BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENDAHULUAN
Proses ekstrusi dimulai dengan memasukan bahan baku, seperti pellet plastik dan
serpihan plastik ke dalam hopper. Kemudian butiran plastik disampaikan maju dengan
screw yang berputar melalui barrel yang dipanaskan. Pada saat bahan plastik melewati
saluran screw, secara bertahap plastik dipanaskan dan meleleh oleh panas geser yang
dihasilkan oleh sekrup berputar, serta yang dilakukan dari pemanas di sekitar barrel
menggunakan panas bantuan (T Alfery, 2011).
Ekstrusi adalah proses yang berkesinambungan selama bahan baku plastik meleleh dan
dibentuk menjadi panjang terus menerus dari produk plastik dengan profil konstan cross-
sectional, dan produk kemudian dapat dipotong menjadi panjang yang diinginkan oleh
peralatan pemotong ( cruser ).
Ekstruder yang biasanya tersedia dipasaran adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal
(single screw extruder/SSE) dan ekstruder ulir ganda (twin /TSE) yang dapat digunakan
secara luas pada produksi bahan-bahan makanan komersial.Model twin screw extruder
(TSE) lebih sering dipilih oleh perusahaan-perusahaan pengolah makanan. Model ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Karena termoplastik dapat melunak dan dibuat mengalir dengan aplikasi panas,
mereka dapat dibuat oleh proses seperti injection molding, ekstrusi, dan blow molding
(compression molding). (M.R Kamal, W. Patterson, 2011). Teknologi ekstrusi merupakan
teknologi yang cukup tua. Pada tahun 1797 di Inggris, Joseph Bramah menciptakan mesin
untuk membuat pipa tanpa sambungan yang diperkirakan sebagai mesin ekstrusi pertama.
Tidak lama kemudian produkproduk lain seperti sabun, macaroni dan bahan-bahan
bangunan diproses menggunakan mesin yang sama. Pada mesin ini untuk menggiling dan
mencampur bahan digunakan piston yang dioperasikan oleh tangan. Karena keterbatasan
proses yang dilakukan ekstruder terdahulu maka ekstruder yang menggunakan ulir
(screw) diciptakan untuk kebutuhan industri kabel. Konsep awal yang diketahui mengenai
ekstruder ulir tunggal ditemukan di tahun 1873 pada suatu gambar rancangan milik
Phoenix Gummiwerke A.G. (Andrew, 2010 ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Secara global, cara kerja dari mesin extrusi ini hampir sama dengan mesin injection
molding. hanya saja perbedaanya tipis sekali, kalau pada mesin injection molding mesin
injection dalam mencetak satu persatu dan cetakannya berpisah dengan tabung screwnya,
sedangkan pada mesin ekstrusi dalam mencetak biasanya akan berkesinambungan dan
hasilnya akan di potong oleh pisau agar menjadi butiran atau pellet plastik agar mudah
dalam pengemasannya. Berikut adalah komponen utama yang harus diperhatikan dalam
merancang mesin ekstrusi:
1. Screw
Mekanisme screw membuat perpindahan panas yang relative cepat antara barrel yang
panas dan material plastik dingin. Pada saat berputar, material dari hopper tertarik
Mesin extrusi ini mempunyai bagian-bagian utama berupa poros ber ulir screw. Berfungsi
untuk mendorong dan menekan pellet plastik hingga keluar dari cetkan (die).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
2. Barrel
Barrel sudah menjadi satu-kesatuan dengan screw, selain sebagai wadah pengaduk barrel
juga sebagai penghantar panas heater yang terpasang pada dinding barrel.
3. Cetakan (Dies)
Setiap keluaran pencetakan pada mesin ekstrusi, dies bermacam-macam jenis dan
bentuknya. Tergantung pengaplikasiannya dalam percetakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Elemen pemanas adalah komponen yang menghasilkan panas untuk pemprosesan plastik
pada mesin ekstrusi ini.Elemen ini terdiri dari tiga buah dan dipasang pada barrel. Elemen
ini diletakan pada bagian pengumpan (feed section), penekan (compression section) dan
bagian pengaduk (metering section).Untuk pengaturan temperature proses plastinisasi,
elemen pemanas ini dihubungkan ke box control temperatur termokopel.
5. Motor Penggerak
Unit penggerak (driver unit) untuk mesin ekstrusi ini merupakan sebuah motor listrik 1-
phasa dengan putaran 1420 rpm, daya 1 HP, dan tegangan sebesar 220 Volt. Motor
dihubungkan ke gearbox reduksi melalui melalui sebuah puli dan sabuk untuk mereduksi
putaran.
Fungsinya untuk mengubah putaran tinggi yang dihasilkan oleh motor listrik / mesin
diesel menjadi putaran lambat namun lebih kuat. Untuk gearbox sendiri ada berbagai
macam type , untuk masing-masing type bisa dibedakan dengan ukurannya seperti
misalnya type -60 lebih kecil daripada gearbox yang berukuran type-80.
Proses pengolahan ekstrusi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pra-ekstrusi, ekstrusi dan
tahap setelah ekstrusi (post-extrusion).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
• Tahap setelah ekstrusi (post-extrusion). Mesin yang tersedia untuk proses ini
ialah mesin pengering dan pendingin yang semuannya disesuaikan dengan
kebutuhan pengolah. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi di bidang
ekstrusi yang pesat akhir-akhir ini, maka selain dapat berfungsi sendiri terpisah
dari ekstruder, mesin-mesin tersebut juga dapat dipasangkan pada ekstruder.
2.4.1 Kecepatan Extrusi
Dalam menentukan output screw tergantung desainner dari pihak pembuat screwnya.
Dalam proses desain bisa terjadi keberhasilan dan kegagalan tergantung dari ujicoba yang
dilakukan pihak pemesan. :
Merupakan Factor factor umum yang menentukan kecepatan output Mesin adalah:
• Diameter screw (semakin besar diameter screw semakin besar output screw)
• Putaran Screw (RPM) samakin cepat semakin besar output dari screw yang di
hasilkan
• Hambatan die, jika die mempunyai hambatan kecil maka output screw extruder
akan keluar maksimal tidak ada yang tertahan
Faktor factor desain Screw yang menentukan kecepatan output dari screw adalah:
(Dimana factor desain adalah menentukan jika diameter dan speed sudah tertentu/sama,
maka dengan usaha merubah desain screw akan terjadi perubahan yang cukup besar.
Berikut factor fundamental yang membuat kecepatan output screw bisa bertambah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
• Pitch (S) adalah jarak antar ulir , semakin panjang jarak Pitch suatu screw makan
semakin cepat perpindahan material yang didapat dilakukan screw, sehingga output
screw semakin tinggi. Scew standar panjang pitch adalah sama diameter screw jika
screw 50mm kebanyakan screw Picth adalah 50mm.
• Depth (H) adalah kedalaman screw, semakin dalam H (depth) maka volume bahan
akan semakin cepat di transfer sehingga output semakin tinggi, factor H ini tidak bisa
lebih dalam karena diameter bisa semakin kecil dan resiko patah pada screw.
• Grooved adalah celah pada awal extruder dimana membantu masukan bahan, untuk
screw High speed sudah harus memakai celah tsb. Dengan menambah masukan
bahan maka output akan meningkat.
2.4.2 Temperatur
Parameter kunci pada proses Extrude molding adalah temperature leleh (mencair) dan
temperature di dalam cetakan. Efektivitas biaya dipengaruhi dari waktu yang dihabiskan
untuk siklus yang meliputi injeksi, pendinginan, dan pergerakan dari unit klem N.
Catalin, 2010. Daftar temperature proses yang direkomendasikan untuk termoplastik dan
elastomer termoplastik ditunjukkan pada table 2.1 buku Johannaber, 1997. Data yang
ditunjukkan merupakan pengaturan temperatur untuk daerah pemanasan pada
plasticating unit dari mesin extrude molding, serta untuk pengaturan temperature pada
nozzle dan suhu pendinginan pada cetakan. Besarnya temperatur untuk melelehkan
material termoplastik berkisar dari yang terendah sebesar 130°C sampai yang tertinggi
sebesar 400°C.
Besarnya daya heater tergantung dari jenis material yang akan dipanaskan, massa
benda yang akan dipanaskan, dan waktu yang ingin ditempuh dalam mencapai suhu
tertentu.Untuk menentukan besarnya daya heater nantinya, menggunakan rumusan dari
produsen heater sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
𝑚 𝑥 𝑐 𝑥 ∆𝑇
𝑄= (2.1)
860 𝑥 𝑡 𝑥 ɳ
Dimana :
𝑘𝐶
C : Panas jenis material yang dipatahkan 𝑘𝑔 ℃
m : Massa bareel ( kg )
ΔT : Kenaikan suhu ( ˚C )
2.4.4 Kalor
Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai
akibat dari hanya perbedaan temperatur. Konsep kalor sebagai sebuah zat yang jumlah
seluruhnya tetap konstan akhirnya tidak mendapat dukungan eksperimen (Wiley, 1978).
Rumus untuk menghitung jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu
atau merubah suhu adalah sebagai berikut :
Q = m.c.∆T (2.2)
Dimana :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Tabel dibawah memperlihatkan besar kalor jenis untuk beberapa zat pada suhu 20 oC.
Sampai batas tertentu, nilai kalor jenis (c) bergantung pada suhu (sebagaimana
bergantung sedikit pada tekanan), tetapi untuk perubahan suhu yang tidak terlalu besar, c
seringkali dianggap konstan.
Kalor Jenis (c )
Zat
kkal/kg °C J/kg°C
Alumnium 0,25 900
Tembaga 0,093 390
Kaca 0,20 840
Besi atau baja 0,11 450
Timah hitam 0,031 130
Mamer 0,21 860
Perak 0,056 230
Kayu 0,4 1.7
Alkohol (etil) 0,58 2.4
Air raksa 0,033 140
Air
Es (-5 °C) 0,50 2.1
Cair (15 °C) 1,00 4.86
Uap (110 °C) 0,48 2.02
Tumbuh manusia (rata-
rata) 0,83 3.47
Protein 0,4 1.7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Pada pengoperasian yang konstan,tidak ada perubahan temperatur pada waktu dan titik
tertentu. Oleh karena itu perpindahan panas yang masuk ke dalam pipa harus sama
dengan perpindahan panas yang keluar. Dengan kata lain, perpindahan panas pada pipa
adalah konstan (Cengel, 2002). Perpindahan panas konduksi pada pipa/ silinder
dirumuskan sebagai berikut:
∆𝑇
𝑞= 𝑘 ∆
(2.3)
𝐴
Dimana :
K : Konduktifitas thermal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
∆𝑇
∆
: Gradien suhu kearah perpindahan kalor
Pada saat proses molding, terdapat gaya ( F ) yang dibutuhkan untuk mendorong material
plastik dan ada juga pergerakan ( v) dari elemen pendorong. Maka dari kondisi ini dapat
diketahui daya ( 𝑃𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 ) yang dibutuhkan pada saat ekstrusi. Karena direncanakan untuk
mengganti piston dengan motor sebagai unit pendorong, makan daya ini nanti akan
dibutuhkan untuk pertimbangan pemilihan motor.
Bahan Plastik Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik
lebur (T m ), temperatur transisi (T g ) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi
adalah temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi
perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami
pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan
peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai
melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari
proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah
mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi
thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan
mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. Data sifat
termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/