Anda di halaman 1dari 7

BAB III

DASAR – DASAR RANGKAIAN AC


3.1.Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dasar-dasar rangkaian AC
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang nilai puncak,nilai rms,dan
nilai rata-rata / average
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban resitif pada
rangkaian AC.
4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban induktif pada
rangkaian AC.
5. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban kapasitif pada
rangkaian AC.
3.2. Dasar Teori
Dasar Rangkaian Listrik merupakan modul bahan ajar praktikum berisi
pengetahuan, pengenalan, penggunaan tentang dasar listrik arus searah dan arus
bolak-balik, sifat dan macam bahan penghantar dan isolator. Modul ini
menekankan pada penguasaan ilmu kelistrikan mencakup tentang dasar rangkaian
listrik arus searah dan arus bolak-balik, hukum-hukum kelistrikan, Sifat dan
macam bahan penghantar dan isolator. Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar,
meliputi : Kegiatan Belajar 1 berisi pengetahuan rangkaian listrik arus searah.
Kegiatan belajar 2 berisi pengetahuan tentang dasar rangkaian arus bolak-balik.
Kegiatan Belajar 3 mengenai pengetahuan sifat dan macam bahan penghantar dan
isolator.

Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu
ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat menarik benda-benda
ringan seperti sobekan kertas. Dari hal tersebut maka dikatakan batu ambar
tersebut bermuatan listrik.

Muatan merupakan ciri dasar dari semua penyusun zat. Zat tersusun dari
proton, netron dan elektron. Elektron memiliki muatan negatif dan proton
memiliki muatan positif. Besarnya muatan listrik (dilambangkan dengan Q) yang
dimiliki sebuah benda, secara sederhana menunjukkan berapa kurang atau
lebihnya jumlah muatan negatif dibanding dengan jumlah muatan positifnya.

1. Gejala Listrik a) Hukum Coulomb

Pengertian muatan listrik menunjukkan bahwa muatan tidak menyebar pada


daerah tertentu melainkan berkumpul dalam satu titik. Pada tahun 1785 Charles
Coulomb mengadakan penelitian pertama tentang gaya yang ditimbulkan oleh dua
benda yang bermuatan dengan alat yang bernama neraca puntir coulomb.

Gambar 1. Neraca puntir coulomb

Dari hasil percobaan tersebut, Coulomb berkesimpulan :

Besarnya gaya interaksi antara dua buah benda titik yang bermuatan listrik adalah
berbanding lurus dengan perkalian antara masing-masing muatan dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan titik tersebut.

3.2.1. Rangkaian AC

Pada dasarnya, komponen-komponen rangkaian listrik menunjukkan


karakteristik yang berbeda ketika dihubungkan dengan sumber tegangan searah
dan ketika dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik. Karena itu,
karakteristik rangkaian arus searah berbeda dengan karakteristik rangkaian arus
bolak-balik dan salah satu perbedaan tersebut berkaitan dengan fase antara
tegangan dan arus. Pada umumnya, semua rangkaian listrik mempunyai
hambatan, kapasitas, dan induktansi meskipun pada rangkaian tersebut tidak
terdapat resistor, kapasitor, dan induktor. Akan tetapi nilai hambatan, kapasitas,
dan induktansi tersebut tergantung pada jenis komponen yang terdapat dalam
rangkaian, dan mungkin pada keadaan tertentu nilai hambatan, kapasitas, dan
induktansi tersebut dapat diabaikan, sedangkan pada keadaan lain mungkin tidak
dapat diabaikan. Secara teoritis dapat dianggap bahwa rangkaian listrik terdiri dari
rangkaian resistif, rangkaian induktif, dan rangkaian kapasitif. (Irianawati, 2019)

3.2.2. Beban Resitif Pada Rangkaian AC

Rangkaian resistif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber


tegangan (V) dengan resistor yang mempunyai hambatan R dan nilai kapasitas (C)
maupun induktansi (L) rangkaian tersebut diabaikan. Perhatikan sebuah rangkaian
arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah resistor dan generator AC.

Tegangan pada resistor VR sama dengan tegangan generator sehingga untuk


rangkaian resistif dapat ditulis:

Dengan demikian akan berlaku juga hubungan sebagai berikut:

Karena rangkaian resistif dianggap tidak mempunyai induktansi dan kapasitas,


maka rangkaian resistif tidak dipengaruhi oleh perubahan medan magnet di
sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pada rangkaian resistif, arus dan
tegangan bolak-balik mempunyai fase yang sama atau beda fasenya nol.
(Hendrawan, 2018)

3.2.3. Beban Induktif L pada rangkaian AC


Rangkaian induktif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber
tegangan (V) dengan induktor yang mempunyai induktansi L dan nilai-nilai
hambatan (R) maupun kapasitas (C) rangkaian tersebut diabaikan. Arus yang
mengalir pada rangkaian induktif murni berubah terhadap waktu yang memenuhi
persamaan I=I_m sin⁡ (ωt), sehingga pada induktor terinduksi gaya gerak listrik
yang memenuhi persamaan:

Karena pada rangkaian induktif, hambatan rangkaian (R) dan kapasitasnya (C)
diabaikan, maka tidak ada penurunan potensial (IR) pada induktor, sehingga
tegangan sumber V sama dengan gaya gerak listrik induksi 〖-ε〗_ind= V_L
3.3.4 Beban Kapasitif C Pada Rangkaian AC

Rangkaian kapasitif adalah rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan
(V) dengan kapasitor yang mempunyai kapasitas C dan nilai-nilai hambatan (R)
dan induktansi (L) rangkaian tersebut diabaikan. Pada rangkaian kapasitif murni,
tegangan yang dipasang pada kapasitor berubah terhadap waktu sesuai dengan
persamaan V=V_m sin⁡〖ωt,〗 sehingga muatan yang tersimpan pada kapasitor
memenuhi persamaan berikut:

Sehingga arus listrik pada kapasitor ditentukan sebagai berikut:

Sesuai dengan persamaan I dan V di atas, maka pada rangkaian kapasitif, arus
mempunyai beda fase sebesar ∅=π/2 dengan tegangan. Dalam hal ini, arus
mendahului tegangan dengan beda fase sebesar π/2 atau 90o. Seperti juga pada
rangkaian induktif, maka pada rangkaian kapasitif terdapat sebuah besaran
reaktansi yang disebut reaktansi kapasitif dan besarnya dapat ditentukan sebagai
berikut: (Susanto, 2020)

Dengan:
X_C = reaktansi kapasitif (Ω)
C = kapasitas kapasitor (F)
f = frekuensi (Hz)
3.3.Alat dan Bahan
1. AFG 1buah
2. Nyalakan AFG dan osciloscope 1buah
3. Multimeter digital 2buah
4. Resistor 1Kohm 1buah
5. Induktor 2,5 mH 1buah
6. Kapasitor 0,01 uF 1buah
3.4. Gambar Rangkaian

Gambar 3.1 Pengukuran AC untuk R

Gambar 3.2 Pengukuran AC untuk L


Gambar 3.2 Pengukuran AC untuk C

3.5.Langkah Percobaan
1. Membuat rangkaian seperti gambar 3.1
2. Menyalakan AFG dAn oscilloscope
3. Memperhatikan voltmeter,mempertahankan tegangan keluaran AFG pada 5
Volt
4. Mengatur frekuensi awal AFG pada 10 KHz
5. Memperhatikan bentuk dan gelombang oscilloscope,memcatat nilai tegangan
puncak Vm pada tabel hasil percobaan
6. Mencatat nilai arus yang di tunjukkan oleh amperemeter pada tabel hasil
percobaan
7. Mengulangi langkah 4 sampai 6 , ddengan frekuensi yang berfariasi sesuai
dengan tabel
8. Membuat rangkaian seperti gambar 3.2
9. Mengulangi langkah 2 sampai 7 untuk beban Induktif
10. Membuat rangkaian seperti gambar 3.2
11. Mengulangi langkah 2 sampai 7 untuk beban Kapasitif
3.6.Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Hasil Percobaan beban Resitif R
NO F V Vm I
(KHz) (V) (V) (mA)
1 10 5 3 2,77
2 20 5 3 2,58
3 30 5 3 2,32
Tabel 3.2 Hasil Percobaan beban Resitif L
NO F V Vm I
(KHz) (V) (V) (mA)
1 10 5 1 6,40
2 20 5 2 5,89
3 30 5 3 5,26

Tabel 3.3 Hasil Percobaan beban Resitif R C


NO F V Vm I
(KHz) (V) (V) (mA)
1 10 5 5 2,60
2 20 5 4 2,12
3 30 5 3 2,78

Anda mungkin juga menyukai