Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
LABORATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS PAKUAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Lensa merupakan suatu benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan
bidang lengkung atau salah satunya datar.
b) Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui titik pusat oktik O diteruskan tanpa membias. Bayangan yang
dibentuk adalah: nyata, terbalik, dan diperbesar.
Sebuah benda O diletakkan sebelah kiri lensa positif dan bayangan O’ yang
terbentuk disebelah kanan lensa dapat diamati pada sebuah layer. Jika m
pembesaran bayangan (perbandingan panjang O’ dan O), dan L jarak antara
benda dan bayangan (layar) maka jarak focus lensa f dapat ditentukan dari
persamaan:
𝑚𝐿
f = (1+𝑚)2
dimana,
f = jarak titik focus lensa
L = jarak benda ke layer
E = jarak dua lensa
o+i=L
o=L-i
o1 + i1 = L
o1= L - i1
i - i1 = e
i = e + i1
Pada kedudukan lensa I
1/f1 = 1/o + 1/i ----------- /f = (o + I) / oi
1/f = p / (p – 1)i…………………………………….. (1)
Pada kedudukan lensa II
1/f1 = 1/o1 + 1/i1 ------------1/f1 = o1 +i1 / o1 x i1
1/f = p/(p-i1)i1………………………………………. (2)
Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2 digabungkan
(dirapatkan) akan diperoleh satu lensa bersusun yang jarak fokusnya f dapat
ditentukan dengan persamaan:
1 1 1
=𝑓 +𝑓
𝑓 1 2
D. Cacat Bayangan
Rumus – rumus persamaan lensa yang telah diberikan di atas diturunkan
dengan syarat hanya berlaku untuk “sinar paraksial” , jika syarat tersebut tidak
dipenuhi, maka akan terjadi cacat – cacat bayangan (aberasi)
BAB II
ALAT DAN BAHAN
7. Diafragma
8. Bangku optik
3.1 MetodePercobaan
1) - Menentukan jarak fokus lensa
- Layar.
10. Membuat bayangan yang jelas dari benda O pada layar dengan
pertolongan lensa positif untuk menentukan jarak lensa negatif f.
11. Kemudian meletakkan lensa negatif antara lensa positif dan layar
,Mengukur jarak lensa negatif ke layar (S)
12. Menggeserkan layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada
layar .Mengukur jarak lensa negatif ke layar (S’)
13. Mengulangi percobaan 10 s/d 12 beberapa kali
14. Merapatkan lensa positif kuat (++) dan lensa positif lemah (+) serapat
mungkin untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun
15. Menggunakan cara Bessel untuk menentukan jarak fokus lensa
tersebut
L S1 S1’ h1 h1’
Jenis lensa M1 f1
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Cembung kuat ++ 136,3 11,0 125,3 1,50 12,5
L S2 S2’ h2 h2’
M2 f2
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Cembung kuat + 136,3 124,6 11,7 1,5 0,2
L S1 S1’ h1 h1’
Jenis lensa M1 f1
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
136,3 55,0 81,3 1,50 1,70
L S2 S2’ h2 h2’
M2 f2
Cembung lemah (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
136,3 83,5 52,8 1,50 0,8
ℎ′ 1 1
• M= ; f = 𝑠 + 𝑠′
ℎ
Tabel II
S S1 h h’ f
Jenis lensa
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Cekung ( - ) 14,0 112,0 1,50 11,0
Tabel III
L S S’ f e
Lensa bersusun
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
(++)…( - ) 136,3 83,0 53,3
Tabel IV
L S S’ f
Warna
(cm) (cm) (cm) (cm)
Biru 139,4 10,5 128,9
Merah 139,4 10,0 129,4
Tabel V
L S S’ f
Posisi
(cm) (cm) (cm) (cm)
Vertikal 134,0 9,0 125,0
horizontal 134,0 10,0 124,0
4.2 PERHITUNGAN
• Tabel I :
- Lensa cembung kuat (++)
ℎ′ 12,5
M1 = = = 8,3333
ℎ 1,5
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠′ 𝑠+𝑠′
11×125,3
= 10,1122
11+125,3
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
55 × 81,3
= 32,8063
55 + 81,3
ℎ′ 0,8
M2 = = = 0,5333
ℎ 1,5
1 1 𝑠×𝑠′
f2 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
83,5 × 52,8
= 32,3463
83,5 + 52,8
• Tabel II :
- Lensa cekung
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
• Tabel III :
- Lensa bersusun
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
83 × 53,3 = 32,4571
83 + 53,3
• Tabel IV
- Aberasi kromatik
1) Biru
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
10,5 ×128,9
= 9,7091
10,5 + 128,9
2) Merah
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
10,0 × 129,4
10,0 + 129,4
= 9,2826
• Tabel V
- Astigmatisme
1) Vertikal
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
9,0 × 125,0
= 8,3955
9,0+ 125,0
2) Horizontal
1 1 𝑠×𝑠′
f1 = + =
𝑠 𝑠𝘍 𝑠+𝑠′
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan sifat lensa dan cacat bayangan ini digunakan 3 lensa yaitu cembung
kuat(++), cembung lemah (+) dan cekung (-). Sebelum percobaan dilakukan, diawali dengan
mengukur bangku optik dari lampu pijar ke layar (L) dengan ketentuan lebih dari 100 cm.
Diafragma diatur pada bentuk anak panah. Pada lensa cembung kuat (++) dan lemah (+)
masing – masing diperlakukan satu per satu dengan meletakkan didepan diafragma sampai
terlihat bayangan yang tegas di layar. Diukur jarak (s) dari lampu pijar ke lensa dan (s’) dari
lensa ke layar.
Diukur juga tinggi bayangan yang dihasilkan. Percobaan ini dilakukan 2 kali dengan
cara mendekatkan lensa hampir dekat dengan layar yang dihasilkan sebuah bayangan kecil
daripada percobaan pertama dan tegas. Lensa cembung menghasilkan bayangan nyata,
terbalik, diperbesar. Lensa cembung identik dengan menyebarkan (spread) cahaya. Percobaan
selanjutnya menggunakan lensa cekung (-). Diletakkan lensa cekung didepan diafragma
sampai mendapatkan bayangan yang tegas dilayar. Diukur jarak (s) dari lampu pijar ke lensa
dan (s’) dari lensa ke layar. Diukur tinggi bayangan yang dihasilkan. Lensa cekung
menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperkecil karena lensa cekung identik dengan
menyatukan atau memusatkan cahaya.
Pada percobaan lensa bersusun, lensa yang pertama diletakkan adalah lensa cembung
kuat (++). Disini menggunakan lensa cembung kuat karena untuk mendapatkan bayangan
yang lebih tegas daripada lensa cembung lemah (+). Lalu diletakan lensa cekung (-) sebagai
pemusat cahaya. Lensa cembung dan cekung dirapatkan agar pengaturan cahaya pada kedua
lensa tersebut tidak keluar dari lebar lensa. Lensa bersusun digerakkan menjauh dari lampu
pijar agar mendapatkan bayangan yang tegas di layar. Pengukuran (s) dan (s’) tetap.
Untuk aberasi khromatik diperlukan cahaya biru dan merah pada sekeliling bayangan
dengan bantuan lensa cembung kuat (++). Cahaya biru ditandakan bahwa panjang gelombang
tersebut panjang dan cahaya merah memiliki panjang gelombnag cahaya pendek karena
pemantulan cahaya pada lensa cembung kuat (++). Pada astigmatisma digunakan penghalang
cahaya berupa kaca garis kotak – kotak yang berfungsi sebagai pencacat bayangan. Lensa
yang digunakan lensa cembung kuat (++) yang diletakkan diantara kaca garis dan diafragma.
Dengan sedikit dimiringkan kaca garis dan diatur lensa cembung maka akan didapatkan
bayangan garis vertikal dan horizontal.
Dengan mendekatkan lensa cembung maka akan didapatkan bayangan vertikal
dan sebaliknya. Diharuskan fokus kedua pada percobaan kedua lensa cembung dengan
percobaan astigmatisma karena alat percobaan yang kurang teliti sehingga dihasilkan
hasil fokus yang berbeda jauh.
BAB VI
KESIMPULAN
Kanginan, Marthen. 1996. Fisika SMA kelas X Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Giancoli,
Douglas, C. 2001. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
LAMPIRAN
1. Hitunglah jumlah tembaga yang mengendap untuk tiap percobaan!
Percobaan 1 = 49.15-48.90 = 0.25 gram
Percobaan 2 = 58,50-58.20 = 0.30 gram
Percobaan 3 = 54.65-54.20 = 0.45 gram
3. Buatlah grafik hasil peneraan, yaitu antara kuat arus hasil perhitungan
no.2dengan kuat arus yang terbaca pada Amperemeter.
0,8
0,7 0,6
0,6
0,5 0,4
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0,63 0,76 1,14
Kuat arus hasil perhitungan (Ampere)