Anda di halaman 1dari 15

u Halaman 63 - 77 JIA Vol. XV No.

1
pp (63-77) © 2018.
ISSN 1829 - 8974
Jurnal Ilmu Administrasi (JIA) e-ISSN 2614-2597
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018

HUBUNGAN BUDAYA KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN


KINERJA PEGAWAI PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI
The Correltion Of Work Culture And Work Environment Towards To EnhancementIn Employee Performance
In College

¹Sedarmayanti, ²Nunur Rahadian


¹
Universitas Dr. Soetomo Surabaya
²
Program Magister Administrasi Publik STIA LAN Bandung
e-mail: ¹sedarmayanti@gmail.com, ²nunurrahadian@yahoo.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Article history: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Budaya kerja di
Dikirim Tanggal : 1 Februari 2018 Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan Lingkungan kerja
Revisi Pertama Tanggal : 9 April 2018 pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung pada
Diterima Tanggal : 20 Juni 2018 peningkatan kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung. Tulisan ini menggunakan pendekatan eksplanasi atau penelitian
penjelasan. Penulis menentukan populasi penelitian adalah seluruh pegawai
Kata Kunci : yang ada di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung berjumlah 83
Budaya kerja, lingkungan kerja, orang. Hasil tulisan menunjukan bahwa, ada pengaruh budaya kerja
kinerja terhadap kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung. Selanjutnya, lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja
Keywords : pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Dari hasil
Work culture, work environment, analisis jalur menunjukkan bahwa, budaya kerja dan lingkungan kerja
performance berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung. Kemudian hasil uji hipotesis menujukkan bahwa
menolak Ho dan menerima hipotesis alternatif H1. Dengan demikian ada
pengaruh yang signifikan dari budaya kerja dan lingkungan kerja terhadap
kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Abstract
This paper aimed to analyze correlation of work culture in the General Section
Bandung Tourism College and Working environment of employees in the General
Section Bandung Tourism College. The influence of work culture and working
environment toward performance of employees in the General Section Bandung
Tourism College. This research uses explanatory research approach. In this research
the authors determine the study population is all employees who are in the General
Section Bandung Tourism Collegeamounted to 83 people. The research result
revealed that, there is an influence of work culture toward performance of employees
in the General Section Bandung Tourism College. Furthermore, working
environment affects the performance of employees in the General Section Bandung
Tourism College. From the results of path analysis shows that, work culture and
working environment affect the performance of employees in the General Section
Bandung Tourism College.Then thehypothesis test results, is reject Ho and accept the
alternative hypothesis H1. So, there is a significant effect of work culture and working
environment toward performance of employeesin the General Section Bandung
Tourism College.

A. PENDAHULUAN organisasi. Dalam meningkatkan kinerja pegawai


Manajemen sumber daya manusia diperlukan analisis terhadap faktor-faktor yang
merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas mempengaruhinya dengan memperhatikan
manusia. Dengan memperbaiki sumber daya kebutuhan dari para pegawai. Diantaranya adalah
manusia, meningkatkan pula kinerja dan daya hasil terbentuknya budaya organisasi yang baik dan
kerja, sehingga dapat mewujudkan pegawai yang terkoordinasi.
memiliki disiplin dan kinerja yang tinggi sehingga Berkenaan dengan hal itu, merupakan suatu
diperlukan pula peran yang besar dari pimpinan keharusan bagi organisasi untuk senantiasa

Jurnal 63
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

bersikap peka terhadap proses perubahan yang atau mempengaruhi para pegawai yang
terjadi. Sekaligus melakukan perubahan-perubahan dipimpinnya. Oleh karena itu seorang pemimpin
organisasional sesuai dengan tuntutan yang dituntut harus mampu menerapkan program
diperlukan, terutama pengelolaan sumberdaya pemberdayaan terhadap para pegawai guna
manusia yang merupakan proses terpenting dan mensukseskan organisasi. Pimpinan harus bisa
determinatif. Berhasil tidaknya proses kerja menerapkan program pemberdayaan pegawai,
organisasi sangat diwarnai bahkan ditentukan oleh sehingga keinginan-keinginan yang hendak
memadai-tidaknya manajemen sumberdaya direalisasikan dalam pelaksanaan pekerjaan,
manusia yang dilaksanakan. dimanifestasikan dalam bentuk kemampuan
Setiap individu mempunyai sifat yang bawahan dalam melaksanakan kerja sesuai dengan
berbeda satu dengan yang lainnya. Sifat tersebut keinginan pemimpin tersebut.
dapat menjadi ciri khas bagi seseorang sehingga kita Demikian pula halnya pegawai di Bagian
dapat mengetahui bagaimana karakternya. Sama Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, dalam
halnya dengan manusia, organisasi juga melaksanakan tugasnya, dituntut memiliki
mempunyai sifat-sifat tertentu. Melalui sifat-sifat kemampuan kerja yang tinggi untuk mendukung
tersebut kita juga dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan kerja. Untuk mewujudkan hal tersebut,
karakter dari suatu organisasi. Sifat tersebut kita maka perlu adanya pembinaan secara intensif guna
kenal dengan budaya organisasi atau organization meningkatkan kinerja pegawai. Budaya kerja yang
culture. sesuai dengan tuntutan sebuah organisasi dan nilai
Budaya memberikan identitas bagi para inti yang terkait dengan integritas, etos kerja dan
pegawai organisasi dan membangkitkan komitmen gotong royong yang tinggi. Maka pegawai dituntut
terhadap keyakinan dan nilai yang lebih besar dari untuk meningkatkan kompetensi kepribadian,
dirinya sendiri. Meskipun ide-ide ini telah menjadi sosial profesionalisme, budaya kerja dan disiplin
bagian budaya itu sendiri yang bisa datang di kerja yang tinggi dalam kaitannya dengan tujuan
manapun organisasi itu berada. Budaya organisasi organisasi.
berfungsi untuk menghubungkan para anggotanya, Salah satu yang mempengaruhi hal tersebut
sehingga mereka tahu bagaimana berinteraksi satu adalah lingkungan kerja. Lingkungan fisik di sekitar
sama lain. Budaya organisasi tersebut kemudian tempat kerja harus dijaga agar tidak mengganggu
melakat pada keseharian para pegawai yang kinerja, seperti tata letak fasilitas kerja,
diimplementasikan dalam suatu budaya kerja. temperatur/suhu udara dan pencahayaan yang
Budaya kerja juga berkaitan erat dengan akan memberikan pengaruh berbeda, karena
pemberdayaan pegawai (employee) di suatu kemampuan beradaptasi tiap pegawai berbeda.
organisasi. Budaya kerja dapat membantu kinerja Tata letak peralatan kerja seperti meja, kursi,
pegawai, karena menciptakan suatu tingkat komputer dan fasilitas kerja lainnya harus sesuai
motivasi yang besar bagi pegawai untuk dengan kondisi dan besar ruangan, agar tidak
memberikan kemampuan terbaiknya dalam mengganggu aktivitas kerja pegawai. Faktor lain
memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh yang mempengaruhi kinerja adalah lingkungan
organisasinya. Nilai-nilai yang dianut bersama kerja non fisik atau lingkungan sosial. Misalnya
membuat pegawai merasa nyaman bekerja, pengawasan dari pimpinan dan hubungan kerja
memiliki komitmen dan kesetiaan serta membuat baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja,
pegawai berusaha lebih keras, meningkatkan agar tercipta kondisi lingkungan yang kondusif.
kinerja dan kepuasan kerja pegawai serta Lingkungan kerja yang kondusif merupakan
mempertahankan keunggulan kompetitif. Semakin salah satu bentuk kompensasi yang dapat diberikan
kuat budaya kerja, semakin besar dorongan para oleh organisasi kepada pegawai. Dengan demikian
pegawai untuk maju bersama dengan organisasi. kompensasi yang diberikan organisasi tidak hanya
Berdasarkan hal tersebut, pengenalan, penciptaan, berbentuk finansial namun juga bisa berupa non
dan pengembangan budaya kerja yang efektif dan finansial yang salah satunya dengan menciptakan
efisien sesuai dengan visi misi yang hendak dicapai. lingkungan kerja senyaman mungkin. Untuk dapat
Menciptakan suatu tujuan atau sasaran untuk menciptakan ruangan kerja yang nyaman tentu
meningkatkan kemampuan pegawai yang baik harus diperhatikan beberapa faktor yang
diperlukan adanya seorang pemimpin yang baik mempengaruhi terciptanya suasana kerja yang
dan mampu mendorong, mengarahkan, serta dapat menciptakan kinerja yang tinggi, seperti
mempengaruhi motivasi. Keberhasilan seorang lingkungan kerja fisik yang nyaman, perencanaan
pemimpin dalam memotivasi pegawai ditentukan sistem kerja yang efektif dan efisien, dan penataan
oleh pelaksanaan directing, serta ditentukan juga ruangan yang ergonomis.
oleh kemampuannya dalam menggerakkan dan

64 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

Dalam kaitan kinerja pegawai ini maka faktor lingkungan organisasi. Contohnya pegawai
lingkungan kerja memegang peranan penting dalam melaksanakan kerja tidak sesuai dan
dalam menentukan kualitas suatu pekerjaan. mengikuti aturan baru yang telah
Kurangnya kinerja salah satunya diakibatkan oleh ditetapkan organisasi.
kurang lancarnya pelaksanaan kerja dan sering 4. Pegawai masih kurang menjunjungtinggi
tertundanya penyelesaian pekerjaan yang menjadi profesionalismeuntuk mewujudkanvisi dan misi
tanggungjawab para pegawai. Setiap pegawai organisasi.Contohnya kreativitas kerja,
dalam organisasi dituntut agar dapat bekerja secara semangat, motivasi dan gairah kerja
efektif dan efisien, sehingga daya saing organisasi pegawai belum terlihat ada peningkatan.
semakin besar. b. Fenomena yang berkaitan dengan lingkungan
Kinerja mempunyai arti penting bagi kerja di Bagian Umum Sekolah Tinggi
pegawai, adanya penilaian kinerja berarti pegawai Pariwisata Bandung adalah sebagai berikut:
mendapat perhatian dari atasan. Di samping itu 1. Kondisi ruangan kerja terbuka dan kurang
akan menambah gairah kerja pegawai karena sesuai dengan jumlah personel, yang
dengan penilaian kinerja ini mungkin pegawaiyang mengakibatkan pegawai kurang
berprestasi dipromosikan, dikembangkan dan berkonsentrasi dalam melaksanakan
diberi penghargaan atas prestasi yang telah aktivitas, sering mengobrol dengan rekan
dicapainya. kerja lainnya. Contohnya di ruangan
Tercapainya kinerja pegawai yang efektif pegawai ruangan 3 x 5M, jumlah pegawai
merupakan suatu usaha, kegiatan dalam rangka sebanyak 4 orang, sedangkan idealnya diisi
terlaksananya kegiatan kerja yang produktif serta oleh sekitar 2 orang. Seperti terlihat pada
penyelesaian kerja secara tepat waktu. Tugas dan gambar 1.
fungsi pegawai adalah melaksanakan kerja sesuai
dengan fungsinya. Upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasi kerja para pegawai tentunya
bukan hanya ditentukan oleh peningkatan prestasi
kerja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain seperti struktur kerja, pedoman dan
prosedur kerja, fasilitas kerja, petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis, dan lain-lain, namun dalam
penelitian ini penulis membatasi aspek pengaruh
budaya kerja dan kompetensi terhadap kinerja
pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung.
Berdasarkan hasil observasi awal, di Bagian
Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Gambar 1. Ruang Pegawai
ternyata budaya kerja masih belum optimal, ini
terlihat pada fenomena-fenomena sebagai berikut: 2. Sistem kerja yang dilaksanakan kurang
a. Fenomena yang berkaitan dengan budaya mengikuti alur kerjayang sistematis.
kerja: Misalnya tata letak komponen peralatan
1. Dalam pelaksanaan kerja pegawai masih kerja mudah dijangkau, untuk menghemat
perlu adanya pengawasan dari atasan gerakan agar tidak melelahkan. Hal ini
langsung. Contohnya pegawai kurang memberi kesan bahwa prinsip-prinsip
bertanggung jawab akan tugas-tugas yang ergonomik dalam mendukung efektivitas
diembannya, sehingga masih perlu adanya dan efisiensi kerja kurang memadai.
pengawasan dari pimpinan. 3. Jarak antara meja kerja masih kurang
2. Pegawai dalam melaksanakan tugasnya ergonomis, sehingga tidak leluasa dalam
kurang mencari pemecahan masalah secara bekerja karena sempitnya jarak antar meja
cepat dan akurat untuk mengatasi satu dengan meja yang lainnya. Jarak ideal
permasalahan yang dihadapi berkaitan allowance antara meja satu dengan lainnya
dengan pelaksanaan kerja. Contohnya sebesar 25% dari panjang meja, namun saat
pegawai dalam melaksanakan tugas selalu ini jarak antar meja yang satu dengan yang
ketergantungan pada rekan kerjanya. lainnya sekitar 20% dari panjang meja.
3. Masih ada pegawai yang kurang mampu Seperti terlihat pada gambar 2.
menyesuaikan diri dengan perubahan

Jurnal 65
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

bagian/unit kerja dalam pembuatan


laporan belum sesuai dengan tuntutan kerja.
Seperti terlihat pada tabel 1.
2. Pegawai kurang mampu mencapai target
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
tuntutan organisasi. Misalnya pegawai
dalam penyelesaian kerja belum mencapai
target yang telah ditetapkan organisasi. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 2.
3. Masih ada pegawai yang kurang kreatif dan
inisiatif dalam melaksanakan pekerjaan.
Contohnya pegawai dalam melaksanakan
Gambar 2. Jarak Antar Meja Kerja kerja melaksanakan kerja tergantung pada
rekan kerja atau atasan.
c. Fenomena yang berkaitan dengan kinerja 4. Masih ada pegawai yang memiliki sikap
pegawai: kurang terbuka dengan rekan kerja untuk
1. Masih ada sebagian pegawai kualitas melakukan konsultasi yang berkaitan
kerjanya belum memenuhi tuntutan dengan pelaksanaan kerja. Misalnya
pimpinan, seperti dalam membuat laporan- melakukan kerjasama dengan rekan kerja
laporan kurang sesuai dengan aturan yang secara tim untuk menyelesaikan tugas-tugas
telah ditetapkan kerja. Masih ada yang menjadi tanggungjawabnya.

Tabel 1
Rekapitulasi Laporan Kegiatan Kerja Pegawai Di Bagian Umum STP BandungTahun 2015

Sumber: Bagian Bagian Umum STP Bandung Tahun 2014

Tabel 2
Capaian Pekerjaan Pegawai Di Bagian Umum STP BandungTahun 2015

Sumber: Bagian Bagian Umum STP Bandung Tahun 2015

66 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Analisis Pemetaan Potensi Daerah dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Daerah di Provinsi Aceh
u Putri Wulandari

B. LANDASAN TEORITIS organisasi dan pengembangan individu pegawai.


1. Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan pendapat beberapa pakar
Manajemen sumber daya manusia merupakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian
bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan manajemen sumber daya manusia adalah suatu
perhatiannya pada pengaturan peranan sumber proses pengelolaan manusia (pegawai) sebagai
daya manusia. Manajemen sumber daya manusia suatu sumber daya yang penting dalam suatu
menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan organisasi (perusahaan) yang dimulai dari
(asset) utama organisasi yang harus dikelola dengan perekrutan, pengembangan, pemeliharaan, dan
baik. Jadi manajemen sumber daya manusia pemutusan hubungan kerja ke arah tercapainya
sifatnya lebih strategis bagi organisasi dalam tujuan individu dan tujuan organisasi. Dengan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. demikian manusia (pegawai) perlu dikelola agar
Sihotang (2007: 10) menyebutkan yang menghasilkan sumber daya yang maksimal dalam
dimaksud dengan sumber daya manusia adalah membantu tercapainya tujuan organisasi.
keseluruhan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarah dan pengawasan 2. Konsep Budaya Kerja
terhadap kegiatan pengadaan seleksi, pelatihan, Budaya kerja dikatakan baik atau sesuai,
penempatan, pemberian konpensasi, apabila pegawai dapat melaksanakan kegiatannya
pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Budaya
dan pelepasan sumber daya manusia untuk kerja yang ada disuatu organisasi sangat besar
tercapainya tujuan individu, masyarakat, pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi
pelanggan, pemerintah dan organisasi yang pegawai.
bersangkutan. Ndraha (2010: 208) menyebutkan bahwa yang
Selanjutnya, menurut Hasibuan (2011: 10) dimaksud dengan budaya kerja adalahkelompok
yang dimaksud dengan manajemen sumber daya pikiran dasar atau program mental yang dapat
manusia adalah suatu bidang manajemen yang dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja
khusus mempelajari hubungan dan peranan dan kerjasama manusia yang dimiliki untuk
manusia dalam organisasi perusahaan. Ruky (2007: meningkatkan efektivitas kerja dan kerjasama
14) menyatakan manajemen sumber daya manusia manusia yang memiliki oleh suatu golongan
adalahsemua konsep dan teknik yang dibutuhkan masyarakat.
untuk menangani aspek personalia atau sumber Supriyadi dan Triguno (2013: 12)
daya manusia dari sebuah posisi manajerial, seperti mendefinisikan budaya kerja adalah: Suatu falsafah
rekrutmen, seleksi, pelatihan, pemberian imbalan yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-
dan penilaian. nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan
Sedangkan Dessler (2000: 2) mengatakan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu
bahwahuman resource management refers to the kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian
practices and policies you need to carry out the people or tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan,
personal aspects of your management job. Pendapat ini cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud
apabila diterjemahkan secara bebas bahwa sebagai “kerja” atau “bekerja”.
manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan Denison (Tika, 2008: 136) berpendapat
praktek-praktek dan kebijakan-kebijakan yang bahwa:Ada empat prinsip integratif mengenai
diperlukan dalam mengelola orang-orang hubungan timbal balik antara budaya kerja dan
atauaspek-aspek individual dalam pekerjaan efektivitas kinerja organisasi. Keempat prinsip ini
manajerial. diberi nama empat sifat utama (main cultural traits)
Kemudian Mangkunegara (2009: 2) yang mencakup, yaitu: “1. Keterlibatan
mengemukakan bahwa manajemen sumber daya (involvement), 2. Konsistensi, 3. Adaptabilitas, 4.
manusia sebagai berikut: Suatu perencanaan, Misi”.
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan Budaya kerja menurut Edgar H. Schein
dan pengawasan terhadap pengadaan, (Mangkunegara (2009:113) adalah: Seperangkat
pengembangan, pemberian balas jasa, asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan yang dikembangkan dalam organisasi yang
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
organisasi. Manajemen sumber daya manusia dapat anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi
didefinisikan pula sebagai suatu pengelolaan dan eksternal dan integrasi internal.
pendayagunaan sumber daya manusia yang ada Berdasarkan beberapa teori tersebut terdapat
pada individu/pegawai yang dikembangkan secara beberapa kesamaan pendapat mengenai budaya
maksimal dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan kerja. Pendapat para pakar tersebut bahwa budaya

Jurnal 67
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

kerja merupakan sikap dan perilaku individu dari Kemudian Mangkuprawira, menyatakan
kelompok pegawai organisasi dalam bekerja. fungsi-fungsi budaya kerja adalah sebagai berikut:
Kesadaran dalam melakukan aktivitas pekerjaan 1) Mengubah sikap dan perilaku pegawai
tersebut didasari atas nilai-nilai yang diyakini oleh untuk meningkatkan produktivitas kerja
para pegawai organisasi kebenarannya dan hal 2) Meningkatkan kepuasan kerja dan pelanggan,
tersebut menjadi sifat serta kebiasaan para pegawai pengawasan fungsional, dan mengurangi
organisasi dalam melaksanakan tugas dan pemborosan
pekerjaan sehari-hari. Manfaat utama dari budaya 3) Menjamin hasil kerja berkualitas
kerja berakibat pada meningkatnya kinerja 4) Memperkuat jaringan kerja ( networking)
pegawai. Hal ini dapat disebabkan karena 5) Menjamin keterbukaan ( accountable )
penerapan budaya kerja yang ada di organisasi 6) Membangun kebersamaan.
sudah sesuai dengan tujuan, visi, dan misi yang ada Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
di organisasi. Jika hal tersebut terjadi maka hal disimpulkan bahwa budaya kerja mempunyai
tersebut akan memudahkan para pegawai untuk fungsi atau peran sebagai pembeda atau pembatas
menerapkan budaya kerja yang berimplementasi dari organisasi lainnya, identitas bagi anggota
pada efektivitas kerja organisasi. organisasi, penumbuh komitmen untuk pencapaian
a. Manfaat dan Fungsi Budaya Kerja tujuan yang lebih luas dari sekedar kepentingan
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti individu, memperkokoh solidaritas sosial, serta alat
yang sangat dalam, karena akan merubah sikap dan kendali perilaku anggota organisasi.
perilaku sumber daya manusia untuk mencapai b. Pengukuran Budaya Kerja
efektivitas kerja yang lebih tinggi dalam Budaya kerja melakukan sejumlah fungsi
menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang untuk mengatasi permasalahan pegawai organisasi
didapat antara lain menjamin hasil kerja dengan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan
kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan eksternalnya, yaitu dengan memperkuat
komunikasi, keterbukaan, kebersamaan, gotong pemahaman pegawai organisasi, kemampuan
royong, kekeluargaan, menemukan kesalahan dan untuk merealisir. Budaya kerja berfungsi untuk
cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dari mengatasi permasalahan integrasi internal dengan
perkembangan dari luar seperti pelanggan, meningkatkan pemahaman dan kemampuan
teknologi, sosial, ekonomi dan lain-lain. pegawai organisasi untuk berkomunikasi,
Menurut Supriyadi dan Triguno (2013: 23) melakukan kesepakatan, hubungan pegawai
manfaat budaya kerja adalahuntuk mengubah sikap organisasi. Guna melakukan hal tersebut, maka
dan juga perilaku sumber daya manusia yang ada dibutuhkan pengukuran sehingga tidak terjadi
agar dapat meningkatkan efektivitas kerja untuk kesenjangan budaya kerja.
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan Tjahjadi (2007: 65) mengembangkan konsep
datang. Adapun manfaat nyata dari penerapan pengukuran kesenjangan budaya kerja sebagai
suatu budaya kerja yang baik dalam suatu berikut:
lingkungan organisasi adalah meningkatkan jiwa 1) Atasan yang baik;
gotong royong, meningkatkan kebersamaan, saling 2) Bawahan yang baik;
terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa 3) Prioritas pada anggota organisasi yang baik;
kekeluargaan, meningkatkan rasa kekeluargaan, 4) Tingkah laku yang baik dalam organisasi;
membangun komunikasi yang lebih baik, 5) Perlakuan organisasi terhadap anggota;
meningkatkan prestasi kerja. 6) Pengendalian dan pengaruh;
Rivai (2008: 430) menyatakan fungsi budaya 7) Legitimasi seseorang dalam mengendalikan
kerja adalah: anggota organisasi lainnya;
1) Budaya kerja mempunyai suatu peran 8) Dasar penugasan; dan
menetapkan tapal batas, artinya budaya 9) Persaingan.
menciptakan perbedaan yang jelas antara Selanjutnya Mas'ud (2004: 366) menjelaskan
suatu organisasi dengan organisasi lainnya bahwa budaya kerja dapat diukur melalui:
2) Budaya kerja memberikan identitas bagi 1) Pengungkapan persyaratan dan petunjuk;
anggota organisasi 2) Mentaati prosedur dan instruksi secara tepat;
3) Budaya kerja mempermudah timbulnya 3) Pentingnya peraturan dan tatanan;
komitmen yang lebih luas daripada 4) Manfaat prosedur operasional;
kepentingan individu 5) Kejelasan petunjuk operasional;
4) Budaya kerja dapat meningkatkan 6) Sikap disiplin;
kemantapan sistem sosial. 7) Tanggung jawab dalam menyelesaikan
pekerjaan; dan

68 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Analisis Pemetaan Potensi Daerah dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Daerah di Provinsi Aceh
u Putri Wulandari

8) Kebiasaan bekerja sama. efisiensi juga harus diperhatikan aspek keselamatan


Berdasarkan beberapa pendapat pakar dan keamanan serta kenyamanan dalam kerja.
tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya kerja b. Pengertian Lingkungan Kerja
merupakan persepsi umum yang dimiliki oleh Lingkungan kerja adalah suatu tempat
seluruh pegawai organisasi, sehingga setiap dimana para pekerja dapat bekerja secara optimal,
pegawai akan mempunyai nilai, keyakinan dan sehingga dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan
perilaku yang sesuai dengan organisasi. Budaya target yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor
kerja merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang mempengaruhi terbentuknya kondisi
yang mempengaruhi perilaku, sikap dan kinerja lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan
seluruh pegawai. Budaya kerja merupakan hal yang manusia. Untuk lebih jelasnya, penulis
penting bagi organisasi, karena budaya kerja mengemukakan pendapat para ahli. Nitisemito
tersebut menjadi batas suatu organisasi, sehingga (2010: 109) berpendapat bahwa:Lingkungan kerja
dapat membentuk identitas atau ciri khas adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja
organisasi. dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan
3. Konsep Lingkungan Kerja kepadanya.
Suatu organisasi, baik besar maupun kecil, Manusia sebagai komponen pelaksana atau
akan membentuk lingkungan tersendiri. pengendali tidak akan terlepas dari kelebihan dan
Lingkungan tersebut dibentuk akibat dari adanya kekurangan yang secara alami dimilikinya. Dalam
sekelompok orang yang bekerja sama untuk suatu kegiatan kerja pegawai harus mampu
mencapai tujuan tertentu. Lingkungan kerja pada beradaptasi dengan sebaik-baiknya terhadap
suatu organisasi bisa berbeda dengan lingkungan komponen-komponen kerja yang terutama
pada organisasi yang lainnya, perbedaan ini mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja.
disebabkan ciri dari karakter kegiatan yang Menurut Sedarmayanti (2009: 26) lingkungan fisik
berlangsung di dalamnya. adalah:Semua keadaan yang terdapat di sekitar
a. Pengertian Ergonomi tempat kerja, yang akan mempengaruhi pegawai
Hubungan antara manusia, pekerjaan, baik secara langsung maupun secara tidak
peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat langsung”.
sebagai hubungan unik. Karena interaksi antara hal Lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan
tersebut membentuk suatu sistem kerja yang tidak kebutuhan di tempat kerja, akan menimbulkan
sederhana, sehingga melahirkan suatu disiplin ilmu kelelahan dalam melakukan aktivitas. Keadaan
yaitu ergonomi. Sehubungan dengan hal tersebut lingkungan yang kurang baik akan dapat menuntut
Bennet (Sedarmayanti, 2009: 2) menyatakan tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak
ergonomi adalah: Ilmu penyesuaian peralatan dan mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja
perlengkapan kerja dengan kemampuan essensial yang efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi
manusia untuk memperoleh keluaran yang suatu kondisi lingkungan kerja.
optimum. Menurut Sedarmayanti (2009: 8) ruang
Suma'mur (2011: 4) menyebutkan bahwa: lingkup lingkungan kerja antara lain meliputi:
Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya 1) Kondisi lingkungan fisik.
berusaha untuk menserasikan pekerjaan dengan 2) Perancangan sistem kerja.
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, dengan 3) Tata ruang kantor.
tujuan mencapai produktivitas dan efisiensi yang c. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor Kerja
manusia seoptimal-optimalnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut terbentuknya kondisi lingkungan kerja dikaitkan
dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan dengan kemampuan manusia menurut
bidang ilmu yang bertujuan untuk menyerasikan Sedarmayanti (2009: 28) adalah sebagai berikut:
atau menyeimbangkan fasilitas kerja yang 1) Penerangan/cahaya di tempat kerja;
digunakan dalam melakukan aktivitas kerja, 2) Temperatur/suhu udara di tempat kerja;
sehingga efektivitas dan efisiensi kerja bisa 3) Kebisingan di tempat kerja;
tercapai. 4) Sirkulasi udara di tempat kerja;
Ruang lingkup ergonomi berkaitan dengan 5) Tata warna di tempat kerja.
orang yang bekerja dan lingkungan kerja, yang
penerapannya akan membawa tingkat efektivitas 4. Konsep Kinerja
dan efisiensi apabila diterapkan di tempat kerja Keberadaan dan eksistensi suatu organisasi
yang sesuai. Selain dalam rangka efektivitas dan tergantung pada kinerja pegawainya dalam

Jurnal 69
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

melaksanakan tugas dan pekerjaan karena pegawai penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan
merupakan unsur utama organisasi yang harus tingkat kontribusi individu atau kinerja yang
mendapatkan perhatian dan penanganan yang dideskripsikan dalam penyelesaian tugas-tugas
baik. Pencapaian tujuan organisasi menjadi kurang yang menjadi tanggung jawabnya. Sehubungan hal
berhasil manakala banyak pegawai yang tidak tersebut Chung dan Megginson (Teguh dan
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik Rosidah, 2009: 275) menyatakan bahwa: A way of
sehingga prestasi tidak tercapai dengan baik dan hal measuring the contributions of dinviduals to their
ini akan menimbulkan pemborosan bagi organisasi. organizations. Pendapat tersebut diartikan bahwa
Oleh karena itu kinerja pegawai harus benar-benar penilaian Kinerja adalah sebagai cara untuk
di perhatikan. mengukur kontribusi pegawai kepada organisasi.
a. Pengertian Kinerja Selanjutnya Rivai (2008: 309) menyatakan
Definisi kinerja menurut Sedarmayanti (2010: bahwa penilaian kinerja mengacu pada sistem
260) meliputi: formal dan terstruktur yang digunakan untuk
1) Hasil kerja. mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat
2) Pekerja, proses atau organisasi. yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan
3) Terbukti secara konkrit. hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.
4) Dapat diukur. Menurut Gomes (2003: 142) kriteria penilaian
5) Dibandingkan dengan standar yang telah Kinerja meliputi:
ditentukan. 1) Quantity of work: yaitu jumlah kerja yang
Sementara itu, kinerja karyawan menurut dilakukan dalam satu periode waktu yang
Ilham (2008: 33) adalah menunjuk pada telah ditentukan.
kemampuan karyawan dalam melaksanakan 2) Quality of work: yaitu kualitas kerja yang
keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggung dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian
jawabnya. Kemudian Prawirosentono (2004: 2), dan kesiapannya.
menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang 3) Job Knowledge, yaitu luasnya pengetahuan
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam mengenai pekerjaan dan ketrampilan.
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung 4) Creativites, yaitu keaslian gagasan yang
jawab masing-masing, dalam rangka upaya dimunculkan dan tindakan untuk
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan menyelesaikan persoalan-persoalan yang
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai timbul.
dengan moral dan etika. 5) Cooperation, yaitu kesediaan untuk
Lebih lanjut Amstrong dan Baron (2008: 15) bekerjasama dengan orang lain.
merumuskan pengertian Kinerja sebagai berikut: 6) Dependability, yaitu kesadaran untuk
“Performance should be defined as the aoutcomes of work mengikuti segala aturan yang telah ditetapkan
becouse they provide the strongest linkage to the strategic organisasi dalam hal ini kehadiran dan
goal of the organization, customer satisfaction, and penyelesaian kerja secara tepat waktu.
economic contributions”. Pendapat tersebut dapat 7) Initiative, yaitu semangat untuk
diterjemahkan bahwa Kinerja sebagai unjuk kerja menyelesaikan tugas-tugas baru dalam
karena hal ini merujuk kepada keterkaitan yang memperbesar tanggung jawabnya.
kuat antara strategi tujuan organisasi, kepuasan 8) Personal Quality, yaitu menyangkut
pelanggan dan kontribusi ekonomi. kepribadian, kepemimpinan, keramah
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan tamahan, dan integritas pribadi.
bahwa kinerja merupakan suatu proses akhir dari Kemudian Mulyadi (2015: 149) mengemukan
suatu pekerjaan. Dimana seorang pegawai yang hasil evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan untuk
prestasinya baik dapat dilihat apabila dalam penggunaan sebagai berikut:
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya 1) Peningkatan kinerja
didasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan 2) Pengembangan SDM
yang dimiliki seperti kecakapan, profesionalisme, 3) Pemberian Kompensasi
memiliki pengalaman yang cukup untuk 4) Program peningkatan produktivitas
melaksanakan tugas-tugas tersebut, bertanggung 5) Program kepegawaian
jawab, memperhatikan waktu serta tidak melanggar 6) Menghindari perlakuan diskriminasi.
aturan yang berlaku. SelanjutnyaFlippo (2004: 250) mengemukakan
b. Penilaian Kinerja bahwa penilaian kinerja adalah:
Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan 1) Quality of work (mutu kerja), meliputi
cara pengukuran kontribusi-konstribusi dari ketepatan, ketelitian, dan kerapihan dalam
individu terhadap organisasi. Nilai penting dari mengerjakan tugas.

70 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Analisis Pemetaan Potensi Daerah dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Daerah di Provinsi Aceh
u Putri Wulandari

2) Quantity of work (kuantitas dari pekerjaan), 5. Model Pendekatan


meliputi hasil pekerjaan dan kecepatan. Model pendekatan tulisan ini mencari sebab
3) Dependability (ketergantungan), meliputi dan akibat dalam suatu gejala atau mencari
inisiatif, disiplin, dan kerjasama. hubungan di antara berbagai faktor. Penelitian ini
4) Attitude (sikap), meliputi kerjasama dan ada tiga variabel yang akan diteliti, yaitu variabel
kepribadian. yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari
Dari pendapat tersebut, maka dapat variabel lain yang disebut dengan variabel bebas.
disimpulkan bahwa kriteria penilaian kinerja Sedangkan variabel yang diduga sebagai akibat
berkisar pada personal traits (kualitas individu) atau yang dipengaruhi oleh variabel yang
seseorang pegawai seperti kreativitas, mendahului disebut variabel terikat. Variabel bebas
intelegensia dan kerjasama, akan tetapi lebih (X1) Budaya kerja, variabel (X2)Lingkungan Kerja
menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat dan variabel terikat (Y) KinerjaPegawai.
performance result (hasil kerja), seperti kuantitas dan Guna menyederhanakan penentuan model
kualitas kerja, dengan performance result tersebut penelitian ini, maka model penelitian penulis
memungkinkan terjadinya suatu penilaian yang sajikan dalam bentuk bagan, seperti terlihat pada
lebih obyektif. gambar 3.

Gambar 3. Model Penelitian

6. Hipotesis Penelitian Bandung.


Untuk keperluan pengujian terhadap hipotesis Hipotesis (H1) yaitu:
tersebut, maka perlu dilakukan perumusan Lingkungan kerjai (X 2 ) berpengaruh
hipotesis dalam bentuk statistika, yaitu: terhadap kinerja pegawai (Y) di Bagian
1. Hipotesis (Ho) yaitu: Umum Sekolah Tinggi Pariwisata
Budaya kerja (X 1 ) tidak berpengaruh Bandung.
terhadap kinerja pegawai (Y) di Bagian 3. Hipotesis (H0) yaitu:
Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Budaya kerja (X1) dan lingkungan (X2) tidak
Bandung. berpengaruh secara simultan terhadap
Hipotesis (H1) yaitu: kinerja pegawai (Y) di Bagian Umum
Budaya kerja (X1) berpengaruh terhadap Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
kinerja pegawai (Y) di Bagian Umum Hipotesis (H1) yaitu:
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Budaya kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2)
2. Hipotesis (H0) yaitu: berpengaruh secara simultan terhadap
Lingkungan kerja (X2) tidak berpengaruh kinerja pegawai (Y) di Bagian Umum
terhadap kinerja pegawai (Y) di Bagian Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Umum Sekolah Tinggi Pariwisata

Jurnal 71
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

C. METODE metode tersebut, penulis meneliti pengaruh budaya


Penelitian ini menggunakan pendekatan organisasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja
eksplanasi atau penjelasan. Penelitian eksplanasi pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi
yang digunakan dalam penelitian ini dengan Pariwisata Bandung
pendekatan kausal atau hubungan sebab-akibat Dalam penelitian ini penulis menentukan
antara dua variabel. Penelitian berupaya populasi penelitian adalah seluruh pegawai yang
memperoleh penjelasan mengenai perubahan suatu ada di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata
variabel bebas (sebab) dan pengaruhnya terhadap Bandung berjumlah 83 orang.
perubahan variabel terikat (akibat). Untuk analisis Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
data penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan informasi dari Kepala Bagian Umum
Penggunaan pendekatan kuantitatif karena jenis Sekolah Tinggi Pariwisata digali melalui
data adalah data yang bersifat kuantitatif. Dengan wawancara.

Tabel 3
Daftar Jumlah Populasi

Sumber: kepegawaian tahun 2015

Teknik pengumpulan data yang dilakukan analisis jalur ini dilakukan secara manual. Metode
dalam penelitian ini adalah angket, wawancara dan statistik analisis jalur ini bisa digunakan bila penulis
studi dokumentasi. Instrumen penelitian, yang ingin mengetahui hubungan kausal dengan tujuan
digunakan dalam penelitian ini berupa angket untuk memisahkan pengaruh langsung suatu
terstruktur yaitu angket yang telah dilengkapi variabel penyebab terhadap variabel akibat. Pada
dengan alternatif jawaban, sehingga responden penelitian ini, analisis jalur ini digunakan karena
tinggal memilih alternatif jawaban yang paling penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh
sesuai dengan pengalaman, pendapat atau perasaan budaya kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja
dari responden. Penyebaran kuesioner dilakukan pegawai dan untuk mengetahui seberapa besar dan
terhadap responden yang terpilih sesuai dengan sejauh mana pengaruh tersebut.
teknik sampling yang telah ditentukan. Kuesioner Model ini akan melihat pengaruh budaya kerja
disusun berdasarkan indikator-indikator yang dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.
sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian Diukur melalui variabel. Selanjutnya dengan kerja
telah dilakukan pengujian validitasnya melalui uji analisis jalur, penulis ingin menyatakan hubungan
validitas item. kausal dengan tujuan untuk memisahkan pengaruh
Teknik wawancara, penulis memilih langsung dan pengaruh tidak langsung suatu
menggunakan instrumen wawancara secara variabel penyebab terhadap variabel akibat,
terstruktur. Penggunaan instrumen wawancara kemudian hasil perhitungan yang diperoleh
terstruktur ini dimaksudkan untuk mendapatkan tersebut dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian
informasi yang mendalam menyangkut obyek yang yang telah ditetapkan. Hasil analisis tersebut
diteliti. Melalui teknik ini diharapkan penulis merupakan jawaban atas permasalahan dalam
memperoleh data tambahan yang belum didapat penelitian ini.
dari daftar pertanyaan. Kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan
Penulis menggunakan metode eksplansi untuk pasangan data dari variabel independen dan
variabel kuantitatif, yaitu untuk mengetahui dependen dari semua sample penelitian untuk
bagaimana tanggapan responden terhadap pilihan pengujian hipotesis. Analisis data biasanya
pernyataan yang diajukan melalui model struktural, ditujukan untuk menguji hipotesis yang diajukan
khususnya dalam hal analisis jalur. Pengujian melalui model struktural.

72 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Analisis Pemetaan Potensi Daerah dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Daerah di Provinsi Aceh
u Putri Wulandari

D. PEMBAHASAN jumlah pegawai Bagian UmumSekolah Tinggi


1. Keadaan Pegawai di Bagian Umum Sekolah Pariwisata Bandung sebanyak 83 orang. Kondisi
Tinggi Pariwisata Bandung pegawai di Bagian Umum berdasarkan tingkat
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, pendidikan penulis kemukan dalam tabel 4.

Tabel 4
Jumlah Pegawai Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Bagian Umum STP Bandung tahun 2016

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
bahwa pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi masih kurang memadai dilihat dari tingkat
Pariwisata Bandung adalah kebanyakan lulusan pendidikan formalnya, karena kebanyakan lulusan
SLTA/Sederajat sebanyak 50 orang atau sebesar SLTA, untuk itu perlu pengembangan sumber daya
60,24%, kemudian pegawai lulusan Strata(1) manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang
sebanyak 23 orang atau sebesar 27,71%, dan disesuaikan dengan bidangnya masing-masing.
pegawai lulusan SLTP/Sederajat sebanyak 10 orang Penulis juga mengemukakan jumlah pegawai
atau sebesar 12,05%. Dengan demikian pegawai di berdasarkan golongan seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5
Jumlah Pegawai Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Berdasarkan Golongan

Sumber: Bagian Umum STP Bandung tahun 2016

2. Uji Hipotesis Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Sedangkan


a. Pengujian Hipotesis Variabel X1 terhadap Y hasil penelitian pengaruh langsung dan tidak
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fhitung langsung budaya kerja terhadap kinerja pegawai
sebesar 30,40, kemudian dikonsultasikan dengan sebesar 36,28%.
Ftabel, dengan nilai dk = n – 2 (83 – 3) = 80, berdasarkan b. Pengujian Hipotesis Variabel X2terhadap Y
tabel nilai distribusi t, dimana nilai dk = 80 berada Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung
antara dk 60 dan dk 120. Dikarenakan nilai dk = 80 sebesar 46,99, kemudian dirujuk dengan Ftabel,
tidak ada pada tabel t, maka dilakukan perhitungan dengan nilai dk = n – 2 (83 – 3) = 80, berdasarkan
dengan menggunakan interpolasi. tabel nilai distribusi t, dimana nilai dk = 42 sebesar
Dari hasil interpolasi diperoleh ttabel sebesar 1,98, berada antara dk 60 dan dk 120. Dikarenakan nilai
sedangkan hasil thitung sebesar 41,94, maka thitung> ttabel, dk = 80 tidak ada pada tabel t, maka dilakukan
maka hipotesis H0 ditolak dan menerima hipotesis perhitungan dengan menggunakan interpolasi.
alternatif H1. Dengan demikian dapat dikatakan Dari hasil interpolasi diperoleh ttabel sebesar 2,00,
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara budaya sedangkan hasil thitung sebesar 46,99, maka thitung> ttabel,
kerja terhadap kinerja pegawai pada Bagian Umum sehingga hipotesis H0 ditolak dan menerima

Jurnal 73
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

hipotesis alternatif H1. Dengan demikian dapat baik. Namun demikian masih terdapat kelemahan,
dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan apabila dikaitkan dengan kondisi di lapangan,
antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di seperti lingkungan fisik. Hasil penelitian dimensi
Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. lingkungan fisik sebesar 65,34%, merupakan skor
Sedangkan hasil penelitian pengaruh langsung dan yang paling kecil dibandingan dengan dimensi
tidak langsung lingkungan kerja terhadap kinerja perancangan sistem kerja dan tata ruang kantor.
pegawai sebesar 35,10%. Hasil penelitian tersebut apabila dibandingkan
c. Pengujian Hipotesis Variabel X1 dan X2 dengan kondisi di lapangan bahwa lingkungan fisik
terhadap Y masih belum mendukung aktivitas para pegawai,
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti sikulasi udara kurang lancar, sehingga
sebesar 7,93, kemudian dikonsultasikan dengan pegawai dalam melaksanakan kerja kurang
Ftabel, dengan nilai dk = n – 3 (83 – 3) = 80, berdasarkan nyaman. Kemudian skor yang paling tinggi adalah
tabel nilai distribusi t, dimana nilai dk = 80 sebesar tata ruang kantor sebesar 66,69%. Hasil pengamatan
berada antara dk 60 dan dk 120. Dikarenakan nilai di tempat kerja menunjukkan bahwa pentaan
dk = 80 tidak ada pada tabel t, maka dilakukan ruangan kantor cukup mendukung kegiatan
perhitungan dengan menggunakan interpolasi. pegawai dalam melakukan aktivitas kerja.
Dari hasil interpolasi diperoleh ttabel sebesar 1,98, c. Variabel Kinerja (Y)
sedangkan hasil thitung sebesar 7,93, maka thitung> ttabel, Berdasarkan hasil penelitian, variabel kinerja
maka hipotesis H0 ditolak dan menerima hipotesis (Y) memperoleh skor sebesar 66,06%. Termasuk
alternatif H1. Dengan demikian dapat disimpulkan kategori cukup baik. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara budaya bahwa kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah
kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja Tinggi Pariwisata Bandung sudah cukup baik.
pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi Namun kenyataan di lapangan menunjukkan
Pariwisata Bandung. Sedangkan hasil penelitian bahwa kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah
pengaruh budaya kerja dan lingkungan kerja Tinggi Pariwisata Bandung, masih ditemukan
terhadap kinerja pegawai sebesar 71,38%. Dengan beberapa kelemahan. Hal ini terlihat dari hasil
demikian secara simultan budaya kerja dan penelitian dimensi kualitas kerja memperoleh skor
lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja sebesar 65,64%. Skor tersebut merupakan skor
pegawai. terkecil dari dimensi kuantitas kerja,
ketergantungan dan sikap. Hal ini menunjukkan
3. Analisis Deskriptif bahwa terdapat beberapa pegawai yang belum
a. Variabel Budaya Kerja (X1) mampu mencapai kualitas sesuai dengan tuntutan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan organisasi.
bahwa variabel budaya kerja (X1) memperoleh skor
64,61% termasuk kategori cukup baik. Dengan 4. Analisis Verifikatif
demikian mengindikasikan bahwa budaya kerja di a. Analisis Pengaruh Budaya Kerja terhadap
Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Kinerja Pegawai
memperlihatkan kondisi cukup baik. Dari hasil Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai
pengamatan di tempat kerja bahwa umumnya pengaruh langsung variabel budaya kerja (X1)
pegawai mengetahui tujuan utama organisasi dan terhadap variabel kinerja pegawai (Y) diperoleh
peranan mereka serta organisasi untuk mencapai skor sebesar 20,05%. Pengaruh tidak langsung
tujuan tersebut. motivasi (X1) terhadap kinerja pegawai (Y)melalui
Skor penelitian pada dimensi budaya kerja lingkungan kerja (X 2 ) sebesar 16,23%. Total
yang paling tinggi adalah Involvement (keterlibatan) pengaruh baik langsung maupun tidak langsung
sebesar 65,48%. Dari hasil pengamatan di tempat budaya kerja (X1) terhadap kinerja pegawai (Y)
kerja bahwa umumnya pegawai melibatkan diri adalah 36,28%. Dengan demikian budaya kerja
dalam kegiatan program kerja diluar tugas pokok berpengaruh secara parsial terhadap kinerja
yang ditetapkan oleh organisasi. Di samping itu pegawai di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
juga pegawai berpartisipasi aktif dalam setiap b. Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan terhadap Kinerja Pegawai
pelaksanaan kerja. Berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa
b. Variabel Lingkungan Kerja (X2) pengaruh langsung lingkungan kerja (X2) terhadap
Berdasarkan hasil penelitian lingkungan kerja kinerja pegawai (Y) adalah 18,87% dan pengaruh
memperoleh skor 65,83%, sehingga tidak langsung lingkungan kerja (X2) terhadap
mengindikasikan lingkungan kerja di Bagian kinerja pegawai (Y)melalui budaya kerja (X1)
Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung cukup sebesar 16,23%. Total pengaruh baik langsung

74 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Analisis Pemetaan Potensi Daerah dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Daerah di Provinsi Aceh
u Putri Wulandari

maupun tidak langsung lingkungan kerja (X2) Rekomendasi


terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar 35,10%. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
Dengan demikian bahwa semakin baik lingkungan penulis memberikan saran terhadap organisasi dan
kerja (X2) maka semakin baik pula kinerja pegawai pemimpin sebagai berikut:
(Y) di Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata a. Dalam meningkatkan budaya kerja, maka
Bandung. sebaiknya dilakukan sosialisasi tentang
c. Pengaruh Budaya Kerja dan Lingkungan tanggungjawab pegawai terhadap pekerjaan
Kerja terhadap Kinerja Pegawai dari pimpinan dengan cara mengadakan rapat
Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel rutin setiap bulan yang berkesinambungan,
budaya kerja dan lingkungan kerja mempunyai untuk membahas masalah-masalah yang
pengaruh terhadap kinerja pegawai di Bagian berkaitan dengan pekerjaan.
Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. b. Organisasi/pimpinan memahami budaya dari
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa total masing-masing pegawai yang berasal dari
pengaruh budaya kerja dan lingkungan kerja berbagai ragam suku dalam meningkatkan
terhadap kinerja pegawai, secara kumulatif budaya kerja.
diperoleh skor sebesar 71,38%. Hal ini menunjukkan c. Perlu adanya penataan linngkungan kerja
bahwa apabila budaya kerja dan lingkungan kerja dengan ruangan secara teratur, seperti letak
secara bersama-sama meningkat, maka akan meja kerja, lemari arsip dan pencahayaan agar
mempengaruhi kinerja pegawai di Bagian Umum disesuaikan dengan luas ruangan tersebut,
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. supaya tidak sesak, sehingga dapat
Hasil perhitungan analisis jalur menunjukkan mempengaruhi kinerja pegawai.
bahwa budaya kerja merupakan penyumbang d. Agar lingkungan kerja dapat lebih ditingkatkan
pengaruh terbesar terhadap kinerja pegawai bila disiplin lingkungan yang terdapat dalam Sapta
dibandingkan dengan lingkungan kerja. Pesona.
Berdasarkan analisis yang dihubungkan e. Organisasi/pimpinan untuk meningkatkan
dengan teori, menunjukkan bahwa dengan budaya kinerja pegawai dalam melaksanakan
kerja dan lingkungan kerja yang baik dapat tugasnya, dengan dukungan:
meningkatkan kinerjapegawai dalam 1) Kepala Bagian Umum dalam pelaksanaan
melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan demikian kerja dan pengambilan keputusan yang
pengaruh budaya kerja dan lingkungan kerja berkaitan dengan pelaksanaan tugas turut
terhadap kinerja pegawai sangat erat, karena melibatkan pegawai.
dengan budaya kerja yang baik dan personel yang 2) Penyediaan forum komunikasi dengan
memiliki pengetahuan dan keterampilan maka bawahan, untuk melakukan konsultasi
secara keseluruhan dapat mendukung aktivitas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pegawai yang pada gilirannya dapat meningkatkan dilingkungan kerja formal/ non formal.
kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas- f. Organisasi/pimpinan mensosialisasikan visi
tugasnya. dan misi organisasi setiap waktu, yang dapat
dijadikan panduan bagi pegawai dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI salah satu upaya peningkatan kinerja pegawai.
Kesimpulan g. Menyarankan organisasi/Kepala Bagian
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung,
disimpulkan bahwaada pengaruh budaya kerja mengintensifkan pelaksanaan pembinaan serta
terhadap kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah bimbingan kepada para pegawai baik dalam
Tinggi Pariwisata Bandung dan dari hasil analisis diklat, kursus dan pembinaan interen / ekteren.
jalur lingkungan kerja berpengaruh terhadap Hal ini dilakukan agar terciptanya perubahan
kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah Tinggi sikap dan perilaku para pegawai menuju arah
Pariwisata Bandung. Hasil penelitian menunjukkan yang positif serta menimbulkan kesadaran
budaya kerja dan lingkungan kerja berpengaruh disiplin pegawai dan meningkatan Kompetensi
terhadap kinerja pegawai di Bagian Umum Sekolah pada bidangnya masing-masing serta rasa
Tinggi Pariwisata Bandung. Kemudian hasil uji tanggungjawab terhadap tugas yang
hipotesis menujukkan bahwa menolak Ho dan diembannya.
menerima hipotesis alternatif H1, Dengan demikian h. Sebaiknya Kepala Bagian Umum merumuskan
adanya pengaruh yang signifikan budaya kerja dan dan menetapkan target dalam pelaksanaan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di kerja yang diiringi dengan membangkitkan
Bagian Umum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. semangat kerja dan menanamkan rasa

Jurnal 75
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Hubungan Budaya Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Lembaga Pendidikan Tinggi
u Sedarmayanti dan Nunur Rahadian

tanggung jawab dengan menanamkan disiplin Budaya Organisasi. Bandung: Refika Aditama.
kerja kepada pegawai dalam pelaksanaan kerja, Moekijat.2004. Administrasi Kepegawaian Negara.
melalui pembinaan secara intensif yang berupa Bandung: Mandar Maju.
arahan dan bimbingan ditempat kerja serta Moeljono, Djokosantoso. 2005, Budaya Organisasi
yang paling penting tauladan dari pimpinan itu dalam Tantangan. Jakarta:Elex Media
sendiri sebagai contoh nyata. Dengan demikian Komputindo.
diharapkan hasil kerja pegawai mencapai hasil Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan dan Pelayanan
kerja sesuai dengan tuntutan organisasi. Publik. Bandung: Alfabeta.
Nasution, Mulia. 2012. Manajemen Personalia,
(Aplikasi Dalam Perusahaan). Jakarta:
REFERENSI Djambatan.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Nazir, Mohamad. 2007. Metode Research. Jakarta:
Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara. Jemmars.
Armstrong, M. and Baron A. 2008. A Handbook of Ndraha, Taliziduhu. 2010. Budaya Organisasi.
Personel Management Practice, Sixt Ed), Jakarta: Rineka Cipta.
London: Kogan Limited 120 Pentonvilleod Nitisemito, A. 2010. Manajemen Personalia, Jakarta:
Atmosudirdjo, Prajudi. 2006. Teori Organisasi. Ghalia Indonesia.
Jakarta: Gunung Agung. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan
Cherrington, David J. 2001. Organizational Behavior, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
The Management of Individual and Panggabean, Mutiara. 2004 Manajemen Sumber Daya
Organizational Performance, Massachustts. Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Needhan Heights: USA, Allyn and Bacon Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi.
Denison, Daniel R. 2000. Corporate Cultur and Bandung: Alfabeta.
Organizational Effectiveness. New York: Jhon Prawirosentono, Suyudi. 2005. Manajemen Sumber
Wiley and Sons. Daya Manusia Kebijakan Kinerja Kiat
Dessler, Gerry. 2000. Personnel Management. Tenth Memabangun Organisasi Kompetitif Menjelang
Edition New Jesey: Prentice-Hall, Inc. Perdagangan Bebas Dunia, Yogyakarta: BPFE.
Djatmiko, Yayat, Hayati. 2012. Perilaku Organisasi. Rachmawati, Nuraini Eka. 2008. Paradigma Baru
Bandung:Alfabeta. Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai Basis
Djokosantoso, Moeldjono. 2003. Budaya Korporat dan Meraih Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta:
Keunggulan Korporasi. Jakarta. Elex Media Ekonisia
Komputindo. Rivai, Veithzal. 2008. Manajemen Sumber Daya
Edgar, Schein, H. 2008. An Organization Culture and Manusia untuk Perusahaan (dari Teori dan
Leadership. San Francisco: Yossey Bass Praktik), Jakarta: Grapindo Persada.
Publishe. Ruky, S. Ahmad. 2009. SDM Berkualitas Merubah Visi
Fathoni, Abdurrahman, H. 2006. Manajemen Sumber Menjadi Realitas. Jakarta : Gramedia Pustaka
Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Utama.
Flipo Edwin B. 2004. Personnel Management.Sixth Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya
Edition. New York: Mc Graw-Hll Book Manusia (Reformasi Birokrasi dan
Company. Manajemen Pegawai Negeri Sipil). Bandung:
Gibson et. al. 2006. Organization Behavior-Structure Aditama.
Process. Boston: Irwin Homewood. Alih Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan
Bahasa: Djoekban Wahid. Jakarta: Erlangga. Produktivitas Kerja. Bandung: Ilham Jaya.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Siagian, P. Sondang. 2008. Manajemen Sumber Daya
Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset. Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno. 2005. Metode Research. Yogyakarta: Sihotang, A. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Fakultas Psikologi UGM. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Handoko T. Hani. 2011. Manajemen. Yogyakarta: Sikula, Adrew. 2003. Personnel Administration and
BPFE. Humans Resouces Management. New York:
Hasibuan S. P. Malayu. 2011. Manajemen Dasar, John Wiley & Sons Inc.
Pengertian dan Masalah. Jakarta: Ghalia Silalahi, Ulbert. 2012. Metode Penelitian Sosial.
Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Komarudin. 2007. Metode Penelitian Skripsi dan Tesis, Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya
Jakarta: Bina Aksara. Manusia. Jakarta: STIE, YKPN.
Mankunegara, AA. Anwar Prabu. 2009. Perilaku dan Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan

76 Jurnal
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi
Analisis Pemetaan Potensi Daerah dalam Rangka Menciptakan Keunggulan Daerah di Provinsi Aceh
u Putri Wulandari

Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Sutrisno, Edy. 2011. Budaya Organisasi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kharisma Putra Utama.
Siswanto, H. Bedjo. 2011. Manajemen Tenaga Kerja, Teguh, Ambar dan Rosidah, Sulistiyani. 2009.
Rancangan dalam Pendayagunaan dan Manajemen Sumber Daya Manudia (Konsep,
Pengembangan Unsur Tenaga Kerja. Bandung: Teori dab Pengembangan dalam Konteks
Sinar Baru. Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Tika. Moh. Pabundu. 2008. Budaya Organisasi dan
Bandung: Alfabeta. Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi
Suma'mur. 2011. Keselamatan Kerja & Pencegahan Aksara.
Kecelakaan. Jakarta: Haji Masagung. Umar, Husein. 2005. Metode Riset Ilmu Administrasi.
Supriyadi dan Triguno. 2013. Budaya Organisasi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pemerintah-Bahan Ajar Diklat Prajabatan Wahyudi, Bambang. 2003. Manajemen Sumber Daya
Golongan III. Jakarta: LAN RI Manusia Gerak dan Waktu. Bandung: Sulita.
Surya, Mohamad. 2007. Psikologi Manajemen. Wignjosoebroto, S. 2011. Ergonomi Studi Gerak dan
Bandung: Ilham Jaya. Waktu. Surabaya: Guna Widya.

Jurnal 77
Ilmu Administrasi
Volume XV | Nomor 1 | Juni 2018
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi

Anda mungkin juga menyukai