OLEH:
2017
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
a. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan pada pleura yang terletak di antara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
212)
efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura. cairan pleura
normalnya terusmenurus merembes ke dalam rongga dada dari kapiler-kapiler yang
membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem limfatik pleura
viser alis. (Black & Hwaks, 2014, hal. 353)
Kesimpulan dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan efusi pleura adalah
penumpukan cairan dalam rongga diafragma dari kapiler-kapiler yang membatasi
pleura parietalis dan di serap ulang oleh kapiler dan sistem limfatik pleuraviseralis
b. Etiologie efusi pleura
Kelainan pada pleura hamper selalu merupakan kelainan sekunder. Kelian primer
pada pleura hanyaada 2 macam, yaitu:
1) Infeksi kuman primer intra pleura
2) Tumor primer pleura (Somantri, 2012, p. 106)
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk,cairan pleura di bagi menjadi
transudat,eksudat,hemoragi.
1) Transudat dapat di sebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri), sindrom nefkrotik, asites (oleh karna sirosis hepatis), sindrom fena kava
superior, tumor, dan sindrom meigs.
2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infrak paru, radiasi, dan
penyakit kolagen
3) Efusi hemoragi dapat di sebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan
tuberculosis. (Muttaqin, 2012, p. 126):
c. Manifetasi
1) Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karna pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak nafas.
2) Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subvebril (tuberkulosisi). Banyak
kringat, batuk, banyak riak
3) Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang sangat siknifikan.
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karna
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernafasan, fremitus melemah (raba dan fokal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
5) Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani di
bagian atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu daerah pekak
karna cairan mendorong mediastinum ke sisi lain pada auskulasi daerah ini
didapati faskuler melemah dengan ronki
6) Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura (Nurarif &
Kusuma, 2015, hal. 113)
d. Patofisiologi
Normalnya hanya tedapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan
di rongga tetap, karna adanya tekanan hedrostatis pleura parietalis sebesar 9cm H2o.
akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotic koloid menurun
(misalnya pada penderita hipoalbumenemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler
akibat ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya hidrostatis akibat
kegagalan jantung) dan tekanan negative intra pleura apabila terjadi atelektsis paru.
(Muttaqin, 2012, p. 126)
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat
beberapa proses yang meliputi. (Muttaqin, 2012, p. 127)
a. Adanya hambatan drenase limfatik dari rongga pleura.
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan
periver menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan
yang berlebihan kedalam rongga pleura
c. Menurunya tekanan koloid osmotic plasma juga memungkinkan terjadinya
transudesi cairan yang berlebihan
d. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada
permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecanya
membrane kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan
cairan kedalam rongga secara cepat (Muttaqin, 2012, p. 127)
Pathways Peradangan pleura
Gagal jantung kiri
Obstruksi vena cava Permabel membran Cairan protein dari getah
superior kapiler meningkat bening masuk rongga pleura
Asites pada sirosis hati
Dialisis peritonial
Obstruksi frakturs Peningkatan tekanan
urinarius kapiler Konsentrasi protein cairan
sistematik/pulmonal pleura meningkat
Penurunan tekanan koloid
osmotik & pleura
Terdapat jaringan nekrotik Eksudat
Penurunan tekanan intra
pada septa
pleura
Transudat
Gangguan metabolisme
O2 Suplai O2
e. Penata laksanaan
Penata laksaan pada pleura antara lain
1. Tirah baring
Bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karna peningkatan aktifitas
akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Thorakosentesis
Drenase cairan jika efusi pleura menimblkan gejala subjektif seperi nyeri
dispneu, dan lain-lain cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu di kluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru . jika jumlah efusi lebih banyak
maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat di lakukan 1 jam kemudian .
3. Antibiotik
Pemberian anti biotik apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Anti biotik
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman. antibiotik yang di gunakan adalah
doxycyline, golongan ati biotik tetrasiklin, dosis yang di berikan jika enfeksi
biasa adalah: 200 mg sebanyak 1 kali. Dilanjutkan dengan 100 mg per hari.
jika enfeksi parah: 200 mg per hari.
4. Pleurodesis
Pada efusi karna keganasan dan efusi rekuren lain, di berikan obat(tetrasiklin,
kalk, dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk meletakan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali. (Nurarif & Kusuma, 2015,
p. 114)
f. Diagnosa Keperawatan
A. Bersihan jalan nafas, Ketidak efektifan (PPNI, 2016, hal. 18)
definisi: ketidak mampuan membersikan atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas.
Penyebab:
Fisiologis
1. Spesme jalan nafas
2. Hipersekresi jalan nafas
3. Difusi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan nafas
5. Adanya jalan nafas buatana
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan nafas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen faramakologis (mis. anastesi)
situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajen polutan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5. Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopena
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
Kondisi klinis terkait
1. Goliann barre sindrome
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal echokardiography
[TEE] )
5. Depresi sistem syaraf pusat
6. Cidera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran nafas
B. Pola Napas, Ketidak efektifan (PPNI, 2016, hal. 26)
Adalah inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberikan fentilasi adekuat.
Penyebab
1. Depresi pusat pernafasan
2. Hambatan upaya nafas ( miss. nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Ganguuan neuromuskuler
6. Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cidera kepala,
gangguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan syaraf C5 keatas)
13. Cidera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a. Dispnea
Objektif
a. Penggunaan otot bantu pernafasan
b. Fase ekspirasi memanjang
c. Pola nafas abnormal (miss. takipnea, bradipnea, hipeventilasi, kussmaul,
cheyne-strokes)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Ortpnea
Objektif
a. Pernafasan pursed-lip
b. Pernafasan cumping hidung
c. Diameter toraks anterior-posterior meningkat
d. Fentilasi semenit menurun
e. Kapasitas fital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada menurun
Kondisi klinis terkait
a. Deprei sistem saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Trauma thoraks
d. Gullian barre syndrome
e. Mutiple sclerosis
f. Myasthenia gravis
g. Stroke
h. Kuatdriplegia
i. Inthoksikasi alkohol
C. Intoleran aktivitas, (PPNI, 2016, hal. 128)
Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab
a. Ketidak seimbangan antara suplai dan keseimbangan oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Mengeluh lelah
Objektif
a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Dispenea saat aktifitas
b. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
c. Meras lelah
Objektif
a. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b. Gambaran EKG ,menunjukan aretmia saat aktivitas
c. Gambarkan EKG menunjukan iskemia
d. Sianosis
Kondisi klinis terkait
a. Anemia
b. Gagal jantung kongesif
c. Penyakit jantung koroner
d. Penyakit kutup kjantung
e. Arimia
f. Penyakit paru obstruptiv kronis (PPOK)
g. Gangguan metabolik
h. Gangguan muskuloskletal
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat/menurun
Subjektif
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Objektif
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
7. Kesadaran menurun
3. Asma
4. Pneomonia
5. Tuberkulosis paru
7. Asfiksia
9. Prematuritas
g. Interfensi keperawatan
A. Bersihan jalan napas , ketidak efektifan (Wilkinson, 2016, hal. 24)
1. Tujuan: : Menunjukan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh
pencegahan aspirasi, status pernapasan, dan kepatenan jalan napas.
2. Kriteria hasil
a) Batuk efektif
b) Mengeluarkan secret secara efektif
c) Mempunyai jalan napas yang paten
d) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih:26
3. Aktifitas keperawatan
a. kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut.
1. Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
2. Keefektifan obat yang di programkan
3. Hasil oksimetri nadi
4. Kecenderungan dengan gas darah arteri, jika tersedia
5. Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan
6. Faktor yang berhubungan, seprti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental,
dan keletihan (Wilkinson, 2016, p. 26):
4. Penyuluhan pasien dan keluarga
1. jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (oksigen, mesin
penghisapan, spinometer, inhaler, dan intermittent positif pressure breathing
[IPPB] ).
2. Iinformasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok di
dalam ruang perawatan
3. Intruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk
memudahkan pengeluaran secret
4. Ajarkan pasien untuk mengggan jalalluka insisi pada saat batuk
5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti
warna, karakter, jumlah, dan bau.
6. Penghisapan jalan napas (NIC): instruksikan pada pasien dan keluarga
tentang cara penghisapan jalan napas, jika perlu. (Wilkinson, 2016, p. 26)
B. Pola napas, ketidakefektif (Wilkinson, 2016, hal. 61)
1. Tujuan/Kreteria hasil : Menunjukan status pernafasan: ventilasi tidak
terganggu, yang di buktikan indicator sebagai berikut (gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan):
2. Kriteria hasil
a. Menunjukan pernafasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
b. Mempunyai kecepatan irama napas dalam batas normal
c. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
d. Meminta bantuan pernafasan saat di butuhkan
e. Mampu menjelaskan rencana perawatan untuk di rumah
f. Mengiden tifikasi faktor (alergen) yang memicu ketidak efektifan pola napas,
dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya (Wilkinson, 2016,
p. 61)
3. Aktifitas keperawatan
1. Pantau adanya pucat dan sianosis
2. Pantau efek obat pada status pernafasan
3. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
4. Kaji kebutuhan insersi jalan napas
5. Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang
terpasang fentilator
6. Pemantauwan pernafasan (NIC)
Pantau kecepatan, irama, kedalama upaya pernafasan (Wilkinson, 2016, p.
62)
4. Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1. Informasikan kepada pasien tentang teknik relaksai untuk memperbaiki
pola pernafasan
2. Diskusikan rencana perawatan di rumah, pengobatan, peralatan,
pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat di laporkan
3. Diskusi cara menghindari allergen, sebagai contoh:
Tidak menggunakan karpet di lantai
Menggunakan alat filter elektronik pada alat perapian dan ac (Wilkinson,
2016, p. 62)
5. Aktifitas kolaboratif
1. Konsultasi dengan ahli pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi
ventilator mekanis
2. melaporkan perubahan sensori, bunyi napas, polanapas, nilai GDA sputum
dan sebagainya jika perlu sesuai protocol
3. berikanlah terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang di
lembabkan sesuai prokram
4. berikan obat nyeri untuk menentukan pola pernafasan ,uraikan jatwal
(Wilkinson, 2016, p. 62)
6. aktivitas lain
1. hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian
2. bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif , jika perlu
3. tenangkan pasien selama priode gawat napas
4. anjurkan napas dalam melalui abdomen selama priode gawat napas
5. untuk membantu untuk memperlambat frekuensi pernafasan, bombing
pasien untuk menggunakan pernafasan bibir mencucu dan pernafasan
terkontrol
6. minta pasien untuk mengubah posisi, batuk dan napas dalam
7. informasikan kepada pasien sebelum melakukan prosedur untuk menurun
kan ansietas dan meningkatkan perasaan kendali
8. pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal, masker atau
sungkup
9. aturposisi pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
10. sinkronisasikan antara pola pernafasan pasien dan kecepatan ventilasi
(Wilkinson, 2016, p. 63)
C. Intoleran aktivitas (Wilkinson, 2016, hal. 16)
1. tujuan: : Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh
toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energi, tingkat kelelahan, energi
psikomotorik, istirahat, dan perawatan diri
2. Kriteria hasil
a. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas
b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang di butuhkan dengan peningkatan
denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah serta memantau
pola dalam batas normal
c. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat
yang di harapkan dari daftar pada saran penggunaan)
d. Mengumpulkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,
obat, atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
e. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS) dengan beberapa
bantuan (mis.,eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk rekaman mandi)
f. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan beberapa bantuan
(mis., membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
(Wilkinson, 2016, p. 16)
3. AKTIVITAS KEPERAWATAN
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Efaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
4. PENYULUHAN UNTUK PASIEN/ KELUARGA
1. Penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas
2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas,termasuk kondisi yang
perlu di laporkan kepada dokter
3. Pentingnya nutrisi yang baik
4. Penggunaan peralatan, sepeti ogsigen, selama aktivitas
5. Penggunaan teknik relaksasi(mis.,distraksi, fisualisai)selama aktivitas
6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
keluarga dan tempat kerja
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh: menyimpan alat
atau benda yang sering digunakan di tempat mudah di jangkau
8. Managemen energi(NIC): ajarkan kepada pasien dan orang terdekat
tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi
ogsigen (mis., pemantauan mandiri dan teknik langkah untuk
malakukan AKS).
a. Ajarkan tentang aktivitas dan teknik managemen waktu untuk
mnecegah kelelahan (Wilkinson, 2016, p. 17)
5. Aktivitas kolaboratif.
1. Berikanlah pengobatan nyeri sebelum aktifitas apabila nyeri merupakan
salah satu faktor penyebab
2. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, (untuk latihan ketahanan), atau
rekreasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas,jika perlu
3. Rujukan pasien ke ahli gizi untuk perencanaa diet guna meningkatkan
asupan makanan yang kaya energi. rujuk pasien ke pusat rehabilitasi
jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung (Wilkinson,
2016, p. 18)
6. Aktivitas lain
1. Hindari menjatwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode
istirahat.
2. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar,duduk,
berdiri, dan ambulasi, sesuai toleransi.
3. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas, hentikan
aktivitas jika tanda fital tidak dalam rentan normal bagi pasien atau jika
tanda-tanda bahwa aktivitas tidak dapat di toleransi(nyeri dada, pucat,
fertigo,dyspnea)
4. Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga yang meningkatkan
kemandirian dan ketahanan, sebagai contoh:
a. Anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian, buat
tujuan tang sederhana,realistis, dan dapat di capai oleh pasien yang
dapat meningkatkan kamandirian dan harga diri.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nik-Nok. Jogjakarta: Media Aktion.
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika.