan para pebisnis lain. Saham ini cenderung memiliki harga perlembar
yang lebih tinggi namun nilainya lebih stabil
2. Income Stocks
Pengertian saham pendapatan atau Income stocks adalah jenis saham yang mampu
memberikan dividen yang besar, namun tetap diiringi dengan risiko yang besar juga.
Sehingga, diperlukan strategi yang ampuh dalam mengelola jenis saham ini.
3. Growth Stocks
Pengertian saham berkembang atau growth stocks adalah saham yang mempunyai tingkat
perkembangan yang lebih cepat daripada jenis sahal lain yang sama di bidangnya. Dalam
kurun waktu satu hari, jenis saham ini bisa meningkat atau menurun beberapa kali.
4. Speculative Stocks
Pengertian saham spekulatif atau speculative stocks adalah jenis saham yang biasa atau
sering diperjualbelikan di bursa efek karena didalamnya terkandung potensi dividen yang
besar di masa depan.
5. Cyclical Stocks
Pengertian saham cyclical atau cyclical stocks adalah jenis saham yang sangat rentan terkena
tren ekonomi. Saham ini bersifat fluktuatif, dan fluktuasi di dalamnya tergolong sangat cepat.
Jenis saham ini adalah jenis saham yang berasal dari perusahaan kecil, namun lebih tahan
banting, karena cenderung tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi yang naik turun,
terlebih lagi dengan adanya resesi.
7. Defensive Stocks
Defensive stocks adalah jenis saham yang tidak terpengaruh dengan adanya kondisi resesi.
Umumnya, saham ini berasal dari perusahaan yang bergerak pada industri harian manusia
yang daya belinya cenderung stabil di setiap harinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat dua keuntungan yang bisa didapatkan oleh investor
yang melakukan investasi saham, yakni:
1. Capital Gain, adalah profit yang didapatkan dari adanya selisih harga jual saham
yang lebih tinggi daripada harga belinya. Setiap investor saham nantinya akan
memperoleh keuntungan sesuai dengan besaran nilai saham yang sudah
disetorkannya.
2. Dividen, adalah nilai keuntungan yang didapatkan dari hasil pembagian dividen
tunai dari suatu emiten. Dividen adalah pendapatan tambahan yang bisa diraih
oleh investor jika mereka membeli saham dari emiten yang memiliki performa
pendapatan yang bagus.
3. Risiko Investasi Saham
Investasi saham memang memiliki keuntungan yang besar, namun risiko di dalamnya pun
juga cukup besar. Berikut ini adalah beberapa risiko yang harus siap kita hadapi jika
melakukan investasi saham:
1. Risiko Likuidasi
Risiko ini bisa saja terjadi ketika emiten tersebut bangkrut atau likuidasi para pemilik saham
mempunyai hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan sesudah kewajiban dari emiten
tersebut terbayar. Bahkan para pemilik saham pun beresiko tidak memperoleh apapun saat
aktiva tidak tersisa setelah pihak emiten membayar kewajibannya.
Risiko ini bisa saja terjadi saat pihak emiten lebih memiliki keuntungan yang didapat
perusahaan digunakan untuk menambah modal operasi, atau melakukan ekspansi bisnis,
sehingga emiten tersebut tidak membagikan keuntungannya berupa dividen kepada pemilik
saham.
Risiko ini juga bisa saja terjadi saat harga beli saham ternyata lebih besar daripada harga
jualnya, sehingga para pemilik saham akan kehilangan nilai modalnya.
Sedernanya, pemilik modal sama dengan pemilik perusahaan. Jadi, ketika perusahaan itu
untung, makan keuntungan tersebut juga akan bisa dirasakan oleh pemilik perusahaan Profit
yang didapatkan dari perusahaan saat performanya ternyata bagus nantinya akan disisakan
untuk pemegang saham.
Capital gain
Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari perkembangan nilai aset dan modal.
Contoh sederhananya, katakanlah saham itu adalah sertifikat tanah dan tanah itu sendiri
adalah perusahaan. Sewaktu-waktu, harga tanah tersebut ternyata meningkat dan Anda
menjual tanah tersebut. selisih harga beli dan harga jual dari tanah tersebutlah yang kita sebut
dengan capital gain.
Dividen
Dividen adalah laba yang didapatkan dari performa emiten. Mari kita kembali pada contoh
kasus di atas. Katakanlah tanah tersebut kita jadikan sebagai lokasi parkir, maka pemasukan
dari sewa parkir tersebut sebagiannya akan masuk ke kantong saku kita , dan sebagian
lainnya bisa kita bagikan pada keluarga kita.
Metode biaya perolehan investasi dalam saham artinya perusahaan mencatat pengeluaran
pembelian saham sebesar biaya perolehan dan menerima pendapatan ketika terjadi
pembagian dividen. Contoh soal dan metode pencatatan investasi dalam saham terdiri
dari metode ekuitas dan metode biaya perolehan sebagai berikut:
3. Pembayaran yang telah diterima dari pemesan dikembalikan setelah dikurangi dengan
rugi penjualan kembali saham yang batal dipesan.
Misal:
Perusahaan menerima pesanan saham sebanyak 250 lembar dengan nilai nominal Rp
10.000,- per lembar dan harga jual Rp 12.500,- per lembor
Dari pesanan tersebut, pemesan telah menyetorkan uang muka sebesar 30 %, dan sisanya
akan dilunasi satu bulan kemudian
Pada saat jatuh tempo pelunasan pesanan saham, ternyata pemesan tidak dapat
melunasinya Saham yang batal dipesan dapat dijual dengan harga @ Rp 12.250,
Berdasarkan keempat alternatif di atas, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
E. Pencatatan Saham Secara Lump Sum
Umumnya, perseroan menjual kelompok saham yang terpisah satu sama lain sehingga
hasil relatif untuk setiap kelompok, dan bahkan relatif untuk setiap lot, dapat diketahui. Dua
atau lebih kelompok sekuritas diterbitkan untuk suatu pembayaran tunggal atau sekaligus
(lump sum). Sebagai contoh, sudah menjadi hal yang umum bahwa sekuritas diterbitkan
lebih dari satu jenis atau kelompok pada saat mengakuisisi perusahaan lain.
a. Metode Proporsional. Jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik untuk
menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang
diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional,
yaitu, rasio masing-masing terhadap total. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham biasa
dengan nilai ditetapkan Rp90.000 yang memiliki harga pasar Rp180.000 per saham dan
1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari Rp90.000 yang memiliki harga pasar
Rp108.000 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar Rp270.000, maka
alokasi Rp270.000 ke dalam dua kelompok itu adalah sebagai berikut:
Dialokasikan ke saham
preferen: = Rp101.250.000
b. Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat
ditentukan, maka metode inkremental dapat dipergunakan sebagai dasar untuk kelompok-
kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum dialokasikan ke kelompok di
mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham biasa dengan
nilai ditetapkan Rp171.000 memiliki nilai pasar Rp180.000 dan 1.000 lembar saham
preferen dengan nilai pari Rp90.000 yang tidak memiliki harga pasar ditetapkan
diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar Rp270.000.000, maka alokasi dari
Rp270.000.000 itu untuk kedua kelompok adalah sebagai berikut:
Penerimaan lump sum Rp270.000.000
Dialokasikan ke saham biasa (1.000 x Rp180.000) Rp180.000.000
Saldo yang dialokasikan ke saham preferen Rp 90.000.000
Saham bonus adalah pemberian saham oleh emiten kepada para investor dan pemilik modal
tanpa syarat. Jumlah saham bonus yang diberikan ditentukan berdasarkan jumlah atau total
yang dimiliki oleh para investor sebelumnya.
Saham Bonus dari dividen saham artinya adalah pemberian saham bonus yang diambil dari
laba perusahaan. Sebagian laba tersebut ditahan yang dijadikan sebagai belanja modal atau
Capex dan sisa lainnya dibagikan dalam bentuk dividen namun bukan uang melainkan
saham.
Saham Bonus bukan dari saham artinya saham bonus yang dibagikan bukan berasal dari
saldo laba perusahaan namun dari sumber lainnya yang berupa agio saham atau unsur
lainnya. Agio saham itu sendiri adalah selisih lebih setoran pemegang saham diatas nilai
nominalnya dalam hal saham dikeluarkan dengan nilai nominal.
G. Perhitungan dan Pencatatan Pertukaran Saham dengan Aset dan Perubahan Modal
Saham
Kadang-kadang modal saham dikeluarkan dengan menerima aktiva (selain kas). Dalam
keadaan seperti ini besarnya jumlah yang akan dicatat dalam rekening modal dan rekening
aktiva didasarkan pada yang lebih mudah ditentukan dari:
50 PSAK No. 21 paragraf 13 (f) menyatakan bahwa saham dicatat berdasarkan nilai wajar aktiva
bukan kas yang diterima (butir b). Apabila kedua dasar penilaian di atas tidak dapat ditentukan,
biasanya dilakukan penilaian terhadap aktiva yang diterima. Apabila modal saham dan aktiva
yang diterima dicatat terlalu besar maka modal saham itu disebut “watered”. Tetapi jika dicatat
terlalu kecil maka neraca yang disusun mengandung “cadangan rahasia”.
Contoh: PT ANUGRAH menerbitkan 100.000 lembar saham nominal Rp 2.000 per lembar dan
ditukar dengan sebuah gedung. Harga pasar gedung diketahui sebesar Rp 250.000.000 ,
perhitungan dan jurnal yang dibuat adalah:
Perhitungan:
Gedung = Rp 250.000.000
Nominal Rp 2.000 x 100.000 lembar = Rp 200.000.000 –
Agio = Rp 50.000.000
Jurnal:
Gedung Rp 250.000.000
Modal saham Rp 200.000.000
Agio saham Rp 50.000.000
Contoh penjualan saham dengan pertukaran (konversi) melalui harta (assets):
Pada Tanggal 1 January 2006 dikeluarkan saham sebanyak 10.000 lembar saham, dengan nilai
nominal @ Rp 11.000,00 dan kemudian ditukar dengan tanah dimana harga pasar saham sebesar
Rp 15.000,00
Jawab:
Perhitungan:
Nominal pokok tanah terhadap saham = 10.000 lembar x 15000 =Rp 150.000.000
Nominal 11.000 x 1000 lembar =Rp 110.000.000 -
Agio atau premi saham = Rp 40.000.000
Dari jurnal diatas, diperoleh besarnya saham Rp 110.000.000, yang ditukar dengan tanah seharga
150.000.000 dari pertukaran tersebut diperoleh premi atau keuntungan dari pertukaran saham
biasa Rp 40.000,00.
H. Perhitungan dan Pencatatan Modal Saham dengan Membeli Perusahaan
Firma Ganendra dan Ananta yang beranggotakan Ganendra dan Ananta membagi laba dengan
perbandingan 2:3. Pada tanggal 20 Oktober 2013, mereka merubah bentuk perusahaannya
menjadi PT. Neraca Firma G&A pada tanggal 3 Maret 2013 sebagai berikut:
Firma G&A
Neraca
Per 3 Maret 2013
(dalam Rp)
PT yang baru diberi nama PT WGAH dengan modal saham biasa sebanyak 300.000
lembar dengan nominal Rp 10.000. Semua aktiva Firma G&A (kecuali kas) disrahkan kepada PT
WGAH dan semua utang Firma G&A akan dilunasi oleh PT WGAH. Firma G&A menerima
150.000 lembar saham dari PT WGAH untuk penukaran perusahaannya. Sisa saham yang ada
dijual dengan harga Rp 10.000 per lembar.
Dalam perubahan bentuk perusahaan ini, oleh PT WGAH diadakan beberapa
penyesuaian terhadap catatan Firma G&A sebagai berikut:
1. CadangankerugianpiutangdinaikkanmenjadiRp20.000.000.
2. BarangdagangandinilaisebesarRp255.000.000(berdasarkanhargabeli pada tanggal
3 Maret 2013).
3. Aktiva tetap dinilai kembali menjadi Rp 1.500.000.000 dan akumulasi depresiasi
sebesar Rp 400.000.000
Saham yang diterima oleh Firma G&A dibagikan untuk Ganendra sebanyak 50.000 lembar dan
untuk Ananta sebanyak 100.000 lembar. Sisa uang dibagikan kepada Ganendra dan ananta sesuai
dengan sisa modal masing- masing.
1. Jika buku perusahaan lama di lanjutkan sebagai buku perusahaan baru.
Perubahan terhadap nilai aktiva dicatat langsung ke rekening modal anggota kemudian
rekening modal anggota ditutup dan rekening modal saham dikredit. Sesudah itu transaksi-
transaksi yang berhubungan dengan PT WGAH akan dicatat dalam buku-buku tersebut.
Jurnal-jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Transaksi Jurnal (dlm Rp)
Mencatat perubahan-perubahan terhadap aktiva Persediaan barang 55.000.000
selisihnya sebesar Rp 550.000.000 dikreditkan ke Aktiva tetap 700.000.000
rekening modal A&Z dengan perbandingan 2:3 CKP 20.000.000
Akm depresiasi 200.000.000
Modal G 220.000.000
Modal A 330.000.000
PT WGAH
Neraca
Per 3 Maret 2013
(dalam Rp)
Kas Utang
1.500.000.000 150.000.000
Piutang 180.000.000
CKP 20.000.000
Piutang netto Modal saham
160.000.000 3.000.000.000
Persediaan barang
255.000.000
2. Jika buku perusahaan lama ditutup dan dibuatkan buku baru untuk perusahaan baru.
Jika dibuat buku-buku baru untuk PT, maka semua rekening dalam buku firma ditutup dan
aktiva serta utang firma dicatat dalam buku PT. Pada waktu mengadakan penutupan buku-
buku firma, dibuat jurnal untuk mencatat perpindahan aktiva dan utang-utang firma ke PT,
penerimaan saham dan pembagian saham serta utang kepada anggota firma. Jurnal untuk
menutup buku-buku firma adalah sebagai berikut:
Dalam jurnal-jurnal di atas, penilaian kembali aktiva dan pengakuan goodwill tidak dicatat
dalam buku firma, tetapi jika diinginkan maka penilaian kembali dan goodwill dapat dicatat
dalam buku-buku firma, kemudian baru dipindahkan ke PT.
Ada cara lain yang dapat digunakan dalam menutup buku-buku firma, yaitu dengan menutup
langsungrekening-rekening aktiva, utang dan modal Firma G&A sebagai berikut:
Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu. Perbedaan antara saham yang belum beredar dengan saham yang dibeli
kembali dari peredaran (treasury stock) adalah saham yang belum beredar merupakan modal
saham yang belum dijual atau belum diedarkan, sedangkan saham yang dibeli kembali dari
peredaran adalah modal saham yang beredar yang dibeli kembali. Biasanya, pembelian kembali
dari treasury stock dipicu oleh beberapa hal khusus, yaitu:
Ada dua metode untuk mencatat treasury stock atau transaksi saham yang dibeli kembali yaitu
sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan metode nilai nominal adalah pembelian kembali saham yang beredar
dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar. Metode ini menganggap
pembelian kembali saham yang beredar merupakan pelunasan kembali saham dari para
pemegang saham. Sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi pemegang saham
perusahaan. Bila treasury stock ini dijual lagi maka penjualannya dianggap mencari pemegang
saham baru. Ada 2 cara pencatatan terhadap transasksi treasury stock, yaitu :
Debit dalam rekening Modal Saham atau saham hasil pembelian kembali dilakukan dengan
jumlah sebesar nilai nominal saham-saham yang dibeli. Selisih harga beli dengan nominal dicatat
dalam rekening Agio, Disagio atau Laba Tidak Dibagi tergantung dari harga jualnya dulu dan
harga belinya sekarang.
a. Mendebit rekening Modal Saham dengan nilai nominal yang dibeli kembali
Pada tahun 2015 saham yang beredar dibeli dengan harga Rp. 1.300. jika dibandingkan dengan
harga jualnya pada tahun 2014 (Rp. 1.200) maka terdapat selisih sebesar Rp. 100.
Selisih ini (Rp. 100 X 100 lembar) dianggap sebagai pembagian dividen dan dibebankan pada
rekening Laba Tidak Dibagi atau Laba Ditahan.
Rekening Modal Saham di-debit sebesar Rp. 1.000 (nominal) X 100 lembar dan rekening Agio
Saham dibatalkan dengan jumlah yang sebanding dengan agio yang diperoleh pada saat saham
tersebut dijual tahun 2014 yaitu sebesar Rp 200 per lembar.
Penjualan kembali saham yang telah dibeli kembali pada tahun 2015 dengan harga Rp. 1.500 per
lembar dicatat dengan cara biasa.
b. Rekening Saham treasury stock di-debit dan saldonya dikurangkan pada modal saham
Cara ini hampir sama dengan cara yang pertama, hanya rekening yang dipakai mencatat
pembelian saham sendiri yang berbeda.
Pada cara yang pertama, saham sendiri yang dibeli di-debitkan ke rekening Modal Saham
sedangkan pada cara kedua yang didebit adalah rekening Treasury Stock.
Demikian juga pada saat penjualan saham treasury pada cara pertama yang dikredit adalah
rekening Modal Saham, sedangkan pada cara kedua yang dikredit adalah rekening Treasury
Stock.
Pengertian metode harga perolehan adalah bahwa pembelian kembali saham yang beredar
dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya.
Saldo Treasury Stock ini dikurangkan pada modal perusahaan (mengurangi jumlah modal).
Modal yang berdasarkan pada anggapan ini dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
Saham Treasury yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif dan tidak usah
diidentifikasi dengan elemen-elemen modal yang ada seperti modal saham atau laba tidak
dibagi.
Bila treasury stock tadi dihentikan peredarannya dalam arti tidak dijual lagi maka saldo
rekening ini akan dialokasikan ke elemen-elemen modal seperti pada cara pertama di
atas.
Bila saham treasury ini dijual lagi maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian
terakhir dari saham-saham tersebut.
Jadi setelah diputuskan apakah treasury stock itu akan dihentikan peredarannya atau setelah
saham treasury itu dijual kembali, barulah dapat diketahui akibat dari transaksi saham treasury
ini terhadap elemen-elemen modal yang ada. Untuk menjelaskan penggunaan metode ini,
perhatikan contoh pencatatan jurnal transaksi saham treasuri dengan metode harga perolehan
berikut ini:
Pada cara ini saham treasuri/share yang dibeli dicatat dalam rekening Treasury Stock sebesar
harga beli atau harga perolehannya. Jika sebelum ada penjualan treasury stock dibuat neraca
maka ini akan mengurangi jumlah modal sebagai berikut :
(e). Modal :
Bila perusahaan merubah nominal seluruh nilai saham, maka tindakan ini disebut rekapitalisasi.
Perubahan nilai nominal ini akan merubah juga akte pendirian perusahaan dan harus disetujui
oleh para pemegang saham. Dalam rekapitalisasi, akun Modal Saham yang lama ditutup dan
diganti dengan akun Modal Saham yang baru. Akun Agio Saham yang timbul dari saham lama
juga ditutup dan diganti dengan Agio Saham modal yang baru. Bila modal saham baru nilainya
lebih besar dari modal saham lama, maka selisihnya didebitkan ke rekening Laba Tidak Dibagi.
Tapi bila saham baru nilainya lebih kecil dari saham lama, maka selisihnya dikreditkan pada
Agio Saham baru. Sebagai ilustrasi, perhatikan contoh sebagai berikut:
Total Modal:
1. Kemungkinan I
Modal saham lama diubah atau ditukar dengan saham baru yang nilai nominalnya Rp 1.200 per
lembar.
2. Kemungkinan II
Modal saham lama ditukar dengan saham baru yang nilai nominalnya Rp 600 per lembar.
Bila rekapitalisasi merupakan usaha untuk menghilangkan defisit atau untuk menurunkan nilai
aktiva maka disebut Quasi Reorganisasi atau Corporate Readjustment.
Pemecahan saham (Stock Split) adalah salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk
memperbanyak sahamnya yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal sahamnya.
Pengurangan nilai nominal atau nilai yang dinyatakan ini dapat menambah jumlah lembar tanpa
adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak dibagi. Bagi pemegang saham, pengurangan
nilai nominal ini tidak mengubah nilai buku investasi sahamnya. Satu-satunya perubahan yang
ada hanyalah pertambahan jumlah lembar. Inilah yang dikenal dengan istilah pemecahan saham
atau stock split-up.
Keadaan ini tidak memerlukan jurnal tetapi cukup dengan catatan memo.
Misalnya, PT Salam Sukses Penuh Keberkahan mengumumkan pemecahan saham, di mana tiap
satu lembar dipecah menjadi 2 lembar, dengan adanya pemecahan saham ini, para pemegang
saham akan menerima dua lembar saham untuk menukar tiap-tiap lembar yang dimiliki.
Jumlah harga pokok saham tidak mengalami perubahan, tapi karena jumlah lembarnya
bertambah dua kali lipat, maka harga pokok per lembar saham turun menjadi setengah harga
pokok mula-mula.
Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui oleh pemegang saham. Perlakuan
seperti itu merupakan kebalikan dari pemecahan saham (stock split), di mana perusahaan
mengurangi jumlah lembar sahamnya dengan cara memperbesar nilai nominal atau nilai yang
dinyatakan. Akibat dari pengurangan jumlah lembar saham ini, hanya dicatat dengan memo
untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga pokok per lembar saham.
Misalnya nominal saham @Rp 10.000 perusahaan memutuskan untuk memecah tiap lembar
menjadi 2 lembar saham baru dengan nilai nominal @Rp 5.000. Pemegang saham akan
menerima saham baru, untuk menukar saham lama dengan perbandingan 2 : 1 (pemecahan
saham 2 untuk 1).
Prosedur ini disebut Split-up. Terkadang saham lama diganti dengan saham baru yang
nominalnya lebih besar.
Misalnya, saham lama nominalnya Rp 20.000 ditarik dan ditukar dengan saham baru dengan
nominal Rp 40.000. Pemegang saham akan menerima saham baru satu lembar untuk menukar 2
lembar saham lama. Prosedur ini disebut Split-Down atau Reverse Split.
Dengan adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang berubah hanya jumlah
lembar saham yang beredar.
Prosedur ini bisa dicatat dengan cara memo atau dengan dibuat jurnal untuk menutup rekening
modal saham lama dan membuka rekening modal saham baru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Struktur Modal dan
Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan jasa subsektor Konstruksi Bangunan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Struktur Modal (DER) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham pada perusahaan Jasa
subsektor Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018, dimana ketika
jumlah Struktur Modal (DER) mengalami peningkatan maka Harga saham akan
menurun, dan sebaliknya apabila Struktur Modal (DER) mengalami penurunan maka
harga saham akan mengalami peningkatan.
2. Kebijakan Dividen (DPR) berpengaruh positif terhadap Harga saham pada perusahaan
Jasa subsektor Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018, dimana
ketika jumlah Kebijakan Dividen (DPR) mengalami peningkatan maka Harga saham
akan ikut meningkat, dan sebaliknya apabila Kebijakan Dividen (DPR) mengalami
penurunan maka Harga Saham akan ikut menurun.
Saran
1. Saran Operasional
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti memberikan saran yang
dapat dijadikan masukan kepada perusahaan dan investor sebagai berikut:
a) Bagi Perusahaan :
Dalam meningkatkan Harga Saham melalui Struktur Modal, maka pihak manajemen suatu
perusahaan harus dapat memaksimalkan modal yang berasal dari ekuitas atau modal sendiri yang
dihimpun dari para investor ketimbang menggunakan modal yang menggunakan utang dimana
hal tersebut akan mengurangi profitabilitas yang perusahaan dapatkan karena harus membayar
utang beserta bunganya sehingga akan membuat para investor akan berpikir berkali-kali untuk
membeli saham perusahaan tersebut, maka sebaiknya untuk memperkecil penggunaan utang
dalam permodalan perusahaan agar para investor tidak khawatir dalam membeli saham
perusahaan tersebut sehingga menaikan harga saham perusahaan mereka di pasar modal.
Dalam meningkatkan Harga Saham melalui Kebijakan Dividen, maka pihak manajemen
suatu perusahaan dapat memaksimalkan laba yang didapatkan perusahaan untuk digunakan
sebagai modal perusahaan di periode berikutnya dan juga menyisihkan laba yang didapat untuk
membagikan dividen kepada para pemegang saham di perusahaan mereka, kemudian sebisa
mungkin perusahaan dapat ikut berkontribusi pada proyek-proyek menguntungkan dimana
pemerintah sedang gencar-gencar nya dalam membangun proyek infrastruktur agar mampu
meningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga mampu membagikan dividen dengan jumlah
yang lebih tinggi dibagikan kepada pemegang saham agar dapat juga menaikan harga saham
perusahaan mereka di pasar modal.
b) Bagi Investor :
Investor dapat menggunakan Struktur Modal (DER) dan Kebijakan Dividen (DPR) sebagai
acuan dalam melakukan investasi. Tetapi hendaknya investor juga melakukan analisa pada
indikator lain karena masih banyak indikator lain yang dapat mempengaruhi Harga saham,
walaupun dalam penelitian ini Struktur Modal (DER) dan Kebijakan Dividen (DPR)
berpengaruh terhadap Harga Saham, sehingga investor dapat lebih tepat dalam memilih
keputusan investasi nya.
Saran Akademik
Disarankan pada penelitian berikutnya untuk melakukan penelitian yang sama, dengan metode
yang sama tetapi unit analisis dan sampel yang berbeda agar diperoleh kesimpulan yang
mendukung teori akuntansi keuangan dan konsep diterima secara umum.
Diharapkan agar para peneliti lain dapat lebih memberikan bukti empiris dari konsep yang telah
dikaji bahwa Harga saham dipengaruhi oleh Struktur Modal (DER) dan Kebijakan Dividen
(DPR) yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rafinternet.com/2022/02/contoh-soal-metode-pencatatan-investasi-dalam-
saham.html#:~:text=Metode%20biaya%20perolehan%20investasi%20dalam%20saham
%20artinya%20perusahaan,terdiri%20dari%20metode%20ekuitas%20dan%20metode
%20biaya%20perolehan.
https://ourakuntansi2.blogspot.com/2016/09/pembatalan-pesanan-saham.html
Treasury Stock: Pengertian, Tujuan, Metode Pencatatan (manajemenkeuangan.net)
https://www.researchgate.net/profile/Ni-Sinarwati/publication/
341930671_AKUNTANSI_KEUANGAN_2/links/5ed9ed1b299bf1c67d41acd4/
AKUNTANSI-KEUANGAN-2.pdf
http://repository.iainbengkulu.ac.id/8001/1/BUKU%20MODAL%20SAHAM_merged.pdf
https://www.researchgate.net/profile/Ni-Sinarwati/publication/
341930671_AKUNTANSI_KEUANGAN_2/links/5ed9ed1b299bf1c67d41acd4/
AKUNTANSI-KEUANGAN-2.pdf
https://www.cermati.com/artikel/saham-bonus