Oleh :
Drs. NALOM SIAGIAN,M M
(Dosen FISIP UHN)
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
MEDAN
2013
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1a. Judul Penelitian : Pengaruh Ikim Kerja, Insentif dan Motivasi Terhadap Kinerja
Pegawai di PT. KIM ( Kawasan Industri Medan )
b. Bidang Ilmu : Sosial
c. Kategori : Mengembangkan Ikim Kerja, Insentif dan Motivasi Kerja
Kinerja Pegawai di PT. Kawasan Industri Medan Sumatera
Utara
2. Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Golongan/Pangkat : II/c Penata
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
e. Jabatan Struktual : Wakil Dekan II
f. Fakultas/Jurusan : Fisip/Ilmu Administrasi Niaga
3. Llokasi Tempat penelitian : Medan
4. Lama Penelitian : 6 Bulan
5. Biaya Penelitian : Rp. 6.000.000,- ( anggaran terlampir )
6. sumber biaya : - lembaga produk UHN Rp. 4.000.000,-
- Swadaya Sendiri Rp. 2.000.000,-
ABSTRAK
PENGARUH IKLIM KERJA, INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KINERJA PEGAWAI DI PT. KAWASAN INDUSTRI MEDAN PROPINSI
SUMATERA
UTARA
Sumber Daya Manusia (SDM), Merupakan salah satu unsur penting yang
dapatmempengaruhi kesuksesan suatu organisasi. Maka dari itu untuk mendapatkan
SDMyang berkualitas diperlukan beberapa kebijakan seperti, Perancangan iklim kerja
yanglebih kondusif, Insentif, dan Pemberian motivasi kerja kepada pegawai yang
diharapkanakan dapat merubah kinerja pegawai tersebut. Dan yang menjadi
Permasalahannyaadalah : Apakah_gPengaruh Iklim Kerja, Insentif dan Motivasi kerja
dapat membuatKinerja Pegawai di PT. Kawasan Industri Medan Sumatera Utara
menjadi IebihProduktif?
DAFT AR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. i
DAFT AR ISI .............................................................................................................. ii
DAFT AR TABEL ...................................................................................................... iii.
DAFI` AR GAMBAR ........... ……………………………………………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………. 1
1.2. Identit1I§ésiMasaIah……………………………………………………………… 2
1.3. Batasan masalah……………………………………………………………………. 3
1.4. Perumusan masalah .................................................................................................. 3
1.5. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………… 4
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5
1.7. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 5
BAB Il. LANDASAN TEORI
2.1.Manajemen Sumber Daya Manusia…………………………………………………. 9
2_2 Kinerja………………………………………………………………………………. 11
2_3 Motivasi……………………………………………………………………………… 22
2.4 Iklim Kerja ………………………………………………………………………….. 36
2.5 Insentif ........................................................................................................................ 40
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………………… 50
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ………………………………………….. 60
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 79
DAFTAR TABEL
JUDUL
Nomor
Tabel 3.1.Instrumen Penelitian .........................................
Tabel 4.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................
Tabel 4.2.Karakte1°istik Responden Berdasarkan Pendidikan .........
Tabel 4.3.Hasi1 Uji Multikolonierisitas ....................................
Tabel 4.4.Hasi1 Uji Heteroskedastisitas ..........
Tabel 4.5.Hasil Uj i Autokorelasi .......,.........
Tabel 4.6.Deskriptif Data Penelitian .................................................................
Tabel 4.7.Uji Koefisien Determinan ( Uji R ) antara variabel Iklim Kelja dan
Insentif terhadap MotivasiKe1ja .....................................................
Tabel 4.8.Uji Koefisien Determinan ( Uji R ) antara variabel Iklim Kelja dan
Insentif terhadap K.il1€lj a Karyawan .................................................
Tabel 4.9.Uji Koeflsien Determjnan ( Uji R ) antara variabel Iklim Kelja,
Insentif dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan ..............
Tabel 4.10.Uji Serempak ( Uji F ) variabel Iklim Kelja dan Insentif
terhadap M0tiVaS1 Kelja .........,.......................................... ..
Tabel 4.1 1.Uji Serempak ( Uji F ) Variabel Iklim Kerja Insentif
terhadap Kinelja Karyawan ...............................................
Tabel 4.l2.Uji Serempak ( Uji F ) Variabel Iklim Ke1ja Insentif
Terhadap Kinelja Karyawan .........................................
Tabel 4.13.Uji Parsial ( Uji t ) Variabel Iklim K.i1'l€lj8 Insentif
Terhadap Motivasi Kerja ...................................................
Tabel 4.14.Uji Parsial ( Uji t ) Variabel Iklim Kerja dan Insentif
Terhadap Kinerja Karyawan ..........................................
Halaman
DAF TAR GAMBAR
Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran ..............
Gambar 2.2.Hirarki Kebutuhan Maslow ..........
Gambar 3.l.Model Analisis Jalur ................................
Gambar 3.2.Uji Normal Grafik Hjstrogram Kinelja ..........
Gambar 3.3.Uji Normal P-P Plot Kinelja ....................
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia sebagai Salah satu pembawa perubahan akibat system
perlunyasumber daya manusia yang berkualitas agar mampu mengatasi persaingan yang
sumberdaya manusia. Hal ini sangat penting karena betapapun canggihnya teknologi
yangditerapkan, namun apabila tidak didukung oleh sumber daya yang produktii;
manajemen sumberdaya manusia, yaitu perancangan iklim kelja yang lebih kondusit;
yang memilikikinerja yang cukup jelek. Tentu hal tersebut merupakan dampak dari
kurang kondusifhya.
atasmasihsering terjadi. Banyak para pegawai yang tidak memiliki kinerja yang kurang
baik, ditambahlagi kurangnya perhatian para pimpinan untuk merancang iklim kerja
peningkatan pemberian motivasi kepada pegawai dapatmenimbulkan rasa puas pada diri
organisasi untuk meningkatkan kinerja pegawaidalam suatu organisasi. Oleh karena itu
MEDAN).
KIM), yaitu :
4. Disiplin kerja pegawai yang kurang, yang ditandai dari seringnya pegawai
datangterlambat masuk kerja.
5. Komitmen kerja pegawai yang kurang baik.
6. Adanya pegawai yang fasif terhadap pekerjaan
7. Adanya pegawai yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaanya.
8. Kualitas dari hasil kerja pegawai yang kurang.
ruanglingkup yang lebih spesifik yaitu hanya meneliti pengaruh iklim kerja, Insentif dan
Sebagai tindakan yang dilakukan secara sadar dan terencana selalu didahului
dengansuatu tujuan yang ingin dicapai. Ada dua kemungkinan yang dihasilkan oleh
suatu tindakan,yaitu : 1). Hasil yang sesuai dengan target, 2). Hasil yang tidak sesuai
dengan apa yangmenjadi tujuan dan tindakan yang telah direncanakan. Terhadap
tidak dipercepat, atauteljadi suatu penyimpangan terhadap tujuan. Disini timbul suatu
masalah yang menuntutsuatu pemecahan.Perumusan masalah dilihat dari uraian latar
1. Apakah ada pengaruh langsung antara Iklim Kelja terhadap Motivasi Kelja
2. Apakah ada pengaruh langsung antara Insentif terhadap Motivasi Kerja pegawai
di PT.KH\/I Medan?
3. Apakah ada pengaruh langsung antara Iklim Kerja dan Insentif terhadap
4. Apakah ada pengaruh langsung antara Iklim Kerja terhadap Kinerja pegawai di
PT.KIM Medan?
PT.KIMMedan?
6. Apakah ada pengaruh antara Iklim Kerja dan Insentif terhadap Kinerja pegawai
di PT.KIM Medan ?
di PT.KIM Medan?
1.5.Tujuan Penelitian
PT.KIM Medan
KIMMedan
KIMMedan.
KIMMedan.
1.6.Manfaat Penelitian
l. Bagi peneliti.
mengembangkan antara teori yang selama ini di perolehdengan kenyataan yang terdapat
2. Sebagai bahan masukan sumbang dan saran bagi manajemen PT. KIM Medan,
(goay yang optimal dan dengan barometer yang ada dapat menilai bagian -bagian lain
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
secaralegal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral maupun etika. (Suyadi
Prawirosentono,l999:5)
Iklim Kerja adalah organisasi sosial informal dan aktivitas karyawan
perusahaanyang secara spontan mempengaruhi tingkah laku. Hoy dan Forsyth ( 1986:
37)
untukmelakukan sesuatu yang kita inginkan. (Heidjrahman dan Saud Husnan, 1989 :
Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk
memahami fenomena Iklim Kerja, khususnya tentang pengaruh iklim kerja, penerapan
terbuka.
(innovation).
1. Motivasi Kerja
2. Sebagai Kebutuhan
1. Uang
2. Penguat Positif
Orang-orang dapat dimotivasi melaluai penciptaan lingkungan dengan baik,
denganmemuji prestasi yang baik serta menghukum prestasi yang jelek yang
menimbulkanhasil negatiil
3. Partisipasi
perusahaan.Sedangkan faktor Kinerja dapat diuraikan sebagai hasil kerja yang dapat
dicapai olehseseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
maupun etika.
Ikli Kerja
Motivasi
Kerja Pegawai
Insetif Kerja
LANDASAN TEORI
yangmerupakan suatu pengakuan peran manusia yang bukan lagi sebagai salah satu
factor produksi.
Mengenal pengertian dari manajemen sumber daya manusia dapat kita lihat dari
Menurut John. B. Miner dan Mary Green Mince dalam buku Malayu STHasibuan (l99l;
perusahaan, individu
Adapun fungsi-fungsi operatif dari manjemen sumber daya manusia menurut EdwinB. F
Adalah kegiatan untuk mendapatkan jenis dan jumlah karyawan yangdibutuhkan untuk
karyawan.
2. Pengembangan (development)
3. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini meliputi pemberian jasa yang adil dan layak terhadap karyawan sesuaidengan
prestasinya.
4. Perpaduan (Integrating)
Yaitu upaya untuk mengadakan penyatuan kepentinga - kepentingan individukaryawan,
5. Pemeliharaan (maintenance)
Yaitu upaya untuk mempertahankan atau memelihara kondisi yang telah terbinadengan
baik.
6. Pemisahan (separation).
denganperusahaan.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen sumber daya manusia agar
dapatbekerja sesuai dengan peran dan fungsinya dalam hal penerimaan karyawan
sampai
penempatan karryawan tersebut secara selektif dan obyektif Menurut T. Hani Handoko
1. Penasehat (advisory)
2. Koordinasi (coordination)
2.2. Kinerja
istilah kinelja tersebut, yakni ’jveU%rmance ”, kata ini dianggap setaraartinya dengan
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masmg-
masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak
tanggung jawab dan orang yang menduduki jabatan atau bekelja pada unit-unit
yang dimanfaatkan perusahaan antara lain modal, bahan baku, teknologi dan lain-
perusahaan.
`
saranadalam bentuk organisasi yang digrakkan oleh sekelompok orang yang berperan
tujuanperusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada
organisasipemsahaan tersebut.
baik, maka kemungkinan besar kinerja perusahaan juga baik. Kinerja seorangkaryawan
akan baik bila dia mempunyai keahlian (skilb yang tinggi, bersedia bekerja karena
digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan (expectation)
masadepan lebih baik. Bila sekelompok karyawan mempunyai kinerja yang baik, maka
motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis,dalam buku A.A.
atasrata (IQ : 110 - 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatarmya dan
pekerjaanyang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right
b. Faktor motivasi
Sikap mental sesorang karyawan harus sikap mental yang siap secara psikofisik (
siapsecara mental, tisik, tujuan, dan situasi ), altinya seorang pegawai harus siap
mental,mampn secara tisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan
secara psikofisik terbentuk karena karyawanmempunyai " Modal dan Kreatif ". Dengan
luas.
Dengan demikian karyawan tersebut harus siap mental, mampu mengolah otak
denganaktif dan lincah, memiliki keinginan maju, rasa ingin tahu tinggi, energik,
analisissistemik, terbuka untuk menerima pendapat, inisiatif tinggi, dan pikiran luas
positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Motif prestasi adalah
suatudorongan dalam diri karyawan untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas
dengansebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja ( kinerja ) dengan predikat
terpuji.
tujuannya.
kegiatanyang dilakukan.
memiliki motifbelfprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk
sesuatu kekuatandiri dan ika situasi lingkungan keda turut menunjang maka pencapaian
kinerja akanlebih mudah diraih. Oleh karma pengembangan motif berprestasi dalam diri
Banyak istilah yang dipakai oleh para ahli dan penulis untuk memberikan
Pengertian tersebut terfokus pada apa yang dianggap sebagai unsur yang
keduanya yang membedakan anatara penilaian dan umpan batik sehari – hari yang
dengan jenis tinjauan formal lainnya mungkin dilakukan karena suatualasan tertentu.
Pengertian tersebut terfokus pada apa yang dianggap sebagai unsur yang san gat
yang membedakan antara penilaian dan umpan batik sehari – hariyang mlingkin
dilakukankarena suatu alasan tertentu. Untuk itu Mark C. Zweig dalam bukunya
“Penilaian kineja adalah proses penilaian hasil kerja yang akan digunakanoleh pihak
hal ini, seorang karyawan harus diberitahu tentang hasilpekerjaannya, dalam arti baik,
Jikaperusahaan menganggap, bahwa karyawan tidak akan bekelja jika tidak diawasai
berusaha untuk
1. Karyawan akan bekerja keras apabila merasa bahwa mereka diperlukan di dalam
organisasi.
2. Karyayyan akan bekerja lebih baik, apabila mereka merasa jelas mengenai apa
yang diharapkan dari mereka dan apabila sesekali mereka berwenang mengubah
harapanharapan itu.
ganjaran.
5. Karyawan akan bekelja lebih baik apabila mengetahui organisasi memberi
kemampuan mereka.
dengan hormat.
penilaian mempertimbangkan hal - hal tersebut di atas. Penilaian kerja pada umumnya
dilakukan terhadap kinerja pada waktu yang telah lampau. Pendekatan masa lalu sangat
menguntungkan karena penilaian didasarkan pada kinerja yang telah terjadi dan
dapat menguntungkan karena penilaian didasarkan pada kinerja yang telah terjadi dan
dapat diukur. .
Ada beberapa metode penilaian kinerja yang berorientasi masa lalu antara lain sebagai
berikut:
a. Rating scales
evaluasi subyektif atas kinerja individual dalam suatu skala dan rendah samapai skala
tertinggi, yang dapat kita lihat sebagai berikut Sebagai contoh dalam sistem skala ini
Dengan menghitungiumlah masing - masing faktor yang dinilai, maka akan diperoleh
dalam sebuah kurva normal. Tiap-tiap kelompok mewakili kategori kinerja masing-
rnasing mulai dari sangat buruk (kinelja rendah), buruk, sedang, baik sangat baik (
sebagiankecil karyawan berada dalam kategori sangat baik (15%) dan sangat buruk
(15%)dan sebagian terbesar karyawan berada pada kategori baik (20%), sedang
yaitu :
Kemudian setiap karyawan dinilai dan dimasukkan ke dalam salah satu kelompok.
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat
1
1 2 1
1 2 3 2 1
2 3 4 3 2
3 4 5 4 3
6
Rendah Tinggi
Metode ini diterapkanoleh perusahaan dalam rangka menentukan kenaikan gaji.
menyebutkan bahwa ciri khas penilaian kinerja berdasarkan metode ini adalah
tujuan bagi bawahap untuk periode waktu tertentu (misahmya 6 bulan atau 1
tahun).
3. Kriteria untuk mengukm dan menevaluasi tujuan disetuj ui bersama. Atasan dan
keorganisasian. '
d. Skala Penilaian Bed angkar pada perilaku ( Behavioralb/ Anchored Rating Scales
BARS ).
pada penggunaan peristiwa kritis ( critical icident ) sebagai dasar penyususnan Skala
penilaian. Peristiwa kritis adalah contoh dan perilaku pekeljaan khusus yang
menentukan berbagai macam tingkat hasil karya, setelah peristiwa - peritiwa khusus
sebagai jangkar/ patokan untuk menentukan hasil karya yakni : rendah, sedang, tinggi
dan sangat tinggi. Penentuan tingkat hasil karya dapat mempergunakan angka - angka
Metode ini menekan perbandingan kinerja karyawan yang satu dengan yang lainnya
1. Metode ranking, yaitu penilai melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan dan
menyusun ranking ternilai dari tCI'tiI1ggi sampai terendah, dan terbaik sampai
terburuk.
1. Amir 1
2. Iwan 2
3. Gadu 3
4. Cambil 4
5. Jodet 5
Memilih karyawan secara berpasangan, tetapi dalam posisi yang berlawanan, kalua satu
adalah terbaik, maka pasanganya adalah yang terburuk, begitu juga sampai seterusnya
Pilih terbaik no. 2 dan terburuk kedua ( n 1) Sehmga has1lnya akan sebaga
berikut :
- n terburuk Carbe
2.3. Motivasi
Motivasi ini merupakan jawaban mengapa orang berpnlaku Perllaku ini pada dasarnya
mempakan pemuas motif mereka, yang dapat menimbulkan, memelihara kegiatan dan
menentukan arah dari pada perilaku individu. Perilaku individu ini merupakar
serangkaian aktivitas yang didasarkan pada kebutuhan untuk mencapai suatu aktivitas
Untuk mengetahui lebih luas tentang masalah motivasi ini, berikut ini akar
untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. (Heidjrahman dan Saud Husnan, 1989 :
24). Motivasi adalah sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
tentang motivasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan,
diinginkan.
b. Teori-Teori Motivasi
memotivasi para pegawai. Teori petunjuk ini didasarkan atas pengalaman yang
dalam suatu kegiatan, yang mana pengalaman tersebut dapat mengubah jabatarmya
agar para karyawannya mencoba pengalamannya, dengan tujuan agar para karyawan
mendapatkan penghargaan baik berupa uang, kedudukan atau jabatannya di dalam
organisasi tersebut.
Dasar teori ini adalah isi. Teori kepuasan ini mencoba menentukan faktor-faktor
menghentikan perilaku.
Inti teori Maslow adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki.
Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan iisiologis dan tingkat yang
Tingkat kebutuhan yang paling rendah dalam hirarki Maslow adalah Fisiologis.
Ini merupakan kebutuhan yang paling pokok atau utama bagi karyawan.
Kebutuhan ini misalnya : kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal dan
istirahat.
Apabila kebutuhan psikologis sedikitnya telah terpenuhi, maka kebutuhan rasa aman
akan muncul menggantikannya. Hal ini menjadi kebutuhan yang berusaha dipenuhi
memberikan jaminan kesehatan bagi setiap karyawan, asuransi, uang pesangon dan
masih banyak lagi masalah yang dihadapi dan diperhatikan, dengan perhatian yang
demikian karyawan akan senantiasa merasa aman keadaan hidupnya baik untuk
Apabila kebutuhan psikologi dan rasa aman telah terpenuhi, menurut Maslow
kebutuhan itu tidal( lagi memotovasi perilaku. Sekarang kebutuhan sosial yang
atiliasi, memberi dan menerima kasih sayang, dan persahabatan. Jika kebutuhan ini
terpenuhi, maka akan tercipta suasana yang enak dalam melakukan pekerjaan.
Dengan terpenuhinya kebutuhan sosial tersebut, maka akan terasa saling cinta,
penghargaan pada setiap karyawan akan mengakibatkan cara keria akan meningkat
dan sebagian besar karyawan akan bersemangat melak\1kan pekerjaan dengan hasil
yang memuaskan.
mendominasi perilaku kalyawan apabila semua kebutuhan pada tingkat yang lebih
rendah telah terpenuhi. Inilah kebutuhan akan perwujudan diri, yaitu kebutuhan
yang dimiliki semua karyawan untuk menjadi orang yang dirasa bahwa mereka
Alderfer setuju dengan pendapat Maslow bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan
yang tersusun dalam semua hirarki. Akan tetapi, hirarki kebutuhannya meliputi tiga
1. Eksistensi
Ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti upah, makanan, air,
2. Keterkaitan
Ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi
yang bermanfaat.
3. Pertumbuhan
Ini adalah kebutuhan dimana individu merasa puas dengan membuat suatu kontribusi
Penjelasan Alderfer tentang kebutuhan berbeda dengan Maslow dalam beberapa hal:
keterkaitan /Relatedness (R) dan pertumbuhan / Growth (G), atau ERG. Kebutuhan
eksistensi sama dengan kategori Maslow yaitu misiologis dan keselamatan ; kebutuhan
akan keterkaitan sama dengan kategori kebutuhan akan rasa memiliki, sosial dan cinta;
dan kebutuhan akan pertumbuhan sama dengan kategori harga harga diri.
Kedua : Teori ERG dan hirarki kebutuhan Maslow berbeda dengan cara bagaimana
kebutuhan yang tidak terpenuhi adalah kebutuhan utama, dan bahwa tingkat kebutuhan
yang lebih tinggi berikutnya tidak akan bergerak apabila kebutuhan utama belum
terpenuhi secara wajar. Sebaliknya, teori ERG Alderfer mengemukakan bahwa sebagian
tambahan sebagai proses kemajuan pemuasan yang dikemukakan oleh Maslow, juga
texjadi proses pengurangan kepuasan. Yaitu jika seorang terus menerus terhambat
keterkaitan akan muncul kembali sebagai kekuatan motivasi utama yang menyebabkan
Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang
motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan
motivator iklim baik atau ekstrinsik-ekstrinsik tergantung dari orang yang membahas
teori tersebut. Penelitian Herzberg menghasilkan dua kesimpulan khusus mengenai teori
mengnasilkan ketidakpuasan dikalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada. Jika
kondisi ada, maka tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi tersebut adalah faktor-
faktor yang membuat orang tidak puas (dissatylers) atau disebut juga faktor iklim baik
yang paling rendah yaitu “tidak adanya ketidak puasan”. Faktor-faktor ini mencakup :
a. Upah
b. Jaminan pekeljaan
c. Kondisi kerja
d. Status
e. Prosedur perusahaan
f. Mutu supervisi
g. Mutu hubungan antar pribadi, diantara rekan sekerja, dengan atasan dan bawahan.
dalam pekeljaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat
menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, maka tidak akan
timbul rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut
a. Prestasi
b. Pengakuan
c. Tanggugjawab
d. Kemajuan
f. Kemtmgkinan berkembang
Mc. Clelland mengajukan teori motivasi yang berkaitan elat dengan konsep belajar. Ia
berpendapat bahwa, banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari
tematis (Thematic Apperception Test (TAT)) yaitu tes proyektif yang digunakan dalam
riset Mc. Clelland untuk menentukankebutuhan seorang akan prestasi, aviliasi dan
kekuasaan.
3. Teori Proses
Dasar teori ini l adalah proses. Teoifi Vproses ini menguraikan dan menganalisa
Hasil tingkat pertama yang diperoleh dari perilaku adalah hasil yang berkenaan
keabsenan, pergantian karyawan dan mutu produktivitas. Hasil tingkat kedua adalah
oleh tingkat pertama, seperti perbaikan kenaikan upah, penerimaan atau penolakan
2. Instrumentalitas
Adalah kadar keyakinan seseorang bahwa suatu tindakan menuju kepada hasil kedua.
3. Valensi
subyektif (Subyeklive Probability) bahwa suatu perilaku terutama akan diikuti oleh hasil
tertentu.
Inti dari teori keadilan adalah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka terhadap
imbalan dengan imbalan karyawan lairmya dalam situasi kerja yang sama. Teori
motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang- orang dimotivasi oleh keinginan
untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Individu bekerja untuk mendapat
1. Orang
4. Perolehan (Income)
Keadilan dikatakan ada jika karyawan menganggap bahwa ratio antara masukan mereka
praktis. Pandangan Locke adalah bahwa tujuan dan malsud individu yang disadari
Seperti halnya individu, kita menetapkan tujuan dan kemudian bekerja untuk
3. Menekankan sifat-sifat tujuan yang harus dipahami oleh seorang manajer dan
bawahannya.
menyelesaikan.
c. Teknik-Teknik Motivasi
Pada garis besarya motivasi besarnya motivasi yang diberikan dapat dibagi
menjadi dua yaitu motivasi positif dan motivasi negatii (Heidjrahman Ranupandojo,
Motivasi Posity” adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang Iain agar
menjalankan sesuatau yang kita ingin/can dengan cara memberikan kemungkinan untuk
mendapatkan hadiah. Motivasi Negat# adalah proses untuk mempengaruhi orang agar
mau melakukan sesuatuyang kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunakan adalah
Iewat kekuatan ketakutan.
Dari pendapat kedua kemungkinan diatas dapat disimpulkan bahwa pada motovasi
motivasi negatif; apabila karyawan tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh
akan kehilangan sesuatu, bias kehilangan pengakuan, uang atau mungkin jabatan.
Setelah mengkaji semua teori motivasi, persoalamiya sekarang adalah apa artinya
keseluruhan hal itu bagi para manager. Seperti yang telah dijelaskan, meskipun motivasi
sangat rumit dan bersifat individual sehingga tidak akan ada jawaban yang paling baik,
1. Uang
Sebagaimana juga telah ditekankan oleh Patton, uang tidak akan pemah dapat diabaikan
sebagai motivator. Apakah hal itu dalam bentuk upah, kerja borongan atau bayaran
insentif lainnya, bonus, pilihan saham, tunjangan asuransi perusahaan, atau hal-hal lain
yang dapat diberikan kepada orang-orang sebagai imbalan prestasi, uang merupakan hal
yang penting.
Para ekonom mmunnya para manajer cenderung meletakkan uang pada tempat yang
tinggi pada skala motivator, meskipun para ihnuwan cenderung meletakkanya pada
tempat yang rendah. Kemungkinan tidak satupun dari pandangan itu yang benar. Tetapi
apabila uang merupakan salah satu motivator sebagaimana seharusnya, para manajer
a. Uang tampak lebih penting bagi orang-orang yang berusia muda dan sedang
dalam arti kebutuhan mereka akan uang tidak begitu mendesakQ Uang merupakan
minimum ini sering beinjak keatas pada saat orang-orang menjadi lebih makmur.
Contoh 2 Seseorang yang suatu ketika merasa puas memiliki rumah kecil dan mobil
sederhana boleh jadi sekarang hanya akan memperoleh kepuasan yang sama dengan
b. Seperti yang dikemukakan oleh Gellennan tentang uang sebagai motivator yaitu:
"Dalam semua jenis uasaha pada umumnya, kenyataannya uang digunakan sebagai alat
agar perusahaan tetap memiliki pegawai yang cukup dan tidak semata-mata sebagai
Hal ini dapat dilihat dalam praktek untuk membuat tingkat upah dan gaji tetap
pegawai.
c. Uang sebagai motivator cenderung menurun oleh praktek dalam perusahaan yang
berusaha menyamaratakan gaji manajer, dengan kata lain berusaha agar orang-orang
yang berada pada tingkat yang setara memperoleh kompensasi yang sama. Hal ini
d. Apabila uang diingikan berfungsi sebagai motivator yang efektii maka orang-orang
yang berada dalam berbagai jabatan, meskipun pada tingkat yang sama, harus
diberikan gaji dan bonus yang mencerminkan prestasi mereka secara individual.
Yang mungkin terikat dalam praktek-praktek pemberian upah dan gaji setara, tetapi
pemsahaan yang dikelola tidak perlu terikat oleh praktek-praktek seperti itu dalam
kaitannya dengan pemberian bonus. Hal ini jelas sekali merupakan suatu cara untuk
memastikan bahwa uang memiliki arti sebagai imbalan atas penyelesaian pekerjaan
dan sebagai cara pemberian kepuasan prestise kepada orang-orang. Seperti yang
13O)".
Masalahnya dengan kenaikan upah dan gaji ummnnya dan bahkan dengan bonus, adalah
atau niat untuk mencan pekerjaan lain, tetapi apabila hal itu tidak "dirasa" cukup besar
dan apabila tidak ada kaitammya dengan prestasi kexja, maka dengan diharapkan untuk
2. Penguat Positif
Penerapan teori motivasi yang telah diterapkan secara berhasil oleh B.F. Skinner
seorang psikolog Harvard. Pedekatan yang sering diacu sebagai "penguat positii“
dapat dimotivasi melaluai penciptaan lingkungan dengan baik, dengan memuji prestasi
yang baik serta menghukum prestasi yang jelek yang menimbulkan hasil negatif
karyawan melakukan seperti yang terlibat dan mulai mengadakan pembahan untuk
ditetapkannya tujuan dengan keikutsertaan dan bantuan dari karyawan, Lunpan balik
yang segera tentang hasilfsecara tertur, dari peningkatan prestasi diganjar dengan
pengakuan dan pujian. Meskipun apabila prestasi tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, dapat dicari jalan untuk membantu orang-orang dan memuji mereka atas
Teknik yang baik ini hampir terlalu sederhana untuk diterapkan dan telah banyak
terbukti efektifitasnya. Maka dapat diketahui kekuatan pendekatan Skinner terletak pada
kesesuaiannya dengan persyaratan pengelolaan yang baik. Pendekatan ini menekankan
komunikasi. Pendekatan ini juga memiliki unsur keikut sertaan orang-orang yang
3. Partisipasf
Teknik yang telah memperoleh dukungan hasil teori dan penelitian motivasi adalah
mereka, karena merasa ikut terlibat dan akan bertanggungiawab atas suatu bidang
Dengan adanya partisipasi tidak berarti para manajer melepas tanggung jawabnya.
mereka dapat membantu dan pada saat yang sama menyimak dengan seksama, dalam
hal-hal yang menghendaki keputusan dari mereka, maka para manajer harus mengambil
keputusan itu sendiri. Bawahan yang terbaikpun tidak memiliki kekuasaan ini, dan
hanya sedikit bawahan yang menghormati atasan yang tidak dapat memberikan motivasi
Sebagai sebuah organisasi yang sifatnya terbuka, perusahaan memilihi sifat dan
karakteristik yang dipengaruhi oleh lingkungan intemal dan eksternal. Pengaruh dari
kedua lingkungan tersebut akan membentuk perilaku perusahaan yang pada gilirannya
membentuk perusahaan organisasi dalam hal ini perusahaan adalah lingkungan masalah
di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekeljaarmya (Keit Davis & Jhon
W. Nestrom. 1995: 112). Seperti udara dalam ruangan, iklim mengitari dan
mempengaruhi segala hal yang menjadi dalam organisasi. Dengan iklim adalah konsep
kata climate, yang diteljemahkan dengan iklim, seperti kel, atmosphere, tone, dan
enviroment. Dalam konteks ini, istilah Iklim Kerja digunakanuntuk mewakili kata-kata
tersebut di atas dari kata-kata lain seperti school environment atau working
environment.
Seperti halnya sidik jari, organisasi memiliki sifat dan karakterisik yang unik. Masing-
masing organisasi merniliki budaya, tradisi, dan metode tindakannya sendiri yang wma
mnnusiawi, yang lain keras dan dingin. Organisasi cenderung menarik dan
tertentu polanya langgeng. Sama halnya dengan orang-orang yang memilih untuk
pindah ke iklim geogratis tertentu seperti pantai, pegunungan atau padang pasir, mereka
mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekuensi yang
akan timbul dari berbagai tindakan. Para pegawai mengharapkan imbalan, kepuasan dan
terkadang frustasi dalam mempersepsi iklim organisasi juga dapat menciptakan rasa
tenekan.
Blomm (1964 hal ll) mendeflnisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan
rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang
mempengaruhi anggota satu organisasi. Hoy dan Forsyth (19862 37) mengatakan bahwa
Iklim Kerja adalah organisasi sosial informal dan aktivitas karyawan perusahaan yang
secara spontan mempengaruhi tingkah laku. Di samping itu, Hoy dan Miskell (1982: 54)
mengatakan bahwa iklim merupakan kualitas dan lingkungan (perusahaan) yang terus
pada persepsi kolektif tingkah laku mereka. Selanjutnya, Hoy dan Miskell (1982: 55)
menambahkan bahwa istilah iklim seperti halnya kepribadian pada manusia. Artinya,
perusahaan-perusahaan yang lain, meskipun perusahaan itu dibangun dengan fisik dan
bentuk atau arsitektur yang sama. Moos (1979: 87) juga menambahkan Iklim Kerja
seperti halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal,
Dengan berdasar pada beberapa pengenian iklim atau Iklim Kerja di atas, maka
dapat dipahami bahwa Iklim Kerja adalah segala situasi yang muncul akibat adanya
interaksi (hubungan) antara karyawan dan kepala perusahaan atau antara karyawan
dengan karyawan yang menjadi ciri khusus dari perusahaan dan mempengaruhi karakter
warga pemsahaan. Situasi di sini dapat dipahami dalam beberapa dimensi seperti yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yakni dimensi (1) hubungan (relationship), (2)
dan perbaikan sistem (system maintenance and change), dan (4) dimensi lingkungan
Dimulai dengan mengkaji tentang iklim lembaga kerja, Moos (1979: 87)
mengemukakan ada tiga Faktor umum yang dapat digunakan untuk mengukur
lingkungan psikis dan sosial. Ketiga Faktor tersebut adalah Faktor hubungan
and change). Di samping ketiga Faktor di atas, Arter (1989: 102) menyebutkan satu
Faktor sebagai pengembangan dari Faktor-Faktor Moos, yaitu Faktor lingkungan fisik
(physical environment).
sejauh mana karyawan saling mendukung dan membantu, dan sejauh mana mereka
dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara bebas dan terbuka. Moos (1972 88)
mengatakan bahwa Faktor ini mencakup aspek afektif dari interaksi antar karyawan dan
antara kepala perusahaan dengan karyawan. Skala-skala (scales) Iklim Kerja yang
tingkat hubungan antar karyawan atau karyawan dengan kepala perusahaan, skala
kepuasan mengulcur tingkat kepuasan karyawan dalam bekerja dan skala keterlibatan,
misalnya, mengukur sejauh mana para karyawan peduli dan tertarik pada kegiatan-
Kerja mendukung harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan. Skala- skala
yang termasuk dalam Faktor ini di antaranya adalah formalitas (formalitry), semokrasi
sejauh mana pam karyawan mampu memahami setiap aturan perusahaan dan skala
termasuk dalam Faktor ini diantaranya adalah kelengkapan sumber (resource adequacy),
Apabila definsi Iklim Kerja dan skala-skala yang dicakupnya diperhatikan para
ahli mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Hal ini, menunjukkan betapa luasnya
cakupan Iklim Kelja tersebut. Beberapa peneliti ahli yang mendasain instrumen Iklim
Kerja menunjuk skala yang berbeda dengan peneliti lainnya. Salah satu skala yang
dipakai untuk mengukur Iklim Kerja adalah School Climate Index (SCI). Meskipun
demikian, kebanyakan para peneliti masih merujuk skala-skala itu pada Faktor umum
yang dikemukakan oleh Moos (19781 87). Demikian juga dalam penelitian ini teori
tentang Iklim Kerja yang akan digunakan adalah teori Moos ditambah teori Arter.
digunakan untuk mengukur Iklim Kerja adalah (1) hubungan (relationshqr), (2)
perkembangan pribadi (personal growth), (3) perubahan dan perbaikan sistem (system
2.5. Insentif
G. R Terry mengatakan bahwa insentif secara hariiah berarti sesuatu yang merangsang
”Insentif keuangan adalah imbalan keuangan yang dibayarkan pada pekerja yang
produksinya melebihi standar yang ditetapkan sebelumnya ". Berdasarkan hal tersebut
di atas, maka pengertian insent# adalah sebagai berikut .' " Insentif adalah daya
perangsang yang diberikan kepada karyawan tertentu berdasarkan prestasi kerjanya
agar karyawan terdorong meningkatkan produktivitas kerjanya ".
Pada hakekatnya ada kecendrungan karyawan untuk bekerja pada langkah yang
diterima. Dan kenyataannya bahwa beberapa dari karyawan yang sama masih memiliiki
meskipun tidak bekerja selama waktu yang telah ditetapkan perusahaan. Apabila energi
yang masih dimiliki karyawan ini dimanfaatkan selama hari kerja, akan dicapai hasil
Ada beberapa jenis - jenis program insentif yang dikenal saat ini, menurut Gary Dessler
imbalan keuangan dan diiuatas gaji pokok kepada karyawan individual yang
prestasi yang belum diukur oleh standar, misalnya jam kerja yang lama.
keuangan dan di atas gaji pokok kepada semua anggota tim ketika tim secara
karyawan satu bagian dari laba organisasi dalam satu periode khusus.
6. Upah)/ariabel, yairu upah yang merujuk pada produktivitas atau pada beberapa
Program insentif untuk karyawan operasi yang paling tua dan masih dilaksanakan
sampai saat ini adalah rencana pekerjaan yang dibayar berdasarkan hasil kerja. Program
insentifjenis ini merupakan suatu sistem pembayaran berdasarkan pada jumlah output
yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan individual dalam satu unit waktu,
misalnya output per jam atau per hari. Dalam mengembangkan program ini perlu
ditetapkan standar produksi umpamanya jumlah menit, standar per unit atau sejumlah
Insentif untuk manajer dan eksekutif diberikan karena telah memainkan suatu peran
Jenis ini insentif untuk manajer dan eksekutif adalah sebagai berikut:
Mengingat bahwa para para penjual berada di lapangan dan bersifat tidak bisa
tersupervisi sepanjang waktu, maka insentif merupakan pendekatan yang paling lazim
dilakukan sebagai rencana kompensasi penjualan. Program insentif untuk para pénjual
a. Rencana Gaji, para penjual dibayarkan suatu gaji yang tetap, walaupun diberikan
insentif sewaktu - waktu dalam bentuk bonus, hadiah kontes penjualan dan hal –
hal sejenis.
yang mungkin paling besar dan cendenmg untuk merangsang para penjual
imbalan.
c. Rencana Kombinasi ( Gaji dan Komisi ), para penjual dibayarkan dengan satu
kombinasi gaji dan komisi. Para penjual memiliki suatu dasar untuk pendapatan
merincikan untuk jasa apa komponen gaji itu dibayarkan, sementara komponen
meliputi aplikasi dari pengetahuan yang mereka pelajari baik dari pendidikan formal,
informal maupun dari pengalamannya selama bekerja. Rencana insentif untuk karyawan
professional dapat berupa prestasi, yaitu peningkatan gaji apa saja yang dihadiahkan
yang ditentukan dari tahun berjalan dalam bentuk kenaikan gaji pokok.
sehingga banyak majikan yang membuat rencana insentif; dimana banyak karyawannya.
semua karyawan dalam satu usaha bersama untuk mencapai satu sasaran
kecakapannya, dan apa yang ada dalam alam pikirannya sendiri. Namun, bila kita
bertanya tentang alasan bertindak dan berperilaku demikian, maka hal tersebut
Motivasi dapat diterangkan sebagai suatu daya pendorong atau tenaga yang
menyebabkan seorang berbuat sesuatu yang merupakan gerak jiwa dan jasmani dalam
berbuat sesuatu.
Motivasi ini merupakan suatu penuntun kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk
bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tuj uan tertentu.
Daya perangsang sebagai alai motivasi yang diberikan kepada karyawan dapat
berupa insentif materi ( material incentive ) dan insentif yang tidak berupa mater ( non
material incentive), yang termasuk insentif materi adalah yang berbentuk uang dan
barang. Yang termasuk insentif non materi adalah penempatan yang tepat, pekerjaan
yang terjamin, piagam penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang wajar dan sejenisnya.
terlepas dari tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam.
2. Kebutuhan - kebutuhan sosial, Karena manusia tergantung satu sama lain, maka
Heidjrachman Ranupandojo dan Suah Husnan dalam bukunya ( 1990: 184 ) mengatakan
yaitu :
1. Off The job
Bentuk pemuasan yang hanya dapat diperoleh lewat proses bekerja dan karenanya dapat
disebut kepuasan yang intrinsic atau kepuasan lewat pekerjaan. Apabila manjeinen
menekankan kepuasan off" the job, maka ia menganggap bahwa bekerja merupakan
suatu hukum dan karena perlu untuk diberi imbalan / hadiah yang dapat dinikmati di
luar pekerjaannya. Manajer yang menekankan around the job satisfaction akan mencoba
memberikan tempat kerja atau lingkungan kerja yang menyenangkan, tetapi tidak
melengkapinya dengan motivasi yang positif untuk mengusahakan agar para karyawan
Apabila kepuasan diperoleh lewat pekerjaannnya ( trough the job maka semakin
keras seseorang bekerja semakin tinggi kepuasan yang diperoleh. Tingkat kebutuhan
mempergunakan, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan
5.Kebutuhanku
Aktualisasi
3.Kebutuhan Sosial
Kebutuhan biologis terletak pada kebutuhan skala paling dasar, yang merupakan
pangan, sandang dan tempat tinggal ) dikaitkan dengan uang. Demikian juga pada
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Pegawai di PT. Kawasan Industri Medan (KIM
).Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan September 2012 sampai bulan
Pebruari 2013.
penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status, gejala menentukan kesamaan status
dengan cara membandingkan dengan standard yang sudah dipilih dan atau ditentukan
(Arikunto, 2005)
menganalisis pengaruh Iklim Kerja, Penerapan Program insentif kerja dan Motivasi
Adapun sifat penelitian adalah explanatory research yaitu menguraikan dan menjelaskan
pengujian mengenai konsep baru atau pencarian sebab akibat antar variabel.
Populasi target penelitian ini adalah semua karyawan di PT. Kawasan Industri Medan (
KIM ) yang berjumlah 300 orang. Sampel penelitian menggunakan teknik Stratyied
metode ini dengan cara terlebih dahulu menjadikan tingkatan atau kelompok yang
berbeda. Selanjutnya sampel ditarik secara random dari setiap kelompok, sehingga
meliputi setiap strata yang berbeda untuk mewakili populasi secara keseluruhan.
Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah rumus yang
dikembangkan oleh Taro Yamane atau Slovin dalam Ridwan (2007 : 65) sebagai
berikut:
Berdasarkan table 1 diatas dan dengan menggunakan rumus tersebut maka jumlah
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut : (1). Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data,
telahdilakukan oleh orang lain, serta dokumentasi yang ada relevansinya dengan
masalah yang diteliti. (2) Kuisioner, yaitu berupa daiiar pertanyaan yang disusun untuk
likert dengan alternatife jawaban untuk masing-masing variable dan diberi skor 1 - 5
Dalam penelitian ini terdapat empat variable yaitu Iklim Kerja (Xl) , Penerapan
Program Insentif(X2), Motivasi (X3) dan Kinerja Karyawan (Y). Untuk memudahkan
atau mengarahkan dalam menyusun alat ukur data yang diperlukan berdasarkan
variable penelitian.
Untuk lebih jelasnnya operasional variabel penelitian ini dapat dilihat pada table
berikut ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey penjelasan
analisis jalur. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besamya pengaruh yang
ditunjukkan oleh koefisien Korelasi antara variable Iklim Kerja (Xl), Penerapan
Data yang telah dikumpulkan berupa data ariabel-variabel yang diteliti akan digunakan
sebagai alat pembuktian hipotesis. Dengan demikian benar atau tidaknya data sangat
menentukan hasil penelitian. Oleh karena itu data harus diuji. Pengujian data melalui
beberapa tahap, yaitu pengujian validitas data, pengujian reliabilitas data, menentukan
model konversi data menjadi skala interval dan analisis jalur (path analisis). Tahapan-
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas suatu alat ukur,
semakin tinggi tingkat validitasnya maka alat ukur tersebut semakin menunjukkan
semakin mengenai sasaranya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
Untuk menguji tingkat validitas instrument penelitian ini maka teknik yang digunakan
analah teknis analisis korelasi Product Moment Pearson dengan rumus sebgai berikut:
Dimana :
Rxy = Koefisien korelasi produk moment antara butir instrument yang akan digunakan
Tingkat konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama dinamakan
reabilitas. J ika suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang
sama dan hasil pengukuran relative konstan, maka alat ukur tersebut realibel. Reabilitas
merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrument pengukur yang baik. Ide
pokok dari konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, yaitu sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan. Pengujian
Dimana :
Ơ2 ’ = varians masing-masing item
k = jumlah sampel
Untuk rentang nilai H berkisar antara nol hingga satu. Makin besar koefisien ini maka
makin besar keandalan alat ukur yang digunakan. Tujuan dari reliabilitas ini adalah
Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variable dengan
variable bebas(eksogen) terhadap variable terikat (endogen). Oleh sebab itu rumusan
masalah penelitian dalam kerangka Path Analisis berkisar pada : (1) apakah variable
eksogen (Iklim Kerja, Penerapan Program Insentif dan Motivasi) berpengaruh terhadap
variable endogen (Kinerja karyawan), (2) berapa besar pengaruh kausal langsung,
kausal tidak langsung, kausal total maupun simultan seperangkat variable eksogen
berikut:
(1) Hubungan antara variable adalah linear, adaptif dan bersifat normal
(2) Hanya system aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang
berbalik
(3) Variable terikat (endogen) minimal dalam skala ukuran interval dan ratio
berdasarkan teori- teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori
yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang
Apabila persyaratan tersebut terpenuhi, maka koetisien jalur dapat dihitung dengan
langkah-langkah :
(1) Membuat skema hubungan antara variable secara lengkap, skema ini
variable akibat.
Model Analisis Jalur (Hubungan Iklim Kelja, motivasi dan Motivasi terhadap Kinerja
Karyawan) digambarkan struktur hubungan sebab akibat antar variabel sebagai berikut :
Keterangan :
X1 = Iklim Kerja
X3 = Motivasi
Y = Kinerja karyawan
Uji secara individual ditujukan untuk rnengetahui pengaruh satu variable dengan
Ho : PYXi < 0
Secara individual uji statistika yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus
: tx1 = , di = n-1-i-1
Kaedah pengujian signiiikansi tersebut menggunakan taraf signifikan (α) = 0,05, jika :
(1) Nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau
BAB V
dengan tiap-tiap variabel yang diteliti, baik variabel independen yaitu Iklim Kerja,
Insentif dan Motivasi Kerjh serta variabel dependen yaitu Kinerja. Adapun komposisi
dafcar pertanyaan adalah 10 daftar pertanyaan tentang Iklim Kerja atau sekitar 25% dari
seluruh daftar
pertanyaan yang disebar, dan 10 daiiar pertanyaan tentang Motivasi Kerja atau sekitar
25% dari seluruh daiiar pertanyaan yang disebar dan 10 daftar pertanyaan tentang
Motivasi Kerja Kerja atau sekitar 25% dari seluruh daftar penanyaan yang disebar serta
10 daftar pertanyaan tentang Kinerja atau sekitar 25% dari seluruh daiiar pertanyaan
yang disebar.
Responden yang dijadikan penulis sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki
Komposisi responden berdasarkan usia terlihat bahwa usia 20-29 tahun sebanyak 33
orang dari 171 responden, atau sekitar 44.00%, usia 30-39 tahun sebanyak 27 orang atau
sekitar 36.00%, sedangkan usia >=40 tahun sebanyak 15 orang atau sekitar 20.00%.
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat di lihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1.
Sarjana S-2 sebanyak 27 orang dari 171 responden, atau sekitar 15,79%, yang
berpendidikan S-1 sebanyak 100 orang atau sekitar 58.48% sedangkan yang
25.72%.
Tabel 4.2.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan grafik dan uji
4.2 di bawahini memberikan pola distribus normal karena menyebar secara merata
Pada gambar 4.3 graflk Normal Plot Kinelja di bawah ini terlihat bahwa titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Dari graflk ini dapat disimpulkan bahwa model garis regresi memenuhi asumsi
normalitas.
a. Dependent Variable: Y
4.3.3. UjiHeteroskedastisitas
Suatu asumsi penting dari model linier klasik adalah bahwa gangguan yang muncul
dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik yaitu semua gangguan memiliki
varians yang sama, Gujarati (1995).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah
dengan menggunakan uji glejser (glejser test), yaitu dengan menguji hubungan antara
absolut residual model (selisih Y Obsewag dengan Y prediksi) dengan setiap variabel
independennya. Hasil pengujian terlihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
a. Dependent Variable: Y
Pendeteksian masalah autokorelasi dilakukan dengan penguj ian Durbin-Watson atau uji
d. Dari Tabel 4.5 dibawah ini diperoleh nilai hitung Durbin-Watson sebesar 1.644. Dari
tabel statistik Durbin-Watson dengan alpha 5% diperoleh nilai d (Durbin-Watson)
berada diantara lower bound (d) dan du(upper bound)=4 - dl atau dapat ditulis sebagai
berikut, dl < d < du atau 0.08 < 1.644 < 3.92. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi
autokorelasi baik positif maupun negatif pada persamaan regresi.
Model Summary
b. Dependent Variable: Y
Data yang diperoleh dari hasil analiss deskriptitl menunjukkan nilai tertinggi
(maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap
variabel yang diteliti untuk hipotesis, baik itu variabel bebas yaitu Iklim Kerja, Insentif
dan Motivasi Kerja serta variabel terikat yaitu Kinerja. Hasil analisa deskriptif dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6.
Deskriptif Data Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std
Deviaton
X1 171 37 45 40.32 1.675
X2 171 37 45 40.70 1.623
X3 171 37 45 40.70 1.726
Y 171 37 45 40.89 1.849
ValidN 171
(listwise) 171
Dari tabel 4.4 di atas terlihat bahwa rata-rata variabel X1 sebesar 40 32 nilai
tertinggi sebesar 45 dan nilai terendah sebesar 37, sedangkan nilai standar deviasi
sebesar 1,675. Rata-rata variabel X2 sebesar 40,70 nilai tertinggi sebesar 44 dan nilai
sebesar 40,70 nilai tertinggi sebesar 44 dan nilai terendah sebesar 37 sedangkan standar
deviasinya sebesar 1,726. Rata-rata variabel Y sebesar 41.89 nilai tertinggi sebesar 44
A. Uji Koeiisien Determinasi ( Uji R ) antara variabel Iklim Kerja dan Insentif
Uji determinasi bertuj uan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model, yaitu
Uji Serempak (Uji F) variabel Iklim Kerja dan Insentif terhadap Motivasi Kerja Kerja
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan
keputusan jika nilai Fhitung lebih besar dari F tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan tabel 4.10 di bawah ini dapat diketahui bahwa Fhiumg = 12,066 dan Ftabe
=3,12, F1,11u,,g lebih besar dari Ftabe] dan nilai signifikan adalah 0.000 lebih kecil dari
nilai alpha 0.05. Keputusan yang diambil adalah H0 ditolak dan H1 diterima.
Diterimanya hipotesis altematif menunjukkan variabel bebas X1 dan X2 mampu
menjelaskan keragaman dari variabel terikat (X3) atau dengan kata lain Iklim Kerja dan
Insentif secara'Simultan berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Kerja Kerja Pegawai
PT. Kawasan Industri Medan.
Tabel 4.10 Uji Serempak ( Uji F ) Variabel Iklim Kerja dan Insentif terhadap
Motivasi Kerja
ANOVA”
b Dependent Variable: X3
B. Uji Serempak (Uji F) Variabel Iklim Kerja dan Insentif terhadap Kinerja
Karyawan
Kinerja Karyawan
ANOVA”
b Dependent Variable: Y
C.Uji Serempak (Uji F) Variabel Iklim Kerja, Insentif dan Motivasi Kerja
keputusan jika nilai Fhiumg lebih besar dari Fmbel , maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan tabel 4.12 di bawah ini dapat diketahui bahwa Fhmmg = 6,313 dan Fmbel
= 2,73, Fhinmg lebih besar dari Fmbel dan nilai signifikan adalah 0.000 lebih kecil
dari nilai alpha 0.05. Keputusan yang diambil adalah H0 ditolak dan H1 diterima.
menjelaskan keragaman dari variabel terikat (Y) atau dengan kata lain Iklim Kerja,
Insentif dan Motivasi Kelja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinelja
Kinerja Karyawan
ANOVA
ANOVA
b Dependent Variable: Y
A. Uji Parsial (U ji t) Variabel Iklim Kerja dan Insentif terhadap Motivasi Kerja
Sama halnya dengan pengujian hipotesis uji F di atas maka untuk menguji
hipotesis pengaruh Iklim Kerja dan Motivasi Kerja secara parsial dilakukan uji t.
Pengujian ini dilakukan dua arah, menggunakan tingkat signitikansi alpha 5% dan
Penguj ian hipotesis dilakukan dengan membandingkan antara nilai tmmg dengan nilai
Berdasarkan tabel 4.13 di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai konstanta
adalah sebesar 24,806 dan nilai koeiisien masing-masing variabel adalah sebesar 0.02
untuk Xl, sebesar 0,37 untuk X2. Maka model regresi untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Dimana :
X1 = Iklim Kerja
X2 = Insentif
Dari tabel 4.13 di bawah ini dapat dilihat bahwa koefisien variabel Iklim Kerja sebesar
0,02 yang berarti bahwa nilai variabel Iklim Kerja naik 1% maka Motivasi Kerja Kerja
akan naik sebesar 0,02 dengan menganggap nilai variabel lain konstan. Nilai thmmg
Iklim Kerja sebesar 0,260 lebih kecil dari nilai tm; sebesar 2,92 yang berarti H0
diterima yaitu bahwa Iklim Kerja secara parsial tidak berpengaruh signiflkan terhadap
Koefisien Variabel Insentif sebesar 0,37 berarti bahwa jika Insentif naik 1% maka
Motivasi Keija Kerja karyawan akan naik sebesar 0,37 dengan menganggap nilai
variabel lain konstan. Nilai thmmg Insentif sebesar 4,638 lebih besar dari 2,92 yang
berarti H11 ditolak yaitu bahwa Insentif secara parsial berpengaruh signiflkan terhadap
Kerja
a Dependent Variable: X3
Karyawan
Untuk menguji hipotesis pengaruh Iklim Kerja dan Insentif secara parsial dilakukan
uji terhadap kinerja. Pengujian ini dilakukan dua arah, menggtmakan tingkat
signiflkansi alpha 5% dan derajat bebas (n-k-1). Pengujian hipotesis dilakukan dengan
membandingkan antara nilai t1,11,,,,g dengan nilai tube] dengan kriteria keputusan
adalah :
Berdasarkan tabel 4.14 di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai konstanta adalah
sebesar 25,415 dan nilai koefisien masing-masing variabel adalah sebesar 0.289 untuk
X1, sebesar 0,094 untuk X2. Maka model regresi untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Y = 25,415 + 0,289X1 + 0.094X2
Dimana :
Y2 = Kinerja Karyawan
X1 = Iklim Kelja
X2 = InsentifDari tabel 4.14 di bawah ini dapat dilihat bahwa koetisien variabel Iklim
Kerja
sebesar 0,289 yang berarti bahwa nilai variabel Iklim Kerja naik 1% maka Kinerja
karyawan akan naik sebesar 0,289 dengan menganggap nilai variabel lain konstan. Nilai
thmmg Iklim Kerja sebesar 3,413 lebih besar dari nilai twbe; sebesar 2,92 yang berarti
bahwa Iklim Kerja secara parsial berpengaruh signiiikan terhadap Kinerja karyawan
Koefisien Variabel Insentif sebesar 0,094 berarti bahwa jika Insentif naik 1%
maka Kinerja karyawan akan naik sebesar 0,094 dengan menganggap nilai variabel lain
konstan. Nilai thmmg Insentif sebesar 1,037 lebih kecil dari 2,92 yang berarti H0
diterima yaitu bahwa Insentif secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Tabel 4.14 Uji Parsial (Uji t) Variabel Iklim Kerja dan Insentif terhadap Kinerja
Karyawan
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Penelitian, 2010 (data diolah)
4.5. Pembahasan
Hasil uji statistik yang telah dikemukakan di atas menunjukkan sebagian besar hasil
yang sama dengan kondisi yang dihadapi di lapangan. Motivasi Kerja Kerja Karyawan
pada PT. Kawasan Industri Medan Sumatera Utara dipengaruhi secara signitikan oleh
Iklim Kerja.
Terciptanya Iklim Kerja yang baik dapat mendorong Motivasi Kerja Kerja Karyawan
karyawan
yang
akan datang, yang akan membuat semua unsur personil perusahaan bekerja dengan baik
sebagaimana diharapkan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Timpe bahwa
lingkungan
Motivasi
Kerja Kerja yang terbaik. Hal ini juga sejalan dengan Sinungan yang mengatakan
bahwa
Iklim Kerja yang kondusif dapat mendorong semangat keija yang tinggi, sehingga
mampu
menumbuhkan Motivasi Kerja kelja terhadap para karyawan dalam rangka menciptakan
signiflkan seperti yang telah ditunjukkan oleh hasil pengolahan data di atas. Hal ini juga
sesuai dengan kondisi yang berada di lapangan dimana Iklim Kerja perusahaan yang
ada sangat lemah dan tidak stabil sehingga belum dapat menunjang Kinerja Karyawan
secara baik. Pada PT. Kawasan Industri Medan Sumatera Utara, pergantian pimpinan
sering dilakukan tanpa melihat periode waktu yang berlaku sehingga program yang
telah
dibangun tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan menyeluruh. Hal ini mengakibatkan
Iklim Kerja yang ada tidak berlaku secara langgeng sehingga mempengaruhi Kinerja
Insentif juga mempunyai pengaruh terhadap Motivasi Kerja yang mendorong kinerja
karyawan yang semakin baik. Karyawan merasa nyaman jika mereka menerima insentif
yang sesuai dengan kebutuhan hidup mereka sehingga para karyawan akan memiliki
semangat yang baik untuk melakukan kegiatannya. Hal ini tentu akan mendorong
motivasi kelja bagi para karyawan. Dengan munculnya motivasi kClj8 yang baik akan
menimbulkan semangat kerja yang baik yang mendukung kinelja karyawan ke arah
yang
lebih baik.
(responsibility) yaitu adanya tanggung jawab yang rendah di kalangan karyawan apabila
lahirnya Motivasi Kerja yang tinggi dan memptmyai produktifitas yang maksimal
apabila para karyawan mendapat penghargaan dan imbalan dari pimpinan dan
sebaliknya karyawan yang berprestasi tidak mendapat penghargaan dan imbalan dari
pemimpin mengakibatkan iklim kerja tersebut cukup rendah. Standard mutu kelja dalam
sebuah organisasi harus dicapai oleh karyawan maupun kalyawan, dengan tujuan untuk
meningkatkan organisasi yang sesuai dengan harapan pimpinan. Apabila tidak ada tugas
secara organisatoris yang diberikan kepada kalyawan ataupun karyawan, secara tidak
Apabila kondisi yang demikian texjadi mengakibatkan Iklim Kerja itu sangat rendah.
Disamping itu, kualiiikasi yang seharusnya dimiliki oleh seorang pimpinan juga
tidak sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. Disamping pendidikan dan
kemampuan, masalah umur juga menjadi salah satu hambatan yang menyebabkan
pimpinan belum memiliki pengalaman yang cukup untuk rnemimpin suatu orgnisasi.
Apabila suatu organisasi beljalan dengan lesu, orang sering mempersoalkan Iklim
Kerjanya, sepeni pemimpin lemah, pemimpin tidak pemah masuk kantor, pemimpin
tidak
pemah turun ke bawah, tidak pemah berbicara dengan pejabat teras yang lain dan
serta
akan
tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil
resiko
akan keputilsan yang dihasilkan, beljiwa besar, emosi yang stabil dan tauladan.
Pemimpin
yang baik adalah mereka yang diharapkan oleh semua staihya, mampu memberikan
kenyamanan bekelja, memberikan peningkatan kesejahteraan dan membangun kerja
sama,
Tugas dan fungsi pimpinan merupakan rangkaian yang lebih spesiflkasi di samping
tugas-tugas yang lebih luas dalam totalitas Iklim Kelja pada lembaga pendidikan.
Pimpinan
Pimpinan
perusahaan, kurikulum dan keputusan personil, tetapi juga memiliki tanggung jawab
untuk
memimpin kelompok dalam pendelegasian tugas dan wewenang. Dalam posisi sebagai
melaksanakan
peranan pimpinan sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin
perusahaan.
BAB VI
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
Kerja.
Kerja.
4. Dari hasil pengujian tersebut terlihat bahwa variabel iklim kenja yang paling
dependen pertama (Motivasi Kelja). Artinya variabel Iklim Kerja dan Insentif
Motivasi Kerja karyawan sebesar 12,6%. Dari hasil tersebut di atas terlihat
bahwa variabel Iklim Kerja dan Insentif Karyawan paling berpengaruh
Iklim Kelja dan Insentif terhadap Kinerja Pegawai yaitu sebesar 10,2%.
pada PT. Kawasan Industri Medan Sumatera Utara melalui variabel Iklim Kerja
dan Insentif
5.2 Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Bagi para Manajer di PT. Kawasan Industri Medan Propinsi Sumatera Utara,
sebaiknya berusaha selalu menjaga dan meningkatkan Iklim Kelja serta selalu
Pengaruh Iklim Kerja dan Insentif terhadap Motivasi Keqja pada PT. Kawasan
Iklim Kerja dan Insentif masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi
Motivasi Kerja pada PT. Kawasan Industn Medan Propinsi Sumatera Utara.
Sedangkan Pengaruh Iklim Kelja dan Insentif terhadap Kinerja karyawan pada
menunjukkan selain Iklim Kerja dan Insentif masih banyak faktor-faktor lain
Sumatera Utara. Oleh karena itu bagi peneliti berikutnya sebaiknya meneliti
Santoso, Singgih. 2002. SPSS Versi 16 Mengolah Data Statistik Secara Frofesional:
Jakarta:
Gramedia.
Timpe, A Dale. 1993. Kinelja. Terjemahan Sofyan Cikmat Jakarta: PT. Gramedia Asri
Media.