Disusun Oleh :
1. Ade Putri Ernawati (201915016)
2. Elsatria Mutiara J (201915022)
3. Heru Ardianto (201915008)
MATERI :
Keseimbangan pasar akan terjadiapabila jumlah yang diminta dari produk 1 sama dengan
jumlah yang ditawarkan dari produk 1 atau (Qd1 =Qs1); dan jumlah yang diminta dari produk 2
sama dengan jumlah yang ditawarkan dari produk 2 atau (Qd2 = Qs2).
Contoh
Diketahui fungsi permintaan dan fungsi penawaran dari dua macam produk yang mempunyai
hubungan substitusi sebagai berikut:
Qd1 = 5 – 2P1 + P2 Qs1 = -5 + 4P1 – P2
Qd2 = 6 - P2 + P1 Qs2 = -4 + 3P2 - P1
Carilah harga dan jumlah keseimbangan pasar?
Penyelesaian :
Qd1 = Qs1 Qd2 = Qs2
5 – 2P1 + P2 = -5 + 4P1 – P2 6 - P2 + P1 = -4 + 3P2 - P1
6P1 - 2P2 = 10 .... (1) 2P1 – 4P2 = -10 .... (2)
Dari persamaan tersebut dikerjakan lagi secara eliminasi,diperoleh :
6P1 - 2P2 = 10 (x2) 12P1 - 4P2 = 20
2P1 – 4P2 = -10 (x1) 2P1 – 4P2 = -10
10P1 = 30
P1 = 3
Substitusikan nilai P1 = 3 ke dalam salah satu persamaan untuk memperoleh P2
6P1 - 2P2 = 10
6 (3) - 2P2 = 10
18 – 2P2 = 10
-2P2 = 10 - 18
-2P2 = -8
P2 =4
Substitusikan nilai P1 = 3 dan nilai P2 = 4 ke dalam Persamaan Qd1 dan Qd2 untuk memperoleh
nilai Q1 dan Q2
Q1 = 5 – 2(3) + 4 = 3 ; Q2 = 6 + 3 – 4 = 5
Kasus lain dapat terjadi bila fungsi penawaran mula-mula berbentuk Q=G(P), maka ada
kemungkinan bagi kita untuk menyelesaikan kedalam bentuk P= f(Q) yang lebih mudah.
Tetapi jika tidak, fungsi penawaran setelah pajak adalah,
P – t = F(Q)
Q = G(Pt – t)
Sedangkan keseimbangan pasar setelah kena pajak dapat diperoleh dengan memecah
Persamaan Permintaan: P = f(Q) dan Penawaran: Q = G(Pt – t)
a. Carilah harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak!
b. Berapa besar penerimaan pajak Pemerintah?
Penyelesaian :
Keseimbangan pasar sebelum pajak adalah P1 = 3, P2 = 4, Q1 = 3, Q2 = 5
Keseimbangan pasar setelah pajak adalah,
Qd1 = 5 – 2P1 + P2 Qs1 = -5 + 4(P1 – 2) – P2 = -5 – 8 + 4P1 – P2 = -13 + 4P1 – P2
Qd2 = 6 - P2 + P1 Qs2 = -4 + 3(P2 – 3) - P1 = -4 – 9 + 3P2 - P1 = -13 + 3P2 - P1
Qd1 = Qs1 Qd2 = Qs2
5 – 2P1 + P2 = -13 + 4P1 – P2 6 - P2 + P1 = -13 + 3P2 - P1
5 + 13 = 4P1 + 2P1 – P2 – P2 6 + 13 = + 3P2 + P2 - P1- P1
18 = 6P1 - 2P2 .... (1) 19 = 4P2 - 2P1 .... (2)
Dari persamaan tersebut dikerjakan lagi secara eliminasi,diperoleh :
6P1 - 2P2 = 18 (x2) 12P1 - 4P2 = 36
-2P1 + 4P2 = 19 (x1) -2P1 + 4P2 = 19
10P1 = 55
P1 = 5,5
Adanya subsidi yang diberikan pemerintah atas penjualan suatu barang akan
menyebabkan produsen menurunkan harga jual barang tersebut sebesar subsidi per
unit (s),sehingga fungsi penawarannya akan berubah yang pada akhirnya
keseimbangan pasar akan berubah pula.
Dan fungsi penawaran setelah dikenakan subsidi (s) per unit adalah,
Qs1(s) = -m0 + m(P1 + t) + mP2
Kasus lain dapat terjadi bila fungsi penawaran mula-mula berbentuk Q=G(P),
maka ada kemungkinan bagi kita untuk menyelesaikan kedalam bentuk P= f(Q) yang
lebih mudah. Tetapi jika tidak, fungsi penawaran setelah subsidi adalah,
P + s = F(Q)
Q = G(P + s)
Sedangkan keseimbangan pasar setelah kena subsidi dapat diperoleh dengan memecah
Persamaan Permintaan: P = f(Q) dan Penawaran: Q = G(P + s)
a. Carilah harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi!
b. Berapa besar subsidi yang diberikan Pemerintah?
Penyelesaian :
Keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah P1 = 3, P2 = 4, Q1 = 3, Q2 = 5
Keseimbangan pasar setelah subsidi adalah,
Qd1 = 5 – 2P1 + P2 Qs1 = -5 + 4(P1 + 1) – P2 = -5 + 4 + 4P1 – P2 = -1 + 4P1 – P2
Qd2 = 6 - P2 + P1 Qs2 = -4 + 3(P2 + 2) - P1 = -4 + 6 + 3P2 - P1 = 2 + 3P2 - P1
Qd1 = Qs1 Qd2 = Qs2
5 – 2P1 + P2 = -1 + 4P1 – P2 6 - P2 + P1 = 2 + 3P2 - P1
5 + 1 = 4P1 + 2P1 – P2 – P2 6 + 2 = + 3P2 + P2 - P1- P1
6 = 6P1 - 2P2 .... (1) 4 = 4P2 - 2P1 .... (2)
Dari persamaan tersebut dikerjakan lagi secara eliminasi,diperoleh :
6P1 - 2P2 = 6 (x2) 12P1 - 4P2 = 12
-2P1 + 4P2 = 4 (x1) -2P1 + 4P2 = 4
10P1 = 16
P1(S) = 1,6
Substitusikan nilai P1(s) = 1,5 ke dalam salah satu persamaan untuk memperoleh P2(s)
6P1 - 2P2 = 6
6 (1,6) - 2P2 = 6
9,6 – 2P2 = 6
-2P2 = 6 – 9,6
-2P2 = -3,6
P2(s) = 1,8
Substitusikan nilai P1(s) = 1,8 dan nilai P2(s) = 1,8 ke dalam Persamaan QS1(s) dan QS2(s)
untuk memperoleh nilai Q1(s) dan Q2(s)
Q1(S) = -1 + 4(1,6) – 1,8 = 3,6 ; Q2(s) = 2 + 3(1,8) – 1,6 = 5,8
Jadi, nilai Q1= 3,6; Q2 = 5,8; P1 = 1,6; dan P2 = 1,8
Subsidi Pemerintah (S)
S = (s1 x Q1(s)) + (s2 x Q2(s))
S = (1 x 3,6) + (2 x 5,8)
S = 15,2
Subsidi Konsumen (sk)
Subsidi Produsen (sp)
D. Fungsi Konsumsi
Fungsi belanja konsumsi menunjukan hubungan antara jumlah belanja konsumsi pribadi atas
barang dan jasa saat ini oleh rumah tangga konsumen dan beberapa variabel ekonomi dalam
perekonomian yang mempengaruhinya pada suatu periode waktu tertentu. Fungsi konsumsi
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama John M. Kenyes.
Menurut asumsi beliau bahwa fungsi konsumsi mempunyai beberapa sifat khusus, yaitu :
1. Terdapat sejumlah konsumsi mutlak (absolut) tertentu untuk mempertahankan hidup
walaupun tidak mempunyai pendapatan uang.
2. Konsumsi berhubungan dengan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible
income) yaitu : C = f (Y d ).
3. Jika pendapatan yang siap dibelanjakan meningkat , maka konsumsi juga akan
meningkat walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit. Jadi, bila ∆ Y d = perubahan
kenaikan pendapatan yang siap dibelanjakan dan ∆ C = perubahan konsumsi, maka
∆C ∆C
akan bernilai positif dan kurang dari satu, atau 0 < < 1.
∆Yd ∆Yd
4. Proporsi kenaikan pendapatan yang siap dibelanjakan untuk konsumsi adalah konstan.
Proporsi ini disebut sebagai kecenderungan konsumsi marginal (marginal propensity
to consume, MPC)
Berdasarkan keempat asumsi diatas, maka fungsi konsumsi dapat ditulis kedalam bentuk
persamaan :
C = a + bY d
dimana : C = konsumsi
Y d = pendapatan disposibel / pendapatan yang siap dibelanjakan
Contoh
Jika telah diketahui fungsi konsumsi dalam suatu perekonomian adalah C = 15 + 0,75Y d
dan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) adalah Rp 30 miliar. Asumsi
bahwa T = 0. Maka,
a. Berapa nilai belanja konsumsi aggregate
b. Gambarkan fungsi konsumsi dalam diagram
Penyelesaian :
a. Jika Y d = Rp 30 miliar, maka :
C = 15 + 0,75Y d
= 15 + 0,75(30)
= 15 + 22,5
= 37,5 miliar
TC = FC + VQ
TR = P.Q
FC
Q=
( P−V )
Bila penerimaan total (TR) dari hasil penjualan produk hanya sama dengan biaya total
(TC) yang dikeluarkan perusahaan, maka perusahaan tidak mendapatkan laba maupun
kerugian. Hal inilah yang disebut dengan pulang pokok (break even). Selanjutnya, analisis
titik pulang pokok atau titik impas(break even point analysis) adalah tingkat jumlah produk
(Q) dimana penerimaan total dari hasil penjualan hanya cukup untuk menutup biaya produksi
yang dikeluarkan perusahaan.
Kemudian jika perusahaan beroperasi pada tingkat jumlah produk (Q) yang lebih
besar daripada titik pulang pokok, maka perusahaan akan memperoleh laba (profit).
Sebaliknya, jika perusahaan beroperasi pada tingkat jumlah produk (Q) yang lebih kecil
daripada titik pulang pokok, maka perusahaan akan memperoleh kerugian (loss).
Jadi, analisis pulang pokok menyatakan bahwa, perusahaan mendapatkan laba
dan rugi sebesar nol.
Contoh
Suatu perusahaan menghasilkan produknya dengan biaya variabel per unit Rp 4.000 dan harga
jualnya per unit Rp 12.000. manajemen menetapkan bahwa biaya tetap dan operasinya Rp
2.000.000. tentukanlah jumlah unit produk yang harus perusahaan jual agar mencapai pulang
pokok?
Penyelesaian :
Diketahui :
V = Rp 4.000
P = Rp 12.000
FC = Rp 2.000.000
FC
Q=
( P−V )
2.000 .000
= (12.000−4.000)
2.000.000
= 8.000.000
= 250 unit