Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

OLEH :
Maura Fachriza Asral
011201069

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. GEDONG SONGO KEL. CANDIREJO
KEC. UNGARAN BARAT KAB. SEMARANG
2022
KAJIAN MATERI

A. DEFINISI

DHF (Dengue Hemoragic Fever) atau biasa disebut dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian
baik pada anak, remaja maupun dewasa di antara penyakit infeksius. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang di bawa melalui gigitan
nyamuk. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari sepsis aedes aegypti
dan pada tingkat lebih rendah, A, albopictu (Adarmoyo, 2013).

DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi


(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma, 2015). Penyakit DHF
bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan
angka kematian yang cukup tinggi (Hermawan, 2018)

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul rejatan (flek) angka kematian
akan cukup tinggi (Purnawan Junadi) (Ridha, 2014)

Demam dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD (Dengue Haemorrhagic


Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi ( peningkatan hematocrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. (Sudoyo Aru, dkk 2019)
B. ETIOLOGI
Penyakit DHF (Dengue Hemoragic Fever) disebabkan oleh infeksi virus dengue
yang dibawa melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Karena infeksi dengue sekunder
lebih sering dikaitkan dengan DBD daripada infeksi primer, respon imun didapat
terhadap dengue, baik sel B maupun sel T telah terlibat. Setelah reinfeksi dengan virus
dengue dari serotipe yang berbeda, penyakit parah terkait dengan tingkat tinggi replikasi
virus yang ditingkatkan antibodi di awal penyakit yang diikuti oleh kaskade aktivasi sel T
memori dan sitokin inflamasi dan mediator kimia lainnya.
Senyawa ini dilepaskan terutama dari sel T, monosit/makrofag dan sel endotel,
dan akhirnya menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah (Pang et al.,
2007). Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terinfeksi virus dengue dikaitkan
dengan keberadaan vektor atau nyamuk Aedes sp. Lingkungan yang banyak memiliki air
tergenang sebagai tempat nyamuk berkembang biak. Kamar/ruangan yang tertutup,
kualitas pencahayaan sinar matahari buruk, suhu >18°C, dan terdapat banyak pakaian
yang tergantung sebagai tempat tinggal nyamuk. Populasi yang lebih berisiko adalah
individu yang lebih banyak melakukan aktivitas atau olahraga di luar rumah, serta
individu yang tinggal berkelompok dalam lingkungan yang padat.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi derajat penyakit DHF (Dengue Hemoragic Fever) menurut (Nurarif &
Kusuma, 2015), yaitu :
Tabel 1 Klasifikasi Penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/DBD Derajad Derajad Laoratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia, Serologi dengue
tanda : myalgia, sakit kepala, trombositopen positif
nyeri retroorbital, artralgia ia, tidak
ditemukan
bukti ada
kebocoran
plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia (<100.000/ul) bukti
bendung positif ada kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan

DBD III Gejala diatas ditambah


kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi tidak
teratur
D. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat
sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari. Menurut definisi kasus WHO 2011, infeksi dengue
dicurigai pada pasien dengan demam tinggi dan dua dari tanda atau gejala berikut :
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artralgia/nyeri tulang
5. Ruam
6. Manifestasi perdarahan : petekie, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, atau tes tourniquet positif. Leukopenia (WBC 5.000 sel/mm3)
7. Jumlah trombosit <150.000 sel/mm3
8. Hematokrit (Hct) naik 5-10% (Kalayanarooj, 2011).
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi primer DHF (Dengue Hemoragic Fever) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau
kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang,
terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan hemoglobin,
terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Pada
kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post
mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemi. Setelah masuk
kedalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel retikulo endotelial
yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini,
muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-
hemaglutinin dan anti komplemen. Antibody yang muncul pada umumnya adalah IgG
dan IgM, pada infeksi dengue primer antibody mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder
kadar antibody yang telah ada menjadi meningkat. Antibody terhadap virus dengue dapat
ditemukan di dalam darah ketika demam sekitar hari ke 5, meningkat pada minggu
pertama sampai ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetic kadar IgG berbeda
dengan antibody IgM, oleh karena itu kinetik antibody IgG harus di bedakan antara
infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibody IgG meningkat ketika demam
sekitar hari ke 14, sedangkan infeksi sekunder antibody IgG meningkat pada hari kedua.
Oleh karena itu diagnose dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibody IgM setelah sakit hari kelima (Aryu, 2010).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada setiap penderita DHF (Dengue Hemoragic Fever) dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menegakkan diagnose, yang meliputi : (Andriani, 2014)
1) Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara yaitu
dengan cara sahli dan sianmethemoglobin. Dalam laboratorium cara
sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari hasilnya lebih
akurat dibanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl dan
wanita 12-14 gr.dl.
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun.
Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan
merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat ditemukan pada penderita
demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
atau DHF.
2) Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan
disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan
dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria 40-48 vol% dan wanita
37-43 vol%. Penetapan hematocrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik
rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan
keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan darurat.
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan
penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam
berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai hematocrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran
ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai
perdarahan, umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun. Telah
ditentukan bahwa pemeriksaan Ht/Sgot/Sgpt secara berkala pada penderita DHF
mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF, pemeriksaan
ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht/Sgot/Sgpt berkala menentukan perlu
atau tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat
untuk menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat
untuk memberikan darah.
3) Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan
dari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan asing
(bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal. Jumlah trombosit dalam keadaan
normal sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya, sering dipastikan nilai normal
itu antara 150.000-400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semu
kuantitatif tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya
sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit dengan
menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan
petugas laboratorium.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (Andriani,2014), penatalaksanaan DBD dapat juga dibedakan menjadi
lebih sederhana lagi, yaitu didasarkan derajat DBD :
1) Derajat I
 Pengobatan symtomatik, minum cukup dan makan seimbang.
 Pemantauan yang teratur dan ketat.
 Buah-buahan biasa diberikan, tapi berupa sari buahnya saja.
2) Derajat II
 Pemasangan infus, kadang melalui 2 jalur yaitu satu untuk pemberian
plasma dan satu lagi untuk pemberian cairan.
 Minum dan makan diberikan sebanyak yang pasien mau.
 Pengobatan DIC dengan heparin, namun jarang digunakan sebagai terapi
standar untuk sekarang ini.
 Pemberian komponen darah yaitu suspensi trombosit atau darah lengkap
sesuai kebutuhan.
3) Derajat III dan IV (DSS):
 Mengatasi syok
 Memperbaiki gangguan balance - basa dan elektrolit.
 Memberi komponen darah atau darah lengkap yang sesuai dengan
indikasinya.
 Pemberian antipiretik.
 Obat inotropik bila syok belum teratasi
 Pengawasan terhadap pemberian cairan untuk mencegah terjadinya
overloading.
 Menghindari tindakan invasive yang berlebihan.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit DHF (Dengue Hemoragic Fever)
menurut (Arkan Ichsan et al., 2020), adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
3. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
I. PATHWAY
Kekurangan
Volume Cairan

Nyeri Akut
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D. 0130)
2) Hypovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (D. 0023)
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019)
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
5) Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan trauma/perdarahan (D.0036)
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermia (1.
15506)
berhubungan keperawatan selama
OBSERVASI :
dengan proses diharapkan hipertermi
penyakit (D. 0130) menurun, dengan kriteria 1. Identifikasi

hasil (L.14134): penyebab

1. Menggigil pada pasien hipertermia (mis.

menurun Dehidrasi)

2. Suhu tubuh dan kulit 2. Monitor suhu

membaik tubuh

3. Tekanan darah membaik TERAPEUTIK :


3. Sediakan
lingkungan yang
dingin

4. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
pasien
5. Berikan cairan
oral
6. Lakukan
pendinginan
eksternal(mis.
Selimut
hipotermia atau
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
EDUKASI :
7. Anjurkan tirah
baring
KOLABORASI :
8. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena
Hypovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hypovolemia
(1. 03116)
berhubungan keperawatan selama
OBSERVASI :
dengan diharapkan Hipovolemia
1. Periksa tanda dan
peningkatan terpenuhi, dengan kriteria
gejala hipovolemia
permeabilitas hasil (Status cairan
(mis. Turgor kulit
kapiler (D. 0023) L.03028) :
menurun, membrane
1. Kekuatan nadi
mukosa kering,
meningat
lemah)
2. Turgor kulit meningat
TERAPEUTIK :
3. Dispnea menurun
2 2. Hitung kebutuhan
4. Frekuensi nadi
cairan
membaik
3. Berikan asupan
5. Tekanan darah dan
cairan oral
nadi membaik
EDUKASI :
6. Membran mukosa
4. Anjurkan menghindari
membaik
perubahan posisi
7. Kadar Hb dan Ht
mendadak
membaik
KOLABORASI :
5. Kolaborasi
pemberian cairan iv
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (1.
03119)
berhubungan keperawatan selama
OBSERVASI :
dengan faktor diharapkan nutrisi
1. Identifikasi status
psikologis Terpenuhi dengan kriteria
nutrisi
(D.0019) hasil
TERAPEUTIK :
(Status nutrisi L. 03030) :
1. Porsi makanan yang 2. Fasilitasi
dihabiskan meningkat menentukan
2. Diare menurun pedoman diet
(mis.
3. Indeks Massa Tubuh
Piramida
membaik
makanan
4. Bising usus
membaik EDUKASI :
5. Membrane mukosa 3. Ajarkan diet
membaik
yang
diprogramkan

KOLABORASI :

4. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk memenuhi
jumlah kalori dan
jenis nutrien
Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.
Nyeri akut
b.d agen cedera keperawatan selama 09290)
biologis (D.0077) diharapkan nyeri yang OBSERVASI :
dirasakan pasien 1. Identifikasi lokasi,
berkurang, dengan kriteria karakteristik,
hasil frekuensi, kualitas,
(L. 08066) : intensitas nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Identifikasi skala
2. Melaporkan nyeri nyeri
berkurang 3. Identifikasi factor
3. Menyatakan rasa nyaman memperberat dan
setelah nyeri berkurang memperingan nyeri
4. Vital sign dalam batas TERAPEUTIK :
normal 1. Berikan tehnik
non-farmakologis
2. Fasilitasi istirahat
4
tidur
EDUKASI :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor
nyeri secara
mandiri
4. Ajarkan tehnik
non-farmakologi
KOLABORASI :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik
5 Resiko Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Cairan (I.
ketidakseimbanga keperawatan diharapkan 03098)
n cairan Resiko ketidakseimbangan
Observasi :
dibuktikan dengan cairan dapat membaik dengan
trauma/perdarahan kriteria hasil : 1. Monitor status
(D.0036) hidrasi
1. Kelembaban
2. Monitor berat
membrane mukosa
badan harian
meningkat dengan
3. Monitor brat badan
skala 5
sebelum dan
2. Dehidrasi menurun
sesudah diabetes
dengan skala 5
4. Monitor hasil
3. Tekanan darah
pemeriksaan
membaik dengan skala
laboratorium
5
5. Monitor tekanan
4. Berat badan membaik
darah
dengan skala
6. Identifikasi factor
5(L.03020)
resiko penyebab
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik :

7. Catat intake, output


dan hitung balans
cairan
8. Berikan asupan
cairan
9. Berikan cairan IV
Kolaborasi :

10. Kolaborasi
pemberian deuretik
6 Intoleransi Setelah dilakukan Tindakan Manajemen energi
aktivitas keperawatan diharapkan (I.05178)
berhubungan Intoleransi aktivitas dapat OBSERVASI :
dengan membaik dengan kriteria 1. Monitor pola jam
ketidakseimbanga hasil : tidur
n antara suplai dan 2. Monitor kelelahan
(Toleransi Aktivitan L.
kebutuhan oksigen fisik
05047)
(D.0056) 3. Monitor lokasi
1. Kekuatan tubuh bagian penyebab
atas meningkat ketidaknyamanan
2. Kekuatan tubuh bagian TERAPEUTIK :
bawah meningkat 1. Berikan aktivitas
3. Perasaan lemah distraksi yang
menurun menyenangkan
4. Tekanan darah 2. Fasilitasi duduk di
membaik sisi tempat tidur
EDUKASI :

1. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
2. Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala keluhan
tidak berkurang
KOLABORASI :

1. Kolaborasi dengan
ahli gizi mengenai
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Adarmoyo, S. (2013). HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA
TENTANG PENYAKIT DHF DENGAN SIKAP KELUARGA DALAM
PENCEGAHAN PENYAKIT DHF - Umpo
Repository. http://eprints.umpo.ac.id/2051/
Andriani, N. W. E. (2014). KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI
PENGOBATAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA
PENDERITA ANAK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUP
PROF. DR. R.D KANDOU TAHUN 2013. PHARMACON, 3(2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/4771
Arkan Ichsan, A., Nisa Berawi, K., Putri Prameswari, N., Nirmala
Wahyunindita, R., Pendidikan Dokter, P., Kedokteran, F., Lampung, U.,
Lampung, B., Biokimia, B., & Fisiologi, dan. (2020). Predictors For
Dengue Shock Syndrome (DSS) Complications In Pediatric Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) Patients. Medical Profession Journal of
Lampung, 10(1), 134–141. https://doi.org/10.53089/MEDULA.V10I1.42
Aryu, C. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan.
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/
1787/973
Hermawan. (2018). Dengue Hemorrhagic Fever.
Kalayanarooj, S. (2011). Review TMH Clinical Manifestations and
Management of Dengue/DHF/DSS. Tropical Medicine and Health, 39(3),
xx–xx. https://doi.org/10.2149/tmh.2011-S10
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction.
Pang, T., Cardosa, M. J., & Guzman, M. G. (2007). Of cascades and perfect
storms: the immunopathogenesis of dengue haemorrhagic fever‐dengue
shock syndrome (DHF/DSS). Immunology & Cell Biology, 85(1), 43–45.
https://doi.org/10.1038/sj.icb.7100008
Retno, C. (2010). GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DBD
(DEMAM BERDARAH DENGUE) ANAK DI BANGSAL IBNU SINA
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan criteria hasil keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EG
Pratamawati, D. A., Irawan, A. S., & Widiarti. (2014). Relationship Between
Knowledge of Vector With Household Insecticide Usage Behavior in Dengue
Hemorrhagic Fever Endemic Areas in Bali Province. Jurnal Vektora, 4(2),
99– 116. https://doi.org/10.22435/vektora.v4i2Okt.3503.99-116

Anda mungkin juga menyukai