Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG DEFINISI KEBUDAYAAN ISLAM

Disusun oleh :

Bangkit Assidiqi (2019110208)

Manajemen 1

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

Jalan KH. Hasyim Asy’ari Km. 03, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo


KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Pada kesempatan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Maemunah selaku dosen mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas
abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kebudayaan islam, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa maupun mahasiswi Universitas Sains
Al-Quran. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca dan teman-teman.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis dan pembaca untuk kebahagiaan
di dunia dan akhirat amin.

Hormat kami,

penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

i
BAB 1 : PENDAHULUAN
1. 3 Tujuan 1 1. 4 Manfaat 1
BAB 2 : PEMBAHASAN 2. 1 Konsep Kebudayaan dalam Islam 3
2. 2 Sejarah Intelektual Islam 3
2. 3 Penerapan Budaya Islam dalam Kegiatan Ilmiah dan Kerja 4
2.3.1 Budaya Ilmiah atau Akademik 4
2.3.2 Budaya Kerja 6
2.4 Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam 7
2.5 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam 8
2. 6 Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia 8
BAB 3 : PENUTUP
3. 1 Kesimpulan 11
3. 2 Saran 11

1. 1 Latar Belakang 1 1.2


Rumusan Masalah 1
BAB 4 : DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG

Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agam-agama yang
datang sebelumnya. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar
yang acuh tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah peradaban Islam. Dewasa ini
mereka hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar.
Padahal, sejarah peradaban Islam sangat penting bagi kita semua.

1. 2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam islam?
2. Bagaimana sejarah intelektual Islam?
3. Apa pengertian kebudayaan?
4. Apa kebudayaan Islam itu?
5. Bagaimana perkembangan Islam saat ini?
6. Mengapa masjid sebagai pusat peradaban Islam?
7. Bagaimana nilai-nilai dalam budaya Islam?

1. 3 TUJUAN

Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.
2. Mengetahui sejarah intelektual Islam.
3. Mengetahui Masjid sebagai pusat peradaban Islam.
4. Mengetahui nilai-nilai dalam budaya Islam.
5. Bagaimana perkembangan Islam saat ini?
6. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam.

1. 4 MANFAAT

1. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum
muslimiin masa lalu.
2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia
islam.
4. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh atau
meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,
masyarakat, lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.

1
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu.
6. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan Islam pada masa kejayaan Islam.
7. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam.
8. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

2
BAB 2 PEMBAHASAN 2. 1 KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan
“daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil
karya, karsa, dan cipta manusia di masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan dengan
istilah “peradaban”. Perbedaannya: kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni,
sastra, religi, dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi,
dan teknologi. Menurut terminologi, kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya
upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu
tujuan dalam rangka mencapai kesempurnaan1. Di sisi lain, kebudayaan dapat dikelompokkan
kepada bidang-bidang antara lain: filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya,
bahasa, agama budaya, teknik, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya2.

Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang
artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi.

Kebudayaan islam selalu terkait dengan nilai-nilai ilahiyah yang bersumber dari ajaran kitab
suci Qur’an dan hadits, sehingga dapat dipahami bahwa kebudayaan islam itu adalah
implementasi dari Qur’an dan Sunnah oleh umat islam dalam kehidupannya baik dalam
bentuk pemikiran, tingkah laku maupun karya untuk kemaslahatan umat manusia dalam
rangka mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah dalam mencari keridhoanNya.

2. 2 SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM

Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi
perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu
masa klasik, antara tahun 650-1250M, masa pertengahan, antara tahun 1250-1800M, dan masa
modern atau kebangkitan intelektual Islam kembali, antara tahun 1800M hingga sekarang dan
seterusnya.

Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam
Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang hukum Islam. Di bidang filsafat Islam seperti Al Kindi
tahun 801M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin hendaknya menerima filsafat sebagai
bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun
870 M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof
besar Ibnu Maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang
pendidikan akhlak.

1 (Agus Salim,
1954:300)

2 (Endang Saifuddin
Anshari,1986:104)

3
Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138 M, Ibnu Tufail tahun 1147 M,
dan Ibnu Rusyd tahun 1126. Pada masa pertengahan, yaitu antara tahun 1250-1800 M.
wahyu, iman dipertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan dengan akhirat. Jika
diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer
sering melontarkan tuduhan kepada Al-Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan
agama sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali
itu dijawab Ibnu Rusyd dengan tulisan “Tahafutu Tahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini
ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan para intelektual muda muslim. Mengapa umat Islam
tidak bisa menguasai ilmu dan teknologi modern?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat
Islam tidak mau melanjutkan tradisi ke-ilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar pada masa
klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan yang bersifat material. Sebagai
contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuan dan tokoh-tokoh kaliber dunia
dikalangan umat Islam dari negara-negara kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang
tinggal di Negara bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual Islam
karena keterbatasannya.

Q. S. An-Nisa ayat 115 juga disebutkan, “Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orangorang mukmin, kami biarkan dia
dalam kesesatan yang dilakukannya itu dan akan kami masukkan dia ke dalam neraka jahanam, dan
itu seburuk-buruk tempat kembali.”

2. 3 PENERAPAN BUDAYA ISLAM DALAM KEGIATAN ILMIAH DAN KERJA

2.3.1 BUDAYA ILMIAH ATAU AKADEMIK

Islam memiliki prinsip-prinsip perilaku ilmiah atau akademik, antara lain:

a. sumber ilmu adalah al-qur’an dan hadist yang harus diambil dengan melakukan iqra’ atau
membaca. Membaca atau iqra’ artinya; bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri-ciri
sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman,sejarah, diri sendiri, baik yang tertulis ataupun
tidak3.

b. Menggunakan Potensi yang dimiliki secara optimal

3 (Quraish, 1999:433)

4
Pasca kelahiran manusia, manusia tidak mengerti apa-apa, namun Allah member potensi
besar yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati yang mana ketiga potensi itu adalah
instrument vital untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

c. Penggunaan Potensi Hati.


Hati memiliki potensi berfikir yang mendalam. Alwi Shihab menjelaskan potensi berpikir
yang dilakukan oleh kal tidak dipahami dengan akal secara objek ilmu atau bidang kajian
akademik meliputi aspek yang tidak terbatas.
Secara umum objek ilmu mencakup kepada aspek-aspek yang konkrit atau objek materi atau
abstrak atau objek non materi. Penjelasan tentang luasnya objek kajian ilmu dalam pandangan
islam terlihat jelas dalam banyak ayat al-qur’an, misalnya saja pada Q.S. Ali Imran 3 : 190

d. Ilmu secara umum dalam pandangan islam dapat dikelompokkan menjadi 2 hal, yaitu
Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia dan kedua ilmu yang diperoleh
karena usaha manusia. Ilmu yang pertama disebut sebagai ilmu ladunni dan yang
kedua disebut ilmu kasbi4.
Ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh melalui trial and error dengan mempelajari
ayatayat
Kauniyah (seluruh alam) dan ayat qauliyah (wahyu). Ilmu kasbi di dapat dengan cara
belajar, yang di dalamnya ada guru dan murid. Adapun ilmu laduni ilmu yang didapat
hasil taqarub kepada Allah swt.
Dalam buku Ensiklopedi Islam, ilmu laduni diartikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari
lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut
bukan hasil dari proses pemikiran, malainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak
dan karunia Allah SWT5.

4 (M. Quraish Shihab 1999:572-573)


5 (Ensiklopedi
Islam:89)

5
Ilmu laduni dikenal oleh kalangan ulama sebagai ilmu ilham, oleh karena itu tidak ada
metode khusus untuk mendapatkannya. Tidak seperti ilmu kasbi yang bisa diperoleh
siapa saja dengan jalan belajar, ilmu laduni tidak bisa dipelajari. Hanya manusia
tertentu saja yang dikaruniai ilmu laduni.

e. Kewajiban mengamalkan ilmu.


Termasuk buadaya akademik yaitu mengamalkan ilmu yang telah dimiliki.
Pengalaman ilmu merupakam manifestasi dari kekaguman kepada Allah SWT.
f. Penggalian ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Ilmu yang dimiliki umat islam
akan berbuah pada berhasilnya menghasilkan software dan hardware ( program dan
benda).
g. Menggunakan fasilitas diri, alam, pakar serta kekuatan berjamaah dalam
menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan.
h. Mengisi waktu dengan hal-hal efektif.
i. Pembentukan akhlak.

2.3.2 BUDAYA KERJA

Dalam sumber ajaran islam, dijelaskan mengenai budaya kerja. Prinsip-prinsip yang ada
dalam budaya kerja antara lain:

a. bekerja didasarkan niat yang tulus karena Allah SWT .


keimanan merupakan dasar setiap aktivitas manusia. Berbuat berdasarkan nilai-nilai
keimanan berarti investasi besar bagi manusia karena perbuatannya diimbali oleh
Allah SWT.

b. Bekerja berdasarkan ilmu.


Melakukan sesuatu didasarkan atas ilmu yang dimiliki akan mendatangkan hasil yang
memuaskan bagi si pelaku dan orang lain yang memanfaatkan produksinya.

6 0
c. Bekerja dengan maksimal atau terbaik.
d. Bekerja sendiri atau secara bersama.
e. Bekerja untuk kesehjateraan dan kemashlahatan diri dan lingkungan.
f. Bekerja berorientasi pada masa depan.
g. Bekerja dengan objek yang bervariasi dan professional.

2.4 PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN ISLAM

Prinsip dasar yang membedakan antara kebudayaan secara umum dengan kebudayaan islam
terletak pada sumber yang menjadi pijakannya. Kebudayaan secara umum merupakan hasil
produk manusia semata, sementara kebudayaan islam hasil produk manusia yang prinsip
dasarnya ditetapkan Allah dan Rasulnya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan islam antara lain:

1. Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah manusia.
3. Manusia diberi potensi yang lebih dari makhluk lainnya.
4. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia baik tanah, air, angin,
tumbuhan, dan hewan.
5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta
pertanggungjawabannya kelak.

Lima hal pokok diatas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia diberi fasilitas dan
tanggung jawab untuk berbagai hal dalam kehidupan. Dengan adanya fasilitas dan tanggung
jawab itu, akan melahirkan berbagai ide dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan
berkarya. Pada puncaknya manusia akan menghasilkan sesuatu yang disebut kebudayaan6.

Untuk menghasilkan kebudayaan islami diperlukan prinsip-prinsip antara lain:

1. Dibangun atas dasar nilai-nilai ilahiyah.


2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan
penghuninya.

6 (DR. Nurcahaya, M.Ag 2013:182)

5
4. Pengembangan ide, perbuatan, dan karya dituntut sesuai kemampuan maksimal
manusia.

5. Keseimbangan individu dan social antara makhluk lain dengan alam merupakan cita
tertinggi dari kebudayaan.

2. 5 MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM

Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah. Dalam perjalanan
sejarah Islam. Masjid bukan sekedar tempat untuk menunaikan ibadah shalat (terutama shalat
berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam menunjang kehidupan
masyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam
dan lengkap mengingat seluruh permukaan bumi adalah masjid namun masjid pada umumnya
hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khususnya seperti shalat, padahal
masjid mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal
berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan.

Pada umumnya, disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat
peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum muslimin, membina sikap
dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras, hingga upaya-upaya
meningkatkan kesejahteraan umat justru melalui Masjid. Masjid dijadikan simbol kesatuan
dan persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad mendirikan
masjid pertama, fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat Islam.

Belajar dari sejarah Islam, seharusnya esksistensi masjid pada masa kini harus lebih mampu
memberikan makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat Muslim.
Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat
berbagai kegiatan sosial keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan, dan sebagainya kini
menjadi lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang
maksimal serta berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju,
ramah, mandiri, damai, dan modern.

“sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah orangorang


yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir orang-orang yang menegakkan shalat dan
menunaikan zakat dia tidak takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah
orangorang yang mendapat petunjuk” (Q. S. At-Taubah (9): 18).

Allah berfirman dalam Al-Quran: “dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah
Ta’ala, maka janganlah kamu menyeru seseorang besertanya.” (Q. S. Al-Jin (72):18).

Firman Allah dalam Al-Quran: “Sesungguhnya masjid itu dibangun diatas takwa” (Q. S. At-
Taubah (9): 108).

2. 6 NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam masuk dan berkembang
dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.

6 0
Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan
mana ajaran Islam dan mana budaya barat yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi
seluruhalam.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia, yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia, yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. Q. S. Ali Imran: 18, “kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad,
melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (Q. S. AL-Anbiya: 107).

Sehingga disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau
yang berbentuk hasil karya, karsa, dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber
nilai-nilai Islam.

Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan kepada
umat. Manusia agar dalam mebengmbangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “sesungguhnya aku diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlak.”

Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan aturanaturan
yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani
sehingga akan merugikan dirinya sendiri.

Disini Agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal
budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan
atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika
perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan
karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan
perlunya suatu bimbingan wahyu Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena
yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama
Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan
alam.

Mengawali tugas utamanya, Nabi meletakkan dasar-dasar perkembangan Islam yang


kemudian berkembang menjadi peradaban Islam ketika dakwah Islam keluar dari jazirah
Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit,
yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian melahirkan
budaya Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui
kebenarannya secara universal. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang
ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan
orang Arab tersebut mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih
melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia
para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh
para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam
dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk

5
dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai
Islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti
dalam upacaraupacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab AL-Quran
sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu
tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam. “dan
sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat kami, (dan kami
perintahkan kepadanya): “keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur” (Ibrahim: 5). “Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum jahiliyah biasa
berpuasa pada hari-hari Asyura (10 Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum muslimin
pun mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan
difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara hari-hari
Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak mengapa”. (H. R.
Muslim).

Banyak tradisi masyarakat Indonesia yang bernuansa Islami, biasanya tradisi tersebut
dilaksanakan untuk memperingatihari besar umat Islam, seperti misalnya perayaan sekaten
yang diselenggarakan untuk menyambut maulid Nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan
untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran Islam seperti perayaan tabuik di Pariaman
(Sumatera Barat) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.

6 0
BAB 3 PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN

1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama Islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi
yang dimilikinya dan pada pra Islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.

3. 2 SARAN

Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan Islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan
konsep yang berasal dari Islam pula.

11
1
11
DAFTAR PUSTAKA

http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html http://pay-
wuang.blogspot.com/2012/02/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/bab-ipendahuluana.html
http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-islam.html
http://menjaga-bumi.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-makalah-yang-
baikdan.html http://pandidikan.blogspot.com/2010/10/islam-dan-kebudayaan.html
Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Ahmad Syalaby,Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,Kairo;cetakan ke IV, 1978
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta;Rajagrafindo,1993
Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, Jakarta, Tiara Wacana,…..,
Dudung abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta; LOGos, 1999
DR. Nurcahaya, M.Ag, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Medan, USU
Press, 2013
Harun Nasution
M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung,1999
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992
Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,
Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga
modern,Yakarta;Rajagrafindo, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai