Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI ULTRAVIOLET OSMOSIS DI DESA

BIDANG KEGIATAN:
PKM – GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh:
Laila Thursina Zahra 4203151029 Angkatan: 2022
Azzahra Siregar 4203151042 Angkatan: 2022
Miranda Nihdatul Zahwa 4203351011 Angkatan: 2022
Yogi Partogi Sihite 4203151047 Angkatan: 2022
Willy Malau 4203151050 Angkatan: 2022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................................... i

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1


1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 2

2. Gagasan

2.1 Kebutuhan Air Bersih Serta Dampaknya Bagi Kesehatan ........................................ 3


2.2 Upaya Yang Dilakukan Beserta Hasilnya .................................................................. 3
2.3 Penyaringan Mikroba Menggunakan Ultraviolet Osmosis ........................................ 4
2.4 Implementasi Ultraviolet Osmosis di Desa ................................................................ 5

3. Penutup

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 6

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 7

i
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memerlukan atau mengkonsumsi air yang berkualitas baik setiap hari
yaitu yang disebut dengan air bersih dengan standar tertentu. Air bersih adalah
salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Menurut dokter dan
para ahli kesehatan, konsumsi air yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sebanya
2,5 liter atau setara dengan 8 gelas setiap harinya.
Ketersediaan air bersih masih belum mengalami pemerataan, dimana pada
daerah kota, masyarakat mendapat persediaan air bersih baik untuk kegiatan
rumah tangga ataupun untuk dikonsumsi. Sayang disayangkan bahwa hal ini
belum dapat dirasakan di beberapa desa. Sebagian masyarakat bergantung pada
air sumur atau sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keterbatasan
akses teknologi pun menjadi alasan bahwa air yang digunakan tidaklah melalui
proses filtrasi yang seharusnya dilakukan untuk menjaga kualitas air sebelum
digunakan. Oleh karenanya, tidak menutup kemungkinan masyarakat
menderita penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar.
Menyikapi masalah yang terjadi di beberapa desa khususnya di daerah
Sumatera Utara, penulis mempunyai gagasan yaitu dengan
mengimpelementasikan teknologi untuk menghasilkan air bersih dengan
menggunakan Ultraviolet Osmosis guna mewujudkan ketersediaan air bersih
dan menjamin kesehatan masyarakat dengan mengonsumsi air berkualitas
layak.

1.2 Tujuan
Dari masalah yang telah diuraikan, maka dapat diketahui tujuan dari
gagasan ini, yaitu:
1. Menerapkan teknologi Ultraviolet Osmosis di desa-desa sebagai alat
untuk melakukan proses filtrasi air
2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi
air bersih bagi kesehatan tubuh
2

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari gagasan yang disampaikan oleh penulis yaitu:
1. Menciptakan masyarakat yang melek teknologi dengan
memperkenalkan alat Ultraviolet Osmosis serta penggunaannya
2. Menciptakan masyarakat yang sehat dengan mengonsumsi air minum
berkualitas layak
3

2. GAGASAN
2.1 Kebutuhan Air Bersih Serta Dampaknya Pada Kesehatan
Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2019 mencatat bahwa 2,2
miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang
aman dikonsumsi. Sementara itu, 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi
yang aman dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar. Adapun menurut
laporan Bappenas, ketersediaan air di sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan Bali
saat ini sudah tergolong langka hingga kritis. Sementara itu, ketersediaan air di
Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan diproyeksikan akan
menjadi langka atau kritis pada tahun 2045. Kelangkaan air bersih juga berlaku
untuk air minum. Menurut RPJMN 2020-2024, hanya 6,87 persen rumah tangga
yang memiliki akses air minum aman. Adapun berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) 2020 dari BPS juga menunjukkan ada sebesar 90,21 persen
rumah tangga yang memiliki akses air minum layak, meskipun distribusinya tidak
merata (Iswara, 2021).
Berdasarkan data WHO, penyakit diare merupakan penyebab utama kedua
kematian pada anak di bawah usia lima tahun di dunia dengan angka kematian
sekitar 525.000 anak pada tahun 2017.7 Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2018
diketahui bahwa prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di
Indonesia adalah sebesar 6,8%. Hal ini meningkat jika dibandingkan dengan hasil
Riskesdas 2013 yaitu hanya 4,5%.
Secara klinis, diare dapat disebabkan oleh infeksi (infeksi bakteri, virus,
parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan (bahan kimia, racun yang terkandung atau
diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah-buahan, sayur- sayuran, algae, imunisasi,
difisiensi dan lain sebagainya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor
utama yang mempengaruhi terjadinya kejadian diare, khususnya pada balita adalah
kesehatan lingkungan, diantaranya adalah penggunaan sarana air bersih,
pengelolaan sampah dan limbah, perilaku hidup bersih, dan lain-lain.

2.2 Upaya Yang Dilakukan Beserta Hasilnya


Dikutip dari situs PDAM Tirta Benteng, pemerintah berupaya untuk
menyediakan air bersih khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Salah
4

satu caranya adalah dengan menjaga ketersediaan kualitas air bersih yang cukup
dengan mendorong penyediaan infrastruktur dasar pemukiman di daerah
perkotaan. Berdasarkan data BPS tahun 2017, kondisi cakupan akses pelayanan air
minum layak di Indonesia baru mencapai 72 persen, di mana pelayanan akses air
minum layak di perkotaan baru mencapai 80,8 persen.
Sementara itu, target nasional dalam RPJMN untuk air minum layak pada
tahun 2019 telah ditetapkan sebesar 100 persen sesuai amanat Undang-Undang No
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat penting
dalam pengembangan sistem penyediaan air minum di wilayahnya masing-masing.
Untuk memenuhi gap serta mewujudkan pembangunan infrastruktur yang andal
diperlukan kerja keras dan komitmen Pemerintah serta mekanisme penganggaran
daerah yang optimal. Salah satunya melalui Program Hibah Air Minum Perkotaan.
Dari keterangan yang diterima, disebutkan bahwa program ini terukur dan investasi
pembangunan di bidang air minum yang direalisasikan oleh Pemerintah Daerah
melalui Penyertaan Modal kepada PDAM.

2.3 Penyaringan Mikroba Menggunakan Ultraviolet Osmosis


Adapun upaya lainnya yang dapat dilakukan yaitu mengolah air yang
bersumber dari sumur menggunakan alat Ultraviolet Osmosis. Ultraviolet
Sterilizer merupakan sebuah alat filter sterilisasi yang mampu mengeluarkan
cahaya ultraviolet untuk mensterilkan air minum. Pengolahan air menggunakan UV
Sterilizer ini dapat membunuh kuman dengan efektif hingga 99 persen. Air kotor
yang sudah melalui tahap penyaringan menggunakan filter air dan sudah berubah
menjadi air bersih sangat dianjurkan untuk melewati tahap sinar ultraviolet (UV)
supaya menjadi air minum yang sehat.
Proses desinfeksi pada pengolahan air minum dapat menggunakan sinar
ultra violet (UV) pada sistem ultraviolet sterilisasi air. Gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 200 nm – 300 nm (disebut UV-C) dapat membunuh
bakteri, spora, dan virus. Panjang gelombang UV yang paling efektif dalam
membunuh bakteri adalah 265 nm.
Lampu UV memiliki peran penting dalam proses penyaringan dan
pemurnian air minum. Dalam proses ini, Lampu Ultraviolet akan membunuh
5

bakteri yang ada di dalam air yang sedang dalam proses penyaringan. Lampu
Ultraviolet juga dibantu dengan ozon dalam proses membunuh bakteri yang ada di
dalam air. Penggunaan ozon serta Lampu UV akan menjamin air yang dihasilkan
dari hasil penyaringan akan higienis dan steril sehingga bebas dari bakteri pathogen
yang dapat mengancam kesehatan.
2.4 Implementasi Ultraviolet Osmosis di Desa
Gagasan ini dapat diimplementasikan dengan bantuan beberapa pihak
seperti pemerintah daerah, kepala desa serta masyarakat sendiri. Langkah awal
yang dapat dilakukan adalah dengan membangun hubungan kerjasama antara
pemerintah daerah dengan kepala desa. Diharapkan kepada pemerintah daerah
untuk menyediakan fasilitas berupa beberapa unit alat Ultraviolet Osmosis serta
beberapa orang tenaga ahli untuk menjalankan alat ini.
Dalam menerapkan gagasan ini, akan ada faktor yang menjadi pendukung
untuk menjalankan proses, slaah satunya adalah dana. Oleh karena itu, diharapkan
kerjasama yang baik di antara petinggi desa dengan pemerintah daerah serta mampu
memanajemen keuangan dengan baik sehingga manfaat yang didapatkan dari
penggunaan alat Osmosis Ultraviolet ini berjalan lama.
6

3. KESIMPULAN
Air menjadi sumber penyakit dikarenakan, vektor penyakit khususnya
penyakit diare berkembang biak dan menular melalui air yang memiliki kualitas
yang tidak baik. Ketersediaan air bersih yang tidak merata membuat masyarakat
tidak dapat menggunakan serta mengonsumsi air minum yang layak dalam
kehidupan sehari-hari. Alat Ultraviolet Osmosis dapat membantu masyarakat untuk
memperoleh air bersih dengan kualitas baik. Diharapkan penggunaan alat ini dapat
membantu masyarakat untuk mencegah diri dari penyakit akibat mikroba yang
terkandung dalam air yang tercemar.
7

4. DAFTAR PUSTAKA
Adlina, S. (2011). Identifikasi Usaha Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi
Jaya Kecamatan Bekasi Timur. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS
DAN TEKNOLOGI, 1(1), 24.
Iswara, M., 2021. Krisis Air Bersih Yang Kian Memburuk Saat Pandemi
Menerjang. [online] tirto.id. Available at: <https://tirto.id/krisis-air-bersih-yang-
kian-memburuk-saat-pandemi-menerjang-gcmz> [Accessed 28 August 2021].
World Health Organization.Diarrhoeal disease. who.int.https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease. Published 2017.
Kementerian Kesehatan RI. LaporanHasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas)
Indonesia tahun2018.Ris Kesehat Dasar 2018. 2018:182-183.
Candra Y, Hadi MC, YuliantyAE.Hubungan Antara KeadaanSanitasi Sarana Air
Bersih DenganKejadianDiare Pada Balita DidesaDenbantasTabanan Tahun 2013. J
KesehatLingkung. 2014;4(1):112-117.
Fajar ARDAPNA. Investigasi KasusDiare pada Balita di KotaPalembangTahun
2015-2016 denganPendekatan Sisteminformasi Geografis. JKMA (Jurnal
KesehatMasy Andalas) (Andalas JPublicHeal. 2018;12(2):90-96.
Marini, D. O. (2020). Hubungan Sumber Air Minum Dengan Kejadian Diare di
Provinsi SUmatera Selatan. SPIRAKEL, 35-45.

Anda mungkin juga menyukai