Anda di halaman 1dari 14

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENDAHULUAN

Proses ekstrusi dimulai dengan memasukan bahan baku, seperti pellet plastik dan
serpihan plastik ke dalam hopper. Kemudian butiran plastik disampaikan maju dengan
screw yang berputar melalui barrel yang dipanaskan. Pada saat bahan plastik melewati
saluran screw, secara bertahap plastik dipanaskan dan meleleh oleh panas geser yang
dihasilkan oleh sekrup berputar, serta yang dilakukan dari pemanas di sekitar barrel
menggunakan panas bantuan (T Alfery, 2011).

2.2 PRINSIP KERJA MESIN EXTRUSI

Ekstrusi adalah proses yang berkesinambungan selama bahan baku plastik meleleh dan
dibentuk menjadi panjang terus menerus dari produk plastik dengan profil konstan cross-
sectional, dan produk kemudian dapat dipotong menjadi panjang yang diinginkan oleh
peralatan pemotong ( cruser ).

Ekstruder yang biasanya tersedia dipasaran adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal
(single screw extruder/SSE) dan ekstruder ulir ganda (twin /TSE) yang dapat digunakan
secara luas pada produksi bahan-bahan makanan komersial.Model twin screw extruder
(TSE) lebih sering dipilih oleh perusahaan-perusahaan pengolah makanan. Model ini

http://digilib.mercubuana.ac.id/
6

merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan diversifikasi jenis-jenis makanan,


dikarenakan kemampuannya yang baik dalam mengatur daya tekan mekanis dan daya
giling efektif pada adonan di dalam selubung mesin ekstruder (barrel) (Baianu, 1992).

Karena termoplastik dapat melunak dan dibuat mengalir dengan aplikasi panas,
mereka dapat dibuat oleh proses seperti injection molding, ekstrusi, dan blow molding
(compression molding). (M.R Kamal, W. Patterson, 2011). Teknologi ekstrusi merupakan
teknologi yang cukup tua. Pada tahun 1797 di Inggris, Joseph Bramah menciptakan mesin
untuk membuat pipa tanpa sambungan yang diperkirakan sebagai mesin ekstrusi pertama.
Tidak lama kemudian produkproduk lain seperti sabun, macaroni dan bahan-bahan
bangunan diproses menggunakan mesin yang sama. Pada mesin ini untuk menggiling dan
mencampur bahan digunakan piston yang dioperasikan oleh tangan. Karena keterbatasan
proses yang dilakukan ekstruder terdahulu maka ekstruder yang menggunakan ulir
(screw) diciptakan untuk kebutuhan industri kabel. Konsep awal yang diketahui mengenai
ekstruder ulir tunggal ditemukan di tahun 1873 pada suatu gambar rancangan milik
Phoenix Gummiwerke A.G. (Andrew, 2010 ).

Gambar 2.1 Mesin Ekstrusi termoplastik


Sumber: Paul Troester, 1935

http://digilib.mercubuana.ac.id/
7

2.3 KOMPONEN UTAMA MESIN EKSTRUSI (EXTRUDER)

Secara global, cara kerja dari mesin extrusi ini hampir sama dengan mesin injection
molding. hanya saja perbedaanya tipis sekali, kalau pada mesin injection molding mesin
injection dalam mencetak satu persatu dan cetakannya berpisah dengan tabung screwnya,
sedangkan pada mesin ekstrusi dalam mencetak biasanya akan berkesinambungan dan
hasilnya akan di potong oleh pisau agar menjadi butiran atau pellet plastik agar mudah
dalam pengemasannya. Berikut adalah komponen utama yang harus diperhatikan dalam
merancang mesin ekstrusi:

1. Screw

Mekanisme screw membuat perpindahan panas yang relative cepat antara barrel yang
panas dan material plastik dingin. Pada saat berputar, material dari hopper tertarik

Mesin extrusi ini mempunyai bagian-bagian utama berupa poros ber ulir screw. Berfungsi
untuk mendorong dan menekan pellet plastik hingga keluar dari cetkan (die).

Gambar 2.2 Skema satu screw.

Dalam prosesnya bahan baku pp ( polyproline ) Berbentuk pellet dimasukan


kedalam hopper dan digerakan dengan menggunakan sebuah poros ber ulir yang
berbentuk helickal ( Screw conveyor ) kemudian di antarkan hingga ke cetakan (die).
poros berulir seperti pada gambar 2 dari tiga bagian utama yaitu :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
8

• Bagian masuk ( feding section )


Bagian ini mempunyai diameter ulir yang konstan dan daerah tempat bahan
mengalir tentu saja konstan, yang membawa bahan baku menuju bagian
kompresi (bagian pelumatan / penglihatan ).
• Bagian Kompresi ( compression section )
Pada Bagian kompresi ini, diameter screw meningkat secara kontiniu sedangkan
sebaliknya daerah bebas alir dari bahan makin mengecil. disini Bahan polimer
dilunakan/ diliatkan. Pada daerah ini juga bahan polimer di panaskan sehingga
suhu tertentu agar bahan polimer dapat mengalir dengan lancar, sedangkan untuk
menjaga agar barrel tidak kelebihan panas, maka di pasang pengatur suhu barrel
pada suhu tertentu. Setelah melewati bagian kompresi, bahan kemudian di bawa
pada bagian akhir.
• Bagian Akhir (metering Section)
Bagian ini sama dengan daerah pemasukan Yang mempunyai daerah bebas
alirnya konstan, namun daerah bebas aliran lebih kecil, disini Bahan akan
mengalami kenaikkan Suhu Lagi karena Tekanan Geser clan gesekan pada daerah
ini cukup besar. mengisi saluran screw dan didorong menuju kea rah nozzle. Agar
jalanya material menjadi lancer, permukaan screw harus lebih halus dari barrel.

2. Barrel

Barrel sudah menjadi satu-kesatuan dengan screw, selain sebagai wadah pengaduk barrel
juga sebagai penghantar panas heater yang terpasang pada dinding barrel.

3. Cetakan (Dies)

Setiap keluaran pencetakan pada mesin ekstrusi, dies bermacam-macam jenis dan
bentuknya. Tergantung pengaplikasiannya dalam percetakan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
9

4. ELemen pemanas (Heater)

Elemen pemanas adalah komponen yang menghasilkan panas untuk pemprosesan plastik
pada mesin ekstrusi ini.Elemen ini terdiri dari tiga buah dan dipasang pada barrel. Elemen
ini diletakan pada bagian pengumpan (feed section), penekan (compression section) dan
bagian pengaduk (metering section).Untuk pengaturan temperature proses plastinisasi,
elemen pemanas ini dihubungkan ke box control temperatur termokopel.

5. Motor Penggerak

Unit penggerak (driver unit) untuk mesin ekstrusi ini merupakan sebuah motor listrik 1-
phasa dengan putaran 1420 rpm, daya 1 HP, dan tegangan sebesar 220 Volt. Motor
dihubungkan ke gearbox reduksi melalui melalui sebuah puli dan sabuk untuk mereduksi
putaran.

6. Motor dan Tranmission Gear box

Fungsinya untuk mengubah putaran tinggi yang dihasilkan oleh motor listrik / mesin
diesel menjadi putaran lambat namun lebih kuat. Untuk gearbox sendiri ada berbagai
macam type , untuk masing-masing type bisa dibedakan dengan ukurannya seperti
misalnya type -60 lebih kecil daripada gearbox yang berukuran type-80.

2.4 TAHAP – TAHAP DALAM PROSES EKSTRUSI

Proses pengolahan ekstrusi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pra-ekstrusi, ekstrusi dan
tahap setelah ekstrusi (post-extrusion).

• Tahap pra-ekstrusi, plumeran dan melting.


• Tahap ekstrusi, mesin yang digunakan ialah berbagai jenis ekstruder dan beragam
aksesorisnya sesuai kebutuhan pengolah. Produk yang keluar dari tahap ini
disebut ekstrudat dan tergantung dari kebutuhan kita atau jenis ekstruder yang
digunakan, ekstrudat ini dapat merupakan produk akhir ekstrusi ataupun juga
produk yang harus diolah lagi lebih lanjut.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
10

• Tahap setelah ekstrusi (post-extrusion). Mesin yang tersedia untuk proses ini
ialah mesin pengering dan pendingin yang semuannya disesuaikan dengan
kebutuhan pengolah. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi di bidang
ekstrusi yang pesat akhir-akhir ini, maka selain dapat berfungsi sendiri terpisah
dari ekstruder, mesin-mesin tersebut juga dapat dipasangkan pada ekstruder.
2.4.1 Kecepatan Extrusi

Dalam menentukan output screw tergantung desainner dari pihak pembuat screwnya.
Dalam proses desain bisa terjadi keberhasilan dan kegagalan tergantung dari ujicoba yang
dilakukan pihak pemesan. :
Merupakan Factor factor umum yang menentukan kecepatan output Mesin adalah:
• Diameter screw (semakin besar diameter screw semakin besar output screw)
• Putaran Screw (RPM) samakin cepat semakin besar output dari screw yang di
hasilkan
• Hambatan die, jika die mempunyai hambatan kecil maka output screw extruder
akan keluar maksimal tidak ada yang tertahan
Faktor factor desain Screw yang menentukan kecepatan output dari screw adalah:
(Dimana factor desain adalah menentukan jika diameter dan speed sudah tertentu/sama,
maka dengan usaha merubah desain screw akan terjadi perubahan yang cukup besar.
Berikut factor fundamental yang membuat kecepatan output screw bisa bertambah

Gambar 2.3 Desain Extruder (Baianu, 1992)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
11

• Pitch (S) adalah jarak antar ulir , semakin panjang jarak Pitch suatu screw makan
semakin cepat perpindahan material yang didapat dilakukan screw, sehingga output
screw semakin tinggi. Scew standar panjang pitch adalah sama diameter screw jika
screw 50mm kebanyakan screw Picth adalah 50mm.
• Depth (H) adalah kedalaman screw, semakin dalam H (depth) maka volume bahan
akan semakin cepat di transfer sehingga output semakin tinggi, factor H ini tidak bisa
lebih dalam karena diameter bisa semakin kecil dan resiko patah pada screw.
• Grooved adalah celah pada awal extruder dimana membantu masukan bahan, untuk
screw High speed sudah harus memakai celah tsb. Dengan menambah masukan
bahan maka output akan meningkat.

2.4.2 Temperatur

Parameter kunci pada proses Extrude molding adalah temperature leleh (mencair) dan
temperature di dalam cetakan. Efektivitas biaya dipengaruhi dari waktu yang dihabiskan
untuk siklus yang meliputi injeksi, pendinginan, dan pergerakan dari unit klem N.
Catalin, 2010. Daftar temperature proses yang direkomendasikan untuk termoplastik dan
elastomer termoplastik ditunjukkan pada table 2.1 buku Johannaber, 1997. Data yang
ditunjukkan merupakan pengaturan temperatur untuk daerah pemanasan pada
plasticating unit dari mesin extrude molding, serta untuk pengaturan temperature pada
nozzle dan suhu pendinginan pada cetakan. Besarnya temperatur untuk melelehkan
material termoplastik berkisar dari yang terendah sebesar 130°C sampai yang tertinggi
sebesar 400°C.

2.4.3 Pemanas Elektrik

Besarnya daya heater tergantung dari jenis material yang akan dipanaskan, massa
benda yang akan dipanaskan, dan waktu yang ingin ditempuh dalam mencapai suhu
tertentu.Untuk menentukan besarnya daya heater nantinya, menggunakan rumusan dari
produsen heater sebagai berikut:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
12

𝑚 𝑥 𝑐 𝑥 ∆𝑇
𝑄= (2.1)
860 𝑥 𝑡 𝑥 ɳ

Dimana :

Q : Daya heater, kWatt

𝑘𝐶
C : Panas jenis material yang dipatahkan 𝑘𝑔 ℃

m : Massa bareel ( kg )

ΔT : Kenaikan suhu ( ˚C )

T : Waktu pemanasan ( jam )

ɳ : Efisiensi, 0,1 – 0,5

2.4.4 Kalor

Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai
akibat dari hanya perbedaan temperatur. Konsep kalor sebagai sebuah zat yang jumlah
seluruhnya tetap konstan akhirnya tidak mendapat dukungan eksperimen (Wiley, 1978).

Rumus untuk menghitung jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu
atau merubah suhu adalah sebagai berikut :

Q = m.c.∆T (2.2)

Dimana :

Q : Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)

m : Massa zat (kg)

c : Kalor jenis Zat (J/kg⁰C)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
13

∆T : Perubahan Suhu (suhu awal-suhu kedua)

Tabel dibawah memperlihatkan besar kalor jenis untuk beberapa zat pada suhu 20 oC.
Sampai batas tertentu, nilai kalor jenis (c) bergantung pada suhu (sebagaimana
bergantung sedikit pada tekanan), tetapi untuk perubahan suhu yang tidak terlalu besar, c
seringkali dianggap konstan.

Tabel 2.1 Kalor Jenis Dan Kapasitas Kalor Pada Zat

Kalor Jenis (c )
Zat
kkal/kg °C J/kg°C
Alumnium 0,25 900
Tembaga 0,093 390
Kaca 0,20 840
Besi atau baja 0,11 450
Timah hitam 0,031 130
Mamer 0,21 860
Perak 0,056 230
Kayu 0,4 1.7
Alkohol (etil) 0,58 2.4
Air raksa 0,033 140
Air
Es (-5 °C) 0,50 2.1
Cair (15 °C) 1,00 4.86
Uap (110 °C) 0,48 2.02
Tumbuh manusia (rata-
rata) 0,83 3.47
Protein 0,4 1.7

2.4.5 Konduktifitas Termal

(Cengel, 2002). Konduktivitas termal di lambangkan dengan k. satuan konduktivitas


termal adalah Watt per meter drajat Celcius (W/m 0C). sebagai rumusan persamaan dasar
tentang konduktivitas termal yang di sajikan pada Tabel 2.1. bahan yang mempunyai nilai
konduktivitas termal tinggi dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang nilai
konduktivitas termal rendah disebut isolator.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
14

Tabel 2.2 konduktivitas termal pada 0 0C (Holman, 1997)

2.4.6 Perpindahan Kalor Konduksi

Pada pengoperasian yang konstan,tidak ada perubahan temperatur pada waktu dan titik
tertentu. Oleh karena itu perpindahan panas yang masuk ke dalam pipa harus sama
dengan perpindahan panas yang keluar. Dengan kata lain, perpindahan panas pada pipa
adalah konstan (Cengel, 2002). Perpindahan panas konduksi pada pipa/ silinder
dirumuskan sebagai berikut:

∆𝑇

𝑞= 𝑘 ∆
(2.3)
𝐴

Dimana :

Q : Perpindahan kalor (Watt)

K : Konduktifitas thermal

A : Luas benda kerja ( m²)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
15

∆𝑇

: Gradien suhu kearah perpindahan kalor

2.4.7 Daya Penggerak

Pada saat proses molding, terdapat gaya ( F ) yang dibutuhkan untuk mendorong material
plastik dan ada juga pergerakan ( v) dari elemen pendorong. Maka dari kondisi ini dapat
diketahui daya ( 𝑃𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 ) yang dibutuhkan pada saat ekstrusi. Karena direncanakan untuk
mengganti piston dengan motor sebagai unit pendorong, makan daya ini nanti akan
dibutuhkan untuk pertimbangan pemilihan motor.

2.5 SIFAT TERMAL PLASTIK

Bahan Plastik Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik
lebur (T m ), temperatur transisi (T g ) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi
adalah temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi
perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami
pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan
peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai
melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari
proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah
mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi
thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan
mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. Data sifat
termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut

http://digilib.mercubuana.ac.id/
16

Tabel 2.3 Data Temperatur Transisi Dan Temperatur Lebur Plastik


Jenis Bahan T m (ºC) T g (ºC) Temperatur kerja maks.
(ºC)
PP 168 - 175 -20 81 – 100
HDPE 130 - 137 59 – 110
LDPE 98 - 115 -25 100– 220
PA 260 50 100
PET 245 - 265 73 – 80 65
ABS 110 85
PS 74 – 105 50 – 85
PMMA 85 – 105 50 – 90
PC 150 246
PVC 75 – 105 85 – 100

2.6 Sifat Material Plastik


a. Polypropylene ( PP )
- Density/massa jenis pada ( 70 0F ) : 0.9 gr/c
- Massa jenis rendah
- ketahanan temperatur sampai 110 0C
- Mengambang di air
- PP tahan terhadap asam dan basa organik lemah, alkohol, Oli, deterjen.
- Kalau dibakar, kecepatannya slow berbau diesel dengan warna nyala api Blue biru
dengan ujung Yellow kuning.
- Material ulet, permukaan licin tidak bisa di cat / plating dan ditempeli sticker.
- Mudah deformasi saat di eject di moldnya.
- Temp proses melt (melebur) pada : 420-520 0F
- Temp proses molding (pencetakan) : 60-150 0F
- Contoh aplikasinya : bagian dalam mesin cucu pakaian, rumah pompa, kontainer,
koper, mainan, dll

http://digilib.mercubuana.ac.id/
17

b. Polvinly Chloride ( PVC )


- PVC tahan terhadap Asam, basa, alkohol, grease, bensin.
- PVC tidak tahan terhadap perubahan cuaca.
- kalau dibakar, kecepatannya lambat berbau hydrochloric dengan warna nyala api
kuning dengan tepian api berwarna hijau.
- Material U PVC ( Hard PVC ) : rigid dan keras, tahan terhadap larutan kimia
tinggi
- Material P PVC ( Soft PVC ) : Ulet, fleksibel
- Density/ massa jenis : 1.29-1.44 gr/cm3 - tenggelam dalam air.
- Temp proses Injeksi : 180 – 210 0C
- Temp Proses Blow : 180 – 210 0C
- Temp Proses ekstrusi : 170 - 200 0C
- Penggunaan PVC : Hard PVC : Pipa saluran air, Botol, Fitting,
- Soft PVC : Seal / penyekat, Kaki boneka, selang.
c. Polyacetal / Polyoxymethylene ( POM )
- Kalau dibakar, kecepatannya slow berbau asam cuka (tajam menyengat) dengan
warna nyala api kuning dengan letupan. Berjelaga dan berasap hitam.
- Tahan terhadap temperature.
- Daya serap air rendah.
- Material : keras, ulet.
- Density/massa jenis : 1.42 gr/cm3 – Tenggelam dalam air.
- Temp proses Injeksi : 200 – 210b 0C.
- Temp Proses Blow : 180 0C.
- Temp Proses ekstrusi : 180 – 190 0C.
- Penggunaan: Roda gigi/ gear, baut, mur, roda.
d. Polyethylene(PE)
- Density pada ( 70 0F ) : 0.94 gr/cc - Mengambang dalam air.
- Kalau dibakar, kecepatannya fast berbau parafin dengan warna nyala api biru
dengan ujungnya kuning. Melebur .
- Material Ulet.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

- Isolasi yang sangat baik


- PE tahan terhadap : asam, basa, larutan garam, air, alcohol.
- Density / massa jenis : 0.92-0.955 gr/cm3.
- Temp proses Injeksi : LDPE : 160 – 260 0C, HDPE : 200 – 280 0C.
- Temp Proses Blow : LDPE : 1400 C, HDPE : 160 – 190 0C.
- Temp Proses ekstrusi : LDPE : 1400 C, HDPE : 180 – 250 0C.
- Penggunaan : Isolasi kawat dan kabel, pipa pemanas, tempat botol (krat), box
baterai.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai