Anda di halaman 1dari 3

Tugas 3

Bimbingan dan Konseling


“Eksistensi dan kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah”

Di Susun Oleh :
Muhammad Rivandy Ramadhan
(20087152)
PEMBAHASAN
Pendidik sangat memegang peranan penting agar proses pendidikan terhadap siswa di
sekolah berjalan maksimal dan optimal. Sebutan pendidik ini, tak hanya guru kelas dan guru
bidang studi, tetapi jugatermasuk didalamnya guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau
seringkali disebut konselor.
Melihat perjalanan BK di sekolah memang sama-sama kita akui mengalami jalan yang
bisa dikatakan berat. Eksistensi BK pernah juga dipandang sebelah mata, sehingga bentuk
kinerjanya tak diapresiasi oleh beberapa pihak. Kualifikasi guru BK pun sempat dipertanyakan
karena adanya beberapa sekolah sekedar mengambil guruguru bidang studi yang secara garis
besarnya tak pernah memperoleh wawasan, kepengetahuan, dan keterampilan tentang BK. Malah
BK di sekolah pernah mendapatkan perhitungan tak positif dengan menyebut guru BK sebagai
“polisi sekolah”. Pekerjaan BK yang diidentikkan dengan “menghukumi” siswa-siswa yang
diperkirakan bermasalah menguatkan pernyataan itu. Padahal BK tak hanya berfungsi mengatasi
permasalahan yang dihadapi siswa.
Peran guru BK di sekolah sangat penting. Proses pendidikan di sekolah tentu saja tak
sekadar memberikan materi pelajaran eksata maupun non-eksata dan mengasah keterampilan,
tetapi juga membangun kepribadian siswa dimanapun ia berada. Guru BK di sekolah dapat
memberikan layanan agar siswa memiliki konsep diri yang sangat jelas. Layanan BK yang
diberikan kepada siswa tak hanya menyangkut persoalan belajar dan sosial.
Landasan Yuridis Formal (Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Permendikbud No. 111
tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling)
Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya layanan BK di sekolah kini telah
memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu dengan hadirnya
Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan per
tanggal 8 Oktober 2014.
Permendikbud ini menjadi rujukan penting, khususnya bagi para Guru BK/ Konselor
dalam menyelenggarakan dan mengadministrasikan layanan Bimbingan BK di sekolah. Hal yang
dianggap baru dari kehadiran Peraturan Menteri ini yaitu secara resmi mulai diterapkannya pola
Bimbingan dan Konseling Komprehensif, sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat)
program yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan peminatan dan perencanaan individual;
(c) layanan responsif; dan (d) layanan dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014)
Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram berdasarkan
asesmen kebutuhan (need assesment) yang dianggap penting (skala prioritas) dilaksanakan
secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta didik harus mendapatkan layanan
bimbingan dan konseling secara terencana, teratur, dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan.
Landasan Yuridis Informal (Psikologis, Sosial, IPTEK, dan Globalisasi).
1. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi
konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan. Untuk kepentingan bimbingan
dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a)
Motif dan motivasi; (b) Pembawaan dan lingkungan, (c) Perkembangan individu; (d) Belajar;
dan (e) Kepribadian.
2. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan
untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di
sekitarnya.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-
dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai
metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis
laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan
ilmiah lainnya.
4. Landasan Globalisasi
Landasan ini berhubungan dengan eksistansi guru BK untuk menjadikan anak didiknya
sebgai anak didik yang berlandasan dan mengikuti globalisasi. Namun landasan globalisasi ini
juga dapat menghambat atau memantau siswa agar tidak terbawa akan arus globalisasi yang
isfatnya dapat merusak peserta didiknya. Karena peserta didik yang masih duduk dikalangan
sekolah dapat dengan mudah terpengaruh dengan perkembangan globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai