Anda di halaman 1dari 11

KANDIDAT, Vol.

2,
KANDIDAT, No.No.
Vol.2, 2, April 2020
2, April 2020:: 24-34
24-34
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat

Available online at : http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat


ISSN 2715-3126 (Online)

Universitas Abulyatama
Kandidat: Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan

Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Terhadap


Prevalensi Terjadinya Demam Tifoid di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2018

Akbar Marsa *1 , Elmiyati2 , Ery Ananda 2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama, Aceh
Besar, 23372, Indonesia.
2
Dosen Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama, Aceh
Besar, 23372, Indonesia.
*Email korespondensi: akbarmarsa97@gmail.com1

Diterima 27 Februari 2020; Disetujui 4 April 2020; Dipublikasi 20 April 2020

Abstract: Typhoid fever is a systemic infection caused by salmonella typhi, hygiene will affect a
person's health and psychic. Personal hygiene is the act o f maintaining a person's hygiene and
health for physical and psychological well-being. Based on data obtained from RSUD Meuraxa i n
get patients diagnosed with typhoid fever from january to December 2016 as many as 180 cases.
And the data obtained in the next year from January to August 2017 as many as 142 cases of
typhoid fever. Given the number of problems that arise and the prevalence increases, Based on
this background, the researchers wanted to see the relationship prevalence of risk factors for
typhoid fever at local hospitals (RSUD) Meuraxa City of Banda Aceh Year 2018. This study aims
to determine the prevalence of risk factors for the occurrence typhoid fever at the Regional
General Hospital (RSUD) Meuraxa City of Banda Aceh Year 2018. This research is useful to be a
source of information about pravelensi and risk factors for typhoid fever and to prevent
transmission. This type of research is qualitative using Cross Sectional Design method. Samples
were taken using total sampling. The study was conducted at the Meuraxa Hospital in Banda
Aceh. The research will be done by taking the patient medical record data then the researcher
give the questionnaire to the patient in the inpatient room. This study was conducted from May 1 5
to June 20, 2018. The results of this study showed a significant relationship between typhoid fever
with hand washing risk factors after CHAPTER (P value = 0.001), washing hands before eating
(Pvalue = 0.000) and washing raw materials before consumption (P value = 0.024). Based on these
results can be concluded risk factors typhoid fever is very important role in disease transmission.
Keywords: Typhoid Fever, Personal Hygiene, Environmental Sanitation

Abstrak: Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi.
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Personal hygiene adalah tindakan
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesehatan fisik dan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari RSUD Meuraxa di dapatkan pasien yang didiagnosa demam tifoid da ri bulan
januari sampai bulan desember tahun 2016 sebanyak 180 kasus, dan didapatkan data pada tahun
berikutnya dari bulan januari sampai agustus tahun 2017 sebanyak 142 kasus dema m tifoid.
Mengingat banyaknya masalah yang timbul dan meningkat prevalensiny a, berdasarkan latar
belakang ini maka peneliti ingin melihat hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan
terhadap prevalensi terjadinya demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda
Aceh Tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan
sanitasi lingkungan terhadap prevalensi terjadinya demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah
- 24 -
ISSN 2715-3126 (Online)

Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2018. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi
mengenai hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap prevalensi terjadinya
demam tifoid serta untuk mencegah penularannya. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan
menggunakan metode Cross Sectional Design. Sampel diambil mengunakan total sampling.
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. Penelitian ini
dilakukan dengan memberikan kuesioner pada pasien di ruang rawat inap penyakit dalam dan
ruang rawat inap anak. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Mei - 20 Juni 2018. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara demam tifoid dengan faktor resi k o
mencuci tangan setelah BAB (Pvalue=0.001), mencuci tangan sebelum makan (P value=0.000) dan
mencuci bahan mentah sebelum dikonsumsi (Pvalue=0.024). Berdasarkan hasil inilah dapat
disimpulkan faktor resiko demam tifoid sangat berperan penting dalam penularan penyakit.

Kata kunci : Demam Tifoid, Kebersihan Perorangan, Sanitasi Lingkungan

Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang maka penulis ingin melakukan penelitian tentang
disebabkan oleh salmonella typhi, dengan “Prevalensi Terhadap Faktor Resiko Terjadinya
kontaminasi paling sering melalui konsumsi Demam Tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah
makanan atau air yang terkontaminasi. Gejala akut (RSUD) Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2018”.
dari tifoid ditandai dengan demam yang
KAJIAN PUSTAKA
berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan
Prevalensi Demam Tifoid
nafsu makan, dan sembelit atau kadang diare.
Di Indonesia, penyakit ini mas ih s angat
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan
endemis dan terjadi sepanjang tahun di seluruh
merupakan hal yang sangat penting dan harus
wilayah. Angka kesakitan untuk daerah s e mi
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
pedesaan adalah 157/100.000 penduduk pedesaan
kesehatan dan psikis seseorang. Personal hygiene
dan meningkat mencapai 810/100.000 penduduk
adalah tindakan memelihara kebersihan dan
untuk daerah perkotaan, disertai kecenderungan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
peningkatan karena program vaksinasi untuk
psikis. 2
penyakit ini telah dihentikan sejak tahun 1980.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD
Sebagian besar kasus terjadi pada kelompok umur
Meuraxa didapatkan pasien yang didiagnosa demam
3-19 tahun yang dianggap sebagai kelompok mudah
tifoid dari bulan Januari sampai bulan Desember
terpapar, dengan angka kematian kasus (Case
tahun 2016 sebanyak 180 kasus. Dan didapatkan
Fatality Rate) 1,6% - 3%.9
data pada tahun berikutnya dari bulan Januari sampai
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
Agustus tahun 2017 sebanyak 142 kasus demam
tahun 2009, demam tifoid atau paratifoid
tifoid. Bila dilihat dari prevalensi bulan Januari
menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
sampai Agustus pada tahun 2016 sebanyak 99 kasus
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun
yang didiagnosa demam tifoid. Berarti pada kasus
2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang
demam tifoid ini prevalensi dari tahun 2016 ke tahun
meninggal 1.747 orang dengan Case Fatality
2017 mengalami peningkatan. 6
Rate sebesar 1,25%. Sedangkan berdasarkan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas
Hubungan Personal Hygiene…
(Marsa, Elmiyati & Ananda, 2020) - 25 -
KANDIDAT, Vol.2, No. 2, April 2020 : 24-34
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2 010 d emam Patofisiologi Demam Tifoid


tifoid atau paratifoid juga menempati urutan ke- Salmonella typhi dan salmonella paratyphi
3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat in ap masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan
di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
kasus, yang meninggal 274 orang d engan Ca se dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
Fatality Rate sebesar 0,67 %.10 masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila
respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang
Personal Hygiene
baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2015
selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia
Personal hygiene adalah Upaya kesehatan dengan
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel
cara memelihara dan melindungi kebersihan
fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup
subyeknya. Misalnya : Mencuci tangan untuk
dan berkembang biak di dalam makrofag dan
melindungi kebersihan tangan, Mencuci piring
selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan
untuk melindungi kebersihan piring.11
kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.

Sanitasi Lingkungan Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang

Sanitasi Lingkungan adalah upaya kesehatan terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam

dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan sirkulasi darah (mengakibatkan bacteremia pertama

lingkungan dari subyeknya missal : Menyediakan air yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ

bersih untuk cuci tangan, Menyediakan tempat retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di

sampah untutk mewadahi sampah.11 organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
Definisi Demam Tifoid ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakteremia
akibat infeksi salmonella typhi atau salmonella yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
paratyphi A, B, atau C pada saluran pencernaan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
(usus halus, terutama jejunum dan ileum). Ketiga malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.16
jenis salmonella masih dapat ditemukan secara luas
di negara-negara berkembang terutama di daerah Manifestasi Klinis Demam Tifoid

tropis dan subtropis.14 Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam


sore hari dengan serangkaian keluhan klinis, seperti
Etiologi Demam Tifoid anoreksia, mialgia, nyeri abdomen, dan obstipasi.
Infeksi dari salmonella enterica serotype thypi Dapat disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan perut,
dari genus salmonella yang meyebabkan demam dan pembengkakan pada stadium lebih lanjut dari
tifoid atau demam enteric dan menyebabkan hati atau limpa atau kedua-duanya.19
penyakit infeksi sistemik.15 salmonella typhi atau
salmonella paratyphi A, B, dan C. Pemeriksaan Fisik Demam Tifoid
a. Suhu (>38 C)

- 26 -
ISSN 2715-3126 (Online)

b. Bau mulut karena demam lama 1. Non Farmakologi


c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah Istirahat dan diet.
d. Nyeri tekan perut 2. Farmakologi
e. Lidah kotor dan ditutup selaput putih atau disebut 1) Pemberian antimikroba
coated tongue (jarang ditemukan pada anak) 2) Kombinasi obat antibiotika
f. Ujung dan tepi lidah kemerahan 3) Pengobatan demam tifoid pada wanita
g. Hepatosplenomegali, dikarenakan infeksi bakteri hamil (ampisilin, amoksisilin, dan
salmonella thypi.17 seftriaxon).24

Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid 3. Pencegahan

1. Kultur Salah satu dari komponen pencegahan primer

2. Serologi adalah perlindungan kesehatan yang meliputi

3. Tubex pengendalian infeksi, imunisasi, perlindungan

4. Typhidot makanan dan minuman, serta pengamanan

5. Typhidot M19 lingkungan.25

Diagnosis Demam Tifoid Komplikasi

Pendekatan diagnosis demam tifoid di Komplikasi yang dapat dialami seseorang yang

Indonesia adalah meliputi diagnosis klinis terinfeksi salmonella thypi secara sistemik meliputi

(anamnesis dan pemeriksaan fisik) untuk hepatitis, ikterik, kolesistitis, perdarahan intestinal

mendapatkan sindroma klinis dan pemeriksaan (<1%), dan perforasi usus (0.5-1%). Secara umum

penunjang untuk menentukan definisi kasus. Case kondisi tersebut jarang ditemukan pada kasus tifoid

definition diagnosis demam tifoid berdasarkan anak.18

guidline World Health Organization (WHO),


confirmed case bila pasien demam (>38 C) selama METODE PENELITIAN

minimal 3 hari dengan hasil kultur darah, bone Penelitian ini menggunakan Cross Sectional
marrow atau cairan usus yang positif salmonella Design.
thypi. Probable case apabila pada kasus demam
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut didapatkan positif serologi diagnostik
Hasil
maupun deteksi antigen tanpa dilakukan isolasi
Hasil penelitian ini terkait demam tifoid pada
bakteri.21
pasien RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun
Diagnosa Banding Demam Tifoid 2018 tersaji dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
1. Demam Berdarah Dengue prevalensi dan faktor resiko demam tifoid.
2. Malaria

Penatalaksanaan Demam Tifoid

Hubungan Personal Hygiene…


(Marsa, Elmiyati, & Ananda, 2020) - 27 -
KANDIDAT, Vol.2, No. 2, April 2020 : 24-34
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat

Analisa Univariat yang sangat fantastis didapatkan bahwa sebanyak

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pasien Rawat Inap 64% pasien demam tifoid tidak memiliki riwayat
RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh Berdasarkan keluarga dan 36% pasien demam tifoid memiliki
Umur Pasien.
Kategori Umur Frekuensi (n) Persentase (%) riwayat keluarga pernah demam tifoid.
Pasien
1-15 th 3 9 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
16-30 th 18 55 Pertanyaan Penjaring Untuk Menemukan Faktor
31-45 th 9 27 Resiko Demam Tifoid Rawat Inap Di RSUD
46-60 th 3 9
Meuraxa Kota Banda Aceh.
Total 33 100
Pertanyaan Penjaring Frekuensi Persentase
(n) (%)
Ya Tidak Ya Tidak
Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi Apakah anda pernah
menderita demam tifoid 23 10 70 30
pasien berdasarkan kategori umur maka terlihat
Apakah sebelum tahun
bahwa 55% pasien demam tifoid tergolong pasien 2018 rumah anda di 9 24 27 73
renovasi atau diperbaiki
dewasa muda (16-30 tahun), sebanyak 27% pasien Apakah sebelumnya ada
anggota keluarga yang
demam tifoid tergolong dewasa lanjut (31-45 tahun). menderita demam tifoid 12 21 36 64
dan tinggal serumah
Dan sisanya adalah usia 1-15 tahun dan 46-60 tahun
dengan anda.
memiliki 9% pasien masing-masing.
Apakah peralatan
makan dan minum
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
(piring, sendok, garpu,
Pasien Demam Tifoid di RSUD Meuraxa Kota gelas) yang telah 11 22 33 67
Banda Aceh. digunakan dicuci
Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase dengan sabun dan air
(%) yang mengalir.
Laki-laki 19 58
Perempuan 14 42 Apakah anda
Total 33 100 menyimpan makanan
atau hidangan di meja 11 22 33 67
dalam keadaan tertutup
Berdasarkan Tabel 2 hasil distribusi frekuensi
jenis kelamin pasien rawat inap demam tifoid Berdasarkan Tabel 4. terlihat bahwa dari 33
terdapat jumlah pasien laki-laki dengan persentase pasien demam tifoid yang rawat inap di RSUD
terbanyak yaitu 58% dan 42% pasien berjenis Meuraxa menjawab pertanyaan kuesinoer untuk
kelamin perempuan yang terkena demam tifoid. jenis pertanyaan penjaring tiap-tiap pertanyaan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pasien Demam tersaji dalam tabel diatas maka sebanyak 70% pasien
Tifoid di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh
menjawab pernah terkena demam tifoid, sebanyak
Berdasarkan Riwayat keluarga.
Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase (%) 27% pernah merenovasi rumah dan 36% memiliki
Demam Tifoid (n)
riwayat keluarga demam tifoid, serta 33% mencuci
Memiliki Riwayat 12 36
Keluarga piring dengan sabun dan 33% menyimpan makanan
Tidak Memiliki 21 64
Riwayat Keluarga dibawah tutup saji.
Total 33 100

Berdasarkan Tabel 3 terkait distribusi frekuensi


riwayat keluarga pasien demam tifoid terdapat hasil

- 28 -
ISSN 2715-3126 (Online)

Tabel .5 Distribusi Frekuensi Faktor Resiko menggosok tangan dan sela-sela jari sebanyak 24%.
Hygiene Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan
Setelah BAB. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Faktor Resiko
Pertanyaan Personal Frekuensi Persentase Hygiene Berdasarkan Kebiasaan Makan di Luar
Hygiene (Kebiasaan (n) (%) Rumah (Warung/Pedagang Keliling).
Mencuci Tangan Ya Tidak Ya Tidak Pertanyaan Personal Frekuensi Persentase
dengan Sabun Setelah Hygiene (Kebiasaan (n) (%)
Buang Air Besar) Makan Diluar Ya Tidak Ya Tidak
Apakah anda mencuci Rumah)
tangan setelah BAB? 33 0 100 0 Apakah anda suka
Apakah anda mencuci makan diluar rumah
tangan dengan 28 5 61 39 seperti di warung, 20 13 61 39
menggunakan sabun ? rumah makan, ataupun
Apakah anda mencuci pedagang keliling >3
tangan dengan 9 24 27 73 kali dalam seminggu ?
menggosok tangan,
sela-sela jari dan kuku ?
Berdasarkan Tabel 7 hasil distribusi frekuensi
Berdasarkan Tabel 5 distribusi frekuensi pasien faktor resiko hygiene berdasarkan kebiasaan makan
demam tifoid yang sering cuci tangan setelah BAB di luar rumah (warung/pedagang keliling) terdapat
seluruhnya mencuci tangan setelah BAB atau 100%. sebanyak 61% pasien dengan kebiasaan makan
Pasien yang mencuci tangan dengan menggunakan diluar rumah atau warung dan sebanyak 39%
sabun setelah BAB sebanyak 61% dan pasien yang dengan kebiasaan makan dirumah sendiri.
mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Faktor Resiko
jari dan kuku sebanyak 27%. Hygiene Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Bahan
Makanan Mentah Yang Akan Dimakan
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Faktor Resiko Langsung.
Hygiene Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase
Dengan Sabun Sebelum Makan. Personal Hygiene (%)
Pertanyaan Personal Frekuensi (n) Persentase (Kebiasaan Mencuci Ya Tidak Ya Tidak
Hygiene (Kebiasaan (%) Bahan Makanan
Mencuci Tangan Ya Tidak Ya Tidak Mentah Yang Akan
dengan Sabun Dimakan
Sebelum Makan) Langsung.)
Apakah anda mencuci Ketika anda makan 23 10 70 30
tangan sebelum 21 12 64 36 buah-buahan, apakah
makan ? buah tersebut dicuci
Apakah anda mencuci sebelum makan ?
tangan dengan 12 21 36 64 Ketika anda makan 19 14 58 42
menggunakan sabun ? sayuran mentah
Apakah anda mencuci (lalapan) , apakah
tangan dengan sayuran tersebut
menggosok tangan, 8 23 24 76 dicuci sebelum
sela-sela jari dan dimakan ?
kuku ?

Berdasarkan Tabel 8 distribusi frekuensi faktor


Berdasarkan hasil Tabel 6 distribusi frekuensi resiko hygiene berdasarkan kebiasaan mencuci
faktor resiko hygiene berdasarkan kebiasaan
bahan makanan mentah yang akan dimakan
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan langsung didapatkan hasil sebanyak 70% pasien
terlihat bahwa sebanyak 64%, pasien yang mencuci mencuci buah-buahan sebelum makan dan 58%
tangan sebelum makan dengan mengunakan sabun pasien mencuci sayur-sayuran mentah untuk
sebanyak 36% dan mencuci tangan dengan dimakan dalam lalapan.
Hubungan Personal Hygiene…
(Marsa, Elmiyati, & Ananda, 2020) - 29 -
KANDIDAT, Vol.2, No. 2, April 2020 : 24-34
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Lembar Observasi Tabel 11 Distribusi Frekuensi Hubungan Demam
Sanitasi Lingkungan. Tifoid Dengan Kebiasaan Mencuci Tangan
Pertanyaan Sanitasi Frekuensi (n) Persentase Dengan Sabun Sebelum Makan.
Lingkungan (%) Kategori Frekuensi Persentase Pvalue
Ya Tidak Ya Tidak (n) (%)
Sarana air bersih 32 1 96 4 Kurang 30 91
Sarana pembuangan 21 12 64 36 Baik 3 9 0.000
tinja Total 33 100

Berdasarkan Tabel 9 distribusi frekuensi Berdasarkan Tabel 11 hasil distribusi frekuensi


Lembar Observasi Sanitasi Lingkungan tentang hubungan penyakit demam tifoid dengan faktor
sarana air bersih bagi kebutuhan sehari-hari terdapat resiko kebiasaan mencuci tangan terdapat bahwa
sebanyak 96%, dan pasien yang tidak memiliki sebanyak 30 pasien (91%) berprilaku kurang baik
sarana air bersih bagi kebutuhan sehari-hari dan dapat dikatakan dengan kebiasaan tidak mencuci
sebanyak 4%. Dan pasien yang memiliki sarana tangan dengan sabun sebelum makan dan sebanyak
pembuangan tinja dengan baik dan benar sebanyak 3 pasien (9%) yang memiliki kebiasaan mencuci
64%, dan 36% pasien yang tidak memiliki sarana tangan dengan sabun sebelum makan. Didapatkan
pembuangan tinja dengan baik dan benar. Pvalue = 0.000 yang artinya adanya hubungan antara
demam tifoid dengan kebiasaan mencuci tangan
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Hubungan Demam
Tifoid Dengan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan sabun.
Dengan Sabun Setelah BAB.
Kategori Frekuensi Persentase Pvalue Tabel 12 Distribusi Frekuensi Hubungan Demam
(n) (%) Tifoid Dengan Kebiasaan Makan Diluar Rumah.
Kurang 26 79 0.001 Kategori Frekuensi Persentase Pvalue
Baik 7 21 (n) (%)
Total 33 100 Kurang 20 61 0.223
Baik 13 39
Total 33 100
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa sebanyak
26 pasien (79%) rawat inap RSUD Meuraxa yang Berdasarkan Tabel 12 didapatkan hasil yang
menderita demam tifoid tidak memiliki kebiasaan menyatakan tidak ada hubungan signifikan antara
mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan makan diluar rumah dengan angka
hanya sebanyak 7 pasien (21%) dengan kebiasaan kejadian demam tifoid. Hal ini terlihat dari P valu e =
mencuci tangan dengan sabun setelah BAB. 0.223 yang artinya tidak ada hubungan signifikan,
Berdasarkan hasil diatas terdapat hubungan dimana sebanyak 20 pasien (61%) demam tifoid
signifikan dengan pola hidup kurang baik hal ini memiliki kebiasaan makan diluar rumah (kurang
dibuktikan dengan nilai P value
= 0.001, dimana nilai baik) hal ini dikarenakan makanan yang dimakan
ini menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan tidak diketahui bersih atau tidak serta terhindar dari
antara faktor resiko pola hidup sehat dengan beberapa sumber penyakit.
mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dengan
penyakit demam tifoid.

- 30 -
ISSN 2715-3126 (Online)

Tabel 13 Distribusi Frekuensi Hubungan Demam dirumah masyarakat. Hal ini di buktikan dengan
Tifoid Dengan Kebiasaan Mencuci Bahan
Makanan Yang Akan Dimakan Langsung. nilai Pvalue = 0.117 yang artinya tidak ada hubungan
Kategori Frekuensi Persentase Pvalue
(n) (%)
signifikan. Pasien dengan sarana tinja yang baik
Kurang 23 70 0.024 jumlahnya 22 pasien (64%) dengan pola hidup baik
Baik 10 30
Total 33 100 namun terjangkit demam tifoid.

Berdasarkan Tabel 13 adanya hubungan Pembahasan


signifikan antara demam tifoid dengan kebiasaan Berdasarkan data penelitian yang didapatkan
mencuci bahan makanan yang akan langsung dari ruang rawat inap RSUD Meuraxa Kota Banda
dimakan (P value
= 0.024). Sebanyak 23 pasien (70%) Aceh tahun 2018 terdapat 33 pasien teridentifikasi
memiliki kebiasaan yang kurang baik dalam diagnosa demam tifoid. Berdasarkan kelompok
mengkonsumsi makanan mentah sedangkan umur pasien, peneliti mengelompokkan pasien
sebanyak 10 pasien (30%) lebih sering dalam 4 kelompok besar diantaranya: kelompok
mengkonsumsi bahan mentah (sayur atau buah) umur 1-15 tahun (anak-anak) berjumlah 3 orang
terlebih dulu dicuci bersih. pasien dengan persentase 9%, kelompok umur 16-30

Tabel 14 Distribusi Frekuensi Hubungan Demam tahun (dewasa muda) berjumlah 18 pasien atau
Tifoid Dengan Penyediaan Sarana Air Bersih. dengan persentase 55%, kelompok umur 31-45
Kategori Frekuensi Persentase Pvalue
(n) (%) tahun (dewasa) berjumlah 9 pasien dengan
Kurang 11 33 0.056
Baik 22 67 persentase 27% serta 46-60 (tua) tahun berjumlah 3
Total 33 100
pasien dengan persentase 9%. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien
Berdasarkan Tabel 14 didapatkan hasil tidak
terbanyak yang terjangkit penyakit demam tifoid
adanya hubungan signifikan antara demam tifoid
berdasarkan kelompok umur adalah kelompok
dengan penyediaan sarana air bersih dirumah, hal ini
dewasa muda dengan persentase kejadian 55%.
dapat disimpulkan berdasarkan nilai Pvalu e = 0.056,
Hasil distribusi frekuensi jenis kelamin pasien
dimana sudah banyak pasien dengan sarana air
rawat inap demam tifoid terdapat jumlah pasien laki-
bersih dirumah namun mereka masih terjangkit
laki dengan persentase terbanyak yaitu 58% atau
demam tifoid.
sebanyak 19 orang pasien dan 14 orang pasien
Tabel 15 Distribusi frekuensi Hubungan Demam
Tifoid Dengan Sarana Pembuangan Tinja. berjenis kelamin perempuan yang terkena demam
Kategori Frekuensi Persentase Pvalue tifoid. Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan
(n) (%)
Kurang 12 36 0.117 bahwa mayoritas penderita demam tifoid bisa
Baik 21 64
Total 33 100 dikatakan adalah pasien dengan jenis kelamin laki-
laki. Hal ini bisa di kaitkan dengan pola kebiasaan
Berdasarkan Tabel 15 dapat disimpulkan hidup mereka yang tidak begitu perhatian dengan
bahwa tidak ada hubungan antara angka kejadian kebersihan diri bahkan tempat kerja pun bisa
demam tifoid dengan sarana pembuangan tinja memberi efek ia mudah terjangkit demam tifoid. Hal
Hubungan Personal Hygiene…
(Marsa, Elmiyati, & Ananda, 2020) - 31 -
KANDIDAT, Vol.2, No. 2, April 2020 : 24-34
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat

ini tidak sesuai dengan penelitian Nadyah (2014 ), didapatkan hasil bahwa demam tifoid memiliki
berdasarkan data yang diperoleh pada 50 orang hubungan signifikan dengan kebiasaan mencuci
responden yang telah terdiagnosa demam tifoid tangan dengan sabun setelah BAB dengan nilai pvalue
diperoleh bahwa responden terbanyak adalah = 0.001.
perempuan sebanyak 37 (74%) sedan gkan laki- Hasil distribusi frekuensi faktor resiko hygiene
laki sebanyak 13 orang (26%) dan usia berdasarkan kebiasaan mencuci tangan dengan
responden dengan umur < 20 tahun adalah sabun sebelum makan terlihat bahwa sebanyak 91%
sebanyak 11 orang (22%) sedangkan responden atau 30 pasien yang tidak mencuci tangan sebelum
dengan usia lebih atau sama dengan 20 tahun makan dengan mengunakan sabun dan sebanyak 9%
adalah 39 (78%). atau 3 pasien dengan mencuci tangan dengan sabun
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi riwayat sebelum makan, dengan p va lue = 0.000. sehingga
keluarga pasien demam tifoid terdapat hasil yang dapat disimpulkan bahwa mencuci tangan dengan
sangat fantastis didapatkan bahwa sebanyak 21 sabun memiliki hubungan yang sangat signifikan
orang atau 64% pasien tidak memiliki riwayat dengan demam tifoid.
keluarga pernah mengalami demam tifoid dan 12 Terdapat sebanyak 61% pasien dengan
orang atau 36% memiliki riwayat keluarga pernah kebiasaan makan diluar rumah atau warung dan
demam tifoid. sebanyak 39% dengan kebiasaan makan dirumah
Berdasarkan data penelitian dari hasil olah data sendiri. Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa
primer melalui kuesioner, bahwa dar i 33 pasien tidak adanya hubungan antara angka kejadian
demam tifoid yang rawat inap di RSUD Meuraxa demam tifoid dengan kebiasaan makan diluar
menjawab pertanyaan kuesinoer untuk jenis dengan nilai pvalue = 0.223.
pertanyaan penjaring tiap-tiap pertanyaan tersaji Didapatkan bahwa kebiasaan mencuci bahan
dalam kuesioner maka sebanyak 23 pasien makanan mentah yang akan dimakan langsung
menjawab pernah terkena demam tifoid, sebanyak 9 didapatkan hasil sebanyak 70% pasien mencuci
orang atau 27% pernah merenovasi rumah dan 8 buah-buahan atau sayur sebelum makan dan 30%
orang atau 24% memiliki riwayat penyakit demam pasien tidak mencuci buah atau sayur sebelum
tifoid, serta 11 orang atau 33% mencuci piring dimakan, sesuai dengan nilai p value = 0.024 memiliki
dengan sabun dan air yang mengalir, dan 11 orang hubungan signifikan antara mencuci makanan
atau 33% menyimpan makanan dibawah tutup saji. mentah sebelum dimakan dengan angka kejadian
Hasil distribusi frekuensi pasien demam tifoid demam tifoid.
yang sering cuci tangan setelah BAB seluruhnya Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa
mencuci tangan setelah BAB atau 100%. Pasien pasien dengan kondisi rumah sedang di renovasi
yang mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau baru saja di renovasi terdapat 27% pasien
setelah BAB sebanyak 61% dan pasien yang dengan kondisi rumah di renovasi sebelum 2018.
mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela Hal ini memberi informasi dan gambaran bahwa
jari dan kuku sebanyak 27%. Berdasarkan tabel 4.10 pasien demam tifoid dengan keadaan rumah kurang

- 32 -
ISSN 2715-3126 (Online)

bersih memberi efek penularan lebih cepat bagi mencuci tangan sebelum makan dengan p val ue =
demam tifoid. 0.000.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi Lembar 6. Tidak adanya hubungan signifikan antara angka
Observasi Sanitasi Lingkungan tentang sarana air kejadian demam tifoid dengan kebiasaan makan
bersih terdapat 22 pasien (67%) memiliki sarana air diluar rumah dengan pvalue = 0.223.
bersih bagi kebutuhan sehari-hari serta 11 orang 7. Adanya hubungan signifikan antara angka
pasien (33%) tidak memiliki sarana air bersih yang kejadian demam tifoid dengan kebiasaan
memadai dan 21 pasien (64%) memiliki sarana mencuci bahan mentah sebelum dimakan pvalue =
pembuangan tinja yang baik serta 12 pasien (36%) 0.024.
tidak memiliki sarana pembuangan tinja dengan baik 8. Tidak adanya hubungan faktor resiko sanitasi air
dan benar. Didapatkan masing masing p v alu e sarana bersih dan tesedianya jamban dengan angka
air bersih sebesar = 0.056 dan p v alu e pembuangan kejadian demam tifoid.
tinja sebesar = 0.117. berdasarkan hasil kedua p va lue

Saran
diatas dapat disimpulkan bahwa kedua faktor resiko
Adapun saran dalam penelitian ini adalah
ini tidak mengambil andil bersar dalam proses
sebagai berikut:
penularan demam tifoid.
1. Bagi setiap kader Puskesmas yang sering
KESIMPULAN DAN SARAN berkunjung ke masyarakat agar di berikan
Kesimpulan edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri
Berdasarkan hasil penelitian yang telah serta mencuci tagan setelah BAB dan
dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil sebagai sebelum makan dengan sabun.
berikut: 2. Diharapkan keikut sertaan Dinas Kesehatan
1. Kelompok umur 16-30 tahun lebih rentan terkena dan juga Puskesmas dalam menanggulangi
demam tifoid dengan persentase 55%. penularan demam tifoid di lingkungan
2. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak terkena masyarakat sekitar.
demam tifoid dengan persentase terbanyak yaitu 3. Diharapkan penelitian selanjutnya memberi
58%, hal ini di karenakan pola hidup tidak bersih efek solusi untuk mengurangi angka
yang dijalani oleh pasien laki-laki ini. kejadian demam tifoid di wilayah kerja
3. Riwayat keluarga pernah demam tifoid tidak RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
memiliki faktor resiko terjadinya demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
4. Adanya hubungan signifikan antara angka
Saporito L, Colomba C, Titone L. Typhoid
kejadian demam tifoid dengan kebiasaan
Fever. 2016. doi:10.1016/B978-0-12-
mencuci tangan dengan sabun setelah BAB
803678-5.00475-6.
dengan pvalue = 0.001.
5. Adanya hubungan signifikan antara angka Elisabeth Purba I, Wandra T, Nugrahini N,

kejadian demam tifoid dengan kebiasaan Nawawi S, Kandun N. Program

Hubungan Personal Hygiene…


(Marsa, Elmiyati, & Ananda, 2020) - 33 -
KANDIDAT, Vol.2, No. 2, April 2020 : 24-34
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/kandidat

Pengendalian Demam Tifoid di 2016;5(10):1-8.


Indonesia: Tantangan dan Peluang. http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum.
Media Penelit dan Pengemb Kesehat. John L Brusch. No Title. Dep Med Infect Dis
2016;26(2). Serv Cambridge Heal Alliance.
doi:10.22435/mpk.v26i2.5447.99- 2017:1.
108. Sri Rezeki S. Hadinegoro. Demam Tifoid
World Health Organization. World Health pada Anak. Univ Diponegoro.
Statistics. 2012. 2013;(VI).
Rekam Medis RSUD Meuraxa. Prevalensi Feasey NA, Gordon MA et al. Enteric
Kasus Demam Tifoid di RSUD Fever, Manson’s Tropical Diseases
Meuraxa. RSUD Meuraxa. 2017. 23rd Edition. Elsevier Saunders.
Arjoso SSC. Typhoid fever and 2014;338-43.
salmonellosis in Indonesia. Med J Bhutta ZA. Enteric Fever (Typhoid Fever)
Indones. 2009;S:1-5. Nelson Textbook of Pediatrics 19th
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Edition. Elsevier. 2012;954‐58.
Profil Kesehatan Indonesia 2010. Nelwan R. Tata Laksana Terkini Demam
Kementeri Kesehat Republik Indones. Tifoid. Cdk. 2012;39(4):247-250.
2011. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar
Kementerian Kesehatan RI. Hygiene dan Kompetensi Dokter Umum Indonesia.
Sanitasi Lingkungan. Dep Kesehat. 2012.
2015. Djoko Widodo. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Dalam. 2014;Jilid 1:549-558.
Penelitian dan Pengembangan Yusni Rohana. Perbedaan Pengetahuan dan
Kesehatan Kementrian RI. Kementeri Pencegahan Primer Demam Tifoid
Kesehat Republik Indones. 2013. Balita Antara di Pedesaan dan
http//www.depkes.go.id/resources/do Perkotaan. Univ airlangga. 2016:384-
nwload/general/Hasil Riskesdas 395.
2013.pdf.
Osman ZB, Mulyantari NK. Prevalensi
antibodi IgM Anti-Salmonella Pada
Penderita Diduga Demam Tifoid di
Rumah Sakit Puri Bunda , Denpasar
Bulan April - Oktober. E-Jurnal Med.

- 34 -

Anda mungkin juga menyukai