Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH : Pendidikan ABK Usia Dini

NAMA : Mamat Rohimat


NIM : 41032102211064
KELAS/ SEMESTER : PLB B1/III

RANGKUMAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Materi dan Kegiatan Belajar Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebuah pendidikan anak di usia 0-6 tahun, masa ini
adalah masa golden age yang dimana pertumbuhan dan perkembangan yang paling penting
pada awal kehidupan anak. Tujuan pendidikan ini betujuan untuk membentuk generasi anak
yang berkualitas untuk siap memasuki pendidikan dasar dan sebagai bekal untuk
menjalankan kehidupan dimasa depan.

Dalam melakukan kegiatan belajar untuk anak usia dini tidak seperti orang dewasa
yang belajar dengan kesadaran sendiri atau sesuai kebutuhan. Anak usia dini belajar dengan
cara mengeksplorasi lingkungan atau membangun pengetahuannya dengan suka rela atau
dengan kegiatan bermain. Seperti halnya yang tertuang dalam Kurikulum 2013 PAUD bahwa
materi dan kegiatan anak usia dini memiliki konsep bermain sambil belajar, yang memilki
arti kegiatan yang dilakukan dengan perasaan senang, tanpa paksaan tetapi dapat mampu
untuk mengoptimalkan perkembangan baik pada diri anak yang dapat menciptakan atau
membangun pengetahuannya baik secara spiritual, bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial
emosional dan seninya.

Agar dalam kegiatan bermain anak bisa terarahkan dengan baik maka kegiatan
bermain ini harus memiliki keterkaitan tema dengan materi yang ingin dikembangkan oleh
guru. Keterkaitan tema dalam kegiatan bermain belajar anak ini sangat penting, maka sebagai
seorang guru atau pendidik harus selalu mengupdate pengetahuannya dalam memberikan
materi yang tepat dan menarik bagi anak. Materi belajar harus dipilih dan dikembangkan
sebagai sarana pemerolehan pengetahuan, sikap dan juga keterampilan yang dimiliki anak
dengan berbagai aktivitas yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Tema yang
dipilih harus dapat menstimulasi enam aspek perkembangan anak.

Pada pelaksanaannya tema dan kompetensi dasar dikembangkan menjadi muatan


pembelajaran. Muatan pembelajaran yaitu cakupan materi yang ada pada kompetensi dasar
sebagai bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompentensi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Penggunaan tema dapat menjadi
payung yang mengintegrasikan seluruh konten atau materi belajar anak usia dini. Materi
belajar yang dimaksud adalah matematika, sains, studi sosial, bahasa, dan literasi serta seni
untuk anak usia dini.

Strategi Pembelajaran PAUD


Dalam teori belajar konstruktivisme, bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Dalam
prakteknya teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” dikemukakan
oleh Jean Piaget dengan “belajar bermakna” dan “belajar penemuan secara bebas” oleh
Jerome Bruner. Conny (2002) menyatakan bahwa belajar adalah membangun (to construct)
pengetahuan itu sendiri, setelah difahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam
diri seseorang (from within). Jean Piaget Piaget penganut faham kongnitifistik, menyatakan
bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1) Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada dalam benak anak.
2) Akomodasi, adalah penyusunan struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
3) Equalibrasi, adalah penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi.  Tanpa proses ini
perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur
(disorganized).
Menurut Piaget proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui anak, yang dalam hal ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: (a) tahap sensori-
motor (ketika anak berumur 0-2 tahun), (b) tahap pra-operasional (2-7 tahun), (c) tahap
operasional kongkrit (7-11 tahun), dan (d) tahap operasional formal (11-18 tahun).
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran anak usia dini. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, yaitu:
1. Strategi pengorganisasian pembelajaran.
2. Strategi penyampaian pembelajaran.
3. Strategi pengelolaan pembelajaran.
Penyampaian pengajaran menekankan pada media apa yang dipakai untuk
menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktur
belajar mengajar yang bagaimana. Strategi pengelolaan menekankan pada penjadwalan
penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian
pengajaran, termasuk pula pembuatan catatan tentang kemajuan belajar siswa.
Strategi pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya menantang dan menyenangkan,
melibatkan unsur bermain, bergerak, bernyanyi, dan belajar. Beberapa strategi yang sering
digunakan untuk pembelajaran anak usia dini antara lain:
1. Cyrcle Time, pada strategi pembelajaran ini kegiatan anak-anak duduk melingkar dan
guru berada di tengah lingkaran. Berbagai kegiatan, seperti membaca puisi, bermain
peran, bernyanyi, mengaji, atau bercerita, dll.
2. Sistem Kalender, pembelajaran dihubungkan dengan kalender dan waktu. Guru
menandai tanggal-tanggal pada kalender yang terkait dengan berbagai kegiatan,
seperti Hari Kemerdekaan, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, Hari Pahlawan
dan Hari Besar Nasional dan Hari Besar Agama seperti Hari Raya Aidul Fitri, Bulan
Ramadhan, Hari Natal, Hari Nyepi, Waisyak, dll. Selanjutnya guru harus mendesain
kegiatan belajar dengan menggunakan tema-tema sesuai dengan hari tersebut,
misalnya Hari Kartini, anak-anak memakai pakaian kebaya, dll.
3. Small Project, metode ini melatih anak bertanggung jawab untuk mengerjakan
proyeknya. Proyek merupakan kegiatan investigasi dan penemuan dari suatu topik
yang memiliki nilai penting bagi anak (Katz, 2004). Investigasi ini biasanya
dikerjakan dalam kelompok kecil 3-4 orang atau secara individual. Setiap kelompok
diberi proyek kecil, misalnya menemukan berbagai jenis daun yang khas di daerahnya
dan mengecapnya dengan berbagai warna di sehelai kertas manila.
Jadi proyek merupakan kegiatan investigasi dan penemuan, bukan semata-mata untuk
menemukan satu jawaban yang benar dari suatu persoalan. Metode ini melatih anak
bekerjasama, bertanggung jawab, dan mengembangkan kemampuan sosial. Metode
ini memiliki 3 fase. Pada fase Pendahuluan, guru menyampaikan topik dan persoalan.
Topik dan persoalan hendaknya menarik dan familier bagi anak. Anak-anak diajak
untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang terkait dengan persoalan tersebut.
Sebagai contoh pada saat makan kentang goreng, guru mengajukan persoalan
bagaimana cara menanam kentang. Anak-anak mencoba menjawab dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
Fase kedua adalah fase Penemuan. Guru menyediakan kentang dan anak-anak secara
berkelompok mencoba menanam kentang dengan berbagai cara. Anak-anak memberi
air dan mengamati pertumbuhan kentangnya.
4. Kelompok Besar (Big Team), metode ini menggunakan kelompok besar, yaitu satu
kelas penuh untuk membuat sesuatu. Misalnya untuk mendirikan tenda yang besar di
dalam kelas, semua anak memegang peran, guru bertugas memberi aba-aba. Anak
biasanya amat puas setelah sesuatu berhasil dikerjakan bersama-sama.
5. Kunjungan, anak sangat senang melihat langsung berbagai kenyataan yang ada di
masyarakat melalui kunjungan. Kegiatan kunjungan memberi gambaran bagi anak
akan dunia kerja, dunia orang dewasa sehingga mendorong anak untuk
mengembangkan cita-cita. Banyak orang menjadi pilot karena diajak orangtuanya
melihat pameran dirgantara, mengunjungi museum pesawat terbang, atau karena
diajak naik pesawat terbang.
Berbagai kegiatan kunjungan seperti ke Museum Perjuangan, Museum Dirgantara,
Perpustakaan, Kepolisian, Dinas Pemadam kebakaran memberi inspirasi anak untuk
mengembangkan cita-citanya (learning to be), misalnya untuk menjadi Polisi, TNI,
Pemadam Kebakaran, Pilot, dll. Kunjungan merupakan hal yang menyenangkan bagi
anak. Museum dirgantara merupakan salah satu tempat yang disukai anak. Anak dapat
naik pesawat, menggambar pesawat, dan mendengarkan cerita tentang pilot. Siapa
tahu akan banyak anak yang bercita-cita menjadi pilot.
6. Permainan, permainan yang menarik dan tidak banyak aturan pada umumnya disukai
anak-anak. Guru dapat menggunakan permainan untuk membelajarkan anak. Caranya,
guru mengajarkan permainan tersebut kepada anak. Setelah anak mampu
memainkannya, guru menambahkan muatan edukatif pada permainan tersebut,
sehingga secara tidak langsung anak belajar. Berbagai jenis permainan, seperti Gobag
so dor (go back to door), Suda-manda, Petak-umpet, dan bermain peran amat
potensial untuk membelajarkan anak. Membelajarkan anak menggunakan esensi
bermain dikenal dengan bermain sambil belajar.
7. Bercerita, bercerita merupakan salah satu metode untuk mendidik anak. Berbagai
nilai-nilai moral, pengetahuan, dan sejarah dapat disampaikan dengan baik melalui
cerita. Cerita ilmiah maupun fiksi yang disukai anak-anak dapat digunakan untuk
menyampaikan pengetahuan. Cerita dengan tokoh yang baik, kharismatik, dan heroik
menjadi alat untuk mengembangkan sikap yang baik kepada anak-anak.
Sebaliknya tokoh yang jelek, jahat, dan kejam mendidik anak untuk tidak berperilaku
seperti itu karena pada umumnya tokoh jahat di akhir cerita akan kalah dan sengsara.
Cerita tentang Kepahlawanan, heroisme, dan pemikiran yang cerdas dari para
Pahlawan dapat mendidik anak agar kelak memiliki jiwa kepahlawanan. Jadi cerita
amat potensial untuk mendidik anak, dan oleh karenanya guru anak usia dini
sebaiknya pandai bercerita.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para guru ketika mengembangkan program secara
umum, diantaranya:

1. Sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah guru sudah


meyakinkan diri bahwa dia sudah memahami perkembangan dan karakteristik anak
secara memadai
2. Sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah guru sudah
meyakinkan diri bahwa dia sudah memahami ruang lingkup program, baik dari
dimensi isi bahan kajian maupun dari dimensi pengembangan kemampuan anak.
3. Jika rambu-rambu 1 atau 2, tidak terpenuhi hendaklah dalam pengembangan program
pembelajaran anda melakukannya secara kelompok (teamwork). Bahkan jika
diperlukan dan memungkinkan tim anda mengundang ahli khusus atau konsultan,
sehingga anda dan tim dapat bekerja lebih optimal.
4. Bentuk dan wujud program yang dapat dihasilkan oleh anda dan atau tim, dapat
berupa program satu tahun, semester, catur wulan, bulan, minggu atau hari atau juga
insidental. Jadi dapat disesuaikan dengan kebutuhan lembaga dan kepentingan
program lain secara keseluruhan
5. Sebaiknya diinventarisir seluruh yang dapat memberikan kontribusi (sumbangan)
terhadap pengembangan pembelajaran di tempat anda, sehingga program
mendapatkan dukungan semua fihak (total environment).
6. Kemaslah isi program yang memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan, keluwesan,
kesinambungan, kebermaknaan dan fungsionalitas. Sehingga program yang dihasilkan
lebih adaptif terhadap berbagai prubahan kondisi lingkungan belajar, apalagi beberapa
karakteristik anak usia dini menunjukkan sifat yang amat situasional.

Pada kegiatan pendidikan anak usia dini, ada materi khusus yang harus diberikan kepada
anak usia dini. Materi program kegiatan pendidikan anak usia dini dibagi menjadi dua
kelompok.

Materi Usia Lahir Sampai 3 Tahun


Berikut ini beberapa materi usia lahir hingga tiga tahun

1. Pengenalan diri sendiri

Permainan yang kreatif memungkikan perkembangan konsep diri. Bermain


mendukung anak untuk tumbuh juga mandiri dan pempunyai kontrol atas
lingkungannya. Melalui bermain anak bisa menemukan hal baru, bereksplorasi,
meniru dan juga mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam
membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini akan membuat
anak merasa kompeten.

2. Pengenalan perasaan

Pengenalan perasaan ini termasuk perkembangan emosi. Melalui bermain anak


bisa belajar menerima, berekspresi dan juga mengatasi masalah dengan cara yang
positif. Bermain juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri
mereka dan untuk mengembanngkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.

3. Pengenalan tentang orang lain

Pengenalan tentang orang lain ini juga termasuk dalam perkembangan sosial.
Bermain akan memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak saat berbagi dengan
anak yang lainnya. Bermain merupakan sarana yang paling utama bagi
pengembangan kemampuan bersosialisasi dan juga memperluas empati terhadap
orang lain juga mengurangi sikap egosentrisme. Bermain juga dapat menumbuhkan
dan meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain anak bisa belajar perilaku
prososial seperti menunggu giliran, saling membantu, kerjasama, dan juga berbagi.

4. Pengenalan berbagai gerak

Pengenalan berbagai gerak ini bertujuan untuk membantu mamaksimalkan


berkembangan fisik. Bermain juga bisa memacu perkembangan perseptual motorik
pada beberapa area, yaitu:

a. Kordinasi mata-tangan tau mata-kaki, seperti saat menulis, menggambar,


mencarijejak secara visual, menangkap, melempat, dan menendang.
b. Kemampuan motork kasar, misalnya gerak tubuh ketika berjalan, berbaris,
melompat, meloncat, berlari, berguling-guling, berlari, marayap dan merangkak.
c. Kemampuan bukan motorik kasar, misalnya seprti menekuk, bergiliran, berdiri,
duduk, jongkok, bergoyang, maragakan tubuh dan dalinnya.

Itulah tadi beberapa dari pengenalan berbagai gerak.

5. Mengembangkan komunikasi

Mengembangkan komunikasi juga bisa dilakukan dengan membantu anak dalam


meningkatkan kemampuan berbahasanya. Bermain juga merupakan alat yang paling
kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak. Melalui komunikasi inilah
anak bisa memperluas kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan juga
pengekpresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak lain dan
orang dewasa pada situasi bermain spontan.

Materi anak usia 3 hingga 6 tahun

Berikut ini beberapa materi anak usia 3 sampai 6 tahun

1. Keaksaraan. Mencakup peningkattan kosa kata dan juga bahasa, kesadara fonologi,
percakapan, wawasan pengetahuan, mamahami buku-buku dan yang lainnya.
2. Konsep matematika. Konsep ini mencakup pengenalan angka-angka, geometri dan
kesadaran ruang, pola-pola dan hubungan, pengukuran, penggoganisasian,
pengumpulan data dan juga mempresentasikannya.
3. Pengetahuan alam. Lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi dan juga
lingkungan.
4. Pengetahuan sosial. Mencakup hidup orang banyak, berinteraksi dengan yang lai,
bekrja, menbentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas
karakteristik tempat hidup manusia dan juga hubungannya antara tempat yang satu
dengan yang lainnya, dan juga hubungan dengan orang banyak.

Anda mungkin juga menyukai